BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko Berbasis ISO .

2y ago
134 Views
2 Downloads
1.29 MB
18 Pages
Last View : 26d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Azalea Piercy
Transcription

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 : 20182.1.1 RisikoRisiko adalah ketidak pastian yang berdampak pada sasaranperusahaan yang bersifat negatif maupun positif, tetapi yang perlu ditindakiyaitu risiko yang berdampak negatif dikarenakan akan menjadi hambatanuntuk mencapai sebuah sasaran maupun tujuan dalam perusahaan jangkapendek maupun jangka panjang. Ada beberapa definisi mengenai Risiko :a. Menurut Coso ERM 2014, Risiko yaitu kemungkinan terjadinya sebuahperistiwa yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.b. Prof Dr.Ir. Soemarno, M.S, Risiko yaitu suatu kondisi dimana timbulkarena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkanyang mungkin terjadi.c. Arthur Wikkiams dan Richard , M.H, Risiko yaitu suatu variasi dari hasilhasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.d. A. Abas Salim, Risiko yaitu ketidakpastian (uncertainty) yang mungkinmengakibatkan pristiwa kerugian (loss).Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Risiko adalahsebuah kejadian atau peristiwa yang berdampak berbahaya untuk sebuahorganisasi atau perusahaan yang menyebabkan kerugian dimasa yang akandatang.2.1.2 Pengertian Manajemen RisikoManajemen Risiko merupakan sebuah pendekatan yang dilakukanterhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasirisiko suatu proyek.Manajemen risiko adalah sebuah proses yang mengidentifikasi,mengukur, mengembangkan, menyeleksi dan mengatur pilihan-pilihan untukmenangani risiko-risiko tersebut (Kerzner, 1998).Manajemen risiko yanglayak yaitu manajemen risiko yang mengaplikasikan kemungkinan-3

kemungkinan di masa mendatang dan bersifat proaktif dari ada reaktif.Sehingga, manajemen risiko tidak hanya mengurangi kecenderunganterjadinya risiko namun juga dampak yang timbul.ISO 31000 merupakan sebuah standar internasional yang dikeluarkanoleh International Organization for Standardization (ISO) untuk mengelolarisiko. Standar internasional ini dapat digunakan untuk berbagai kegiatanindividu, kelompok maupun organisasi. Penggunaan standar ini bersifatumum, artinya, dapat digunakan untuk berbagai sektor industri (Leo & Victor,2014). ISO 31000 terbagi menjadi tiga bagian yaitu prinsip-prinsipmanajemen risiko, kerangka kerja manajemen risiko dan proses manajemenrisiko.2.1.3 Prinsip Manajemen RisikoManajemen risiko memiliki tujuan yaitu meningkatkan kinerja,mendorong untuk inovasi, dan mendukung pencapaian sasaran perusahaan.Dan manajemen risiko memiliki prinsip-prinsip yang digunakan untuklandasan mengelola risiko dan harus diperimbangkan ketika akan menetapkankerangka kerja dan proses manajemen risiko. Dan manajemen risiko yangefektif memerlukan elemen-elem sebagai berikut :a. TerintegrasiIntegrasi yaitu bagian terpadu dari semua kegiatan di dalam organisasiatau perusahaan.b. Terstruktur dan MenyeluruhPendekatan yang terstruktur dan komperhensif pada manajemen risikoyang memberikan hasil yang konsisten dan dapat dibandingkan.c. Disesuaikan dengan kebutuhanKerangka kerja dan proses manajemen risiko harus disesuaikan denganpenggunanya dan sebanding dengan konteks internal dan internal, termasukjuga terhadap sasaran yang terkait.4

d. InklusifYang dimaksud inklusif yaitu keterlibatan para pemangku kepentingansecara memadai dan tepat waktu, dalam kegiatan berbagi pengetahuan,pandangan dan pandanganya untuk dijadikan pertimbangan.e. DinamisSebuah risiko dapat muncul, berubah atau hilang ketika terjadi perubahankonteks eksternal maupun konteks internal. Manajemen risiko akanmengantisipasi, memindai dan memahami seta menangani perubahan danperistiwa yang terjadi secara memadai dan tepat waktu.f. Informasi terbaik yang tersediaManajemen risiko secara tegas menyatakan keterbatasan dari informasiyang tersedia dan juga ketidak pastian yang melekat pada informasi danharapan tersebut.g. Faktor Budaya dan ManusiaBudaya dan manusia adalah hal yang tidak bisa di pisahkan dan sangatmempengaruhi penerapan seluruh aspek manajemen risiko pada setiaptingkatanh. Perbaikan SinambungManajemen risiko melakukan perbaikan terus menerus berdasarkanpengalaman dan pembelajaran.Prinsip manajemen risiko tidak mengharuskan untuk dilakukan secarakaku, tetapi prinsip ini dapat digunakan sebagai panduan yang memantudalam merancang penerapan dan pengawasan kerangka kerja dan prosesmanajemen risiko.2.1.4 Kerangka Kerja Manajemen RisikoKerangka manajemen risiko yaitu digunakan sebagai landasanmaupun fondasi dalam mengelola sebuah manajemen risiko. Yang dimaksudsebagai fondasi yaitu kebijakan manajemen risiko, strategi manajemen risiko,kepemimpinan dan komitmen. Kerangka kerja manajemen risiko merupakangambaran dari bagaimana tata kelola manajemen risiko suatu organisasi akandilaksanakan.5

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Manajemen Risikoa. Integrasi manajemen risiko adalah sangat bergantung pada pemahamanterhadap struktur organisasi dan konteks organisasi.b. Perancangan kerangka kerja manajemen risikoc. Implementasi manajemen risikod. Evaluasi pada dasarnya adalah proses untuk memantau dan memperbaikikeefektifan rancangan dan pelaksanaan semua kegiatan dalam kerangka kerjamanajemen risikoe. Perbaikan merupakan proses tindak lanjut dari proses evaluasi, yangdilakukan oleh unit manajemen risiko, auditor internal, auditor eksternalataupun regulator2.1.5 Proses Manajemen RisikoProses manajemen risiko adalah mencakup penerapan yangsistematis dari kebijakan, prosedur dan berbagai pendekatan untukmenjalankan komunikasi dan konsultasi, membangun konteks dan menilairisiko, memberi perlakuan, memantau, meninjau ulang, mencatat danmelaporkan6

Gambar 2.2 Proses Manajemen Risiko2.1.5.1 Komunikasi dan KonsultasiUntuk menerapkan proses manajemen risiko terdapat aktivitas yangharus dilakukan yaitu komunikasi dan konsultasi yaitu bertujuan untukmembantu stakeholders dalam memahami risiko, komunikasi digunakanuntuk membangun kesadaran dan pemahaman terhadap risiko-risiko dankonsultasi digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukansebagai pengambilan keputusan.2.1.5.2 Lingkup, Konteks dan KriteriaProses manajemen risiko harus diaplikasikan pada tingkatanorganisasi dan unit kerja dengan sasaran, proses kerja, maupun lingkunganoprasional yang berbeda-beda yaitu pada level strategis, Oprasional,program, proyek dan aktivitas lainnya.Konteks internal dan internal adalah lingkungan organisasimenetapkan dan mencapai sasaran. Dalam hal ini dijelaskan bagaimanaorganisasi dan pemilik risiko memetakan konteks internal dan kontekseksternal untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisilingkungan bisnis yang menjadi tempat dimana organisasi berusahamencapai berbagai sasaran dan memperoleh informasi yang akurat tentang7

kondisi lingkungan bisnis yang menjadi sumber-sumber penyebab riskoyang mempengaruhi ketercapaian sasaran.Kriteria risiko merupakan sebuah aktivitas untuk digunakan menilaitingkat risiko, baik dalam hal ancaman kerugian maupun peluang yangbermanfaat bagi pencapaian sasaran.2.1.5.3 Identifikasi RisikoDalam proses manajemen risiko hal yang harus dilakukan yaituidentifikasi risiko, mengenalli, menerima dan menjabarkan risiko yangdapat menunjang atau menghambat pencapaian sasaran organisasi2.1.5.4 Analisis RisikoProses manajemen risiko juga terdapat tahap Analisa risiko yangbertujuan untuk memahami sifat, perilaku risiko dan peringkat risiko.Dalam analisa risiko meliputi pertimbangan detail terkait dengan ketidakpastian, sumber risiko, dampak, kemungkinan, peristiwa risiko yang terjadi,skenario, pengendalian risiko dan keefektifannya.2.1.5.5 Evaluasi RisikoUntuk tahap perbaikan yaitu perlunya dilakukan evaluasi dengantujuan membantu proses pengambilan keputusan, evaluasi dilakukandengan mempertimbangkan risiko terhadap kriteria yang telah ditentukan.2.1.5.6 Perlakuan RisikoSetelah risiko telah dilakukan assessment risiko maka selanjutnyadilakukan seleksi opsi-opsi perlakuan risiko, perlakuan tanggap darurat danpemulihan bencana dan siapkan dan laksanakan rencana perlakuan risiko,2.1.5.7 Pemantauan dan TinjauanPemantauan dan tinjauan adalah bagian dari manajemen risiko yangdigunakan dalam memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsimanajemen risiko berjalan dengan benar dan baik. Tujuan dari pemantauandan tinjauan menjamin dan memperbaiki kualitas keefektifan rencanapelaksanaan proses manajemen risiko, implementasi dan hasil akhir yangdiharapkan.8

2.1.5.8 Pencatatan dan PelaporanPencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mengomunikasikanaktivitas-aktivitas proses manajemen risiko, menyediakan informasi bagipengambil keputusan, memperbaiki aktivitas proses manajemen risiko danmembantu interaksi dengan stakeholders.2.2 Enterprise Risk ManagementEnterprise Risk Management atau biasa disebut ERM yaitu suatukemampuan perusahaan yang digunakan untuk memahami dan mengendalikantingkat risiko yang diambil dalam mengelola strategis bisnis, ditambah jugadengan akuntanbilitas atas risiko yang diambil. Manfaat utama dari ERM yaitumenambah perspektif dan fokus pada manajemen risiko di seluruh liniperusahaan.ERM adalah sebagai suatu proses yang dipengaruhi manajemenperusahaan yang diimplementasikan dalam setiap strategi perusahaan dandirancang untuk memberikan keyakinan memadai agar dapat mencapai tujuanperusahaan.2.3 Key Risk Indicator2.3.1 Pengertian Key Risk dapatmengindikasikan tingkat kemungkinan terjadinya risiko / potensi dampak darisebuah peristiwa risiko. Tujuan pengembangan seperangkat Key RiskIndicators yang efektif adalah untuk dapat mengidentifikasi metrik yangrelevan serta memberikan wawasan pada peristiwa-peristiwa yang berpotensimenimbulkan risiko yang dapat berdampak pada pencapaian tujuanorganisasi.2.3.2 Konsep Key Risk IndicatorDalam mengidentifikasi KRI maka perlu diketahui konsep terlebihdahulu yaitu yang pertama, orang harus tahu apa sasaran perusahaannya.Setelah itu, harus diketahui juga apa risiko yang berpotensi menghambatpencapaian sasaran. Setelah tahu risikonya, perlu didapatkan mana yangtermasuk risiko kunci, yaitu risiko yang paling signifikan dan paling9

menentukan pencapaian sasaran. Jika risiko kunci sudah diketahui, tahapberikutnya yaitu dengan mencari root cause atau akar penyebab/pemicumunculnya risiko kunci tersebut. Dan untuk langkah berikutnya yaitu mencaritahu indikator-indikator apa yang bisa digunakan untuk dijadikan alat ukurdalam menilai/memonitor seberapa besar pengaruh penyebab risiko initerhadap timbulnya risiko kunci yang ada. Sudah ditemukan indikatorindikator risiko tersebut maka tahap berikutnya harus melakukan identifikasiindikator risiko itu mana yang dianggap kunci atau profil risiko, mana yangpaling tersedia datanya, dan yang paling relevan terhadap risk cause tadi. Jikasemua hal itu sudah dilakukan maka tetapkan lah itu sebagai KRI.Key Risk Indicator merupakan salah satu indikator dalam prosesmanajemen risiko juga memiliki keterkaitan dengan indikator-indikatorlainnya. Dalam manajemen risiko, terdapat dua jenis indicator, yaitu laggingindicator dan leading indicator. Lagging indicator merupakan indikator dari suatukejadian yang telah terjadi beserta dampak dari kejadian itu sendiri atau dapatdisebut dengan dampak dari proses. Sedangkan leading indicator merupakanindikator dari suatu kegiatan yang berupa sebuah proses dan dilakukan untukmemprediksi kejadian di masa depan serta dapat mengubah kejadian tersebut.2.3.3 Pentingnya Penyusunan Key Risk Indicator Bagi PerusahaanPentingnya penerapan KRI yaitu membantu manajemen dalammemantau perubahan kondisi risiko yang dihadapinya maupun dapatmengidentifikasi timbulnya potensi risiko baru sehingga kedepannya dapatmembentuk manajemen yang lebih efesien dalam mengelola risiko-risikonya.2.3.4 Tahapan Penyusunan Key Risk IndicatorTahap-tahap dalam melakukan penyusunan KRI yaitu dapat dilihat padagambar 2.3 dibawah ini :10

Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan KRIa. Identifikasi Key Risk, Tools & Sumber-Sumber InformasiDalam tahap ini ada beberapa yang harus diperhatikan dalammelakukan identifikasi risko-risiko utama : Fokus pada driver risiko,melakukan wawancara pimpinan kunci dan manajemen untuk dilakukaninput, memiliki akses pada dokumen-dokumen sumber, berkonsultasi denganmanajer lini bisnis untuk ketersediaan sumber-sumber tambahan, service levelagreements.b. Konfirmasi Key Risk Dengan PimpinanSetelah ditentukanya Key Risk maka selanjutnya untuk melakukanidentifikasi Key Risk Indicator yang efektif adalah melakukan konfirmasikepada manajer atau pimpinan yang ada di unit bisnis. Cara untuk melakukantahap ini yaitu : melakukan proses review, melakukan analisis sumber dayasaat ini, meminta masukan secara langsung untuk membentuk hasilkonsensus.c. Menentukan IndikatorPotensi terjadinya risiko dimasa depan dapat didentifikasi melaluirantai dari peristiwa-pristiwa yang menyebabkan kerugian sehinggamanajemen dapat mengungkap akar penyebab dari kejadian risko dan11

selanjutnya dilakukan analisis atas informasi yang telah teridentifikasi sebagaiakar penyebab atau pristiwa menengah yang bisa berfungsi sebagai indikator.Pihak yang terlibat dalam proses ini yaitu : Unit Bisnis, Staf Ahli, ManajerSinior, Teknologi, Kepatuhan, Risiko Dan Internal Audit, pihak yangbertanggung jawab dalam monitoring risiko, pihak yang memiliki wewenangdalam pengambilan keputusan.Terdapat dua jenis indikator yang dapat digunakan sebagai monitoring potensiterjadinya risiko :1. Indikator Leading : indikator yang dapat memprediksi terjadinya pristiwamasa depan dan cenderung berubah disaat kejadian, biasanya inidigunakan sebagai prediktor, leading akan memberikan sebuah sinyalsebelum pristiwa risiko terjadi.2. Indikator Lagging : merupakan indikator yang mengikuti peristiwa yangterjadi, indikator legging akan memberikan sinyal ketika suatu peristiwarisiko terjadi.Gambar 2.3 Contoh Leading dan Legging Indicatord. Sumber DataSalah satu elemen penting dalam merancang KRI yang efektif adalahadanya jaminan bahwa semua pihak yang terlibatmengumpulkan danmenggabungkan data KRI harus memiliki pemahaman yang jelas terhadapdefinisi dari masing-masing data individu yang akan digunakan Tanpaadanyakepercayaan tersebut, informasi yang dikumpulkan akan menjadi lemahsehingga dapat mempengaruhi proses penentuan keputusan akhir. Kualitas12

data yang tersedia yang digunakan untuk memantau risiko juga menjadielemen penting lainnya. Perhatian harus diberikan pada sumber informasi,baik data internal organisasi atau data yang diperoleh dari pihak eksternal.Sebagai contoh, data internal mungkin tersedia terkait dengan kejadiankejadian risiko sebelumnya yang dapat memberikan informasi tentang potensieksposur risiko dimasa depan. Namun, biasanya data internal tidak memilikiketersediaan risiko dalam jumlah banyak, terutama risiko-risiko yang belumditemui sebelumnya. Kecenderungan timbulnya peristiwa risiko yangmemiliki dampak signifikan berasal dari sumber eksternal, seperti perubahankondisi ekonomi, perubahan suku bunga, atau persyaratan peraturanperundang-undangan yang baru. KRI yang relevan banyak ditemukanberdasarkan pada data eksternal karena banyak akar penyebab suatu peristiwayang mempengaruhi strategi, timbul dari luar organisasi.Sumber eksternal seperti publikasi perdagangan dan daftar kerugianyang disusun oleh penyedia informasi independen juga dapat membantudalam mengidentifikasi potensi risiko yang belum dialami oleh organisasi.Diskusi dengan stakeholder seperti pelanggan, karyawan dan pemasok dapatmemberikan wawasan penting berdasarkan risiko yang mereka hadapi, yangpada akhirnya dapat menciptakan risiko bagi organisasi. Pemahaman secaracermat persyaratan peraturan dan hukum yang harus dipenuhi dapatmembantu dalam mengantisipasi potensi risiko dan peristiwa yangmendahului mereka.Data KRI yang bersumber dari pihak eksternal dan/atau independenmemberikan manfaat pada obyektivitas. Sebuah validasi yang cermat padasumber eksternal, dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan dalamefektivitas KRI yang dibangun.e. Identifikasi MatriksMetrik risiko dibangun sebagai indikator risiko yang dapat membantukita dalam menentukan arah dari mana risiko akan datang. Metrik dapatmengidentifikasi adanya penyimpangan atau deviasi dari suatu target atautujuan strategis perusahaan. Dengan mengukur nilai-nilai pada metrik, akan13

dapat memberikan informasi peringatan bahwa metrik tujuan strategisberikutnya tidak akan menguntungkan. Identifikasi metrik dilakukan denganbeberapa langkah, yaitu:1. Melakukan review dokumen-dokumen sumber;2. Melakukan pemeriksaan indikator kinerja yang ada atau metrik lainnyayang saat ini dikumpulkan untuk melihat apakah mereka juga dapatdigunakan sebagai indikator risiko;3. ukmengidentifikasi indikator risiko baru;4. Berpartisipasi dalam kelompok konsorsium industri untuk berbagiinformasi serta dapat mengidentifikasi adanya praktik-praktik terbaikyang telah digunakan.Jika suatu perusahaan menerapkan terlalu banyak metrik, pengelolaanya akanbanyak menghabiskan waktu dan akan memberikan informasi yang terlalubanyak kepada manajemen. Di sisi lain, jika terlalu sedikit metrik yangdiimplementasikan, proses pengambilan keputusan akan menjadi sulit, karenatidak ada informasi penting yang dapat diketahui. Metrik memerlukan tujuan,target, interpretasi dan struktur pelaporan. Metrik hanya bisa memilikifungsinya jika nilai-nilainya dapat diukur, karena kita tidak dapatmengendalikan sesuatu yang tidak bisa diukur.Kelayakan suatu ukuran (metric) untuk dijadikan KRI, dapat dinilaidengan tujuh kriteria sebagai berikut:1. Kejelasan/kecukupan Frekuensi pengambilan data.a. Nilai Rendah (Nilai 1); jika frekwensi pengambilan data tidak jelasdan/atau frekwensi pengambilan data periode bulanan atau kurang.b. Nilai Medium (Nilai 3); jika frekwensi pengambilan data jelasdan/atau frekwensi minimal periode mingguan atau frekwensipengambilan data dilakukan namun kegunaannya tidak jelas apakahuntuk mencegah timbulnya risk event.c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika frekwensi pengambilan data jelas dan/ataufrekwensi pengambilan data minimal periode harian atau frekwensi14

pengambilan data dilakukan cukup sering untuk mengidentifikasi danmencegah timbulnya risk event.2. Kejelasan Level Pemicu (Trigger Level) dataa. Nilai Rendah (Nilai 1); jika triger level belum teridentifikasi.b. Nilai Medium (Nilai 3); jika triger level sudah terindentifikasi,namun belum dilakukan perhitungan secara analitis.c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika triger level sudah exist dan analitis.3. Kriteria Eskalasi (Escalation Criteria) dataa. Nilai Rendah (Nilai 1); jika kriteria eskalasi tidak jelas.b. Nilai Medium (Nilai 3); jika kriteria eskalasi sudah exist, namunowner atau dokumentasinya tidak jelas.c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika kriteria eskalasi sudah jelas beserta PICdan dokumentasinya.4. Jenis/sifat data: Leading atau Lagging indicator.a. Nilai Rendah (Nilai 1); jika ukuran terkait dg kejadian risiko?b. Nilai Medium (Nilai 3); jika ukuran terkait dengan kontrol ataupenyebab, tapi tidak cukup leading untuk mencegah terjadinya risiko.c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika ukuran terkait dengan salah satu penyebabutama dan cukup leading untuk mencegah terjadinya risiko5. Kejelasan pemilik data.a. Nilai Rendah (Nilai 1); jika tidak ada kejelasan PIC yang ditunjukserta data lebih bersifat adhock.b. Nilai Medium (Nilai 3); jika ada penunjukan PIC,namun berubahubah, atau tidak adanya kejelasan PIC pemilik data merupakanbagian dari job description siapa?c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika PIC yang ditunjuk untuk pembuatan dananalisa data jelas dan sudah menjadi bagian dari Job Description.6. Ketersediaan data historisa. Nilai Rendah (Nilai 1); jika historis data baru atau akan dibuat (tanpatersedia data masa lalu).15

b. Nilai Medium (Nilai 3); jika historis data masa lalu tersedia ukmenyusunnya.c. Nilai Tinggi (Nilai 5); jika historis data tersedia dan dapat dilakukantrac

Manajemen risiko melakukan perbaikan terus menerus berdasarkan pengalaman dan pembelajaran. Prinsip manajemen risiko tidak mengharuskan untuk dilakukan secara kaku, tetapi prinsip ini dapat digunakan sebagai panduan yang memantu dalam merancang penerapan dan pengawasan ker

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis A. Teori Agency (Agency Theory) . agent (yangmenerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.3 Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.4 Teori agensi .

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder.Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai: “any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the organi

BAB II . URAIAN TEORI . 1.1. Landasan Teori . Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari ha

6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Kajian Teori. 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivis