BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3y ago
39 Views
2 Downloads
268.50 KB
6 Pages
Last View : 13d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Cannon Runnels
Transcription

BAB 1PENDAHULUAN1.1.Latar BelakangPenggunaan bahan alam sebagai obat tradisional Indonesia telahdilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbuktidari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali),Lontarrak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, SeratRacikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yangmenggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhansebagai bahan bakunya (Sukandar, 2006). Jamu/obat tradisional adalahramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil-hasilnyaatau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapatdianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memeliharakesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul,parem dan sebagainya. Pengobatan secara tradisional di Indonesia telahberkembang selama berabad-abad sehingga merupakan kebutuhan sebagianbesar masyarakat Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanyatenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat ataupengobatan tradisional pasti mendapat tempat di hati masyarakat Indonesiapada umumnya dan pada suku jawa pada khususnya (Zukulfi, 2004). BadanKesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negaramaju telah menggunakan pengobatan tradisional (Depkes, 2007).Kebijaksanaan Obat Nasional (1983)menyatakan bahwapenyediaan obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam upayapembangunandibidang kesehatan. Obat tradisional yang terbuktiberkhasiat dikembangkan dan digunakan dalam upaya kesehatan. Dalamrangka memacu perkembangan obat tradisional tersebut, pemerintah1

menetapkanbahwafitofarmakadapatdigunakandalam sistempengobatan formal bersama-sama dengan obat kimia. Untuk mencapai haltersebut perlu dilakukan standardisasi guna menjamin mutu produkyang dihasilkan.Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia yaitu denganmelakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapatdiperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efekfarmakologi tanaman tersebut (BPOM, 2005). Pemerintahan RI melaluiDepkes-BPOM mulai mengintensifkan pembuatan standart dan acuanstandardisasi bahan obat alam. Persyaratan mutu simplisia dan ekstraksejumlah tanaman tertera dalam buku Farmakope Herbal Indonesia (FHI),Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia. MateriaMedika Indonesia (MMI) yang dikeluarkan oleh Direktorat PengawasanObat Tradisional yang memuat persyaratan baku mutu bahan alam meliputistandardisasi simplisia dan ekstrak baik secara kualitatif (macam-macamsenyawa metabolit sekunder) maupun kuantitatif (jumlah kadar senyawametabolit sekunder). Standardisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahanbaku yang seragam yang akhirnya menjamin efek farmakologi tanamantersebut. Standarisasi tanaman segar dilakukan untuk mengkarakterisasi danmengidentifikasi tanaman tersebut agar dapat dibedakan dari tanamanlainnya. Standardisasi bahan baku obat tradisional, baik berupa simplisiamaupun ekstrak merupakan titik awal yang menentukan kualitas suatuproduk. Hal tersebut di dukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan perlukanadanyapengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obatatau sediaan galenik (BPOM RI, 2005). Prospek dan pekerjaan standarisasibahan obat alam merupakan isu besar dan tantangan besar hingga tahuntahun mendatang (Saifudin, 2011).2

Salah satu tanaman yang secara tradisional telah digunakan olehbangsa Indonesia ialah bintaro. Bintaro (Cerbera odollam) adalah tanamanyang tergolong famili Apocynaceae, berbentuk pohon dengan tinggi kuranglebih 20 m. Tanaman ini banyak tumbuh di pantai, khususnya di tanahberlumpur atau berpasir. Daerah penyebaran tanaman ini meliputi Tanzania,Madagaskar, India, Myanmar, Indo-China, Taiwan, Jepang bagian Selatan,Thailand, daerah Malaysia hingga Australia (PROSEA, 2002). TanamanBintaro biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan dan kerajinanbunga kering, di masyarakat bintaro dikenal mempunyai racun di seluruhbagian tanamannya sehingga tidak banyak dimanfaatkan sebagai obat dannilai ekonomisnya masih rendah (Rohimataun dan Suriati, 2011). Chapman(1984) dalam Kusmana et al., (2003) melaporkan bahwa bintaro termasukdalam formasi mangrove pinggiran.Spesies Cerbera diketahui mengandung serangkaian glikosidajantung dari jenis cardenolide. Cardenolide di daun adalah neriifolin dandeacetyltanghinin (Khanh, 2001). Bagian bijinya sangat beracun, karenamengandung cerberin sebagai kardenolid aktif utama (Gaillard et al., 2004;Kuddus et al., 2011). Ekstrak bintaro dapat dimanfaatkan sebagai analgesik,antikonvulsan, kardiotonik dan aktivitas hipotensi (Chang et al., 2000).Selain glikosida jantung, pada daun, buah dan kulit batang mengandungsaponin. Daun dan buahnya juga mengandung polifenol, disamping itu kulitbatangnya mengandung tanin (Salleh, 1997; Tarmadi et al., 2007). Akarbintaro mengandung saponin, tanin, steroid, flavonoid, dan gums (Rahmanet al., 2011). Ekstrak metanol biji bintaro mengandung alkaloid, tanin, dansaponin (Ahmad et al., 2008).Penelitian yang dilakukan Wulandari (2014) mengenai pengaruhekstrak etanol daun bintaro (Cerbera odollam) terhadap Staphylococcusaureus diperoleh hasil bahwa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam3

ekstrak etanol daun bintaro yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadapbakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi dengan metodebioautografi adalah fenolik dan kardenolida dengan hasil KHM (KadarHambat Minimum) pada kedua bakteri tersebut sama yaitu 4%.Penelitian Ahmed et al. (2008) menunjukkan ekstrak metanol bijibintaro mampu menghambat beberapa bakteri seperti Staphylococcusaureus, Streptococcus saprophyticus, Streptococcus pyogenes, Salmonellatyphi, Shigella flexneri, dan Shigella dysentriae. Zona hambatan terhadapbakteri Staphylococcus aureus sebesar 6 mm, dengan konsentrasi ekstrak 50µg/ml. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari mengenai ujiantibakteri ekstrak bunga bintaro, didapatkan hasil dengan konsentrasi 10%,20% dan 30% dari ekstrak bunga bintaro yang memberikan aktivitasantibakteri melalui uji difusi pada Staphylococcus aureus. Hal inimembuktikan bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam bunga bintaromemiliki daya antibakteri. Konsentrasi terpilih pada penelitian ini adalah20% (Harborne, 1987).Utami (2010) menemukan bahwa ekstrak daun bintaro dapatdigunakan untuk pestisida hama Spodoptera litura. Selain itu, Sa’diyah(2013) melaporkan perkembangan ulat grayak (Spodoptera litura F.)terganggu akibat adanya ekstrak bintaro. Berdasarkan penelitian Utami danSa’diyah, bintaro dapat digunakan untuk biopestisida. Warta Penelitian danPengembangan Tanaman Industri (2011) juga menyatakan bahwa ekstrakdaun bintaro bermanfaat untuk melawan sel kanker payudara. Selainmanfaat yang sudah disebutkan sebelumnya, aroma wangi (fragrance) daribunga bintaro berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber wangiwangian (fragrance).Banyaknya penggunaan masyarakat terhadap tanaman bintaro inidirasa perlu untuk dilakukan proses standarisasi sehingga dapat dibuat4

bahan baku obat yang terjamin mutunya. Tujuan dari standarisasi sendiriadalah menjaga konsistensi dan keragaman khasiat dari obat herbal,menjaga senyawa-senyawa aktif selalu konsisten terukur antara perlakuan,menjaga keamanan dan stabilitas ekstrak/bentuk sediaan terkait denganefikasi dan keamanan pada konsumen, dan meningkatkan nilai ekonomi(Saifudin, Rahayu, dan Teruna, 2011).Pada penelitian ini simplisia kering daun bintaro yang akandistandarisasi diperoleh dari tiga tempat berbeda yaitu Balitro, HRL dandaerah Surabaya. Simplisia didapatkan dari tiga tempat dengan tujuanuntuk mengetahui pengaruh perbedaan kondisi lingkungan terhadapkandungan kimia. Kondisi lingkungan tersebut meliputi ketinggian tempattumbuh, intensitas cahaya, pH dan kelembaban tanah. Proses standarisasisimplisia daun bintaro ini terdiri dari dua parameter yaitu parameter spesifikdan non spesifik. Parameter spesifik meliputi uji organoleptis, identitas,mikroskopis, kadar sari larut air dan etanol, profil kromatogram dengankromatografi lapis tipis, profil spektrum dengan spektrofotometri uv-vis,profil spektrum dengan spektrofotometer IR, skrining fitokimia, danpenetapan kadar. Parameter non spesifik yang diamati ialah susutpengeringan, kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam,bahan organik asing, dan penetapan pH.1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka didapatkanrumusan masalah sebagai berikut :1.Bagaimana profil karakteristik makroskopis dan mikroskopis daridaun segar tanaman bintaro (Cerbera odollam) ?2.Bagaimana profil parameter spesifik dari simplisia daun bintaro(Cerbera odolam) yang diperoleh dari tiga daerah berbeda ?5

3.Bagaimana profil parameter non spesifik dari simplisia daun bintaro(Cerbera odollam) yang diperoleh dari tiga daerah berbeda ?1.3. Tujuan PenelitianTujuan diadakannya penelitian ini, ialah :1.Menetapkan profil karakteristik makroskopis dan mikroskopis daridaun segar tanaman bintaro (Cerbera odollam)2.Menetapkan profil parameter spesifik dari simplisia daun bintaro(Cerbera odolam) yang diperoleh dari tiga daerah berbeda3.Menentukan profil parameter non spesifik dari simplisia daun bintaro(Cerbera odolam) yang diperoleh dari tiga daerah berbeda1.4. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenaiparameter standarisasi simplisia daun bintaro (Cerbera odollam) sehinggadaun bintaro (Cerbera odollam) tidak hanya dikenal sebagai bahan obattradisional berdasarkan pengalaman turun-temurun tetapi juga dapatdikembangkan menjadi bahan dasar pembuatan obat seperti obat herbalterstandar dan fitofarmaka dengan didasarkan pada acuan penelitian ini.6

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti

Related Documents:

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

Bab 24: Hukum sihir 132 Bab 25: Macam macam sihir 135 Bab 26:Dukun,tukang ramal dan sejenisnya 138 Bab 27: Nusyrah 142 Bab 28: Tathayyur 144 Bab 29: Ilmu nujum (Perbintangan) 150 Bab 30: Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang 152 Bab 31: [Cinta kepada Allah]. 156 Bab 32: [Takut kepada Allah] 161

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 70 kali dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4) ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan . Bab pertama sebagai pendahuluan merupakan garis besar gambaran skripsi. Pada bab .

Pembangunan Rusun ASN Pemkab Malang)" dengan membuat Bab I samapi Bab V. Bab I berisi Pendahuluan, Bab II berisi Tinjauan Pustaka, Bab III berisi Metodologi Penelitian, Bab IV berisi Analisa dan Pembahasan, Bab V berisi Kesimpulan dan Saran. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna.

BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual , serta hipotesis penelitian.

BAB 1 Akuntansi Keuangan & Standar Akuntansi Keuangan 1 BAB 2 Laporan Laba Rugi, Neraca dan Arus Kas 11 BAB 3 Pengawasan Terhadap Kas 25 BAB 4 P i u t a n g 33 BAB 5 Wesel dan Promes 47 BAB 6 Persediaan Barang Dagang 53 BAB 7 Penilaian Persediaan Berdasarkan Selain Harga Pokok 71 BAB 8 Amortisasi Aktiva Tak Berwujud 81 . Modul Akuntansi Keuangan 1 Dy Ilham Satria 1 1 AKUNTANSI KEUANGAN DAN .