BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

2y ago
36 Views
2 Downloads
558.15 KB
14 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Joao Adcock
Transcription

BULETIN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADAVOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2014: 91 – 104ISSN: 0854 7108Rancangan Eksperimen AcakT. Dicky HastjarjoFakultas Psikologi Universitas Gadjah Madadickyh@ugm.ac.idPengantarRancangan eksperimen oleh McGuigan(1987) secara umum diartikan sebagaipenerapan metode ilmiah yang diawalidengan merumuskan permasalahan, dilan jutkan dengan merumuskan hipotesis,menyeleksi partisipan, menempatkan par tisipan ke kelompok eksperimen dankontrol, menentukan variabel independendan dependen, mengendalikan variabelluar yang relevan, melakukan analisa sta tistik, membuat generalisasi dan penje lasan hipotesis jika terkonfirmasi, sertadiakhiri dengan memprediksi terhadapsituasi baru lewat replikasi. Rumusanrancangan eksperimen versi McGuigan inimerupakan rumusan yang luas sebab hal hal diatas merupakan penerapan tahapanseseorang didalam menyusun penelitian.Pengertian rancangan eksperimen secaralebih sempit dikemukakan oleh Kirk(1982) sebagai cara bagaimana sebuaheksperimen dilakukan dengan mengacupada lima hal yang saling berkaitan, yakni(a) perumusan hipotesis statistik, (b)penentuan variabel independen danvariabel pengganggu (nuisance variable), (c)spesifikasi jumlah unit eksperimen, (d)spesifikasi prosedur penempatan kondisieksperimen ke subjek, dan (e) penentuanpengukuran variabel tergantung besertaanalisis statistik. Sementara itu secaralebih sempit lagi Myers dan Hansen (2002)merumuskan rancangan eksperimen seba gai struktur umum sebuah eksperimen,yang ditentukan oleh tiga aspek (a) jumlahBULETIN PSIKOLOGIvariabel independen atau perlakuan, (b)jumlah variasi variabel independen ataukondisi perlakuan, dan (c) penggunaansubjek yang sama atau berbeda untukmasing masing kondisi perlakuan.Rancangan eksperimen telah dibahasbaik di Program Sarjana maupun ProgramMagister Psikologi. Kuliah mengenai ran cangan eksperimen pada Prodi SarjanaPsikologi Universitas Gadjah Mada berfo kus pada rancangan eksperimen acak(randomized design) dengan mengacu padabuku Myers dan Hansen (2002), sedang kan untuk program studi Magister Psiko logi (sering dijuluki magister sains) danMagister Profesi Psikologi (sering dijulukimagister profesi) memfokuskan padarancangan eksperimen kuasi (quasi experi ment) atau rancangan bukan acak (nonran domized design). Buku eksperimen kuasiwarisan tradisi Donald Campbell yangditulis Shadish, Cook, dan Campbell(2002) menjadi buku acuan. Rancangansubjek tunggal (single subject design) ataurancangan sampel kecil (small sampledesign) menjadi materi kuliah penutup diprogram Magister dengan menjadikansumber acuan buku Barlow dan Hersen(1984) dan Cooper, Heron, dan Heward(1987).MengkombinasikanpendapatCreswell (2009) yang membagi metodepenelitian psikologi menjadi tiga sertasumber acuan diatas maka dapatlahdibuat bagan tentang metode penelitianseperti di Gambar 1.91

SPERIMEN/SURVEIKUALITATIFCAMPURANKUANTITATIF A SUBJEKSAMA SUBJEK(Between subject design) (Within subject design)KUASI(Quasi experiment)SUBJEKTUNGGAL(Single subjectexperiment)CAMPURAN(Mixed design)Gambar 1. Bagan metode penelitian psikologiGambar 1 sebenarnya belumlah komplitmenggambarkan variasi rancangan eksperimenyang dikenal dalam bidang psikologi sebabgambar ini biasanya ditayangkan hanya untukkebutuhan mahasiswa pengambil matakuliahMetode Penelitian Psikologi (MPP) dan mataku liah Metode Penelitian Kuantitatif (MPK) padaKurikulum Psikologi 2011 (Penyempurnaan)prodi sarjana psikologi. Misalnya rancanganeksperimen kuasi memiliki empat (4) jenisrancangan serta masing masing jenis masihdapat dirinci lagi sehingga total keseluruhanmenjadi lebih dari duapuluh (20) namarancangan khusus. Demikian pula rancangansubjek tunggal masih dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis rancangan. Tulisan inihanya membatasi uraian mengenai rancanganacak (randomized design).2Logika metode penelitian eksperimenKerlinger dan Lee (2000) berpendapatbahwa meskipun metode eksperimen denganmetode noneksperimen berbeda namun keduametode tersebut mempunyai tujuan dasar danlogika ilmiah yang sama. Tujuan dasar metodeeksperimendannon eksperimenadalahmempelajari hubungan antara dua variabel ataulebih. Logika ilmiah kedua metode itu adalahmenyediakan bukti empiris sehubungan denganpernyataan kondisional yang berbentuk “Jika pmaka q”. Kerlinger (1986) memberi contohuntuk penelitian yang melibatkan dua variabel“Jika frustrasi (p) maka berperilaku agresif (q)”serta untuk penelitian dengan beberapa variabel“Jika inteligensi tinggi (p1), kelas menengah (p2),lelaki (p3), dan frustrasi (p4) maka berperilakuagresif (q)” atau contoh Kerlinger dan Lee(2000), “jika p1 (frustrasi), akan berperilakuBULETIN PSIKOLOGI

RANCANGAN EKSPERIMEN ACAKagresif (q) jika p2 (inteligensi tinggi), p3 (kelasmenengah), dan lelaki (p4).Meskipunkeduametodepenelitianmempunyai logika dasar yang sama, yaitumencari hubungan antara variabel, namunmetode eksperimen mencari hubungan yanglebih khusus: hubungan kausal (cause effect,causal relationship, causality) antara sebuahvariabel atau beberapa variabel dengan variabellain. Hubungan yang diteliti oleh metodeeksperimen dalam psikologi adalah hubungankausalatauhubungansebabdenganakibat/efek. Logika dasar metode eksperimenyang tergambar dalam pernyataan kondisional“Jika p maka q” menunjukkan bahwa p adalahsebab dan q adalah efek/akibat. Istilahmetodologisnya p adalah anteseden atauvariabel independen yang dimanipulasi atauperlakuan, sedangkan q adalah variabeldependen atau dampak (outcome) dari perlakuanatau konsekuensi dari adanya manipulasivariabel independen. Sebuah eksperimen adalahsebuah penelitian sistematik dimana penelitisecara langsung membuat variasi sebuah ataubeberapa faktor, membuat konstan faktor faktorlain, dan mengamati akibat dari variasi tersebut(Goodwin, 2010). Variabel independen seringkalidisebut faktor. Faktor yang secara sengaja dibuatvariasinya oleh peneliti itu adalah variabelindependen, variabel yang dibuat konstanadalah variabel luar (extraneous variable) sedang kan perilaku yang diukur sebagai akibat variasivariabel independen itu adalah variabeldependen. Jadi dapat disimpulkan bahwasebuah eksperimen akan memunculkan variasivariabel independen, mengendalikan variabelluar, serta mengukur variabel dependen sebagaiakibat adanya variasi variabel independen.Metode noneksperimen kurang cocokdipakai menentukan hubungan kausal (Hastjarjo2011, h. 5). Sebuah pernyataan relatif terkenaldalam pustaka penelitian berbunyi: ataan ini dapat ditemukan dengan mudahdi buku pengantar psikologi didalam babBULETIN PSIKOLOGI3metodologi (misal Gazzaniga, Heatherton &Halpern, 2011; Passer & Smith, 2007) danterutama di buku metode eksperimen (misalMyers & Hansen, 2002). Pernyataan demikianmuncul oleh karena ketidakjelasan variabelmana yang terjadi lebih dahulu serta tidak tahuapakah ada penjelasan lain bagi efek yangterjadi. Shadish dkk (2002) memberi contohmisalnya penghasilan dengan tingkat pen didikan orang berkorelasi. Bisa diajukanpertanyaan: apakah harus memiliki penghasilantinggi dahulu sebelum mampu membiayaipendidikannya atau apakah perlu memilikipendidikan yang baik dulu sebelum mendapat kan pekerjaan dengan bayaran tinggi? Masing masing kemungkinan bisa benar. Kelemahanlain studi korelasi adalah kurangnya peniadaanpenjelasan alternatif untuk menerangkanhubungan antara dua variabel tadi, tingkatpendidikan dengan penghasilan. Hubungankedua variabel mungkin bukan sebab akibatnamun dikarenakan oleh variabel ketiga(variabel pencemar) misalnya inteligensi. Jadiseandainya inteligensi yang tinggi an di bidang pekerjaan, maka orangyang cerdas membuat ada korelasi antaratingkatpendidikandenganbesarnyapenghasilan, Adanya korelasi antara tingkatpendidikan dengan besarnya penghasilan bukankarena pendidikan mempengaruhi ruhi oleh inteligensi. Konsep problemvariabel ketiga juga diuraikan oleh Passer danSmith (2007, h. 43). Tugas sebuah eksperimenadalah mengidentifikasikan variabel pencemaryang ada pada pene litian tertentu.Notasi rancanganTidak semua buku eksperimen atau metodepenelitian menyediakan notasi rancanganeksperimen (Kantowitz, Roediger & Elmes, 2008;Keppel & Wickens, 2004; McGuigan, 1997; Myers& Hansen, 2002; Sani & Todman, 2006; Solso,Johnson & Beal, 1998), hanya buku warisan

HASTJARJOtradisi Campbell (Campbell & Stanley, 1963;Cook & Campbell, 1979; Shadish, Cook danCampbell (2002) yang menyediakan notasirancangan eksperimen. Tulisan ini mengikutinotasi Shadish dkk (2002) dengan memakai (a)huruf X untuk menunjukkan perlakuan, (b)huruf O sebagai pengukuran variabel dependen.Tanda O1 menunjukkan pengukuran variabeldependen untuk pertamakali (biasanya disebutpretes/pengukuran praperlakuan meskipuntidak selalu begitu), dan O2 untuk pengukuranpasca perlakuan. (c) huruf R singkatan dariRandom Assignment/penempatan secara acaksubjek kedalam kelompok kelompok eksperi men serta garis lurus yang memisahkankelompok kelompokeksperimenmenggambarkan kelompok tersebut terbentuksecara acak, (d) Kelompok kontrol tanpaperlakuan tidak diberi huruf X. Tulisan ini jugamengikuti notasi Kirk (1982) mengenai huruf Asebagai perlakuan atau variabel independen dana1, a2 serta a dengan nomer berikutnya sebagaikondisi perlakuan atau variasi variabelindependen. Jadi sebagai rangkuman misalnyapenelitian eksperimen mengenai pengaruhstrategi belajar peta pemikiran (mind n pada 20 siswa dikelompok petapemikiran dan 20 siswa dikelompok kontrolyang terpilih secara acak, maka dapatdigambarkan sebagai:RRXO1O2Gambar 2. Rancangan dua kelompok hanya denganpengukuran pascaperlakuanKeterangan: R dan garis lurus pemisahantara kelompok eksperimen dan kontrolmenunjukkan bahwa penempatan 40 subjekkedalam kelompok peta konsep (20 siswa) dankelompok kontrol (20 siswa) dilakukan secaraacak. Huruf X menunjuk pada kondisi perlakuanpeta pemikiran sedang kondisi kelompok kon trol adalah kelompok tanpa X. Didalam kasus ininotasi O1 untuk menunjukkan pengukuran4pascaperlakuan kelompok eksperimen satu danO2untukmenunjukkanpengukuranpascaperlakuan kelompok eksperimen keduadalam rancangan yang sama juga. Hal ini dibuatagar peneliti dapat lebih mudah membedakanantara efek ketika ada perlakuan (O1) denganketika tidak ada perlakuan (O2).Seandainya eksperimen diatas dielaborasidengan meneliti mengenai pengaruh strategibelajar yang terdiri dari peta konsep (conceptmap) dan peta pemikiran (mind map) terhadapprestasi belajar matematika yang diukur baikpraperlakuan dan pascaperlakuan pada 20 siswadikelompok peta konsep dan 20 orangdikelompok peta pemikiran yang terpilih secaraacak, maka dapat digambarkan sebagai:R O1 Xa1 O2R O1 Xa2O2Gambar 3. Rancanganduakelompokdenganpengukuran praperlakuan dan pasca perlakuanKeterangan: Huruf R dan garis lurus pemi sahantaraduakelompokeksperimenmenunjukkan bahwa penempatan 40 subjekkedalam kelompok peta konsep (20 siswa) dankelompok peta pemikiran (20 siswa) dilakukansecara acak. Huruf Xa1 menunjuk pada kondisiperlakuan peta konsep sedang Xa 2 menunjukpada kondisi perlakuan peta pemikiran. HurufO1 menunjuk pada pengukuran prestasi belajarmatematika praperlakuan dan O2 menunjukpada pengukuran prestasi belajar matematikapascaperlakuan.Seandainya eksperimen diatas dielaborasilagi dengan membagi subjek secara acakmenjadi tiga yaitu kelompok yaitu kelompokpeta konsep (a1), kelompok peta pemikiran (a2)dan kelompok kontrol yang tidak diberiperlakuan apapun, maka rancangan eksperimendapat digambarkan sebagai berikut:BULETIN PSIKOLOGIR O1 Xa1 O2R O1 Xa2O2

RANCANGAN EKSPERIMEN ACAKR O1O2Gambar 4. Rancangan kelompok jamak denganpengukuranpraperlakuandanpascaperlakuanJenis rancanganSeperti telah disebutkan di awal tulisan ini,Myers dan Hansen (2002) merumuskanrancangan eksperimen sebagai struktur umumsebuah eksperimen, yang ditentukan oleh tigaaspek (a) jumlah variabel independen atauperlakuan, (b) jumlah variasi independenvariabel atau kondisi perlakuan, dan (c)penggunaan subjek yang sama atau berbedauntuk masing masing kondisi perlakuan.Dengan mengacu pada ketiga aspek tadirancangan eksperimen secara umum dapatdiklasifikasikan kedalam (a) rancangan beda subjek (between subjects designs), yakni rancanganeksperimen yang melibatkan kelompok orangyang berbeda dalam masing masing kondisiperlakuan, (b) rancangan sama subjek (within subjects designs), yakni rancangan yangmelibatkan subjek yang sama dalam semuakondisi perlakuan, serta (c) rancangan campuran(mixed design) adalah sebuah rancanganeksperimen yang mengkombinasikan rancanganbeda subjek dengan rancangan sama subjek.Rancangan beda subjek (between subjects designs)Rancangan beda subjek oleh Solso, Johnson,dan Beal (1998) maupun oleh McGuigan (1997)disebut sebagai rancangan beda kelompok(between groups design). Rancangan beda subjek(between subjects designs) adalah rancanganeksperimen yang melibatkan kelompok orangyang berbeda dalam masing masing kondisiperlakuan dan dapat dibagi lagi menjadi (a)rancangan eksperimen yang hanya menelitipengaruh satu variabel independen atauperlakuan atau faktor, dan (b) rancanganeksperimen yang meneliti lebih dari satuvariabel independen atau perlakuan atau faktordisebut sebagai rancangan faktorial (factorialBULETIN PSIKOLOGI5design). Rancangan eksperimen yang hanyameneliti pengaruh satu variabel independen atasdasar jumlah kelompok kondisi perlakuan dapatdigolongkan menjadi dua, yaitu (a) rancangandua kelompok dan (b) rancangan kelompokmajemuk. Rancangan eksperimen dua kelompokberdasarkan cara pembentukannya dapatdigolongkan menjadi dua yakni (a) duakelompok independen (two independent groups)yang terbentuk dengan cara penempatan subjekkedalam dua kondisi perlakuan secara acak(random assignment) dan (b) dua kelompokcocok sebanding (two matched groups),yangmelibatkan penempatan subjek kedalam duakondisi perlakuan berdasar kecocokan dalamsatu variabel lain tertentu yang diduga ikutberpengaruh terhadap variabel dependen.Rancangan beda subjek yang meneliti satuvariabel independen dengan dua kelompokindependen diuraikan berikut. Dua kelompokindependen tersebut dapat terbentuk dari; (a)satu kelompok eksperimen yang mendapatkanperlakuan, dan satu kelompok kontrol yangtidak mendapatkan perlakuan atau (b) keduakelompokmendapatkanvariasivariabelindependen berbeda. Sebuah eksperimen yangmemiliki satu kelompok eksperimen dan satukelompok kontrol contohnya adalah penelitianUtomo (2007) mengenai pengaruh emosi positifterhadap performansi memori jangka pendek.Variabel independen adalah emosi positif yangdimanipulasi dengan cara subjek dimintamenggambarkan pengalaman yang mem bahagiakan atau menyenangkannya sertakemudian diminta membayangkan ya adalah performansi memorijangka pendek yang diukur dengan tes rekognisikata. Empatpuluh (40) subjek dibagi kedalamdua kelompok: kelompok eksperimen yangdiberi perlakuan, dan kelompok kontrol yangtidak diberi perlakuan. Mengikuti notasi Shadishdkk (2002, hal. 258) rancangan ini disebutrancangan dasar dan digambarkan sebagai:RXO

HASTJARJOROGambar 5.Keterangan: R penempatan secara acakX perlakuan emosi positifO pengukuran performansi memorijangka pendek pascaperlakuanNotasi Shadish dkk (2002) diatas tidak konsistensebab pada saat menjelaskan notasi rancanganeksperimen kuasiuntukrancanganduakelompok nonekuivalen dan hanya denganpengukuran pasca perlakuan (post test onlydesign with nonequivalent group) dituliskansebagai (hal. 116)NRX O1 NRO2Gambar 6.Keterangan: X perlakuanO1 pengukuran pascaperlakuankelompok eksperimenO2 pengukuran pascaperlakuankelompok kontrolNR nonrandomized assignment penugasan tidak acak.Oleh karena itu seandainya mengikutinotasi yang diusulkan dalam tulisan ini makaeksperimen Utomo akan digambarkan sebagaiberikut (bandingkan dengan Gambar 2);RX O1RO2Gambar 7. RancanganindependenacakduakelompokGambar 7 adalah rancangan eksperimenyang melibatkan kelompok eksperimen dankelompok kontrol namun sebuah eksperimenyang melibatkan dua kelompok independendapat terdiri dari kelompok eksperimen semuamisalnya eksperimen yang meneliti pengaruhsistem latihan menari terhadap keterampilanmenari. Di sebuah sanggar tari terdapat 20 siswatari. Keduapuluh siswa tersebut dengan caraundian dibagi kedalam dua kelompok yaitu6kelompok sistem tari perbagian dan kelompoksistem tari utuh menyeluruh. Sistem latihanmenari yang mengajarkan bagian per bagiandiberikan kepada 10 siswa tari, sedangkansistem latihan menari yang mengajarkan lang sung sebuah tari secara utuh diberikan kepada10 siswa tari lain. Penelitian seperti ini dilakukanoleh Poerbosari (1995) meskipun tidak persis.Rancangan eksperimen ini melibatkan duakelompok eksperimen atau tepatnya duakelompok kondisi perlakuan yang berbeda. Jikavariabel independen atau perlakuan, yaitusistem latihan menari diberi label A, maka kon disi perlakuan sistem menari perbagian dapatdiberi label a1 dan kondisi perlakuan sistemlatihan menari secara utuh dapat diberi label a 2,sehingga sebaiknya rancangan ini dapatdigambarkan berikut (Gambar 8).RXa1O1RXa2O2Gambar 8. RancanganindependenacakduakelompokKeterangan:R penempatan secara acak (random assignment)Xa1 sistem latihan menari secara perbagian(kondisi perlakuan pertama)Xa2 sistem latihan menari secara keseluruhan(kondisi perlakuan kedua)O pengukuran keterampilan menariPembentukan dua kelompok juga dapatdilakukan dengan cara mencocokkan ataumenyamakan kedua kelompok dalam satuvariabel tertentu. Misalnya, kembali kecontohpenelitian mengenai pengaruh sistem latihanmenari terhadap keterampilan menari dengandua kelompok kondisi perlakuan. Keduapuluhsiswa tari diukur inteligensinya terlebih dahulu,dan berdasarkan sekor inteligensi mereka di buatlah pasangan pasangan (misal, siswa Adengan K, IQ 110; siswa B dengan L, IQ 108;siswa C dengan M, IQ 105 dan seterusnya).Setiap anggota sebuah pasangan (misal, A danK, atau B dan L atau C dan M dll) kemudiandengan cara acak (misal diundi) ditempatkanBULETIN PSIKOLOGI

RANCANGAN EKSPERIMEN ACAKkedalam kondisi perlakuan sistem tari perbagianatau sistem tari utuh menyeluruh. Proses pe nyusunan dua kelompok atas dasar sekor yangpersis sama disebut sebagai pencocokkan persis(precision matching). Mendapatkan pasangansekor yang persis sama atau identik bukan halmudah, sehingga dasar pencocokkan dapatdibuat dengan sebuah cara lain yaitu dengancara menyusun kisaran sekor. Subjek yang be rada dalam kisaran sekor yang sama dapatdijadikan pasangan. Kemudian setiap pasangandiundi siapa yang masuk ke kelompok sistemmenari secara perbagian dan siapa yang masukkedalam kelompok sistem menari secara utuh.Cara ini disebut range matching. Penulisanrancangan eksperimen yang melibatkan prosespencocokan sebuah variabel lain (matching)adalah sebagai berikut:MRXa1O1ulang diberi label a3.RRXa1O1RXa2O2Xa3O3Gambar 10. Rancangan acak kelompok jamakKet: R penempatan secara acakXa1 kelompok dengan kertas buku (HVS)Xa2 kelompok dengan kertas mengkilapXa3 kelompok dengan kertas daur ulangO pengukuran persepsi kualitas komputerRancangan faktorial beda subjek (between subjects factorial designs) atau rancangan faktorialmerupakan tipe terakhir rancangan beda subjek.Rancangan faktorial adalah sebuah rancanganeksperimen yang melibatkan manipulasi lebihdari satu variabel independen (Myers & Hansen,2001). Masing masing variabel independen atauperlakuan disebut sebagai faktor. Misalnya,Etsem, Walgito, Sugiyanto dan Priyosulistiyo(2008) menggunakan dua variabel independenyang dimanipulasi, yakni perlakuan pertama/faktor pertama (1) jenis peta Anda Di Sini (petaBULETIN PSIKOLOGI7MRXa2O2Gambar 9. Rancangan berdasarkan matchingKeterangan: M Matching (Pencocokan berdasar satuvariabel bebas lain)R Penugasan secara acak.Rancangan eksperimen yang meneliti satuvariabel independen juga dapat dilakukandengan memakai kelompok majemuk atau lebihdari dua kelompok. Misalnya, penelitian Faesal(1997) mengenai pengaruh jenis kertas brosurterhadap persepsi kualitas komputer. Jeniskertas yang dibuat untuk membuat brosur pro duk komputer sebagai variabel perlakuan dibagimenjadi 3 kondisi perlakuan, yakni kertas buku(HVS), kertas mengkilap, dan kertas daur ulang.Terdapat 90 mahasiswa yang secara acakdimasukkan kedalam ketiga kondisi perlakuan.Jika perlakuan (jenis kertas brosur) diberi labelA, maka kertas buku (HVS) diberi label a1,kertas mengkilap diberi label a2, dan kertas daurADS) dengan kondisi perlakuan: a) menganutprinsip Orientasi Arah Utara dan b) menganutarah subjek, serta perlakuan kedua/faktor kedua(2) rotasi penempatan peta ADS dengan sudut:(a) 00, (b) 450, (c) 900, (d) 1350, (e) 1800, (f) 2250, (g)2700, (h) 3150. Jadi dalam penelitian Etsem dkk.(2008) tadi ada 2 (dua) perlakuan atau faktor:perlakuan pertama (Faktor A) mempunyai 2(dua) kondisi perlakuan (a1 dan a2) sedangkanperlakuan kedua (Faktor B) mempunyai 8(delapan) kondisi perlakuan (b1, b2, b3, b4, b5, b6,b7, dan b8). Variabel dependennya adalahkecepatan pencarian jalan dan ketepatanpencarian jalan.Penulisan rancangan faktorial eksperimenEtsem dkk (2008) diatas dapat berbentuk (a)metode pelabelan faktor: 2 x 8 (jenis peta ADS xsudut rotasi) rancangan faktorial antara subjekatau 2 (jenis peta ADS) x 8 (sudut rotasi)rancangan faktorial antara subjek atau (b)metode faktor x level: 2 x 8 (Jenis Peta ADS:menganut prinsip OAU, menganut arah subjek xSudut Rotasi: 00, 450, 900, 1350, 1800, 2250, 2700,3150) rancangan faktorial beda subjek atau 2

HASTJARJO(Jenis Peta ADS: menganut prinsip OAU,menganut arah subjek) x 8 (Sudut Rotasi: 0 0, 450,900, 1350, 1800, 2250, 2700, 3150) rancanganfaktorial beda subjek. Rancangan faktorial beda subjek dapat ari (skor 0 10). Pada gambar 12A,keterampilanmenaridenganmetodekeseluruhan selalu lebih rendah dibandingkandengan metode perbagian apapun tarafkesulitan tarinya. Demikian pula, keterampilanmenari dengan tingkat kesulitan tari mudahselalu lebih tinggi daripada kalau tingkatnyasulit tidak peduli bagaimana sistem latihanmenarinya. Sebaliknya, pada gambar 12Bpengaruh sistem latihan menari akan tergantungtingkat kesulitan tarinya. Metode latihan perbagian akan menghasilkan keterampilan menarilebih rendah dibanding sistem latihankeseluruhan jika tingkat kesulitan menarinyamudah, namun keterampilan menari akan lebihbaik dengan metode latihan perbagian daripadametode latihan keseluruhan jika taraf kesulitantari sulit. Tidak bisa disimpulkan bahwa metodemenari per bagian akan selalu lebih bagusmenghasilkanketerampilanmenaridibandingkan metode latihan keseluruhan.Jawabannya akan tergantung pada level variabelindependen lain yaitu level variabel tingkatkesulitan tari.Gambar 11. Rancangan faktorial 2 x 810Rancangan faktorial dapat menghasilkandua informasi penting, yaitu (a) informasimengenai efek utama, yaitu efek masing masingvariabelindependenterhadapvariabeldependen, dan (b) informasi mengenai efekinteraksi. Jika terjadi interaksi maka efek satuvariabel independen akan berubah tergantungpada level variabel independen lain. Misal,sebuah eksperimen pengaruh sistem latihanmenari (sistem perbagian, a1 dan sistemkeseluruhan, a2) dan tingkat kesulitan tari(mudah, b1 dan sulit, b2) terhadap keterampilan8A Mudah Sulit0BagianKeseluruhanGambar 12A. Tidak ada interaksi antara sistemlatihan tari dengan tingkat kesulitan tariBULETIN PSIKOLOGI

RANCANGAN EKSPERIMEN ACAK10B M udah S u lit0B a g ia nK e s e lu r u h a nGambar 12B. Terdapat interaksi antara sistem latihantari dengan tingkat kesulitan tariRancangan sama subjek (within subject design)Rancangansama subjekmerupakanrancangan yang melibatkan subjek yang samadalam semua kondisi perlakuan. Denganperkataan lain setiap subjek akan mendapatkansemua kondisi perlakuan atau semua levelvariabelindependenyangadadalameksperimen. Dalam rancangan ini subjekmendapatkan lebih dari satu kondisi perlakuandan diukur variabel dependennya sesudahmendapatkan setiap kondisi perlakuan sehinggadisebut rancangan amatan ulangan (repeatedmeasures design). Rancangan sama subjek dapatdilakukan dengan melibatkan satu variabelindependen. Misalnya, penelitian Nadira (2010)mengenai pengaruh taraf kekonkritan kataterhadap performansi memori jangka pendekdengan mempertimbangkan tingkat efikasi dirimemori. Variabel independennya (perlakuan)adalah taraf kekonkretan kata benda dengan duakondisi perlakuan yaitu kata benda konkrit dankata benda abstrak. Variabel dependennyaadalah performansi memori yang diukur denganrecall bebas. Duapuluh lima (25) mahasiswadiminta menghafalkan sejumlah kata bendakonkrit dan diminta mengingat kembali, lalusubjek yang sama diminta menghafalkansejumlah kata abstrak dan juga dimintamengingat kembali.Dalam rancangan sama subjek perludiperhatikan metode counterbalancing. Misalnya,dalam penelitian Nadira (2010) tentangpengaruh taraf kekonkretan kata terhadapmemori jangka pendek diatas dengan duaBULETIN PSIKOLOGI9kondisi perlakuan yaitu kata benda konkrit dankata benda abstrak, maka dia melakukancounterbalancing urutan penyajian jenis katabenda yang harus diingat. Jumlah partisipaneksperimen adalah 25 mahasiswa. Kepada 12mahasiswa Nadira menyajikan 15 kata bendakonkrit selama 30 detik dengan durasi 2 detikper kata (Xa1), lalu mahasiswa diminta merecallkata kata tadi, disusul oleh penyajian 15 kataabstrak selama 30 detik dengan durasi 2 detikper kata (Xa2) dan mahasiswa diminta merecalljuga. Kepada 13 mahasiswa lainnya, urutanpenyajian dibalik: penyajian 15 kata abstrak(Xa2), tes recall dilakukan, penyajian 15 katabenda konkrit (Xa1), tes recall dilakukan. Secaraumum ke 25 mahasiswa tadi mendapatkan pe nyajian 30 kata benda (15 kata benda konkrit dan15 kata benda abstrak).Penelitian dengan rancangan sama subjekyang dilakukan Nadira untuk ke 25 subjek dapatdigambarkan seperti berikut:R Xa1 O1 Xa2 O2(untuk ke 25 subjek)sedangkan sesudah dilakukan metode coun terbalancing rancangan akan menjadi:R Xa1 O1 Xa2 O2(untuk 12 subjek)R Xa2 O1 Xa1 O2(untuk 13 subjek)Gambar 13. Rancangan sama subjek dengancounterbalancingSebuah contoh lain rancangan sama subjekdengan melibatkan metode counterbalancingdilakukan Hastjarjo (2004) yang menelitipengaruh skema penalaran pragmatis terhadappenalarandeduktifmahasiswa.Skemapenalaran pragmatis adalah serangkaian aturanabstrak yang terkait dengan ranah tertentuuntuk memecahkan problem hidup sehari hari.Skema penalaran pragmatis pada penelitianterdahulu dibagi menjadi skema perizinan,skema kausal dan skema obligasi. Hastjarjo

HASTJARJO(2004) hanya menggunakan skema perijinan dankausal dibandingkan dengan skema arbitrersebab mengikuti penelitian Thompson (1995),skema perijinan akan lebih mudah dinalardaripada skema kausal dan arbitrer. Hastjarjomenggunakan counter balancing sebab ada tigakelompok urutan penyajian kondisi perlakuan:A (arbitrer, kausal, perijinan), B (perijinan,arbitrer, kausal), dan C (kausal, perijinan,arbitrer).Rancangan sama subjek dapat dilakukansecara faktorial, yaitu melibatkan lebih dari satuvariabel independen. Misalnya, penelitian fiktifmengenai pengaruh jenis kemasan shampo danvolume terhadap minat membeli diteliti. Jeniskemasan shampo dibedakan kedalam tiga level,menjadi kemasan botol kaca, kemasan botolplastik dan kemasan sachet serta volumeshampo yang dibedakan kedalam dua level,yakni 50 ml dan 100 ml. Subjek penelitian adalah40 mahasiswa psikologi Universitas ABC dansetiap mahasiswa mendapatkan ketiga jeniskemasan serta dua volume tadi. Rancangan inimelibatkan 6 kombinasi iklan shampo: (1) Subjekmelihat iklan shampo kemasan botol denganvolume 50 ml, lalu diminta mengisi skala minatmembeli shampo; 2) Subjek melihat iklanshampo kemasan plastik dengan kemasan 50 mldan diminta mengisi skala minat membeli; 3)Subjek melihat iklan shampo kemasan sachetdengan volume 50 ml dan diminta mengisi skalaminat membeli; 4) Subjek melihat iklan shampokemasan botol dengan volume 100 ml, laludiminta mengisi skala minat membeli shampo;2) Subjek melihat iklan shampo kemasan plastikdengan kemasan 100 ml dan diminta mengisiskala minat membeli; 3) Subjek melihat iklanshampo kemasan sachet dengan volume 100 mldan diminta mengisi skala minat membeli.Dalam penelitian ini ada dua faktor, yaitu faktorpertama (A) mempunyai 3 level (a1, a2, dan a3)dan faktor kedua (B) mempunyai 2 level (b 1 danb2) sehingga ada rancangan 3 x 2 faktorial sama subjek. Setiap subjek akan mendapatkan 3 x 2 6 kondisi perlakuan yang berbeda. Setiap subjek10akan melihat iklan shampo dalam 3 jeniskemasan yang isinya baik 50 ml dan 100 ml.Rancangan faktorial sama subjekdapat digambarkan sebagai berikut:(3x2)R Xa1b1 O1 Xa1b2 O2 Xa2b1 O3 Xa2b2 O4 Xa3b1 O5 Xa3b2 O6Gambar 14. Rancangan faktorial sama subjekRancangan faktorial sama subjek juga perludi counterbalancing sehingga gambar 14 dapatmenjadi beberapa variasi kombinasi cing yang memilih tiga kombinasisecara acak dari kemungkinan kombinasi urutankondisi perlakuan kepada 40 subjek dapatmenjadi (lihat Gambar 15).R Xa1b2 O1 Xa2b2 O2 Xa1b1 O3 Xa3b1 O4 Xa2b1 O5 Xa3b2 O6(10 s)R Xa2b2 O1 Xa3b1 O2 Xa1b2 O3 Xa3b2 O4 Xa2b1 O5 Xa1b1 O6(10 s)R Xa3b1 O1 Xa1b1 O2 Xa2b1 O3 Xa1b2 O4 Xa2b2 O5 Xa3b2 O6(10 s)R Xa1b1 O1 Xa2b2 O2 Xa3b1 O3 Xa2b1 O4 Xa1b2 O5 Xa3b2 O6(10 s)Gambar 15. Rancangan samasubyek faktorial yang dicounterbalancingpartialRancangan Campuran (Mixed Designs)Myers dan Hansen (2001) merumuskanrancangan campuran mengkombinasikan satufaktor yang dimanipulasi dalam rancangansama subjek dengan faktor lain yang berbentukrancangan beda subjek. Misalnya, sebuaheksperimen meneliti pengaruh tingkatan suhuruang kerja dan kebisingan ruang kerja perakitsepeda motor terhadap produktivitas kerja.Tingkatan suhu ruangan (Faktor

BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2014: 91 – 104 ISSN: 0854 7108 Rancangan Eksperimen Acak T. Dicky Hastjarjo Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada . tisipan ke kelompok eksperimen dan kontrol, menentukan var

Related Documents:

Buku Psikologi Sastra ini berisikan tentang (1) studi psikologi dalam studi sastra, (2) psikologi kepribadian, (3) psikologi sosial, (4) psikologi perkembangan, (5) psikologi komunitas, (6) psikologi konsumerisme, (7) psikologi ekologi, dan (8) teknik penyusunan proposal peneliti

Psikologi di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. KONTRAK PERKULIAHAN Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Nama Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian I Kode Mata Kuliah : 1232031 Pengajar : Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S.Psi., M

KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka telah dapat diterbitkan Buku Pedoman Pendidikan Doktor Psikologi, . PSC721 Psikologi Klinis Anak dan Remaja 2 Konsentrasi Psikologi Klinis 6. PSC722 Psikologi Klinis Komunitas 2 7. PSC723 Stres dan Kecemasan 2 8. PSC724 Psikologi .

psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pedekatan atau tipe kritik sastra yang disebut psikologi sastra. B. Hubungan antara Psikologi dan Sastra 1. Psikologi Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang melahirkan pendekatan psikologi sastra,

Pengantar Psikologi : . Cabang dari psikologi yang perhatiannya tertuju pada penyelidikan perilaku dalam setting kerja dan penerapan prinsip-2 psikologi utk mengubah perilaku kerja tersebut Psikologi Industri & organisasi : . Psikologi klinis . Psikologi Industri dan Organisasi

1. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Aceh 2. Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, Aceh 3. Fakultas Kedokteran Universitas Malikusaleh, Aceh 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan 5. Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan 6. Fakul

psikologi sosial. Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak masa pendewasaan psikologi sosial. Ragam topik penelitiannya meluas. Misalnya, kita temui atri- busi, sikap, perbedaan gender, psikologi lingkungan, psikologi massa, psikologi

ALEX RIDER SERIES POINT BLANK GOING DOWN MICHAEL J. ROSCOE was a careful man. The car that drove him to work at quarter past seven each morning was a custom-made Mercedes with reinforced steel plates and bulletproof windows. His driver, a retired FBI agent, carried a Beretta subcompact automatic pistol and knew how to use it. There were just .