Handout: METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI (MPK)

2y ago
34 Views
2 Downloads
261.36 KB
9 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Macey Ridenour
Transcription

Handout: METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI (MPK)MEMAHAMI PARADIGMA DALAM PENELITIAN SOSIAL/KOMUNIKASI 1(Membumikan Kualitas Penelitian)Oleh: Kamaruddin Hasan2Ilmu itu apa? obyek kajianproses memperoleh pengetahuankegunaan dari pengetahuan itukaidah-kaidah berpikir umumapa benar atau salah (logika)apa baik atau buruk (etika)apa indah atau jelek (estetika)Sekilas Filsafat ilmu?Mempermasalahkan masalah metodologis yakni mengenai suatu azas serta alasanalasan apakah yang menyebabkan ilmu dapat menyatakan bahwa ia memperolehpengetahuan ilmiah .Ilmu pengetahuan itu ?Logika berpikir yang lebih sempurna dari cara berpikir orang-orang bisa sehari-hari.Jadi lebih teliti, terarah, reflektif dan lain-lain. Para filsuf Yunani mengatakan, semuapengetahuan bersumber dari RASA INGIN TAHU dalam bahasa Prancis disebutcuriocite.Sumber pengetahuan indrawi paling utama sebagai kritrum kebenaran.1. Empirik : Fisika, Kimia, Biologi tanpa melibatkan perasaan.2. Humaniora sejarah verstehen methodemenggunakan logika sains,berdasarkan yang telah ada terlebih dahulu memberi tempat seluas-luasnyakepada perasaan sebagai kriterium kebenaran mitos mengapa disebutpengetahuan Humaniora karena lebih manusiawi. Penalaran induktif dandeduktif itu apaInduktif itu Orang memperoleh (intuitif) pengetahuan baru, sifatnya kemungkinan,peluang, probabilitas. Deduktif itu orang mendapatkan pengetahuan eksplisit, yangsecara implisit sebetulnya telah dimilikinya.12Diambil dari berbagai sumberDosen prodi ilmu komunikasi Fisip Unimal1-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

LANDASAN FILOSOFIBurrell dan Morgan (1979:1) berpendapat bahwa ilmu sosial dapatdikonseptualisasikan dengan empat asumsi yang berhubungan dengan ontologi,epistemologi, sifat manusia (human nature), dan metodologi.Ontologi. Ontologi adalah asumsi yang penting tentang inti dari fenomena dalampenelitian. Pertanyaan dasar tentang ontologi menekankan pada apakah “realita” yangditeliti objektif ataukah “realita” adalah produk kognitif individu. Debat tentangontologi oleh karena itu dibedakan antara realisme (yang menganggap bahwa duniasosial ada secara independen dari apresiasi individu) dan nominalisme (yangmenganggap bahwa dunia sosial yang berada di luar kognitif individu berasal darisekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk menyusun realitas)Epistemologi. Epistemologi adalah asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan(grounds of knowledge) – tentang bagaimana seseorang memulai memahami duniadan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan kepada orang lain. Bentukpengetahuan apa yang bisa diperoleh? Bagaimana seseorang dapat membedakan apayang disebut “benar” dan apa yang disebut “salah”? Apakah sifat ilmu pengetahuan?Pertanyaan dasar tentang epistemologi menekankan pada apakah mungkin untukmengidentifikasikan dan mengkomunikasikan pengetahuan sebagai sesuatu yangkeras, nyata. dan berwujud (sehingga pengetahuan dapat dicapai) atau apakahpengetahuan itu lebih lunak, lebih subjektif, berdasarkan pengalaman dan wawasandari sifat seseorang yang unik dan penting ( sehingga pengetahuan adalah sesuatuyang harus dialami secara pribadi).Debat tentang epistemologi oleh karena itu dibedakan antara positivisme (yangberusaha untuk menjelaskan dan memprediksi apa yang akan terjadi pada dunia sosialdengan mencari kebiasaan dan hubungan kausal antara elemen - elemen pokoknya)dan antipositivisme (yang menentang pencarian hukum atau kebiasaan pokok dalamurusan dunia sosial yang berpendapat bahwa dunia sosial hanya dapat dipahami darisudut pandang individu yang secara langsung terlibat dalam aktifitas yang diteliti.Sifat manusia (human nature), adalah asumsi- asumsi tentang hubungan antarmanusia dan lingkungannya. Pertanyaan dasar tentang sifat manusia menekankankepada apakah manusia dan pengalamannya adalah produk dari lingkungan mereka,secara mekanis/determinis responsif terhadap situasi yang ditemui di dunia eksternalmereka, atau apakah manusia dapat dipandang sebagai pencipta dari lingkunganmereka.Perdebatan tentang sifat manusia oleh karena itu dibedakan antara determinisme (yangmenganggap bahwa manusia dan aktivitas mereka ditentukan oleh situasi ataulingkungan dimana mereka menetap) dan voluntarisme (yang menganggap bahwamanusia autonomous dan freewilled.Metodologi, adalah asumsi - asumsi tentang bagaimana seseorang berusaha untukmenyelidiki dan mendapat “pengetahuan” tentang dunia sosial. Pertanyaan dasartentang metodologi menekankan kepada apakah dunia sosial itu keras, nyata,kenyataan objektif berada di luar individu ataukah lebih lunak, kenyataan personal2-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

berada di dalam individu. Selanjutnya ilmuwan mencoba berkonsentrasi padapencarian penjelasan dan pemahaman tentang apa yang unik/khusus dari seseorangdibandingkan dengan yang umum atau universal yaitu cara dimana seseorangmenciptakan, memodifikasi, dan menginterpretasikan dunia dengan cara yang merekatemukan sendiri.Debat tentang metodologi oleh karena itu dibagi menjadi dua antara prinsip nomotetik(yang mendasarkan penelitian pada teknik dan prosedur yang sistematis,menggunakan metode dan pendekatan yang terdapat dalam ilmu pengetahuan alamatau natural sciences yang berfokus pada proses pengujian hipotesis yang sesuaidengan norma kekakuan ilmiah atau scientific rigour) dan prinsip ideografis (yangmendasarkan penelitian pada pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahamidunia sosial dengan mendapat pengetahuan langsung dari subjek yang diteliti,memperbolehkan subjektivitas seseorang berkembang dalam sifat dasar dankarakteristik selama proses penelitian.Interaksi antara sudut pandang ontologi, epistemologi, sifat manusia, dan metodologimemunculkan dua perspektif yang luas dan saling bertentangan yaitu pendekatansubjektif dan objektif dalam ilmuDalam melakukan penelitian keharusan kita untuk berlaku “adil”. Kita tak bolehmemaksakan kehendak dalam hal penggunaan teori, metode penelitian, metodepengumpulan data, dan teknik analisis data; melainkan harus selaras dengan paradigmapenelitian yang kita pilih. Sebab tiap-tiap paradigma memiliki criteria kualitaspenelitian yang berbeda satu sama lain.3Masalahnya, berdasarkan sedikit pengalaman mengajar dan membimbing serta kadangmenguji skripsi, masih terdapat kesulitan yang cukup merata di kalangan mahasiswauntuk mewujudkan kriteria tersebut dalam riset yang mereka lakukan. Umumnyamereka belum paham bagaimana, misalnya, menerjemahkan kriteria “historicalsituatedness” dalam riset yang menggunakan paradigma kritikal dan paradigma lain.Kadang ada pula yang bertanya, ‘jalan atau cara apa yang mesti saya tempuh agarpenelitian saya benar-benar terlihat “critical” karena memang saya menggunakanparadigma kritikal’? \Hubungan Paradigma dengan Data PenelitianSekadar mengingatkan, bahwa ada yang mengelompokkan paradigma penelitiankedalam tiga jenis: klasik, kritis, dan konstrukstivis. Salah satu sumber adalah tulisanEgon G. Guba dan Yvonna S. Lincoln, Competing Paradigm in Qualitative Research(Denzin dan Lincoln, 1994). Dalam edisi 1994 itu, Guba dan Lincoln membagiparadigma kedalam empat jenis: positivism, postpositivism, critical, dan3Publikasi pertama (Alm) Dedy N Hidayat, tentang masalah ini adalah “Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”(Jurnal ISKI Vol. III/April 1999) yang sebagiannya dikutip oleh Agus Salim dalam “Teori dan Paradigma Penelitian Sosial”(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001). Kemudian secara berturut-turut “Identifikasi Beberapa Kesalahan dan Kelemahan dalamSkripsi-Tesis-Disertasi” (Thesis No.1/Volume1/2002) dan, “Menghindari Quality Criteria yang Monolitik dan Totaliter”.(Thesis VolumeIII/No.3, 2004).3-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

constructivism. Tetapi dalam edisi 2000, dalam artikelnya ParadigmaticControversies, Contradictions, and Emerging Confluences, (Denzin dan Lincoln,2000) membagi paradigma kedalam lima jenis. Mereka menambahkan paradigmaparticipatory kedalam keempat paradigma sebelumnya.Di sini memang kita hanya mengutip bagian goodness or quality criteria. Yang pasti,masing-masing paradigma tersebut memiliki implikasi pada data penelitian yang(harus) dikumpulkan dan kriteria kualitas yang dicapai.Bila kita resapi dengan sungguh-sungguh, sejak dari dimensi ontologis, epistemologis,aksiologis, hingga methodologis, ketiga/keempat/kelima paradigma tersebutmenuntun dan menuntut kita mengenai: (1) cara/teknik pengumpulan data yangberbeda satu sama lain di antara ketiganya, (2) jenis data yang diperoleh, dan (3) caramelaporkan data yang dikumpulkan agar kualitas masing-masing paradigma tercapai.Dalam cara/teknik menghimpun data, paradigma klasikal (gabungan positivism danpostpositivism) menggunakan teknik pengamatan tak terlibat (untuk penelitian yangmenggunakan fenomenologi dalam kelompok kualitatif) dan teknik wawancaraberstruktur/ kuesioner (untuk penelitian yang menggunakan survey dalam kelompokkuantitatif). Paradigma kritikal memakai sejumlah teknik pengamatan terlibat,wawancara mendalam, analisis teks, data sekunder, bahkan wawancara berstruktursekaligus. Sedangkan paradigma konstruktivis cenderung memasang teknikpengamatan terlibat, analisis teks empatif, dan data sekunder empatif yang umumnyaberlangsung dalam penelitian yang menggunakan etnografi, studi kasus,etnometodologi dalam kelompok kualitatif. Adapun paradigma participatorycenderung menggunakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan terlibat;kegiatan bersama/dialog interaktif dengan subyek penelitian.Data dalam paradigma klasikal “bersifat obyektif” dalam arti didasarkan ataspandangan si peneliti, sedangkan yang diteliti hanyalah obyek belaka. Dalam tradisikualitatif yang menggunakan fenomenologi, data dimaksud adalah hasil pengamatansi peneliti terhadap sebuah obyek penelitian. Dalam tradisi kuantitatif yang memakaimetode survey, data dimaksud adalah jawaban responden yang alternatifnya telahdisiapkan sebelumnya oleh peneliti dalam sebuah kuesioner.Menurut paradigma konstruktivis data “bersifat subyektif” dalam arti didasarkanatas pandangan pihak yang diteliti. Mereka (yang diteliti) diperlakukan sebagaisubyek penelitian yang memiliki pandangan tertentu atas apa yang menjadi perhatiansi peneliti. Dengan demikian, data dalam paradigma kontruktivisharuslahmencerminkan “apa yang dirasakan dan yang ingin disampaikan oleh pihak yangditeliti (: subyek penelitian)”, bukan apa yang ingin diceritakan oleh si peneliti.Sehingga di sini peneliti mesti menyelami (embodied) alam fikiran subyek penelitianagar diperoleh perspektif yang bersifat subyektif tersebut.Dalam paradigma kritikal, yang disebut data adalah realitas yang ada di balikkenyataan yang tampak. Paradigma ini berbicara sesuatu di balik tabir terutamamenyangkut masalah-masalah ideology, kekuasaan (power) dan kepentinganekonomi-politik dari sebuah masalah yang diteliti. Sebagai contoh, misalnya kita4-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

meneliti mengenai maraknya tayangan mistik. Yang menjadi persoalan bukanlahtingkat kesukaan penonton dan dampaknya terhadap masyarakat melainkan sebuahfenomena persaingan bisnis TV dalam merebut rating dan menangguk iklan;kepentingan ekonomi-politik TV-lah sebagai datanya. Kalau kita mewawancaraiseorang nara sumber, yang kita gali darinya adalah “pandangan ideologis” si subyekmengenai realitas yang kita teliti.Dalam paradigma participatory, yang disebut data adalah realitas bersama antarapeneliti dan yang diteliti (subjective-objective reality) mengenai hal-hal yang dapatdilakukan bersama (pengetahuan praktis) guna melakukan perubahan. Misalnya kitamelakukan riset tentang kemiskinan; maka kita temukan “pengetahuan praktis” apayang ditemukan bersama orang/komunitas yang kita teliti guna melakukanpengentasan kemiskinan orang/komunitas tersebut.Jenis Data Menurut Masing-masing Paradigma PenelitianJenis atoryBersifat objectif.Data adalahhasilpengamatan sipeneliti terhadapsebuah obyekpenelitian; ataujawabanresponden yangalternatifnyatelah disiapkanoleh si peneliti.Realitas di balikkenyataan yangtampak. Datamerupakan hasilpenggalianterhadap realitasyang terlihatgunamenemukansesuatu di balikitu berupakekuasaan,ideology, dansejenisnya.Bersifatsubjectivist. Dataadalah sesuatuyang menjadiperasaan dankeinginan pihakyang diteliti untukmenyatakannya.Subjective-objectivereality; realitasbersama antarapeneliti dan yangditeliti mengenaipengetahuan praktisguna melakukanperubahan.Dalam cara melaporkan data yang dikumpulkan, paradigma klasikal menggunakanbahasa si peneliti yang umumnya formal dan hipotetis. Hal ini ada kaitannya denganproses pelaksanaan penelitian atau tepatnya relasi antara si peneliti dan yang diteliti.Dalam paradigma klasikal di antara keduanya terdapat jarak yang tegas, denganasumsi si peneliti berhak menentukan gambaran apapun tentang obyek yang diteliti.Paradigma kritikal memakai bahasa informal dan advokatif. Dalam melaporkan hasilpenelitiannya, si peneliti berusaha menunjukkan kenyataan yang diperkirakan mampumenggugah kesadaran pembaca tentang suatu hal yang sedang dibahas atau menimpakorban. Di sini bahasa kaum kritikal yang berbasis “kiri” sangat menonjol.Sedangkan paradigma konstruktivis menggunakan teknik pelaporan yang bersifatmenceritakan ulang apa yang menjadi pandangan (konstruksi) si subyek tentangberbagai hal yang dibicarakan dalam penelitian. Di sini peneliti berfungsi sebagai“penyambung lidah pihak yang diteliti/subyek penelitian.” Dalam banyak hal, guna5-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

memperlihatkan keotentikan pandangan si subyek, maka kutipan langsung danpenggunaan bahasa setempat (indigenous) sangat dianjurkan.Adapun bahasa yang dipakai dalam paradigma participatory adalah bahasa aksi;mengarah kepada uraian praktis apa yang menjadi consern komunitas yang diteliti.Hal-hal yang dilaporkan adalah pengetahuan-praktis yang mengemuka dari interaksiantara peneliti dan yang diteliti.Cara Melaporkan Data Berdasarkan Paradigma PenelitianHubunganproses danhasilpenelitianCaraMelaporkanData yangKlasikKritisKonstruktivisParticipatoryP O H;P O TeoriKritis H;P O Empatif H;P O Interaktif H;Peneliti (P)melihat O viateori kritisdengan Hsebagai hasilpenelitian darisudut pandangO.Peneliti (P)melihat O dariperspektif Odengan hasil Hdari sudutpandang O.Peneliti (P) melihatO dari perspektif Odan P dengan hasilH dari sudut pandangbersama O dan P.Peneliti (P)melihat obyekpenelitian (O)dengan Hsebagai hasilpenelitian darisudut pandangP.- Menggunakanbahasa formaldan standar- Menggunakan - Menggunakan - Menggunakanbahasabahasabahasa aksi;informal daninformal dan - Menggunakanadvokatifindegenous.- Menggunakanteknik “konsultan”teknik- Menggunakan - kankembali film“menggugah“penyambungtindakan praktisyang kitakesadaranlidah pihakapa yang mestitonton”.pembaca dariyangdilakukan.apa yangditeliti/subyedirasakank penelitian”.korban”.Quality Criteria berdasarkan Metode PenelitianUntuk menghindari criteria kualitas yang otoriter dan monolitik, sesungguhnya tidakhanya berdasarkan paradigma dan jenis teori yang dipakai), melainkan pula menurutmetode penelitian yang dipergunakan. Jika kita mau bersungguh-sungguh menegakkantradisi ilmiah, sebetulnya setiap paradigma, pendekatan dan metode penelitianmemiliki logika dasar dan kosa kata (bahasa) sendiri-sendiri.Penelitian kuantitatif dengan metode survey memiliki logika dasar hipoteticodeductive. Bahwasanya dalam melaksanakan riset kuantitatif dengan survey lazimnyadimulai dengan adanya sebuah atau lebih konsep sebagai variable penelitian (bebas dan6-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

terikat). Kemudian konsep itu diuraikan (dioperasionalisasikan) hingga tingkatindikator yang atas dasar ini dibuat instrument (kuesioner) penelitian. Jadi dalam risetkuantitatitif sebelumnya sudah ada rencana/anggapan (apriori) untukmengukur/menguji sebuah/lebih variable dalam sebuah populasi (sampel). Bahasa yanglazim dipakai antara lain “hubungan” atau “pengaruh”, “tingkat” atau“kecenderungan”, “prosentasi” atau “kekuatan” hubugan; dan sebagainya.Sedangkan, penelitian kualitatif dengan metode yang manapun --sedikitnya ada 8metode (Denzin dan Lincoln, 1994 dan 2000 beserta perbedaannya untuk kedua edisitersebut), -- umumnya memiliki pola pikir grounded-inductive, yaitu usaha memahamisebuah gejala dari perspektif teori/konsep tertentu. Di sini, konsep (-konsep) tidakhendak diuji/diukur dalam sebuah sampel; melainkan dipakai untuk menjelaskanfonomena yang diteliti. Peneliti dengan demikian sebelumnya peneliti tidak memilikianggapan (aposteriori); bahkan ia berusaha menemukan “teori” dari gejal yangditelitinya. Kosa kata yang banyak digunakan antara lain “keterkaitan antar gejala ,”“makna sebuah gejala” dan “pola yang ditemukan”.Perbandingan cara berbahasa (logika berpikir) antara Pendekatan Kuantitatifdan KualitatifKuantitatif (: Survey)KualitatifLogika dasarHypothetic deductiveGrounded inductiveKosa kata- Hubungan antara X dan Y- Keterkaitan antar gejala- Pengaruh X terhadap Y- Gejala yang menonjol- Tingkat signifikansi- Makna gejala- Kekuatanhubungan/pengaruh- Uraiannya padat untukmenjawab hipotesis(diterima/ditolak).- Deskripsi yang utuh- Uraiannya tebal untukmemperoleh gambaran yanglengkap.Dalam tradisi kualitatif bahkan setiap metode penelitian memiliki cara bertutur yangbukan sekadar membedakan antar jenis metode penelitian, tetapi mencerminkan logikadasar yang dipakai dan jenis temuan untuk setiap metode. Sebagai contoh, sayakutipkan empat “bahasa” yang lazim berlaku dalam empat metode kualitatif: groundedresearch, ethnography, case study, dan phenomenology.7-----------------------Copyright 2013-2014, Kamaruddin Hasan HP. 081395029273, Email:kamaruddin.unimal@gmail.comsemester Ganjil 2013-2014

Perbandingan cara berpikir dan berbahasa berdasarkan metode penelitianJenis MetodeKosa kataImplikasi pada temuanGoundedresearchDiscover- Menujukkan hal baru yang belumpernah diungkapkan oleh risetsebelumnyaEthnographyExplain or to seek tounderstand- Mengungkapkan apa yang menjadi“perasaan dan harapan” subyekpenelitianCase StudyExplore a processPhenomenologyDescribe theexperiences- Memperlihatkan tali-temali yangterdapat dalam sebuah atau bebarapkasus berdasarkan sebuah perspektifteoritis tertentu- Menunjukkan suatu gambaranmengenai pengalaman atau suatufenomena secara obyektif dari sudutpandang teoritis tertentuSumber: Cresswell, 1994.Selanjutnya, Cresswell (1994) juga mengajarkan betapa kualitas sebuah riset bisadibaca semenjak kita merumuskan masalah penelitian. Sebab, sebagiamanadicontohkannya setiap metode memiliki cara merumuskan masalah yang berbeda satusama lain. Cara merumuskan masalah dalam kuantitatif; merumuskan untuk univariatberbeda dari multivariat; untuk deskripsi variabel bebas berbeda dari deskripsi variabelantara; untuk multivariat hubungan berbeda dari multivariat pengaruh; dan seterusnya.Demikian pula cara merumuskan masalah dalam penelitian kualitatif: groundedresearch berbeda dari case study, berbeda dari ethnography, berbeda dari fonemologi.Belum lagi kita mengukur kualitas riset Analisis Wacana, yang terbagi atas AnalisisTeks (Text Analysis) dan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis –CDA).Bukankah setiap metode analisis wacana memiliki “cara berpikirnya” sendiri sekalipunmempunyai kesamaan dasar secara umum yaitu menaruh perhatian pada tanda danmakna tanda; tetapi cara dan bentuk temuannya berbeda satu sama l

Debat tentang epistemologi oleh karena itu dibedakan antara positivisme (yang berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi apa yang akan terjadi pada dunia sosial dengan mencari kebiasaan dan hubungan kausal antara elemen - elemen pokoknya) dan antipositivisme (

Related Documents:

Silabus : Komunikasi Bisnis (Praktek) Kode : KEU2012 SKS : 2 NO Pertemuan Bahan Kajian 1 I MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS a. Pengertian Komunikasi Bisnis b. Bentuk Dasar Komunikasi c. Proses Komunikasi d. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi e. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi 2 II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengann teknik survey. Menurut Sugiyono (2014, h.8), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif, yang artinya pendekatan yang berangkat dari .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian dekriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Dalam penelitian ini mendeskripsikan gambaran perilaku remaja putri dalam .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian Research and Development (penelitian dan pengembangan) karena yang dihasilkan peneliti berupa produk bahan ajar. Metode penelitian dan pengembangan merupakan proses/langkah- langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk .

Modul e-learning Universitas Budi luhur Pengantar Ilmu komunikasi 1 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR Dr. Nawiroh Vera, M.Si. POKOK BAHASAN 1. Definisi-definisi komunikasi, 2. Karakteristik komunikasi, 3. Prinsip-prinsip Komunikasi, 4. Elemen-elemen komunikasi, 5. Fungsi komunikasi DEKRIPSI SINGKAT Mengapa manusia perlu berkomunikasi?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan ADDIE. Model ADDIE ini memiliki satu kesatuan utuh yang saling berhubungan satu sama . (3) Pengembangan (Development), (4) Implementasi (Implementation), (5) Evaluasi (Evaluation). 46 B. Prosedur Penelitian dan .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PROFIL DESA A. Metodologi Penelitian . dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara 1 . yayasan penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1994) Hal. 44 2 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pensekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta. 1998) Hal. 44 . 49 kuantifikasi. Penelitian ini .

Pola Komunikasi dalam Stuktur Organisasi. Komunikasi Vertiksal Komunikasi Horisontal. Komunikasi Informal Komunikasi Formal. Bentuk Komunikasi Grapevine. GOSIP Satu orang berkomunikasi kepada banyak orang CLUSTER Banyak orang ber