BAB II PEMBAHASAN A. Remaja Akhir 1. Definisi Remaja

2y ago
159 Views
3 Downloads
724.80 KB
40 Pages
Last View : 22d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mya Leung
Transcription

BAB IIPEMBAHASANA. Remaja Akhir1. Definisi RemajaMenurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) masa remajaadalah salah satu tahap dalam proses pertumbuhan seorang individu,masa setelah masa anak–anak menuju masa dewasa namun belummatang, berusia diantara 12-18 tahun. Masa remaja adalah salah satuperiode yang harus dilewati dalam perkembangan. Kata remaja berasaldari kata adolescere dalam bahasa latin yang berarti “tumbuh ke arahkematangan” (Muss, 1968 dalam Herlina, 2013). Istilah kematangandisini meliputi kematangan fisik, sosial, maupun psikologis. Masaremaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupanseseorang, masa remaja adalah masa transisi, masa perubahan, masausia bermasalah, masa unrealism, masa dimana individu mencariidentitas diri, dan usia menuju kedewasaan (Krori, 2011 dalamHerlina, 2013).Pada tahun 1974, WHO mendefinisikan sebuah konseptualtentang remaja yang meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosialekonomi. Menurut WHO remaja adalah ketika ;a. Individu berkembang dengan menunjukan tanda - tanda seksualsekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (kriteriabiologis)12

13b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola pikirandari anak - anak menjadi lebih dewasa (kriteria sosial psikologis)c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuhkepada keadaan yang relatif lebih mandiri ( kriteria sosialekonomi) (Herlina, 2013).2. Karakteristik Masa RemajaMenurut Hurlock (1990) karakteristik masa remaja dibagimenjadi dua yaitu masa remaja awal (11-16 tahun) dan remaja akhir(16-18 tahun), pada masa remaja akhir individu sudah mencapaitransisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Herlina,2013). Sedangkan menurut Monks (2004), karakteristik masa remajadibagi menjadi empat bagian, yaitu :a. Masa pra remaja atau pra pubertas berusia 10-12 tahunb. Masa remaja awal atau pubertas berusia 12-15 tahunc. Masa remaja pertengahan berusia 15-18 tahund. Masa remaja akhir berusia 18-21 tahun (Rini et al., 2010)Menurut Batubara (2010) karakteristik masa remaja dibagimenjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (early adolescent), remajapertengahan (middle adolescent), dan remaja akhir (late adolescent).1. Periode pertama (remaja awal)Remaja awal terjadi pada usia 12-14 tahun, pada masa inianak – anak mengalami perubahan tubuh yang cepat. Pada faseremaja awal secara seksual mulai tumbuh rasa malu danketertarikan dengan lawan jenis, mereka juga mulai bereksperimen

14dengan berbagai macam hal yang belum pernah mereka lakukansebelumnya. Mereka berusaha membentuk kelompok yangmemiliki minat, pemikiran, dan cara bicara yang sama,karakteristik masa remaja awal ditandai dengan perubahan –perubahan psikologis, seperti ;a. Krisis identitas, labil, dan kecenderungan untuk berlaku kekanak- kanakanb. Mencari orang lain untuk disayang selain orang tuac. Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi dirid. Berkurangnya rasa hormat pada orang tua, dan bahkanmenyalahkan atau berlaku kasar terhadap orang tuae. Merasa harus memiliki teman dekat dan adanya pengaruh temansebaya yang sangat kuatf. Hanya tertarik membicarakan sesuatu yang disukai dan terjadidimasa sekarang bukan masa depan2. Periode kedua (remaja pertengahan)Remaja pertengahan berada di antara usia 15-17 tahun.Pada masa ini mulai tertarik dengan pembahasan yang lebih dalamseperti ilmu pengetahuan umum, serta mulai memilih danmemperjuangkan cita – cita. Secara seksual sangat memperhatikanpenampilan, mulai mempunyai pacar, dan sangat perhatianterhadap lawan jenis. Remaja pertengahan ditandai denganperubahan psikologis diantaranya adalah sebagai berikut ;

15a. Menganggap orang tua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,suka mengeluh, dan kurang atau tidak menghargai pendapatorang tuab. Sangat memperhatikan penampilanc. Sering mengalami perubahan emosi mendadak (moody), danmulai suka menulis buku hariand. Memperhatikan teman - teman secara selektif dan berusahamendapat teman baru3. Periode terakhir (remaja akhir)Dimulai pada usia 18 tahun ditandai dengan tercapainyamaturasi fisik secara sempurna. Perubahan – perubahan psikologisyang mungkin dialami adalah;a. Sudah mulai menemukan jati dirib. Mampu memikirkan ide baru dan mengekspresikan perasaandengan kata-katac. Lebih mampu menghargai orang lain dan emosi lebih stabild.Konsisten terhadap minat dan bangga dengan apapun yangdicapaie. Lebih memperhatikan masa depan, mulai serius dalam menjalinhubungan dengan lawan jenis, dan mulai menerima tradisi dankebiasan lingkungan.

16B. Otot Upper Trapezius1. Anatomi Otot Upper TrapeziusOtot trapezius adalah otot terbesar dan superfisial pada daerahscapulothorax, dinamakan trapezius karena bentuknya seperti banguntrapezium. Otot trapezius terdapat di leher yaitu pada daerahposterolateral occiput memanjang ke arah lateral melewati scapuladan superior latissimus dorsi pada vertebra, diinervasi oleh akar sarafC5-T1, menurut arah serabutnya otot trapezius dibagi menjadi tigabagian; upper fiber, middle fiber, dan lower fiber (Cael, 2010).Stabilitas cervical dibantu oleh sendi zygapophyseal yang membantuterjadinya gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi (Nugraha etal., 2013). Kemampuan fungsional leher adalah fleksi, ekstensi, rotasilateral, dan lateral fleksi, kemampuan ini sangat dipengaruhi olehlingkup gerak sendi (Trisnowiyanto, 2017).Otot trapezius adalah otot yang paling superfisial pada otot–otot punggung atas dan leher bagian posterior, otot trapezius dibagimenjadi tiga bagian ; 1) upper, 2) midle, dan 3) lower (Westad, 2005).Otot upper trapezius adalah otot yang paling sering mengalamiketegangan, otot ini dapat dipalpasi antara osteo occipital pada C6 danlateral acromion terutama saat gerakan elevasi shoulder, otot uppertrapezius berinsersi pada sepertiga posterior clavicula dan acromionpada scapula, otot ini berorigo pada osteo occipital serta dipersarafioleh accessory nerve (cranial nerve XI) dan nervus C3-C4 (Willms etal., 2005 dalam Arthawan, 2017). Kontraksi otot upper trapezius yang

17terjadi secara kontinu akan menyebabkan spasme, kontraktur sendi,adhesi atau perlengketan, abnormal crosslink aktin dan miosin, sertapenurunan sirkulasi darah (Anggraeni, 2013).Gambar 2.1 Otot TrapeziusSumber : Paulsen dan Waschke, 20112. Biomekanik Otot Upper TrapeziusOtot upper trapezius merupakan otot tonik atau otot posturalyang berkontribusi dalam pergerakan leher dan bahu (Daniels et al.,2003 dalam Anggraeni, 2013). Otot upper trapezius merupakan ototstabilisator yang berfungsi mempertahankan posisi kepala, otot uppertrapezius berada di punggung bagian atas, saat melakukan aktivitasotot ini berfungsi menggerakan pundak untuk gerakan elevasi dandepresi (Prianthara et al., 2014). Otot upper trapezius merupakan ototyang menempel pada daerah vertebra dan sub occipital, berperandalam gerakan fleksi lateral cervical (Ziaeifar et al., 2014). Pergerakanotot upper trapezius mencangkup tiga gerakan, yaitu ; lateral fleksi,elevasi cervical dan ekstensi (Nugraha et al., 2013).

18Otot upper trapezius adalah otot tipe I atau otot tonik yang jugamerupakan otot postural yang berfungsi melakukan gerakan elevasidan depresi scapula serta rotasi scapula, pada saat otot ini melakukankontraksi konsentrik bersama dengan otot levator scapula maka akanmenghasilkan gerak elevasi tulang scapula, apabila otot uppertrapezius berkontraksi secara unilateral maka akan menghasilkangerakan lateral fleksi dari kepala, sedangkan bila dilakukan bilateralmaka akan menghasilkan gerakan ekstensi kepala (Vizniak, 2010).Disamping itu, otot upper trapezius juga memiliki peransebagai fiksator scapula ketika otot deltoid beraktivitas sehinggadepresi scapula saat lengan sedang mengangkat sesuatu dapat dicegah.Otot ini juga bekerja untuk melakukan fiksasi pada scapula saat lenganbergerak dan bekerja sebagai fiksator leher serta mempertahankanpostur kepala yang cenderung jatuh kedepan yang dipengaruhi olehgaya gravitasi maupun berat kepala itu sendiri (Hasmir, 2016). Ketikaterjadi kesalahan postur dalam waktu yang lama maka akan membuatotot upper trapezius bekerja secara terus menerus dan berdampak padaterbentuknya trigger point dan taut band (Maruli et al., 2012).Otot upper trapezius memiliki serat yang tipis dan relatif lemahsehingga dapat sepenuhnya memutar ke sisi yang berlawanan sertamembantu gerakan elevasi serta rotasi, tetapi karena seratnya yangtipis dan lemah membuat otot ini mudah mengalami ketegangan dankelelahan (Arthawan, 2017). Lokasi masalah muskuloskeletal palingtinggi berada di punggung, bahu, dan leher. Perempuan adalah

etal,dikarenakan pemulihan jaringan lebih lambat dari pada laki-laki,mereka cenderung lebih banyak mencari pengobatan untuk keluhanyang dirasakan dibanding laki–laki (Voerman, 2008).Dalam penelitian Skootsky disebutkan bahwa masalah ototpada tubuh bagian atas lebih sering terjadi dibandingkan dengan tubuhbagian lain, otot yang sering mengalami masalah adalah otot uppertrapezius, levator scapula, infraspinatus, scalenus. Masalah yangpaling sering terjadi adalah penegangan dan pemendekan dikarenakanposisi statis dalam waktu yang lama (Makmuriyah dan Sugijanto,2013).3. Fisiologi Otot Upper TrapeziusSel otot tersusun oleh myofibril yang terbuat dari molekulprotein (myofilament), terdapat dua jenis myofilament yaitu thickmyofilament (myosin) dan thin myofilament (actin). Myosin dan actinmembentuk pola saling menyambung yang disebut sarcomer. Daerahtepi sarcomer lebih terang sementara bagian tengah berwarna gelap,daerah terang disebut I-band karena bersifat isotropik terhadap cahayadan mengandung actin filament, sedangkan daerah yang gelap disebutA-band karena bersifat anisotropik terhadap cahaya dan mengandungmyosin filament. Pada pusat A-band terdapat H-zone yang berisimyosin filament dan Z-line yang memisahkan antar sarcomer (Guytondan Hall, 2008 dalam Arthawan, 2017).

20Actin filament, troponin, dan tropomyosin tersusun darikumpulan molekul yang membentuk pilin (helix) ganda, troponinmempunyai tiga bagian yaitu T, I, dan C. Sedangkan myosin filamentterdiri dari batang (rod), leher (hinge), dan kepala (head). Pada bagiankepala terdapat dua sisi yaitu regulatory light chain yang mengandungmyosin-ATP dan alkali light chain yang berperan dalam stabilisasiposisi head pada hinge atau rod pada saat terjadinya kontraksi (Sarifin,2010).Sel otot diselubungi oleh sebuah membran disebut sarcolemayang mengandung potensial membran untuk menghantarkan impuls keotot, sehingga sel otot dapat berkontraksi. Di dalam sarcolema terdapatlubang yang disebut transverse tubulus (tubulus-T), dan berhubungandengan sarcoplasmic reticulum (SR) yang berfungsi sebagai fpadasarcolemma, impuls akan berjalan melewati tubulus-T, reseptor yangterdapat pada tubulus-T atau yang disebut dihydropyridine (DHP) akanterbuka yang merangsang terbukanya ryanodine reseptor (RyR) dimembran cisterna sarcoplasmic reticulum dan memompa ion kalsiummenuju sarcoplasma dan mempengaruhi myofibril untuk berkontraksi(Anggraeni, 2013).Selama terjadi kontraksi pada otot, filament actin yang tipisdari salah satu ujung sarcomer akan bergerak, Z-line bergerak ke arahA-bands untuk mempertahankan ukuran awalnya, sementara I-bandsmenjadi sempit dan H-zone menjadi hilang. Proyeksi dari myosin

21filament disebut dengan cross-bridge yang membentuk hubungan fisikdengan actin filament selama kontraksi otot (Sudaryanto dan Anshar,2011).Pada saat relaksasi otot, tidak ada impuls saraf yang melaluiend plates, hal ini akan mengakibatkan tidak adanya ion kalsium yangmasuk ke dalam sitoplasma sel maka kalsium akan kembali kesarcoplasmic reticulum yang akan membuat kembalinya posisitroponin, sehingga membuat tropomiosin memutuskan hubunganantara kepala myosin dengan actin, ketika myosin tak lagi menempeldengan actin maka tak ada pergeseran molekul yang terjadi dan ototmenjadi relaksasi (Maruli, 2013).Gambar 2.2 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi OtotSumber : Reece et al., 2012Kontraksi pada otot dalam jangka waktu lama mengakibatkanterjadinya kelelahan otot. Hal ini disebabkan karena menurunnyajumlah ATP, sehingga tidak ada energi untuk menggerakkan actin danmyosin, kontraksi yang terjadi semakin lama akan semakin lemah,

22walaupun saraf masih bekerja dengan baik dan potensial aksi masihmenyebar pada serabut-serabut otot. Otot skeletal memiliki dua tipekontraksi yaitu: kontraksi isometrik dan isotonik. Kontraksi isometrikadalah kontraksi tanpa adanya pemendekan otot, sedangkan kontraksiisotonik adalah kontraksi dengan adanya pemendekan otot (Guytondan Hall, 2008 dalam Arthawan, 2017).C. Myofascial Pain Syndrome1. FasiaIstilah fasia diambil dari bahasa latin yang berarti “pita” atau“perban”, fasia merupakan jaringan paling luas yang terdapat didalamtubuh, fasia tidak hanya memberikan bentuk, tetapi juga menjadiperantara dari sistem-sistem yang ada pada tubuh, seperti pada sistemsirkulasi, sistem saraf, dan sistem limfatik. Fasia terdapat pada kulit,otot, dan sendi, fasia berfungsi untuk menutupi, melindungi, sertamengikat struktur tubuh dalam kesatuan struktural, terdapat perbedaanstruktur fasia yang mengelilingi tulang, otot, dan sendi. Fasia adalahkontributor yang sangat berpengaruh dalam mekanisme muscle pumpcontraction, tidak hanya membantu dalam mengkontraksikan tapi jugamendorong pergerakan otot secara sinergis dan mengajarkan pola yangbenar pada otot (Lacross, 2011).Ketika fasia mengelilingi tulang maka akan membentukperiosteum, ketika mengelilingi tendon membentuk paratendon, danketika mengelilingi sistem peredaran darah akan membentukneurovascular sheath (Xie, 2017). Fasia memiliki tiga lapisan, yaitu:

23superficial fascia, deep fascia, dan subserous fascia. Lapisan pertamaadalah fasia superfisial terletak langsung di bawah lapisan dermis darikulit, pada fasia ini, terdapat tempat penyimpanan lemak dan air, danmembentuk jalan terusan untuk saraf dan pembuluh darah. Fasia yangterdapat di sini terbuat dari loose connective tissue (Cael, 2010).Lapisan kedua adalah fasia dalam (deep fascia) mengelilingiotot dan struktur internal, lapisan ini berfungsi untuk membantupergerakan otot, menyediakan jalan terusan untuk saraf dan pembuluhdarah, menyediakan tempat tambahan untuk otot, dan sebagai lapisanbantalan otot, lapisan fasia ini terbuat dari dense connective tissue(Cael, 2010). Lapisan ketiga adalah subserous fascia, lapisan inimemisahkan fasia dalam dari membran serous yaitu selaput tipis yangmelapisi rongga tubuh yang tertutup; memiliki dua lapisan denganruang antara yang diisi dengan cairan serosa, loose connective tissuepada lapisan ini memberikan fleksibilitas dan pergerakan pada organorgan internal, fasia sub serous juga terbuat dari dense connectivetissue (Cael, 2010).Fasia terdiri dari dua jenis serat yaitu serat kolagen dan seratelastin. Serat kolagen merupakan serat panjang, lurus, dan tidakbercabang, serat kolagen adalah serat paling banyak yang terdapatpada fasia, kolagen dibentuk dari protein yang berikatan erat sepertitali dan diikat oleh ikatan hydrogen, kolagen sangat kuat dan bisamenahan banyak beban. Sedangkan serat elastin merupakan astin,

24karakteristik khusus dari serat elastin adalah bahwa serat elastin dapatmeregang dan kemudian kembali lagi ke ukuran aslinya (Premkumar,2004 dalam Arthawan, 2017).Gambar 2.3 Lapisan FasiaSumber : Stecco dan Day, 2010Fasia yang terdapat pada otot berdasarkan letaknya dibagimenjadi 3 yaitu; epimysium, perimysium, dan endomysium. Epimysiummerupakan jaringan myofascial terluas yang melapisi seluruh otot danmengikat seluruh fasia. Perimysium merupakan jaringan fasia yangmembungkus sekelompok serabut otot ke dalam satu fasia.Endomysium merupakan jaringan fasia terdalam yang memisahkanantara serat otot. Ketiga lapisan ini merupakan bagian dari deep fasciayang memisahkan antara otot dengan otot yang lain (Premkumar, 2004dalam Arthawan, 2017).Di dalam jaringan fasia pada otot terdapat suatu bahan yangdisebut substansi dasar atau disebut dengan ground substance.Substansi ini berfungsi sebagai pengantar nutrisi dari tempat makanandiolah menuju ke jaringan yang memerlukan. Selain itu, substansi ini

25juga berguna untuk mengangkut zat-zat metabolisme dan merubahkonsistensi gelatin bebas menjadi gel sehingga apabila terjadi trauma,baik biokimia maupun mekanis maka akan mengeras dan kehilanganelastisitas. Akibatnya fasia akan mengalami ketegangan untukmempertahankan jarak antar serabut jaringan ikat dan menjagajaringan agar tetap fleksibel (Hardjono dan Azizah, 2012).Gambar 2.4 MekanoreseptorSumber : Pinel, 2018Terdapat tiga mekanoreseptor pada jaringan ikat termasukfasia, sel darah pacini, sel darah paciniform, dan ruffini organ. Paciniadalah mekanoreseptor terbesar pada fasia, dideskripsikan berbentukseperti telur dan merespon perubahan tekanan yang cepat sepertigetaran atau teknik manual terapi yang berkecepatan tinggi, palingbanyak terdapat pada batas antara tendon dan otot dan pada segmenyang lebih dalam pada kapsul sendi, paha bagian lateral, sisipermukaan plantar kaki, sisi palmar tangan, dan ligamen dalam sinus.Paciniform adalah mekanoreseptor kecil yang berjumlah sedikit yangmerespon stimulasi yang mirip dengan pacini. Ruffini organ berbentukmemanjang dan merespon tekanan yang ditahan dalam jangka waktulama, peregangan, dan terapi manual yang lebih pelan, paling banyak

26terdapat dalam lapisan terluar kapsul sendi, fasia deep pada tangan sisidorsal, duramater, serta bagian depan dan belakang dari ligamen lutut(Lacross, 2011).2. Myofascial Pain SyndromeMyofascial pain syndrome adalah kumpulan gejala yangditandai dengan adanya dan teraktivasinya trigger point dalam serabutotot, trigger point muncul akibat kerusakan fasia pada jaringan ototsehingga menimbulkan nyeri (Fernandez et al., 2005 dalam Anggraeni,2013). Myofascial pain syndrome juga menyebabkan penurunanaktivitas sehari–hari, karena rasa nyeri yang ditimbulkan membuatotak mengaktifkan mekanisme self-protection agar tubuh tidakbergerak terlalu banyak untuk mencegah nyeri (Prianthara et al.,2014). Istilah myofascial pain syndrome digunakan dalam dunia medisuntuk mendefinisikan suatu keadaan yang menimbulkan gangguansensorik, motorik, dan fenomena otonom yang disebabkan triggerpoint dalam otot (Simons, 1999 dalam Arthawan, 2017).Myofascial pain syndrome juga dapat diartikan suatu kondisitimbulnya nyeri baik lokal atau menjalar yang didefinisikan denganadanya ketidaknormalan pada motoris sehingga muncul taut band yangkeras dalam otot dan ketidak normalan pada sensoris sehinggamunculnya nyeri tekan dan menjalar (Arthawan, 2017). Myofascialpain syndrome dapat menyebabkan nyeri lokal, tenderness, tightness,stiffness, nyeri rujukan, dan kelemahan otot (Prianthara et al., 2014).

27Trigger point yang menyebabkan myofascial pain syndromeadalah penyebab paling sering dari masalah muskuloskeletal yangmerupakan penyakit paling banyak menyerang masyarakat, ripadamuskuloskeletalnya ditemukan kemungkinan penyebabnya adalahmyofascial pain syndrome (Ziaeifar et al., 2014). Trigger point yangaktif dan menimbulkannyeri banyak ditemukan pada otot uppertrapezius (Bennet, 2007 dalam Arthawan, 2017).Hasil studi tentang myofascial pain syndrome mengatakanbahwa otot upper trapezius memiliki 14% trigger point yang aktif dan11% pada otot scapula, sedangkan untuk trigger point pasif otot uppertrapezius memiliki 18%, otot scalenus memiliki 11%, serta ototsternocleidomastoideus dan levator scapula hanya memiliki 4%(Gerwin, 2001 dalam Arthawan, 2017).3. Patofisiologi Myofascial Pain SyndromeKontraksi otot dalam jangka waktu lama, dalam posisi yangburuk karena posisi ergonomi salah, terlebih disertai trauma mikro danmakro, serta degenerasi otot dan fasia akan berakibat terjadinyaspasme, adhesion, abnormal crosslink actin myosin, collagencontracture, serta penurunan sirkulasi darah

transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Herlina, 2013). Sedangkan menurut Monks (2004), karakteristik masa remaja dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Masa pra remaja atau pra pubertas berusia 10-12 tahun b. Masa remaja awal atau pubertas berusia 12-1

Related Documents:

Pembahasan Soal Ujian Profesi Aktuaris Persatuan Aktuaris Indonesia A20-Probabilitas dan Statistika Periode 2014-2019 Penyusun: Wawan Hafid Syaifudin, M.Si, MAct.Sc. 2019. DAFTAR ISI BAB 1 Pembahasan A20 Nopember 2014 2 BAB 2 Pembahasan A20 Maret 2015 33 BAB 3 Pembahasan A20 Juni 2015 60

dengan p 0,564 0,05. (2) Ada perbedaan jenis kelamin remaja terhadap kenakalan remaja di Kelurahan Gilingan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, yang ditunjukkan dengan p 0,001 0,05. (3) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi orang tua dan jenis kelamin remaja terhadap kenakalan remaja di

Tabel 13. Statistik Deskriptif Variabel Kenakalan Remaja . 52 Tabel 14.Tanggapan Responden Remaja Awal Di SMP Muhammadiyah 8 Benjeng Tentang Kenakalan Remaja. 52 Tabel 15. Statistik Deskriptif Variabel Kenakalan Remaja . 53 Tabel 16.

pergaulan remaja berarti interaksi yang dilakukan oleh remaja dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Dalam proses pergaulan remaja sering terjadi banyak penyimpangan dan kenakalan-kenakalan. Maka dalam pergaulan remaja diperlukan etika. etika

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian kualitatif agak sulit untuk dibedakan dan dipisahkan, karena sifat dari informasi yang diperoleh, maka bagian hasil dan bagian pembahasan disatukan. Ada tiga pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana terjadinya limpahan pengetahuan pada klaster industri animasi di Cimahi.

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

alimentaire Version 2: 11/2018 3 2.16. Un additif repris sur la liste des ingrédients d'un fromage n'est pas un additif autorisé dans le fromage. L'additif est toutefois autorisé dans un ingrédient. L'additif peut-il être présent avec