ESTETIKA PEDALANGAN - COnnecting REpositories

2y ago
53 Views
3 Downloads
3.74 MB
205 Pages
Last View : 12d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Kamden Hassan
Transcription

ESTETIKA PEDALANGANRuwatan Murwakala Kajian Estetika dan EtikaBudaya JawaProf. Dr. Kasidi, M.Hum.BADAN PENERBITINSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

ESTETIKA PEDALANGANRuwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya JawaOleh : Prof. DR. KASIDI, M.HumDesain Sampul: WawanSetting / Layout: IsmailDiterbitkan Pertama : Juni 2017Perpustakaan Nasional - Katalog Dalam TerbitanPenerbit: Badan Penerbit ISI YogyakartaInstitut Seni Indonesia YogyakartaJl. Parangtritis Km. 6,5 Sewon,Kode Pos 55187 YogyakartaTelp. (0274)384106, Fax (0274) 384106Hak cipta milik penulis dan penerbit dilindungi undang-undangDilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penulisatau penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baikphotoprint, microfilm dan sebagainyaDesain Grafis dan PracetakBagaskaraYogyakarta, IndonesiaISBN: 978-602-6509-06-2

PRAKATARasa syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatpertolongan-Nya, akhirnya penelitian ini dapat selesai sesuairencana.Terima kasih yang tidak terhingga diucapkan kepada RektorISI Yogyakarta beserta staf pimpinan dan seluruh jajaran pemegangkewenangan dalam pengelolaan penelitian dan penerbitan, dalam halini Lembaga Penelitian Unit Perpustakaan Institut Seni IndonesiaYogyakarta, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaanuntuk melaksanakan penelitian serta penerbitan ini.Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Pembantu RektorI Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Prof. DR. I Wayan Dana S.S.T.,M,Hum. yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatanpenulisan buku ini.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dalang yangtelah berkenan menjadi informan, yang telah banyak memberikanketerangan yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. NamaESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] iii

nama mereka tidak mungkin rasanya untuk disebutkan satu persatu,semoga bantuan yang diberikan mendapatkan anugerah dari TuhanYang Maha Kuasa.Kepada Kepala Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakartabeserta staf diucapkan banyak terima kasih, karena telah dengan tulusdan aktif membantu memberikan peminjaman buku-buku bacaanreferensi yang sangat diperlukan dalam penelitian ini.Kepada teman sejawat baik dari lingkungan Fakultas SeniPertunjukan maupun di luar lembaga, terutama rekan-rekan dari JurusanSeni Pedalangan, dan berbagai pihak yang telah membantu kelancaranpenelitian yang akhirnya menjadi penulisan buku, diucapkan beriburibu terima kasih. Semoga amal kebaikan mereka semua mendapatanugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.Akhirnya bagaimana pun juga penulisan penelitian ini banyakmendapatkan bantuan dari berbagai pihak, namun demikiain kebenaranisinya adalah menjadi tanggungjawab penulis secara keseluruhan.Disadari pula bahwa tulisan ini masih banyak kesalahan di sana-sini,sehingga sumbang saran pemikiran dan kritikan dengan senang hatiakan diterima demi perbaikan dimasa-masa yang akan datang.Yogyakarta, Juni 2013Penulis,Prof. Dr. Kasidi, M.Humiv ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

KATA PENGANTAROleh: Prof. Dr. I Wayan Dana, S.S.T.,M.Hum(Pembantu Rektor I Institut Seni Imdonesia Yogyakarta)Buku yang mengungkap tentang “Estetika Pedalangan” yang terbithingga kini sangat langka. Dengan terbitnya sebuah buku yangmengangkat tentang “Estetika Pedalangan Ruwatan Murwakala:Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa” tentu disambut hangatoleh kalangan masyarakat, khususnya anggota masyarakat keseniandan penggemar dunia budaya pewayangan pada umumnya. Lahirnyasebuah karya yang ditulis oleh Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno, M.Humdan didukung oleh semua pihak terkait, merupakan sebuah literatur seniyang tentu sangat berguna dan ditungu-tunggu oleh para mahasiswapedalangan maupun bagi mereka yang sedang mendalami jagadpewayangan Jawa. Hadirnya buku ini akan menjadi tambahan referensibaru untuk memperdalam wawasan dan cakrawala ilmu pengetahuanutamanya dalam bangunan estetika pedalangan dan pewayanganRuwatan Murwakala.Kata pe-wayang-an dan pe-dalang-an merupakan dua kata yangpadu dalam satu kesatuan seni pewayangan. Pertunjukan wayangtidak bermakna tanpa kehadir an ‘Ki Dalang Sejati’. Ruwatan denganlakon Murwakala hadir seutuhnya dengan muatan-muatan estetikadan etika sesuai ungkapan yang dimainkan oleh ‘Ki Dalang Sejati’.ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] v

Estetika memiliki esensi dasar sebagai filsafat seni yang juga memilikipengertian yang sangat kompleks dan terus berkembang dari masa kemasa sejalan perubahan jiwa zaman. Paramadita, (2005) dan Read,(2000) menyebutkan bahwa estetika sebagai filsafat seni meliputipenilaian hal-hal yang indah (beauty); benar (truth); berguna(usefull); dan bermoral (the moral). Berpijak dari perubahan zaman,maka estetika juga merambah pada dunia estetika posmodern olehLyotard. Lyotard menyebut bahwa estetika posmodern mampumenampilkan yang tidak dapat dihadirkan di dalam suatu presentasidan menghidupkan perbedaan-perbedaan. Ungkapan Lyotard inisangat menyuarakan begitu pentingnya pengakuan terhadap suatuperbedaan, bahkan menyatakan perang terhadap aturan dan kesatuanyang sangat membelenggu. Lyotard juga dengan tegas menunjukkansikap penghargaan terhadap suatu perbedaan dan keunikan ituserta menyuarakan dengan lantang pentingnya pengakuan terhadapperbedaan serta merayakan kemajemukan.Kepekaan terhadap intuisi mempertajam persepsi dan pemahamandalam satu kesatuan antara yang nyata dengan yang maya. Rasaketertarikan terhadap sesuatu yang nyata berdialog dengan diripengamatnya di mana yang nyata itu memiliki karakteristik yangmelekat atau memancarkan keindahan, kebenaran, kebergunaan dankebaikan. Pengalaman-pengalaman estetika itu dimulai dari dimensiruang dan waktu. Artinya estetika merupakan pengalaman subyektifyang dicapai oleh seseorang atau manusia itu sendiri. Berbeda ruangdan waktu akan memberi pengalaman estetika yang berbeda pula,walaupun dengan obyek yang sama.Oleh karena itu, wayang dihadirkan oleh dalang di dalam lakonmemancarkan suatu nilai keindahan, kebenaran, kebaikan dankebergunaan yang terus diinterpretasikan disetiap zaman mencakupruang dan waktu. Permasalahan itu yang diungkap secara komprehensifdalam paparan buku ini, yang terjalin dalam tiga bahasan utama yaitu:Pertama, pembahasan ontologis metafisis Lakon Wayang Murwakala,serta dari segi epistemologisnya. Kedua, menganalisis Lakon Wayangvi ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

Murwakala yang diarahkan pada tataran aksiologis guna mengungkapaspek-aspek estetika dan etika. Ketiga, melakukan pembahasan dananalisis implementatif dari berbagai pengalaman estetik, aspek-aspeknilai keindahan dan etika wayang dalam jagad seni pedalangan Jawa,khususnya Yogyakarta.Memang, disadari bahwa semakin diungkap, dikupas dandibicarakan tentang “Estetika Pewayangan Lakon Murwakala”,maka semakin banyak pula sisi-sisi yang belum tersentuh dan perludipaparkan lebih lanjut. Namun demikian, buku ini mengawali danmenjadi salah satu contoh yang paling berharga serta tepat hadir di saatdibutuhkan.Sebagai akhir kata, atas nama pribadi maupun sebagai DekanFakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, saya ingin mengucapkanselamat dan perhargaan yang tulus kepada Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitnodan Ketua Umum Senawangi Jakarta atas prestasi serta keberhasilannyameluncurkan buku ini. Saya berkeyakinan bahwa buku ini akan sangatbermanfaat bagi masyarakat yang mendalami dunia pewayanganmaupun masyarakat luas yang membutuhkan pencerahan estetikasebagai landasan untuk mencapai keseimbangan hidup di alam yangpenuh kedinamisan ini.ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] vii

viii ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

RingkasanPenulisan ini secara teoritis bertujuan menganalisis Lakon WayangMurwakala tradisi pewayangan gaya Yogakarta. Analisis dilakukandalam rangka implementasi konsep estetika jagad pewayanganatau pedalangan. Analisis akan lebih tepat apabila didasarkan ataspergelaran cerita lakon wayang oleh ki dalang. Hal ini berdasarkanpada asumsi bahwa aspek-aspek estetik wayang akan dapat dipahamimanakala diaplikasikan dalam dunia riil pertunjukannya. Mengingatsudut pandang itulah,maka pertimbangan melakukan analisis ceritalakon tertentu yaitu lakon Murwakala menjadi pilihan utama. Sebagaidasar analisis adalah pergelaran lakon Murwakala yang dilakukan olehseorang dalang ruwat terkenal dari Bantul Daerah IstimewaYogyakarta.Secara umum penulisan ini dilakukan berdasarkan perpsektif filsafatseni dan estetika, terutama adalah pandangan filsafat Jawa. Fokus analisisadalah (1) Pembahasan ontologis metafisis lakon wayang Murwakala,serta dari segi epistemologisnya. (2) Menganalisis lakon wayangMurwakala yang diarahkan pada tataran aksiologis guna mengungkapaspek-aspek estetika dan etika. (3) Melakukan pembahasan dan analisisimplementasi dari berbagai pengalaman estetik, aspek-aspek nilaikeindahan dan etika wayang dalam jagad seni pedalangan terutamalakon Murwakala versi Ki Timbul Cermomanggolo.ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] ix

x ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL . iPRAKATA .iiPENGANTAR . vRINGKASAN . ixDAFTAR ISI .xiBAB I . PENDAHULUANA. PERMASALAHAN PENULISAN .11. Latar Belakang dan Masalah Penulisan .12. Pertanyaan Penulisan . 4B. KAJIAN PENERBITAN BUKU .5C. Landasan Pokok Pemikiran .9D. DESAIN DAN CARA PENULISAN .101. Tujuan Penulisan .102. Bahan Penulisan .113. Jalannya Penulisan .12a. Cara Pengumpulan Data Primer .12b. Data Sekunder .12c. Wawancara .12d. Metode untuk keperluan analisis .13ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] xi

E. LUARAN PENULISAN .141. Manfaat Penulisan .142. Kontribusi Penulisan .14F. SISTEMATIKA PENYAJIAN PENULISAN .14BAB II. RELASI ESTETIK DALAM PEWAYANGANA. Dasar-dasar Estetika Pewayangan .171. Antara Konvensi dan Modernitas Karya .172. Konvensi Seni Pedalangan .183. Pandangan Moderen Seni Pedalangan .21B. Komposisi Estetika Iringan Wayang .221. Konsep Estetik dalam Pergelaran Wayang .262. Estetika Karawitan Pakeliran Wayang .28C. Estetika Suluk Wayang .32D. Estetika Gerak Wayang .46BAB III. TINJAUAN ONTOLOGIS RUWATAN MURWAKALAA. Sinopsis Cerita Lakon Ruwatan Murwakala .491. Jejer Kahyangan Jonggring Salaka .492. Dukuh Pandan Surat .503. Dukuh Karang Gedhe .51B. Aspek Ontologi Wayang .52C. Aspek Ontologi Lakon Ruwatan Murwakala .56D. Aspek Kosmologi Metafisik Murwakala .62E. Rangkuman .80BAB IV. TINJAUAN AKSIOLOGI WAYANG DAN BUDAYAJAWAA. Pengertian Aksiologi .83B. Pertunjukan Wayang dan Masalah Nilai .861. Pengertian nilai dalam Wayang .89xii ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

2. Pendekatan-pendekatanaksiologi .923. Wayang sebagai Sumber Pencarian Nilai .934. Keberadaan nilai etika dalam Lakon, tokoh,dan budaya Jawa .94a. Nilai lakon wayang .95b. Sistem Simbol Dalam Cerita Lakon Wayang .97c. Jenis-jenis cerita lakon wayang . 103C. Sumber Cerita Lakon Wayang . 109D. Keberadaan Aspek Nilai Etika Tokoh Wayang.114F. Aspek Nilai Budaya Jawa . 118Rangkuman . 129BAB IV. ESTETIKA WAYANGA. Pengertian Estetika . 133B. Estetika Dalam Budaya Jawa . 134C. Konsep Estetik dalam Pergelaran Wayang . 137D. Konsep Estetik Iringan Murwakala . 1511. Jalinan Bentuk dan Isi . 1512. Aspek Estetika Gending Tlutur . 1533. Dimensi Etis Iringan Ruwatan Murwakala . 156Rangkuman . 158BAB V. KESIMPULAN . 163Daftar Pustaka . 169Glossarium . 173ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] xiii

xiv ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

BAB IPENDAHULUANA. PERMASALAHAN PENULISAN1. Latar Belakang dan Masalah PenulisanBerdasarkan pemahaman yang telah dilakukan dalam berbagaikesempatan, baik forum diskusi wayang maupun pada bentukbentuk penulisan buku wayang, kebanyakan menghasilkan pemikiranpemikiran teoritis belaka, sehingga ditingkat implementasi terhadapmateri dasar objek pengkajian wayang dirasakan kering. Gunamelengkapi berbagai konsep pemikiran tentang pengkajian wayang,kiranya tidak boleh terhenti pada bidang teoritis belaka, tetapi harusbenar-benar diaplikasikan pada bentuk pergelarannya atau pertunjukan.Usaha ini akan menunjukkan hasil yang objektif, sebab berbagaiperistiwa dan kejadian yang mengiringi perjalanan pergelaran lakonwayang tertentu, secara komprehensif terlihat dengan jelas. Pengolahanatau garap lakon wayang yang disesuaikan dengan trend masyarakatnyaakan terpotret secara lengkap, demikian halnya mengenai keinginankeinginan masyarakat yang terbaca oleh dalang, akan diolah sedemikianESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa] 1

rupa tanpa menggurui siapa pun, tetapi yang terkena dari maksudungkapan-ungkapan estetik ki dalang akan mengerti dan maklum tanpamenimbulkan gejolak social. Inilah kehebatan dari seni tradisi yangdisebut sebagai pergelaran wayang. Oleh sebab itulah dalam tulisanini akan dicoba untuk mengangkat permasalahan yang disebutkan tadisekaligus menyampaikan gambaran-gambaran yang riil dari sebuahpergelaran cerita lakon wayang. Adapun yang menjadi pilihan penulisankali ini adalah pergelaran ruwatan sukerta dengan lakon Murwakala.Ruwatan sukerta dengan menggelar pertunjukan wayang lakonMurwakala telah banyak dilalukan oleh keluarga atau kelompoktertentu, bahkan dikordinir sedemikian rupa dalam bentuk organisasidan kepanitiaan canggih. Paling tidak dimulai sejak dua dasa warsaterakhir, acara ruwatan sukerta diselenggarakan terutama pada bulanSura Jawa yang dipercaya membawa berkah bagi pendukung budaya Jawakhususnya. Misalnya di anjungan Jawa Tengah dan Daerah IstimewaYogyakarta Taman Mini Indonesia Indah, sementara di Yogyakartadiselenggarakan oleh Yayasan Javanologi di Pendapa Taman Siswa. Dikedua wilayah itu hampir dipastikan secara rutin mengadakan acararuwatan masal, dan luar biasa diikuti oleh masyarakat yang kadanglebih dari 100 anak sukerta.Kenyataan itu menyiratkan bahwa upacara ruwatan sukertaberkaitan dengan kehidupana manusia, baik manusia sebagai individumengenai pribadinya dan secara pribadi terhadap Tuhannya, maupunpribadi berkait dengan masyarakat lingkungan hidupnya. Ruwatansebagai salah satu bentuk upacara adat tradisional dalam budaya Jawakhususnya, mengandung makna filosofi serta memiliki simbol-simbolyang berkaitan dengan kehidupan manusia Jawa, perilaku, sikap,pranata sosial, etika dan estetika, yang berguna bagi peningkatankualitas budi pekerti luhur; dengan demikian manusia Jawa berusahabagi diri pribadi dan keluarganya bahkan masyarakatnya untuk selalumencapai kebersihan diri, dan pengendalian diri. Semua itu diupayakandengan harapan dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian sertakeharmonisan dalam kehidupannya.2 ESTETIKA PEDALANGAN [Ruwatan Murwakala Kajian Estetika dan Etika Budaya Jawa]

Era kehidupan moderen seperti saat ini masih banyak orang Jawamengadakan upacara adat istiadat ruwatan sukerta. Hal ini menjadisangat menarik perhatian semua orang, karena ternyata dari sebagianbesar yang mengikuti upacara itu masing-masing memiliki alasannyasendiri-sendiri, sehingga menarik sekali untuk dilakukan penelitiansecara khusus, apakah yang sedang terjadi pada masyarakat Jawakhususnya dan Indonesia pada umumnya. Globalisasi yang bermuarapada terbukanya pintu dunia untuk saling berhubungan antarnegara,sedikit banyak berpengaruh terhadap perilaku manusianya. Tidaksedikit orang yang hanya berlomba-lomba dalam penguasaan teknologicanggih, yang juga bermuara pada simbol-simbol jaman maju sepertisekarang ini. Banyak orang kehilangan pegangan, kehilangan pedoman,menderita stress, sampai kehilangan ingatan bahkan berlaku negatif,yang berujung pada tindakan merugikan orang lain. Ada hal yangtampaknya dilupakan, yaitu perlunya kehidupan ini memperolehsentuhan-sentuhan emosional lewat pendekatan seni. Jawabannya adapada salah satu adat istiadat budaya lokal yaitu ruwatan sukerta, yangsekaligus merupakan bentuk ngleluri ‘melestarikan’ budaya para leluhur.Ruwatan sukerta merupakan realitas mitos yang dianggap sebagaipandangan hidup bagi orang Jawa yang lazim dipersonifikasikan, dalampenafsiran modern yang simpatik terhadap mitos tidak memandangsebagai sebagai benar dan salah, melainkan sebagai insight ‘pemahaman’puitis tentang dunia realita (Bagus, 1996: 658). Mitos merupakanakumulasi gambaran-gambaran paralel-akumulatif yang tumbuh dalamketidaksadaran yang di dalamnya aspek-aspek eksistensi manusiamemperoleh kenyataan secara rohani untuk membangun yang hidupdengan kenyataan, sebagaima

seni dan estetika, terutama adalah pandangan filsafat Jawa. Fokus analisis adalah (1) Pembahasan ontologis metafisis lakon wayang Murwakala, serta dari segi epistemologisnya. (2) Menganalisis lakon wayang Murwakala yang diarahkan pada tataran aksiologis guna mengungkap aspek-aspek estetika dan etik

Related Documents:

BAB II Kaidah Estetika Dan Etika Seni Grafis A. Estetika Dalam Grafis Kata estetika berasal dari kata Yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera perasaan atau taste. Dalam prosesnya Munro mengat

4. Estetika memperoleh tantangan ketika modernisme memilah antara “kegunaan” dan “estetik”, sebagaimana antara desain dan seni. 2.3. UNTUK APA KITA MENGENAL ESTETIKA Dengan mempelajari Estetika kita mempelajari dasar dasar Seni dan Des

keselarasan, kesetangkupan atau simetri, keseimbangan, dan perlawanan atau kontras. Pendapat umum menyatakan bahwa estetika adalah cabang dari filsafat, artinya filsafat yang membicarakan soal keindahan, estetika pada pokoknya meliputi empat hal yaitu nilai estetika, pengalaman estetis

1.1 Kerangka Konsep Seni Rupa Melayu 20 1.2 Vent-Diagram Konsep Seni Rupa Melayu 21 1.3 Kerangka Teori Estetika ‘Significant Form” Clive Bell 26 1.4 Vent-Diagram Prinsip Estetika Zakaria Ali 27 1.5 Kerangka Teori Kajian Estetika Tembikar Mambong 30 1.6 Pengumpulan Data 33 3

Pengertian estetika secara umum: cabang filsafat yang berhubungan dengan gejala keindahan pada alam dan seni. Pengertian sempit tentang keindahan-indah sebatas cerapan pancaindera. Baumgarten (Sukarya, 2010: 1.3.1) –seni sebagai sarana mengembangkan estetika. Pengalaman berkesenian untuk meng

BAB 7 PERBINCANGAN DAN RUMUSAN 327 7.1 Pengenalan 327 7.2 Perbincangan 327 7.2.1 Kaedah pembuatan dan jasad tembikar terenang di Temin Kraf pada masa kini 327 7.2.2 Nilai estetika yang terdapat dalam kaedah pembuatan tembikar terenang di Temin Kraf 334 7.2.3 Nilai estetika

its original connecting rod before another connecting rod bearing cap is removed. 5. Remove the connecting rod bearing cap with the connecting rod bearing. 6. Inspect the connecting rod bearing for damage. If the connecting rod bearing is damaged, replace all main and connecting rod bearings. a. Acceptable bearing wear (1). b.

Target Publications Pvt. Ltd. Std. XI Sci.: Perfect Maths - I 4 In figure XOP, XOQ and XOR lie in first, second and third quadrants respectively. Quadrantal Angles: If the terminal arm of an angle in standard position