Aku Menggugat Akhwat Ikhwan - WordPress

2y ago
59 Views
8 Downloads
469.67 KB
171 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Camden Erdman
Transcription

Aku menggugat Akhwat & Ikhwan(Fajar Agustanto)Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

Kata PengantarPuji syukur kepada Allah yang telah menghantarkan segala apa yang adadimuka bumi ini menjadi berarti. Tidak ada satupun sesuatu yang diturunkan-Nyamenjadi sia-sia. Sungguh kami sangat bersyukur kepada-Mu Yaa Rabb. Hanyadenganmulah, tulisan novel ini dapat kami selesaikan.Novel Aku menggugat akhwat & ikhwan adalah novel yang menjadikantransformasi dalam keberadaan novel-novel Islam. Saya menjadikan novel Akumenggugat akhwat & ikhwan sebagai e-book. Adalah hanya untuk dakwah. InsyaAllah ini adalah novel e-book Islam yang pertama. Sesaat, setelah beberapa bulantidak ada tanggapan dari penerbit-penerbit Islam. Akhirnya saya memutuskan untukmeng-ebookkan novel ini, dan beberapa novel islam yang lain. Karena permintaandari beberapa teman-teman yang sudah membaca, dan mereka mengatakan bagus.Akhirnya saya menerbitkan karya saya dengan cara yang murah. Novel yang sayatulis sendiri.Seandainya ada teman-teman yang ingin mengirimkan novelnya untukdijadikan e-book dan dipublikasikan di website kami. Kami siap untuk menerbitkannovel anda, dengan catatan. Semua yang ada di novel ini gratis, tidak ada biaya dalampengorbitan. Dan seandainya ada penerbit yang akan mengorbitkan novel anda, makasilakan anda mengkonfirmasikannya kepada kami.Sungguh tiada maksud lain, selain untuk berdakwah. Jika memang buku-bukukita tidak bisa diterbitkan oleh para penerbit. Kenapa kita tidak menerbitkan karyakita dengan cara kita sendiri. Semoga niat kita selalu terjaga dari indahnya dunia,dengan selalu mengazamkan niat dalam dakwah.Wassalamu’alaikumFajar Agustanto(Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

JILID 1Panas terik matahari, bersinar. Terlihat bayang-bayang fatamorgana didepanaspal yang aku lewati. Panas sekali. Angkot yang aku tumpangi pun, malaju dengankecepatan yang sedang. Bagaikan menikmati hawa panas yang menyengat kulit.Apalagi aku, dengan jilbabku ini. Keringat sudah dari tadi mengalir deras ditubuhku.Tetapi, karena aku memakai pakaian yang berlapis. Dengan jilbab yang mengurailebar dan besar. Sehingga mungkin keringatku tertahan. Dan tidak sampai membuatkumenjadi terlihat sebagai pepesan akhwat. Tetapi, tidak sedikit pula keringat yangmengalir deras diwajahku. Beberapa kali orang melihatku. Mungkin, mereka berfikirpanas-panas kok pakai jilbab, besar pula. Tak seberapa lama, benar juga pikirku.Seseorang ibu melihatku dengan penuh tanya.Ibu itu mengatakan “Mbak, apa nggak gerah! Pakai jilbab yang besar seperti itu?”Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Ibu itu hanya terlihat dengansenyumnya. Entahlah, senyuman apa yang diberikan ibu itu kepadaku. Mungkinsenyuman rasa kasihan, karena keringat diwajahku terus mengalir deras. Tapi aku takperduli.Cuaca panas inilah yang menjadi pembenar. Untuk melanggar aturan-aturanyang telah ditetapkan oleh sang Al Haq. Dengan berbagai alasan, banyak wanita yangenggan atau tidak mau memakai jilbab. Sungguh ironis dalam sebuah agama terbesardi Negara ini. Lucu sih, alasan tidak memakai jilbab karena cuaca dinegara ini yangbersifat tropis. Padahal, di Arab. Cuacanya tidak kalah panasnya, bahkan lebih panasdibandingkan Negara ini. Tetapi toh, tidak menyurutkan para wanita yang berada diArab untuk berjilbab.Panas tetap menyertaiku dalam sebuah mobil angkot yang sangat pengap. Takjarang, bau keringat pun menyengat. Entah itu bau keringat siapa. Supir angkot,kenek, atau bahkan penumpang lain. Yang penting aku tidak merasa tubuhku berbau.Meskipun aku berjilbab. Aku tidak ingin tubuhku berbau badan yang tidak enak.Tetapi tetap aku juga tidak mau tubuhku harum ditempat yang tidak semestinya. Akutidak mau dianggap sebagai wanita murahan dalam agamaku. Apalagi dituduh sebagaiwanita nakal karena memakai wewangian bukan pada tempatnya.Angkot tetap melaju pada setiap detik hawa panas yang menyengat aspal.Memang berat hari ini. Tetapi aku harus tetap datang dipertemuan. Beberapa kali akudiundang, tetapi aku sering ada acara lain. Maka ini saatnya aku harus menyempatkanuntuk datang di teman-teman LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Hembusan anginyang keluar dari jendela angkot. Membuatku sedikit merasa nyaman.Hem, sampai juga akhirnya! Ucapku dalam hati.Aku turun dari angkot. Dan berjalan menuju masjid kampus. Pusat para kaderkader dakwah kampus yang akan berkumpul. Terlihat sudah banyak akhwat danikhwan yang berkumpul.“Assalamualaikum!” Salamku.Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

“Walaikumsalam! Masuk Ukh.” Sambut Ukhti Erni dengan senyum. “Alhamdulillahanti datang juga!” ucapnya lanjut.Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. “gimana, sudah dimulai?”Tanyaku basa-basi.“Iya, baru saja dimulai!”Setelah itu kami menyimak pemapaparan yang diberikan oleh Akhi Samsul, ketuaLDK. Memang, akhir-akhir ini aku tidak terlelalu aktif dalam kepengurusan LDK.Karena banyaknya amanah diluar membutuhkan waktu yang sangat besar. Dan taklupa juga, skripsiku yang menggantung karena banyaknya kegiatan. Akhirnya akumemutuskan untuk memfokuskan beberapa hal yang aku anggap penting. Seperti,skripsiku, dan juga amanah diluar.Hijab yang menutupi saat syuro’. Tidak menurunkan kualitas para ikhwan danakhwat untuk bisa memberikan kontribusinya dalam dakwah. Mereka sangatsemangat dengan cara-cara seperti ini. Bahkan memberikan ruang tersendiri bagi paraakhwat. Atau bisa juga disebut. Ruang privacynya para akhwat. Jadi benar-benarsangat menyenangkan. Karena dengan begitu, kami tidak terlihat bercampur baurdengan para ikhwan. Sehingga dengan bebas mengutarakan pendapat, tanpa harusmalu dilihat para ikhwan.“Setiap dari kita, harus bisa memberikan kontribusi yang jelas terhadap dakwah kita!Maksudnya adalah, setiap anggota harus mampu berkomunikasi dengan baik kepadapara mahasiswa-mahasiswa. Jadi agar kita tidak terlalu dibilang eksklusif olehmereka. Terkadang julukan itu, membuat gerakan dakwah kita menjadi terhambat.Maka dari itu, ana harap. Setiap kader LDK, dapat bersosialisasi dengan mereka.Minimal menjelaskan beberapa hal tentang kegiatan LDK. Dan, maksimal kita dapatmengajak mereka untuk dapat ikut serta berdakwah!” Ucap Samsul dengan panjanglebar. “Baik, ada yang perlu ditanyakan?” Lanjutnya.“Begini, Akh. Ana mempunyai beberapa trik-trik untuk membuat statement kepadamahasiswa yang merasakan keeksklusifan kita! Seperti halnya, menyebarkan bulletinkepada mahasiswa-mahasiswa dengan tema yang diangkat. Adalah program-programLDK. Jadi kita tidak usah repot-repot untuk mendatangi mereka!” Ucap, Rofiq.“Hem, boleh juga! Ada masukan lain, mungkin? Dari para Akhwat!” Ucap Samsul.“Assalamualaikum!” Ucapku. Yang akhirnya disambut dengan jawaban salam parapeserta syuro’. “Kalau menurut ana, lebih baik memberikan pendekatan kepadamereka. Dengan cara ikut bergabung dengan mereka, tentunya jika tidak menyimpangdari syari’at. Tetap! Karena pada dasarnya, mahasiswa-mahasiswa yang menganggapkita eksklusif, karena kita sangat jarang sekali berkumpul dengan mereka. Sehinggastatement seperti itu muncul dipermukaan, karena perilaku kita sendiri. Ana memangmerasakan benar, bahwa banyak ikhwan atau pun akhwat. Yang merasa lebih enjoybergabung dengan halaqoh mereka, dari pada dengan mahasiswa yang bukan darihalaqoh mereka. Ini merupakan bentuk ketimpangan yang mendasar. Yang akhirnyamenjadikan para mahasiswa merasa bahwa para kader LDK. Mempunyai kehidupansendiri. Atau dalam kata lain, mengasingkan dari kehidupan mahasiswa.” Aku sedikitFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

menghela nafas. “ana rasa jika ingin tetap terlihat eksis dalam dakwah kita.Seharusnya, kita malah harus punya objek dakwah yang jelas. Atau dalam kata lain.Bahwa kita tidak mengesampingkan objek dakwah lain, meskipun kita sudahmempunyai objek dakwah! Seperti halnya, jika kita berada dilingkup kampus. Makaobjek dakwah yang fital, adalah para mahasiswa-mahasiswa yang belum tersentuholeh dakwah. Ini merupakan sebuah tantangan besar bagi kader dakwah kampus! Jadikader dakwah kampus, tidak hanya diluar saja mereka bisa berdakwah. Sepertimengajar ngaji didesa-desa kumuh, bakti social, dll. Tidak hanya seperti itu. Tetapiseharusnya kita harus membenahi juga rumah kita sendiri, dalam artian kampus kitaini. Karena, antum dan anti lihat saja sendiri. Bagaimana kondisi akhlak dan akhidahkampus kita. Jadi ini merupakan sebuah ladang dakwah bagi kita juga!”Sejenak, peserta kami pun terdiam.“Wah, Ukhti! Jarang ikut syuro’ tapi selalu dapat memberikan penjelasan yang bagus”Bisik ukhti Erni.Aku hanya tersenyum, sambil berkata. “Ini sanjungan apa sindiran! Kalau sanjungan,biasanya Ali Bin Abi Tholib itu membalasnya dengan melemparkan sandalnya. Nahkalau ini sindiran, mending nggak usah disindir gitu! Ana datang aja sudah merasakesindir.” Bisikku ke ukhti Erni.“Hhihihi !” Ukthi Erni sambil memegang kepalanya, takut dilempar sandal.“Hem iya, bisa juga seperti itu! Syukron Ukhti atas sarannya. Ana rasa, saran antiboleh juga!” Ucap Samsul.Syuro’ diakhiri dengan beberapa pernyataan untuk dapat memberikan kesanyang lebih baik kepada para mahasiswa. Tidak terlalu terlihat mengasingkan diri darikehidupan mahasiswa lainnya. Mau ikut bergabung dengan kegiatan-kegiatanmahasiswa lainnya selama tidak keluar dari izzah para kader dakwah kampus. Danbeberapa hal keputusan yang lainnya. Intinya, kader dakwah kampus harus mampudapat memberikan kontribusi yang jelas baik dan menjadikan mahasiswa lebih senangbergaul dengan aktivis dakwah kampus ketimbang aktivis yang tidak jelasakhidahnya.***Aku rebahkan tubuhku diatas kasur busa. Aku rasakan kenyamanan. Sudahdari pagi tadi, aku belum istirahat sama sekali. Capek sekali, tubuhku terasa sangatpegal-pegal sekali.“Zah!” suara Ummi membangunkanku dari rebahanku.“Iya, Mi! Masuk aja” ucapkkuUmmi membuka pintu. Senyum pun mengembang, dalam wajah Ummi yang begituteduh. Nikmat sekali.“Zah, sudah makan belum?” tanya Ummi sambil membelai lembut rambutku.Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

“Zah belum lapar, Mi!”“Hem! Nggak boleh seperti itu, nanti anti sakit!” ucap Ummi lembut.“Nggak kok, Mi!”“Nggak, pokoknya anti harus makan sekarang! Ummi, sudah buatin makanankesukaan anti!” Ucap Ummi agak memaksa. Tapi tetap, dengan kelembutan.“Ya udah. Zah mandi dulu! Nanti selesai mandi baru makan” ucapku dengan manja.“Hem. Zah, kenapa nggak pakai mobil sendiri! Anti kan bisa lebih nyaman! Dannggak terlalu capek!” Ujar Ummi.“Nggak, dulu Mi! Zah pengen, nanti aja kalau udah mau punya suami. Baru, Zah akanbawa mobil sendiri.” Kataku menggoda.“Iya, Ummi juga pengen Zah cepat-cepat menikah! Apa mau dicarikan?” Goda Ummibalik.“Ah, Ummi. Nggak dulu, nanti aja! Zah masih ingin menyelesaikan sesuatu yangharus diselesaikan dahulu!” Jawabku lugas. “Mi, Zah mandi dulu!” Ucapku sambilmengambil handuk di lemari.***Segar, tubuhku serasa kembali bugar. Air benar-benar memberikan kehidupan.Tidak mungkin aku pungkiri, bahwa air memberikan perbaikan. Sungguh nikmat yangtidak dapat aku ingkari.Aku langkahkan kaki ini. Pada sebuah meja makan, yang sudah terisi denganmasakan-masakan menggoda untuk segera dinikmati. Kenikmatan yang terus menerusmembuatku menjadi bertambah keimanan. Tapi entahlah, ini sebuah kenikmatan atauujian yang diberikan Allah kepadaku.“Gimana! Enakkan?” tanya Ummi. Sambil menemaniku makan.“Enak banget Mi! Tapi, Zah nggak mau sering-sering makan-makanan enak Mi!”Ucapku sambil melahap ayam bakar berbumbu pedas.“Loh, kenapa?” Ummi terlihat heran.“Iya Mi. Nanti bisa-bisa Zah ketagihan! Masa aktivis dakwah makannya harus enakenak terus?” Ucapku sambil tersenyum.“Hem, Anti ini gimana. Aktivis dakwah itu seharusnya makanannya harus yangbergizi! Biar nggak kelelahan dalam berdakwah. Malahan, seharusnya wajib bagiaktivis dakwah untuk makan enak!” Jelas Ummi, sambil tersenyum.Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

“Tapi nanti malah nggak bisa merasakan penderitaan, apalagi nanti nggak zuhud!”Ummi tersenyum penuh arti. Wajahnya terlihat sangat gembira. “Zah, Anti sudahmenjadi wanita yang dewasa! Ummi senang mendengar apa yang keluar dari mulutanti!”“Ah, Ummi. Zah ini masih kecil! Masih suka bermanja-manja sama Ummi! Masihsuka dengan boneka-boneka lucu. Zah, tetap masih kecil dihadapan Ummi.” Ucapkkusambil terlihat manja.Ummi hanya tersenyum. Belaian lembut terasa menyejukkan, saat tangan Ummimenyentuh rambut dan kepalaku.Aku hampir menyelesaikan makan malamku. Segelas air putih, membasahitenggorakanku. Hingga menurunkan semua sisa-sisa makanan yang sedang nangkringditenggorakanku. Nikmat sekali. Benar-benar, nikmat mana yang harus aku dustai.Selesai makan aku langsung menuju kamarku. Sudah jadi kebiasaanku. Jikaselesai makan malam, berwudhu, dan langsung melantunkan ayat-ayat suci. Sertamencoba mengerti tentang apa yang terkandung dalam ayat-ayat suci Al Qur’an. Danberusaha menghayati, serta mengamalkannya. Setelah itu, tak lupa membaca buku.Buku-buku yang bisa memberikan tingkat pengetahuan dan keimanan. Jika semua itusudah aku kerjakan. Maka aku harus menyelesaikan tugasku selanjutnya, Allahmemberikan malam untuk dijadikan sebagai waktu istirahat.***Pagi begitu cerah. Bunga-bunga terbasahi oleh embun-embun pagi. Nyanyianburung-burung yang hinggap dibeberapa ranting pepohonan. Menjadikan pagi inibegitu komplit. Tak lupa teh hangat, yang akan selalu menemaniku dalam setiap pagi.Tugas-tugas yang seharusnya aku kerjakan, sudah aku selesaikan. Mulai darimembaca Al ma’tsurat setelah subuh setelah itu tilawah, olah raga pagi, dan yangterakhir. Menikmati pagi dengan secangkir teh hangat, tak lupa ditemani denganberbagai macam kue kering sebagai pelengkap.“Zah. Anti nggak kuliah hari ini?” Sapa Ummi, yang terlihat baru menyelesaikantilawahnya.“Kayaknya sih, nggak Mi! Skripsi Zah kan sudah selesai. Tinggal sidangnya aja!Emang ada apa Mi?”“Oh nggak! Ummi hanya mau ngajak Zah jalan-jalan aja! Kayaknya dibutikmuslimah dekat rumah ada jilbab yang bagus-bagus. Ummi mau cari beberapa motifjilbab yang bagus! Anti mau ikut nggak?” jawab Ummi. Promosi.“Hem, Ummi gimana sih. Zah kan pengen hidup zuhud! Tidak bermegah-megahan.Jilbab Zah kan udah banyak!” Jelasku.Ummi tersenyum. Masih seperti senyumnya tadi malam. “Alhamdulillah, anakkubenar-benar sudah dewasa! Sayang, bukan berarti hidup zuhud itu mengesampingkanFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

keindahan. Bukankah Allah paling suka dengan keindahan! Dan memang, bukanberarti Ummi membeli jilbab itu karena keinginan semata. Tetapi lebih didasarkankebutuhan Ummi sendiri! Beberapa jilbab Ummi kan sudah banyak yang kekecilan.Tahu sendirikan! Ummi semakin gemuk”“Ok Mi! Zah ikut”Ummi mengangguk. “Nanti, jam 9 kita berangkat!” Ummi bergegas meninggalkanku,menuju dapur. Untuk membantu Bi Iyem.Banyak beberapa akhwat yang terjebak dengan trend busana muslim. Memang kitatidak boleh mengesampingkan keindahan. Tetapi keindahan itu pun tidak bolehterlepas dari kebutuhan kita sendiri! Apalagi budaya shopping bagi wanita ammahpun menjadi trend yang barbeda bagi para akhwat. Kalau orang ammah shoppingnyadi mall, tapi kalau akhwat shoppingnya di butik muslimah. Lalu, apa bedanya?Pikirku dalam hati.Suasana pagi barangsur-angsur pergi. Meninggalkan aku yang sejak tadi bersamapagi. Aku biarkan pagi, pergi untuk datang kembali. Bersama keindahan yangdiberikan kepada umat seisi bumi. Kubiarkan pagi pergi. Agar bisa memberikankeindahan pagi hari di belahan bumi yang lain. Bergegas aku menuju kamar mandi.Aku hampir lupa, punya janji menemani Ummi ke butik muslimah.“Zah, gimana sudah siap belum?” Teriak Ummi diluar kamarku.“Iya Mi. Sebentar! Ini lagi membetulkan jilbab!” Sahutku.“Ok, Ummi tunggu dibawah ya!”“Ya.!” jawabku singkat.Aku keluar dari kamar. Bersama jilbabku yang tetap membalut tubuhku dalambalutan kemesraan perlindungan dari mata-mata jahil yang melihatku. Selain jilbabadalah perintah dari agamaku. Jilbab merupakan sebuah pakaian yang memang lebihnyaman untuk dikenakan dalama acara apapun. Karena jilbab adalah pakaianpembebasan wanita dari pria. Dan wanita berjilbab adalah wanita yang terbebaskandari pria. Dan jilbab adalah pakaian yang bebas dan merdeka.“Ok Mi! Zah sudah siap.” Ucapku, saat Ummi sedang duduk santai diruang depan.Menungguku.Kami pun berangkat berdua.Setiap jalan yang aku lewati. Selalu ada saja pandangan yang tertuju padakaum dhuafa yang berada diperempatan lampu merah. Ada kalanya, jugaperkampungan kumuh yang berjejer. Sangat mengherankan, bagi negeri yang disebutgemah ripah ini. Mercedez melaju dengan nyaman disetiap jalan. Mang Kujang,supirku. Mengendarainya dengan santai. Hem enak memang, saat menaiki mercedezini.Ya Allah, jangan lupakan aku dengan derita umatmu yang selalu bercucurankeringat saat naik angkot. Bagaikan ikan asin yang dijajar rapi. Entah kenapa, tibaFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

tiba aku terkaget dari lamunanku. Sesosok yang aku kenal, terlihat berjalan kakidisebuah desa kumuh. Apa benar dia! Benar nggak sich? ucapku dalam hati.Bingung. Oh benar, dia! Iya tidak salah lagi, Akhi Khalid! Aku melintasinya. Akutersenyum sendiri. Tersenyum dengan kegembiraan yang tiada tara. Ikhwan itu yangmembuat hatiku selalu berbunga-bunga. Ikhwan itu yang membuat jantungku selaluberdetak tidak karuan saat aku berbicara dengannya. Aku tidak berani menatapmatanya, bahkan untuk melihat tubuhnya pun. Aku tidak berani. Dan sekarang pun,jantungku berdetak tak beraturan. Entah kenapa ini. Selalu seperti ini jika aku bertemudengannya. Memang akhir-akhir ini aku tidak pernah bertemu dengan dia, mengingatkesibukanku dan kesibukannya yang semakin padat.Entah kenapa, aku seperti berbunga-bunga saat melihatnya. Apalagi saat diaberjalan diperkampungan kumuh itu. Aku bagaikan melihat seorang mujahid, yangmelangkah pasti dalam barisan tentara Allah. Seorang penjuang yang terusmendambakan surga ketimbang dunia. Seorang yang tiada hentinya berdakwah dalamarus ketidakpastian dalam materinya. Seorang yang merasa tidak pernah kekurangandalam segala hal selain pahalanya. Bahkan untuk urusan dunia sekalipun. Dia tidakpernah terlihat menginginkannya. Ya Allah, teguhkanlah sikap dia tetap dijalanmu!Hadiahkan bidadari kepada dia didunia maupun disurga-Mu. Aku benar-benarbangga terhadap dia. Aku tidak akan layak untuk bisa mendampinginya. Sungguhseorang ikhwan yang begitu tegar dalam perjuangan-Nya. Subhanalah. Ucapku lirihdalam hati.“Zah, anti kenapa? Dari tadi kok senyam-senyum sendiri!” Ummi mengagetkanlamunanku.“Nggak kenapa-napa kok Mi!” jawabku enteng.“Ah, masa nggak ada apa-apa? Pasti ada yang menyenangkan hati, Zah?” selidikUmmi.“Nggak kok! Zah nggak apa-apa kok Mi!”“Hem, Ummi tahu. Pasti ada salah satu ikhwan yang sudah masuk kedalam hati Zah!”Ucap Ummi terlihat pasti.“Nggak Mi!” Jawabku malu.“Hehe . nggak usah malu. Kalau memang sudah ingin menikah! Bilang sama Abiatau Ummi. Insya Allah tidak akan ada ikhwan yang akan menolak dinikahkandengan anti!” Ummi terlihat serius. “Mana ada yang menolak dinikahi seorangakhwat yang cantik begini, apalagi hobinya tilawah dan membaca tafsir!” GodaUmmi.“Ummi.!” Jawabku sewot, dan terlihat manja. Ummi hanya tersenyum, sambilmemeluk kepalaku.Aku tidak akan sepadan dengan Ikhwan yang aku impikan itu. Hanya untuk melihatpun aku tidak akan sanggup. Apalagi memilikinya. Sungguh sangat mustahil!Gumamku dalam hati.Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)www.ggs001.cjb.net

***“Mi, itu bagus juga! Warnanya cocok dengan jilbab yang ini!” Usulku sambilmengambil contoh beberapa jilbab.“Iya, yang itu terlihat bagus. Bahannya halus, cocok memang. Warnanya juga nggakterlalu mencolok!” Jawab Ummi.“Hem iya! Ya sudah Mi, beli yang itu aja!”Ummi mengangguk tanda setuju. “Mbak, yang ini yah!” Ucap Ummi kepada pegawaibutik itu.Saat kami akan bergegas keluar butik. Aku melihat seorang akhwat, yangsedang memilih-milih pakaian. Jelas aku melihatnya. Dan benar dia adalah temanku.Ukht

Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. “gimana, sudah dimulai?” Tanyaku basa-basi. “Iya, baru saja dimulai!” Setelah itu kami menyimak pemapaparan yang diberikan oleh Akhi Samsul, ketua LDK. Memang, akhir-akhir ini aku tidak terlelalu aktif dalam kepengurusan LDK. Karena ban

Related Documents:

Aku Drupadi merasa hidupku menderita, meski aku adalah putri Kerajaan Pancala yang bersuamikan-Maharaja Indraprastha. Kalau begini caranya lebih baik aku menjadi orang sudra, atau paria, pasti aku lebih berbahagia. O, Yudhistira, katakanlah kepada Arjuna agar meramp

aku bantu membuang sampahnya Oh, boleh. Terima kasih ya Odi Terima kasih atas bantuannya ya nak Jangan terima kasih saja. Setelah membantu membuang sampah, Imbalannya mana om? Odi mengejar Nenek Muri. Aku sudah membantu membuang sampahnya, sekarang aku minta imbalan Ow, baiklah Anak kecil jaman sekarang benar-benar aneh Hah?

berkata,” adapun aku akan shalat malam selamanya”. Orang yang lain berkata,” aku akan puasa sepanjang masa dan tak pernah berhenti puasa.”Orang yang satunya lagi berkata.”Aku akan menghindari perempuan dan tidak menikah

96 Arshia Samin Naqvi Director QEC Ziauddin University arshia.naqvi@zu.edu.pk 97 Rahat Najam Qureshi Associate Professor AKU, OBS&GYN rahat.qureshi@aku.edu 98 Sadaf Sachwani Student Karachi University sadaf.sachwani@gmail.com 99 Muhammad Adnan Kanpurwala P

aku yang menikah denganmu, aku rasa sekarang kita masih berada di London dan menjalankan rutinitas hidup yang membosankan karena harus bertemu bukan hanya di rumah, tapi juga kantor. Hidupku akan terikat dan menjadi tidak bebas karena itu!” “Itu karena Kau belum

1.1.3 WordPress.com dan WordPress.org WordPress menyediakan dua alamat yang berbeda, yaitu WordPress.com dan WordPress.org. WordPress.com merupakan situs layanan blog yang menggunakan mesin WordPress, didirikan oleh perusahaan Automattic. Dengan mendaftar pada situs WordPress.com, pengguna tidak perlu melakukan instalasi atau

dialog-dialog tokoh yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berkaitan dengan hirarki kebutuhan tokoh „aku‟ berdasarkan analisis psikologi humanistik Abraham Maslow. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi. Metode pengumpulan data

counselling skills should be a carefully balanced blend of attention to our client’s emo-tions, thoughts and actions. In this way, we can enable our clients to reflect upon their belief systems, experience the emotional depths of their internal and external struggles and use these to aid new ways of being. Rather than detail specific therapeutic skills, The British Association for .