TEORI GRUP DAN TEORI RING - WordPress

2y ago
68 Views
3 Downloads
737.14 KB
207 Pages
Last View : 5d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Grady Mosby
Transcription

ALJABAR ABSTRAK( TEORI GRUP DAN TEORI RING )Dr. Adi Setiawan, M. ScPROGRAM STUDI MATEMATIKAFAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKAUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANASALATIGA20110

KATA PENGANTARAljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah inti untuk programstudi matematika. Mata kuliah ini memerlukan kemampuan berfikir logis yang berbeda dengankemampuan berfikir yang diperlukan untuk mempelajari mata kuliah-mata kuliah lain sepertikalkulus misalnya. Liku-liku berfikir logis yang ditemui dalam mata kuliah ini memerlukanlatihan yang cukup agar terbentuk cara berfikir yang diperlukan dalam pemecahan masalah yangada dalam mata kuliah ini. Untuk membantu tercapainya tujuan itu, penulis dengan sengajamembuat tata letak penulisan bukti-bukti seperti kalau kita mengerjakan soal-soal dalam suatulatihan atau ujian sehingga nantinya akan memudahkan pemahaman.Dalam diktat kuliah Aljabar Abtsrak ini dibahas tentang teori grup dan teori ring.Sebagian besar bahan yang dipergunakan untuk menulis diktat kuliah ini mengambil dari pustaka[2] dan beberapa bagian lain mengambil dari pustaka [3], sedangkan pustaka yang laindipergunakan untuk melengkapi latihan-latihan.Penulis berharap bahwa diktat kuliah ini nantinya dapat berguna untuk meningkatkanmutu dalam proses pembelajaran mata kuliah Aljabar Abstrak pada program studi Matematikadalam Fakultas Sains dan Matematika. Kritik dan saran demi kebaikan diktat kuliah ini sangatlahpenulis harapkan.Salatiga, 25 Agustus 2011Penulis1

BAB IPENDAHULUANDasar-dasar teori tentang teori himpunan, berikut ini sangat penting dalam pembahasantentang teori grup.1. HimpunanHimpunan adalah suatu kumpulan obyek (kongkrit maupun abstrak) yang didefinisikandengan jelas. Obyek-obyek dalam himpunan tersebut dinamakan anggota himpunan.Contoh I.1 :1. Himpunan bilangan 0, 1, 2 dan 3.2. Himpunan : pena, pensil, buku, penghapus, penggaris.3. Himpunan : Negara-negara anggota ASEAN.Secara matematik, himpunan dapat dinyatakan dengan tanda kurung kurawal dandigunakan notasi huruf besar. Hal itu berarti, himpunan di atas ditulis secara matematik yaitu :1. A { 0, 1, 2, 3 }.2. B { pena, pensil, buku, penghapus, penggaris }.3. C { Negara-negara ASEAN }.Untuk membentuk himpunan, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Roster(tabelaris) yaitu dengan menyebut atau mendaftar semua anggota, seperti pada himpunan A dan2

B sedangkan metode lainnya adalah metode Rule yaitu dengan menyebut syarat keanggotaannya.Sebagai contoh, penggunaan metode Rule adalahC { x x negara-negara ASEAN }.Kalimat di belakang garis tegak ( ) menyatakan syarat keanggotaan.Apabilasuatu obyek merupakan anggota dari suatu himpunan maka obyek itudinamakan elemen dan notasi yang digunakan adalah . Sebaliknya apabila bukan merupakananggota dinamakan bukan elemen, dan notasi yang digunakan adalah . Sebagai contoh, jikahimpunan A {0, 1, 2, 3 } maka 2 A sedangkan 4 A. Banyaknya elemen dari himpunan Adikenal dengan nama bilangan cardinal dan disimbolkan dengan n(A). Berarti pada contoh diatas n(A) 4.Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B jika n(A) n(B), dan biasadisimbolkan dengan A B. Berarti jika A dan B ekuivalen maka dapat dibuat perkawanan satusatu dari himpunan A ke himpunan B dan sebaliknya. Pada contoh di atas himpunanA {0, 1, 2, 3 } ekuivalen dengan himpunan E {2, 4, 6, 8}.Catatan :Pada saat menyatakan himpunan harus diperhatikan bahwa(i)Urutan tidak diperhatikan, himpunan {0, 1, 2, 3}, {1, 0, 3, 2} dipandang sama dengan{1, 2, 3, 0}(ii)Anggota-anggota yang sama hanya diperhitungkan sekali, {0, 0, 1, 1, 2, 3} dan {0, 1,2, 3, 3, 3} dipandang sama dengan {0, 1, 2, 3}.3

Himpunan semesta (universal set) adalah himpunan semua obyek yang dibicarakan.Himpunan semesta dinotasikan S atau U. Sebagai contoh jika A {0, 1, 2, 3} maka dapat diambilhimpunan semestanya U { bilangan bulat } atau U { himpunan bilangan cacah }, dll.Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota, dalam hal ini digunakannotasi atau { }. Sebagai contoh jikaD { bilangan ganjil yang habis dibagi dua }maka D atau D { }.Diagram Venn adalah diagram untuk menggambarkan suatu himpunan atau relasi antarhimpunan. Himpunan yang digambarkannya biasanya dalam bentuk lingkaran dan anggotanyaberupa titik dalam lingkaran dan himpunan semestanya dalam bentuk persegi panjang. Sebagaicontoh jika diketahui himpunan E { 2, 4, 6, 8 } dan himpunan semestanya adalah himpunanbilangan genap U dapat digambarkan dengan diagram Venn.Misalkan diketahui himpunan A dan B. Himpunan A dikatakan himpunan bagian(subset) jika dan hanya jika setiap elemen dari A merupakan elemen dari B. Notasi yang biasadigunakan adalah A B atau B A. Notasi A B dibaca A himpunan bagian dari B atau Atermuat dalam B, sedangkan notasi B A dibaca B memuat A.Contoh I.2 :Himpunan { 0 } { 0, 1, 2, 3 } sedangkan 0 { 0, 1, 2, 3 }.4

Dua himpunan dikatakan sama jika dan hanya jika keduanya mengandung elemen yangtepat sama. Hal itu berarti bahwa A B jika dan hanya jika setiap anggota A juga menjadianggota B dan sebaliknya setiap anggota B juga menjadi anggota A. Untuk membuktikan A Bmaka haruslah dibuktikan bahwa A B dan B A. Sebagai contoh A { 0, 1, 2, 3 } samadengan himpunan B { 1, 0, 2, 3 }. Perlu dicatat bahwa himpunan kosong merupakan himpunanbagian dari sebarang himpunan sehingga A.Jika A dan B himpunan maka A dikatakan himpunan bagian sejati (proper subset) B jikadan hanya jika A B dan A B. Notasi yang biasa digunakan adalah A B. Sebagai contoh{1, 2, 4 } { 1, 2, 3, 4, 5 }.Himpunan A { 0, 1, 2, 3 } bukan himpunan bagian himpunan G {1, 3, 6, 8} atauA G karena ada anggota A (misalnya 2) yang bukan anggota G.Dari suatu himpunan A dapat dibuat himpunan kuasa (power set) yaitu himpunan yanganggota-anggotanya adalah himpunan bagian dari himpunan A dan notasi yang digunakan adalah2A. Sebagai contoh, himpunan H { 1, 2 } maka 2A { , {1}, {2}, {1,2} }. Dalam hal inin(2A) 2n(A) 22 4.Dua himpunan A dan B dikatakan saling asing jika masing-masing tidak kosong danA B . Sebagai contoh himpunan A { 0, 1, 2, 3 }saling asingdengan himpunanE { 5, 6, 7, 8 }.Komplemen himpunan A adalah semua anggota dalam semesta yang bukan anggota A.Notasi komplemen A adalah AC. Secara matematik dapat ditulis sebagaiAC { x x U dan x A }.Sebagai contoh jika U { 1, 2, 3, , 10 } dan A { 3, 5, 7 } makaAC {1, 2, 4, 6, 8, 9,10}.5

Relasi antara himpunan A dan komplemennya yaitu AC dapat dinyatakan dalam diagram Venn.Dalam hal ini UC dan C U.Gabungan (union) dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggotaanggotanya terdiri atas semua anggota dari himpunan A atau B. Notasi yang digunakanadalah A B. Secara matematika A B { x x A atau x B }. Sebagai contoh jikaA { a, i, e } dan B { i, e, o, u } maka A B { a, i, e, o, u }. Dalam hal ini berlaku sifatA (A B} dan B (A B} dan juga A AC U.Irisan (intersection) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang anggotanyaterdiri atas anggota himpunan A yang juga merupakan anggota himpunan B. Dalam hal inidigunakan notasi A B. Secara matematik A B { x x A dan x B }. Sebagai contoh jikaA { 2, 3, 5, 7} dan B { 2, 4, 6, 8 } maka A B { 2 }. Dalam operasi irisan berlaku bahwa(A B) A dan (A B) B dan juga A AC .Selisih antara himpunan A dan himpunan B adalah anggota A yang bukan B. Notasi yangdigunakan adalah A-B. Secara matematik A-B { x x A dan x B }. Sebagai contoh jikaA {0, 1, 2, 3} dan B { 3, 4, 5 } maka A-B { 0, 1, 2 }. Diagram Venn untuk selisih dapatdigambarkan.6

Jumlahan himpunan A dan B adalah himpunan A saja atau himpunan B saja tetapi bukananggota A dan B. Dalam hal ini digunakan notasi A B. Secara matematik dapat dinyatakansebagai A B { x x (A B) tetapi x (A B) }. Sebagai contoh jika A { 1, 2, 3, 4, 5 }dan B { 2, 4, 6 } maka A B { 1, 3, 5, 6 }. Diagram Venn dari operasi penjumlahan dapatdigambarkan. Catatan bahwa : A B (A B) - (A B) atau A B (A - B) (B - A).Hukum-hukum aljabar himpunan:1. Hukum komutatif :A B B A,A B B A.Bukti :Karena A B { x x A dan x B } makaA B { x x B dan x A } B A.Karena A B { x x A atau x B } makaA B { x x B atau x A } B A.2. Hukum assosiatif:A (B C) (A B) C,A (B C) (A B) C.3. Hukum idempoten:A A A,A A A.7

4. Hukum distributif :A (B C) (A B) (A C),A (B C) (A B) (A C).5. Hukum de Morgan :(A B)c Ac Bc,(A B)c Ac Bc.6. Jika A B maka A B A dan A B B.Himpunan bilanganHimpunan bilangan asli (natural number) N { 1, 2, 3, 4, 5, . }.Himpunan bilangan prima (prime number) P { 2, 3, 5, 7, 11, 13, . }.Himpunan bilangan cacah C { 0, 1, 2, 3, 4, . }.Himpunan bilangan bulat (integer) Z { ., -3, -2, -1, 0, 1,2, 3, . }.Himpunan bilangan real (real number) R adalah himpunan yang memuat semua bilangananggota garis bilangan.Himpunan bilangan rasional (rational number) Q { a/b a, b Z dan b 0 }Himpunan bilangan irrasional R – Q Qc { x R x Q }.2. Operasi binerDalam aljabar tidak hanya dibahas tentang himpunan tetapi juga himpunan bersamadengan operasi penjumlahan dan pergandaan yang didefinisikan pada himpunan.Definisi I.1Misalkan A himpunan tidak kosong.8

Operasi biner * pada A adalah pemetaan dari setiap pasangan berurutan x, y dalam A dengantepat satu anggota x * y dalam A.Himpunan bilangan bulat Z mempunyai dua operasi biner yang dikenakan padanya yaitupenjumlahan ( ) dan pergandaan (.). Dalam hal ini untuk setiap pasangan x dan y dalam Z,x y dan x.y dikawankan secara tunggal dengan suatu anggota dalam Z.Operasi biner mempunyai dua bagian dari definisi yaitu:1. terdefinisikan dengan baik (well-defined) yaitu untuk setiap pasangan berurutan x, ydalam A dikawankan dengan tepat satu nilai x*y.2. A tertutup di bawah operasi * yaitu untuk setiap x, y dalam A maka x*y masih dalam A.Contoh I.3:Diketahui N himpunan semua bilangan bulat positif.Didefinisikan * dengan aturan x*y x-y.Karena 3, 5 dalam N dan 3*5 3-5 -2 tidak berada dalam N maka N tidak tertutup dibawah operasi * sehingga * bukan operasi biner pada N.Contoh I.4:Didefinisikan operasi # dengan aturan x # y x 2y dengan x, y dalamN {1, 2, 3, }.Akan ditunjukkan bahwa # merupakan operasi biner.Jelas bahwa # terdefinisikan dengan baik karena rumus x 2y memberikan hasil tunggaluntuk setiap x, y dalam N.9

Untuk sebarang x, y dalam N maka jelas bahwa x 2y masih merupakan bilangan bulatpositif. Lebih jauh 2y x 0 jika x 0 dan y 0.Berarti hasil dari x 2y masih merupakan bilangan positif dan akibatnya N tertutup di bawahoperasi #.3. Hukum-hukum AljabarSuatu sistim aljabar terdiri dari himpunan obyek dengan satu atau lebih operasi yangdidefinisikan padanya. Bersama dengan hukum-hukum yang dibutuhkan dalam operasi.Definisi I.2Misalkan * operasi biner pada himpunan A.(1) operasi * assosiatif jika (a*b)*c a*(b*c) untuk semua a, b, c dalam A.(2) operasi * komutatif jika a*b b*a untuk semua a, b dalam A.Dalam pembahasan selanjutnya hukum-hukum dasar aljabar untuk penjumlahan danpergandaan yang didefinisikan pada bilangan bulat Z dan bilangan real R sebagai aksioma(axioms) yaitu diterima tanpa bukti.Contoh I.5:Operasi * didefinisikan pada himpunan bilangan real R dengan a*b (1/2)ab.Akan ditunjukkan bahwa * assosiatif dan komutatif.Karena (a*b)*c (1/2 ab)*c (1/2)((1/2 ab)c) (1/4) (ab)c10

dan pada sisi laina*(b*c) a*((1/2) bc) (1/2) a((1/2) bc) (1/4)(ab)cuntuk semua a, b dan c dalam R maka * assosiatif.Karena a*b (1/2)ab (1/2)ba b*auntuk semua a, b dalam R maka * komutatif.Contoh I.6:Operasi didefinisikan pada bilangan bulat Z dengan aturan a b a 2b.Akan ditunjukkan bahwa tidak komutatif dan tidak assosiatif.Karena pada satu sisi(a b) c (a 2b) c (a 2b) 2cdan pada sisi laina (b c) a (b 2c) a 2(b 2c) a (2b 4c) (a 2b) 4cdari kedua hasil tersebut tidak sama untuk c 0 maka tidak assosiatif.Karena a b a 2b dan b a b 2a dan kedua hasil ini tidak sama untuk a b maka tidakkomutatif.11

Terlihat bahwa aturan untuk * tidak menjamin bahwa himpunan X tertutup di bawahoperasi *. Berikut ini diberikan suatu cara untuk membuktikan bahwa suatu himpunan tertutupterhadap suatu operasi.Untuk membuktikan sifat tertutup dari suatu system X dimulai dengan dua sebaranganggota yang dioperasikan dengan operasi * dan kemudian ditunjukkan bahwa hasilnyamasih memenuhi syarat keanggotaan dalam X.Untuk selanjutnya dalam tulisan ini R2 dimaksudkan himpunan semua pasanganberurutan dari bilangan real R2 { (a,b) a, b dalam R }.Contoh I.7:Misalkan mempunyai aturan (a,b) (c,d) (a c, b d).Akan ditunjukkan bahwa R2 tertutup di bawah operasi .Untuk sebarang (a,b) dan (c,d) dalam R2 berlaku(a,b) (c,d) (a c,b d)dengan a c dan b d dalam R sehingga (a c,b d) dalam R2.Oleh karena itu hasilnya merupakan pasangan berurutan dan tertutup di bawah operasi .Selanjutnya operasi A, * menyatakan himpunan A dan * merupakan operasi yangdidefinisikan pada A.12

Definisi I.3:(1) A,* memenuhi hukum identitas asalkan A mengandung suatu anggota e sehinggae*a a*e a untuk semua a dalam A. Anggota A yang mempunyai sifat demikiandinamakan identitas untuk A,* .(2) A, * memenuhi hukum invers asalkan A mengandung suatu identitas e untuk operasi* dan untuk sebarang a dalam A terdapat suatu anggota a′ dalam A yang memenuhia*a′ a′*a e. Elemen a′ yang memenuhi sifat di atas dinamakan invers dari a.Sebagai contoh, Z mengandung identitas 0 untuk operasi penjumlahan dan untuk setiap adalam Z, anggota –a memenuhi a (-a) (-a) a 0 sehingga a mempunyai invers terhadapoperasi penjumlahan dan Z, memenuhi hukum invers. Di samping itu Z mengandungidentitas 1 terhadap operasi pergandaan tetapi Z tidak mengandung invers terhadap pergandaankecuali 1 dan -1.Untuk membuktikan hukum identitas dilakukan dengan menduga anggota tertentu edalam himpunan yang berlaku sebagai identitas dan kemudian menguji apakah e*a a dana*e a untuk sebarang a dalam himpunan.Untuk membuktikan hukum invers dilakukan dengan sebarang anggota x dalamhimpunan yang mempunyai identitas e dan menduga invers dari x yaitu x′ dalam himpunandan kemudian menguji apakah x*x′ e dan x′*x e.13

Contoh I.8:Bila operasi didefinisikan seperti pada Contoh I.6 maka akan dibuktikan bahwa hukum inversdan hukum identitas berlaku.Diduga bahwa (0,0) merupakan anggota identitas.Karena untuk sebarang (a,b) dalam R2 berlaku(0,0) (a,b) (0 a, 0 b) (a,b)dan (a,b) (0,0) (a 0, b 0) (a,b) maka (0,0) identitas dalam R2.Bila diberikan sebarang (a,b) dalam R2 maka akan ditunjukkan (-a,-b) dalam R2merupakan inversnya. Karena –a dan –b dalam R maka (-a,-b) dalam R2. Lebih jauh lagi,(a,b) (-a,-b) (a-a,b-b) (0,0)dan(-a,-b) (a,b) (-a a,-b b) (0,0)sehingga (-a,-b) merupakan invers dari (a,b) dalam R2 .Contoh I.9:Bila * didefinisikan pada R dengan aturan a*b ab a maka akan ditunjukkan bahwa R, * tidak memenuhi hukum identitas.Karena supaya a*e sama dengan a untuk semua a haruslah dimiliki ae a a sehingga eperlulah sama dengan 0.Tetapi meskipun a*0 a maka 0*a 0*(a 0) 0 yang secara umum tidak sama dengan a.Oleh karena itu tidak ada e dalam R yang memenuhi a*e a dan e*a a.Terbukti bahwa tidak ada identitas dalam R terhadap *.14

3. Bukti dengan induksiDalam pembuktian biasanya diinginkan untuk membuktikan suatu pernyataan tentangbilangan bulat positif n. Berikut ini diberikan dua prinsip tentang induksi berhingga.Prinsip pertama induksi berhinggaMisalkan S(n) pernyataan tentang bilangan bulat positif n.Apabila sudah dilakukan pembuktian :(1) S(n0) benar untuk bilangan bulat pertama n0,(2) Dibuat anggapan induksi (induction assumption) bahwa pernyataan benar untuk suatubilangan bulat positif k n0 dan mengakibatkan S(k 1) benar,maka S(n) benar untuk semua bilangan bulat n n0.Contoh I.10Akan dibuktikan bahwa 2n n 4 untuk semua bilangan bulat n 3 dengan menggunakaninduksi.Bukti pernyataan benar untuk n0 3.Untuk n0 3 maka pernyataan 23 3 4 benar.Asumsi induksi.Dianggap pernyataan benar berarti 2k k 4 untuk suatu bilangan bulat k 3.15

Langkah induksi.Dengan anggapan induksi berlaku 2k k 4 dan bila kedua ruas digandakan dengan 2 diperoleh2 (2k) k 4 atau 2k 1 2k 8 dan jelas bahwa 2k 8 5 karena k positif sehingga diperoleh2k 1 k 5 (k 1) 4.Berarti bahwa dianggap pernyataan benar untuk S(k) maka sudah dibuktikan bahwa pernyataanbenar untuk S(k 1).Jadi dengan prinsip induksi maka S(n) benar untuk semua bilangan bulat n 3.Prinsip induksi berikut ekuivalen dengan prinsip pertama induksi berhingga tetapibiasanya lebih cocok untuk bukti tertentu.Prinsip kedua induksi berhinggaMisalkan S(n) suatu pernyataan tentang bilangan bulat n.Apabila sudah dilakukan pembuktian:(1) S(n0 ) benar untuk suatu bilangan bulat pertama n0.(2) Dibuat anggapan S(k) benar untuksemua bilangan bulat kyang memenuhin0 k m dan mengakibatkan S(m) benar.maka S(n) benar untuk semua bilangan bulat n n0.Prinsip kedua induksi tersebut di atas dapat digunakan untuk membuktikan teoremafaktorisasi berikut ini.16

Teorema I.1Setiap bilangan bulat positif n 2 dapat difaktorkan sebagai hasil kali berhingga banyakbilangan prima yaitu n p1 p2 pw.BuktiUntuk n0 2 maka 2 2 yaitu faktorisasi dengan satu faktor prima.Anggapan induksi adalah bahwa semua bilangan bulat positif k m dengan k 2 dapatdifaktorkan sebagai hasil kali bilangan prima sebanyak berhingga.Jika m bilangan prima maka jelas faktorisasinya adalah m m.Jika m bukan bilangan prima maka m mempunyai faktor sejati m st dengan s dan t lebih kecildari m tetapi lebih besar atau sama dengan 2.Dengan anggapan induksi maka s dan t mempunyai faktor prima yaitu:s p1 p2 pudant q1 q2 qv.Oleh karena itu, m s p1 p2 pu q1 q2 qv dan berarti m juga mempunyai faktor prima. Jadidengan menggunakan prinsip kedua induksi maka teorema tersebut telah dibuktikan.Algoritma berikut ini dikenal dengan nama algoritma pembagian dan sangat pentingdalam aljabar.Algoritma pembagianUntuk sebarang dua bilangan bulat a dan b dengan b 0 terdapatlah dengan tunggal q dan rsehingga a bq r dengan 0 r b. Lebih jauh b merupakan faktor dari a jika dan hanyajika r 0.17

Bukti:Bila diamati barisan bilangan b, 2b, 3b, . maka pada suatu saat barisan itu akan melampaui a.Misalkan q 1 adalah bilangan positif terkecil sehingga (q 1)b a sehinggaqb a (q 1)bdan berarti qb a qb b atau 0 a – qb b.Misalkan ditulis r a – qb.Akibatnya a qb r dengan 0 r b.Akan ditunjukkan bahwa q dan r yang terpilih adalah tunggal.Misalkan a bq1 r1 dan dianggap bahwa r1 r.Karena bq1 r1 bq r maka b(q1 – q) r – r1.Tetapi r – r1 lebih kecil dari b dan r – r1 tidak negatif karena r1 r .Oleh karena itu q1 – q 0.Tetapi jika q1 – q 1 maka r – r1 akan melampaui atau sama dengan b dan berarti timbul suatukontradiksi sehingga didapat q1 – q 0 dan juga r – r1 0.Berarti r1 r dan q1 q.Kejadian a bq untuk suatu bilangan bulat q jika dan hanya jika r 0 sehingga b dan qmerupakan faktor dari a.Relasi ekuivalensi dan penyekatanObyek matematika dapat direlasikan dengan yang lain dalam berbagai cara seperti:m membagi nx dibawa ke y dengan fungsi f18

dan sebagainya. Secara intuitif relasi R dari suatu himpunan X ke himpunan Y adalah aturanyang memasangkan anggota X dengan anggota Y. Secara formal, relasi R dari X ke Ydidefinisikan berikut ini. Pertama-tama didefinisikan hasil kali Cartesian X Y sebagaihimpunan pasangan berurutan { (x,y) x dalam X dan y dalam Y }. Kemudian didefinisikan suaturelasi R sebagai himpunan bagian tertentu dari X Y. Jika pasangan berurutan (s,t) anggotahimpunan bagian tertentu untuk R maka ditulis s R t.Contoh I.11(a) Relasi didefinisikan pada himpunan bilangan real d

Dasar-dasar teori tentang teori himpunan, berikut ini sangat penting dalam pembahasan tentang teori grup. 1. Himpunan . bilangan genap U dapat digambarkan dengan diagram Venn. Misalkan diketahui himpunan A

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

dust seal mc seal o-ring o-ring teflon o-ring o-ring snap ring dust seal mc seal o-ring o-ring retaining ring o-ring teflon ring o-ring o-ring lock-nut lh o-ring silicone (not shown) o-ring (not shown) 79543 79004 79082 79077 79079 79081 79084 79078 79007 79541 79542 79017 79009 79504 79080

A. Teori-teori sosial moden timbul sebagai tin& bdas kepada teori-teori sosial klasik yang melihat am perubahan rnasyarakat manusia dengan pendekatan yang pesimistik. Teori sosial moden telah berjaya menerangkan semua gejala sosial kesan perindustrian dan perbandaran. Teori sosial moden adalah lanjutan teori klasik dalam kaedah dan faIsafah. B. C.

Metal Seal for Banjo Fittings O7 O-Ring Face Seal Port Ends - SAE, Metric, BSPP, JIS, K4 EO/EO-2 EO-2 Sealing Ring O6 EOlastic Seal Ring O5 ISO 6149 O-Ring O4 Metric O-Ring O4 4-Bolt Flanges Metric Retaining Ring O4 JIS B2351 O-Ring O6 PLS Bonded Seal O3 Pressure Gauge Sealing Ring O8 BSPP Retaining Ring O5 BSPP O-Ring O5 EO O-Ring O8 BSPP .

Soal-soal 102 BAB 4 SIMETRI MOLEKUL 103 4.1 Simetri dan Grup Simetri 103 4.2 Representasi Grup 105 4.3 Grup dan Fisika Kuantum 109 4.4 Perkalian Langsung 110 4.5 Beberapa contoh aplikasi 112 Soal-soal 129 BAB 5 MOLEKUL DIATOMIK 120 5.1 Aproksimasi Born-Oppenheimer 120 5.2 Teori Orbital Molekul 121

12. O-ring Gland Design Friction In normal applications harder materials provide less friction than softer materi-als. However, the higher the hardness of the O-ring, above 70 Shore A, the greater the friction. This is because the compressive force at the same squeeze, is greater than with softer materials. Compound swell decreases the hard-File Size: 338KBPage Count: 31Explore furtherO-Ring Groove Design Guide & Recommendations allorings.comwww.allorings.comO-Ring Groove Design Guides Engineering Quick Referencewww.marcorubber.comMetric O-Ring Groove Design Reference Guidewww.allorings.comDynamic O-Ring Design Chart Marco Rubber & Plastics .www.marcorubber.comO-ring Design, O-ring Design Guide, O-ring Seal Design .mykin.comRecommended to you b

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori Kajian teori merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoretik yang dipakai. Kajian teori dalam penelitian dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat teori dan mem

Reading Comprehension - The Eating Habits of a Mosquito Reading Comprehension - Statue of Liberty Reading Comprehension - Animal Defenses Sequencing - Taking a Timed Test Sequencing - Answering Essay Questions Dictionary Skills - Finding Definitions Dictionary Skills - Alphabetical Order Using Reference Books Using an Encyclopedia Fact or Opinion Using Who and Whom Using Bring and Take .