BUKU AJAR Sistim Indera Mata - Unimus

3y ago
34 Views
2 Downloads
730.68 KB
61 Pages
Last View : 19d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Victor Nelms
Transcription

BUKU AJARSistim Indera MataDisusun oleh :dr. Andra NovitasariReviewer :dr. Wahyu Ratna Martiningsih, SpMdr. Swasty, SpMFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG20151http://repository.unimus.ac.id

PENYUSUNdr. Andra NovitasariISBN : 978-602-61093-6-1REVIEWERdr. Wahyu Ratna Martiningsih, SpMdr. Swasty, SpMPENYUNTINGdr. Andra NovitasariDESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK .PENERBITUnimus PressJl. Kedung Mundu Raya No. 18 Semarang 50273Telp. 024 76740296Cetakan Pertama, April 2017Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang memperbanyak karya ini dalam bentuk dan dengan cara apapuntanpa ijin tertulis dari penerbit2http://repository.unimus.ac.id

VISI & MISIVisiMenjadi program studi yang unggul dalam pendidikan kedokteran denganpendekatan kedokteran keluarga dan kedokteran okupasi yang islami berbasisteknologi dan berwawasan internasional pada tahun 2034Misi1. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang unggul berbasis StandarKompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan Standar Kompetensi danKarakter Dokter Muhammadiyah (SKKDM).2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kedokteran dasar, kedoteranklinik, kedokteran komunitas, kedokteran okupasi dan kedokteran islamguna mendukung pengembangan pendidikan kedokteran dan kesehatanmasyarakat.3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat di bidang kedokteran dankesehatan masyarakat.4. Mengembangkan dan memperkuat manajemen fakultas untuk mencapaikemandirian.5. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentinganbaik nasional maupun internasional.3http://repository.unimus.ac.id

KATA PENGANTARKompetensi klinis adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan doktersebagai syarat untuk melakukan praktik kedokteran di masyarakat. PendidikanKedokteran di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Peraturan KonsilKedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi DokterIndonesia (SKDI), mewajibkan sejumlah kompetensi klinis yang harus dikuasaioleh lulusan setelah mengikuti pendidikan dokter. Di dalam SKDI tahun 2012,terdapat 275 ketrampilan klinik dan 736 daftar penyakit yang harus dikuasai olehlulusan dokter. Dari 736 daftar penyakit tersebut, terdapat 144 penyakit yangharus dikuasai penuh oleh lulusan dokter karena diharapkan dokter dapatmendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiridan tuntas (level kompetensi 4) dan 261 penyakit yang harus dikuasai lulusanuntuk dapat mendiagnosisnya sebelum kemudian merujuknya, apakah merujukdalam keadaaan gawat darurat maupun bukan gawat darurat (level kompetensi 3).Penyusunan buku ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mempelajaripenyakit-penyakit yang menjadi kompetensinya, sehingga mahasiswa memilikikompetensi yang memadai untuk membuat diagnosis yang tepat, memberipenanganan awal atau tuntas, dan melakukan rujukan secara tepat dalam rangkapenatalaksanaan pasien. Buku ajar ini ditujukan kepada mahasiswa FakultasKedokteran pada Tahap Pendidikan Profesi, mengingat buku ajar ini berisiringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis.Akhirnya penulis tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagaipihak yang telah membantu penulis dalam menyusun buku ajar ini. Mengingatketidaksempurnaan buku ajar ini, penulis juga akan berterima kasih atas berbagaimasukan dan kritikan demi kesempurnaan buku ajar ini dimasa c.id

DAFTAR ISIHalaman Judul .Kata Pengantar .Daftar Isi .Tinjauan Mata Kuliah .Bab IKONJUNGTIVA .1.1Pterigium .Bab IIKELOPAK MATA .2.1Kalazion .2.2Laserasi Kelopak Mata .2.3Trikiasis .Bab IIIAPARATUS LAKRIMALIS .3.1Dakrioadenitis .3.2Dakriosistitis .Bab IVSKLERA .4.1Skleritis .4.2Episkleritis .Bab VKORNEA .5.1Keratitis .5.2Xerophtalmia .Bab VIANTERIOR CHAMBER .6.1Hifema .6.2Hipopion .Bab VII IRIS DAN BADAN SILIER .7.1Iridosiklitis, Iritis .Bab VIII AKOMODASI DAN REFRAKSI .8.1Anisometropia pada Dewasa .Daftar Pustaka .5http://repository.unimus.ac.id

TINJAUAN MATA KULIAHI. Deskripsi SingkatBuku ajar ini berisi ringkasan gejala, tanda, pemeriksaan fisik dan penunjanguntuk menegakkan diagnosis penyakit Sistim Indera Mata, disertai panduantata laksana dan edukasi. Buku ajar ini disusun dalam bab-bab berdasarkananatomi Sistim Indera MataII. RelevansiBuku ajar ini merupakan salah satu buku ajar yang disusun untuk membantumahasiswa kedokteran mencapai kompetensi klinisnya. Buku ajar ini berisiringkasan penyakit untuk aplikasi praktis di situasi klinis.III.KompetensiLevel 3 A : kan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawatdarurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang palingtepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter jugamampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.Level 3 B : kan terapi pendahuluan pada keadaan gawat daruratdemi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/ataukecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukanrujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembalidari rujukan.Level 4: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukanpenatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.6http://repository.unimus.ac.id

IV. Petunjuk BelajarMahasiswa memiliki dasar pemahaman tentang patofisiologi penyakit sistimindera mata.Mahasiswa memahami prinsip upaya preventif, promotif, kuratif, danrehabilitatif.Mahasiswa memiliki dasar pemahaman tentang prinsip farmakoterapi.7http://repository.unimus.ac.id

BAB IKONJUNGTIVA1.1 PTERIGIUMNo. ICD X: H11.0Tingkat Kemampuan: 3AMasalah KesehatanPterigium adalah suatu kondisi degenerasi elatoik subkonjungtiva. Merupakansuatu perluasan pinguekula ke kornea, seperti daging berbentuk segitiga, danumumnya bilateral di sisi nasal. Keadaan ini diduga merupakan suatufenomena iritatif akibat sinar ultra violet, lingkungan yang kering, danberangin.Hasil Anamnesis (Subjective)- Keluhan :Gejala klinis pterigium pada tahap awal biasanya ringan bahkan seringtanpa keluhan sama sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan yang seringdialami pasien antara lain :1. Mata sering berair dan tampak merah2. Merasa seperti ada benda asing3. Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhanpterigium tersebut, biasanya astigmatisme with the rule ataupunastigmatisme irreguler sehingga mengganggu penglihatan padapterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil danaksis visual sehingga tajam penglihatan menurun8http://repository.unimus.ac.id

- Faktor risiko :1. Paparan sinar matahari (ultra violet)UV-B merupakan mutagenik untuk p53 tumor supressor gen padastem sel limbal. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-betaover-produksi dan memicu terjadinya peningkatan nyaperubahanpatologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen eamenunjukkan destruksi membran Bowman akibat pertumbuhanjaringan fibrovaskuler.2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)- Pemeriksaan fisik :1. Kemerahan lokalisata di medial atau lateral2. Iritasi ( /-)3. igmatisme)4. Tampak jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang terdiri darikepala (head) yang mengarah ke kornea dan badan.- Pemeriksaan penunjang : Penegakan Diagnosis (Assessment)- Derajat pertumbuhan pterigium :Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan berdasarkan bagian korneayang tertutup oleh pertumbuhan pterigium, dan dapat dibagi menjadi 4(Gradasi klinis menurut Youngson) :a. Derajat 1Jika pterigium hanya terbatas pada limbus korneab. Derajat 29http://repository.unimus.ac.id

Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebihdari 2 mm melewati korneac. Derajat 3Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihipinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameterpupil sekitar 3 ‐ 4 mm)d. Derajat 4Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehinggamengganggu penglihatan- Diagnosis Klinis :Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaanfisik.- Diagnosis Banding :1. Pinguekula (nodul kuning pada kedua sisi kornea di daerahapertura palpebra, lebih banyak di sisi nasal, jarang tumbuh besar,tetapi sering meradang)2. Pseudo-pterigium (diawali riwayat kerusakan permukaan kornea,bagian limbus dapat dilalui sonde)10http://repository.unimus.ac.id

- Komplikasi : Penatalaksanaan komprehensif (Plan)- Penatalaksanaan :1. MedikamentosaLubrikan topical ( /-) G Volterol untuk mengurangi iritasi. Padapterigium derajat 1 ‐ 2 yang mengalami inflamasi, pasien dapatdiberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kalisehari selama 5 ‐ 7 hari.Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidakdibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi ataumengalami kelainan pada kornea.2. BedahPada pterigium derajat 3 ‐ 4 dilakukan tindakan bedah berupaeksisi pterigium. Sedapat mungkin setelah eksisi pterigium makabagian konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengancangkokkonjungtivayang diambildari konjugntiva bagiansuperior untuk menurunkan angka kekambuhan.Tujuan utama pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasilyang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi aanMitomycin C (MMC) sebaiknya hanya pada kasus pterigium yang11http://repository.unimus.ac.id

rekuren, mengingatkomplikasidari pemakaian MMC jugacukup berat.- Konseling & Edukasi :Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu, dan udarakering dengan kacamata pelindung.- Kriteria Rujukan :Pterigium derajat 3 - 4Sarana PrasaranaPemeriksaan laboratorium patologi anatomi ditemukan lapisan Bowmankornea digantikan oleh jaringan hialin dan elastik.Prognosis- Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan :ad bonam- Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organatau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya : ad bonam- Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh totalsehingga dapat beraktivitas seperti biasa : ad bonam12http://repository.unimus.ac.id

BAB IIKELOPAK MATA2.1 CHALAZIONNo. ICD X: H00.1Tingkat Kemampuan: 3AMasalah KesehatanMerupakan radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik padakelenjar meibom. Kondisi ini biasanya akan sembuh secara bertahap dalambeberapa minggu tanpa pengobatan.13http://repository.unimus.ac.id

Hasil Anamnesis (Subjective)- Keluhan :1. Benjolan pada palpebra2. Tidak terasa sakit3. Berkembang dalam beberapa minggu (awalnya berupa radang ringandisertai nyeri tekan)- Faktor Risiko :Riwayat kalazion sebelumnyaHasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)- Pemeriksaan fisik :1. Benjolan pada palpebra (kebanyakan mengarah ke permukaankonjungtiva)2. Bila kalazion cukup besar dan menekan bola mata, dapatmenimbulkan astigmatisme- Pemeriksaan penunjang : Penegakan Diagnosis (Assessment)- Diagnosis Klinis :Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaanfisik.- Diagnosis Banding :Hordeolum (disertai tanda radang akut)- Komplikasi :Jika kalazion timbul kembali, terutama pada pasien tua, lakukan biopsiinsisional segera untuk analisis histopatologi karena mungkin merupakankarsinoma kelenjar sebasea (karsinoma kelenjar meibom).Penatalaksanaan komprehensif (Plan)- Penatalaksanaan1. Konservatif14http://repository.unimus.ac.id

Kompres panas dan cabut bulu mata jika terjadi stye (hordeolumeksternum)2. Medikamentosa G Chloromycetin setiap jam selama 3 jam, atau empat kali sehariselama 10 hari Jika selulitis preseptal awal, tambahkan antibiotic sistemik selama10 hari3. Bedah Jika tidak membaik dengan pengoba

Masalah Kesehatan Laserasi kelopak mata adalah robekan sebagian atau seluruh ketebalan kelopak mata. Hasil Anamnesis (Subjective)-Keluhan : 1. Nyeri periorbital 2. Epifora-Faktor Risiko : Riwayat trauma di daerah mata Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (O bjective)-Pemeriksaan fisik : Laserasi superficial, dapat juga terjadi laserasi dalam-Pemeriksaan penunjang : - http .

Related Documents:

Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X Di Kota Bandung Berdasarrkan Literasi Sains, 1–13. Adisendjaja, Y. H., & Romlah, O. (2007). Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Ilmiah Sebagai Dasar Untuk Memilih Buku Ajar Sains ( Biologi ) Literasi Ilmiah Sebagai Dasar Untuk Memilih Buku Ajar Sains (Biologi). FPMIPA-UPI, 1–8.

penyempurnaan buku ajar ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak bantuan kepada tim penulis sehingga buku ini dapat terwujud. Tim penulis berharap semoga buku ajar ini dapat menjadi salah satu buku yang dapat membentuk karakter generasi penerus bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

BUKU AJAR Sistim Integumen Disusun oleh : dr. Merry Tiyas A, M.Kes. dr. Rochman Basuki, M.Sc. dr. Kanti

buku ajar dalam pembelajaran Akidah Akhlak yaitu buku ajar siswa Akidah Akhlak untuk SMA/MA kelas X. Buku ajar yang telah diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2014 tentunya masih banyak

Usaha Kesehatan Mata Penyakit mata banyak terdapat di Indonesia (menular dan tidak menular) Penyakit mata menular 1. Conjunctivitis yaitu suatu penyakit mata yang sering terjadi pada bayi karena ibunya gonorrhoea. Mata bengkak, bernanh dan tidak dapat berubah. 2. Trachoma (belek) yaitu suatu penyakit mata yang disebabkan oleh virus. Mata gatal, sering berair, bulu mata membalik ke dalam .

SILABUS MATA KULIAH 1. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata kuliah : STATISTIK Kode Mata Kuliah : TW504 Beban / Jumlah SKS : 2 SKS Semester : II (Dua) Prasyarat : - Jumlah minggu / jam pertemuan : (14 x 3 Jam) Pertemuan Nama Dosen : Dodiet Aditya Setyawan, SKM. 2. DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata kuliah ini mengenalkan dan menyiapkan mahasiswa untuk

Asuhan Keperawatan pada Kehamilan iii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2 ini dengan baik. Buku ajar ini merupakan suplemen pembelajaran dalam mata

recession, weak pound; increase in adventure tourism 3 Understand roles and responsibilities of organisations responsible for the management of UK rural areas Roles and responsibilities: eg promotion of rural pursuits, giving information, offering advice, providing revenue channels, enforcement, protecting the environment, protecting wildlife, educating Types of organisation: eg Natural .