Paradigma Sosiologi Dan Teori Pendekatannya

3y ago
241 Views
18 Downloads
244.97 KB
34 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Annika Witter
Transcription

Modul 1Paradigma Sosiologi danTeori PendekatannyaDrs. Wagiyo, M.S.PEN D A HU L UA NAda beberapa definisi tentang sosiologi. Hal tersebut karena adanyaperbedaan filsafati yang melandasi para sosiolog sehingga menyebabkanadanya ketidaksamaan pandangan tentang pengertian sosiologi. Di sampingitu, teori-teori yang dikemukakan oleh para sosiolog juga berbeda dalammembahas hakikat (makna) sosiologi. Adanya perbedaan mengenaipengertian sosiologi tersebut juga karena adanya perbedaan paradigmatentang sosiologi. Menurut George Ritzer (1975:24.) paradigma sosiologiialah:1. paradigma fakta sosial;2. paradigma definisi sosial;3. paradigma perilaku sosial.Dengan demikian, sebagai akibat adanya perbedaan paradigma dan teoriitu maka konsekuensinya metode pendekatan yang digunakan oleh parasosiolog terdapat perbedaan.Meskipun terdapat perbedaan di antara para sosiolog mengenaipengertian sosiologi, tetapi pada dasarnya dapat dikemukakan bahwasosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang individu, masyarakatdan hubungan antara keduanya. Apabila ditinjau dari sejarah lahirnyasosiologi maka hal itu sangat erat hubungannya dengan apa yang terjadi diBenua Eropa bagian barat, yaitu tumbuhnya kapitalisme, perubahan sosialpolitik, tumbuhnya individualisme, reformasi Martin Luther, lahir dantumbuhnya ilmu pengetahuan yang bersifat modern, perkembangan rasapercaya diri dan Revolusi Industri serta Revolusi Prancis.Bertolak dari pengertian tersebut di atas maka sosiologi akanberkembang, sebab masyarakat yang senantiasa berkembang akan menuntut

1.2Teori Sosiologi Modern adanya pengertian dan pemahaman terhadap substansi permasalahannya.Konsekuensinya lahirlah teori-teori dengan maksud sebagai acuan dalampemecahan masalahnya, apakah itu teori yang bersumber pada paradigmafakta sosial, tindakan sosial, perilaku sosial atau teori-teori yang bersifatalternatif.Dengan mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki kompetensidalam memahami Paradigma dan pengertian teori sosiologi serta latarbelakang kelahirannya. Selanjutnya setelah mempelajari modul ini, Andadiharapkan dapat menjelaskan:1. pengertian paradigma dalam sosiologi;2. pengertian paradigma fakta sosial;3. pengertian paradigma definisi sosial;4. pengertian paradigma perilaku sosial;5. teori-teori sosiologi yang terkandung dalam paradigma fakta sosial;6. teori-teori sosiologi yang terkandung dalam paradigma definisi sosial;7. teori-teori sosiologi yang terkandung dalam paradigma perilaku sosial;8. definisi sosiologi menurut Peter L. Berger;9. tokoh-tokoh yang membahas hubungan antara individu dan masyarakat;10. definisi teori dan syarat-syarat yang harus dipenuhi;11. aliran-aliran filsafat (pemikiran) yang melatarbelakangi pandanganpandangan para tokoh dalam membahas hubungan antara individu danmasyarakat.Selamat belajar dan semoga sukses!

SOSI4206/MODUL 11.3Kegiatan Belajar 1Paradigma Sosiologi danTeori PendekatannyaPembahasan kita mengenai paradigma sosiologi dibagi menjadi tigabagian, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, danparadigma perilaku sosial. Secara garis besar paradigma ini perlu Andaketahui karena teori-teori yang akan kita bicarakan berakar pada paradigmaparadigma ini. Selanjutnya, untuk memudahkan pemahamannya akan dicobadiberikan contoh.PARADIGMA SOSIOLOGIKonsep yang bersifat fundamental dalam sosiologi tidaklah sama antarakomunitas sosiologi yang satu dengan yang lain. Berkenaan dengan adanyaperbedaan filsafat atau asumsi dasar tersebut menyebabkan sosiologimempunyai beberapa paradigma. Menurut George Ritzer (l975:7) yangdimaksud. Istilah paradigma menjadi terkenal oleh Thomas Kuhn dalambukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution. Selanjutnya,oleh Kuhn dinyatakan bahwa perkembangan setiap ilmu pengetahuanbukanlah merupakan kumpulan data yang semakin banyak, akan tetapikarena adanya perubahan paradigma yang digunakan. Selanjutnya,dinyatakan bahwa realitas (kenyataan) yang terdalam dari manusia itubersifat kejiwaan, sementara menurut kaum materialis dinyatakan bahwakenyataan yang terdalam dari manusia itu adalah bersifat kebendaan. Denganpernyataan tersebut, tampaklah bahwa yang membedakan paradigma yangsatu dengan yang lain tentang objek yang dipermasalahkan adalah perbedaanasumsi mengenai pokok permasalahan suatu disiplin ilmu pengetahuan.Selanjutnya, George Ritzer dalam bukunya yang berjudul Sociology, AMultiple Paradigm Science (1975: 34-184: Alimandan(peny.), 1985 :15-97)menyatakan bahwa paradigma dalam sosiologi, yaitu sebagai berikut.

1.41.Teori Sosiologi Modern Paradigma Fakta SosialParadigma fakta sosial ini bersumber dari karya Emile Durkheim yangberjudul The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897).Selanjutnya, bertolak dari karya tersebut di atas, ia mengemukakan suatu carauntuk menerangkan kenyataan perubahan sosial secara ilmiah dan positif,dalam arti suatu analisis yang menggunakan pemikiran yang bertumpu padafakta yang bersifat empiris. Pandangannya yang demikian itu adalah sebagaisuatu upaya menyelamatkan sosiologi dari „cengkeraman‟ filsafat danpsikologi yang dianggap semata-mata tidak mendasarkan fakta empiris.Dalam karyanya yang kedua tersebut di atas (Suicide), ia memberikan suatuilustrasi bahwa masalah bunuh diri adalah suatu fakta empiris yang terjadi diPrancis sebagai akibat merosotnya perekonomian negara, yangmengakibatkan merajalelanya pengangguran dan bunuh diri. Hal yangterakhir ini merupakan salah satu faktor yang mendorong Emile Durkheimcenderung berkecimpung dalam bidang sosial.Di muka telah dikemukakan bahwa tujuan yang fundamental dalamsosiologi adalah menerangkan tentang kenyataan perubahan-perubahansosial. Menurut Emile Durkheim kenyataan perubahan-perubahan sosial ataugejala sosial itu riil. Namun, kalau dikaji benar-benar pengertian riil yang iamaksud adalah mencakup baik sesuatu yang dapat diserap dengan indramaupun tidak. Dengan perkataan lain, riil menurut Emile Durkheim berupakenyataan yang konkret dan kenyataan yang tidak konkret. Kenyataan yangriil tersebut dapat dilihat dan diamati sebagaimana benda apa adanya, sedangkenyataan yang tidak konkret adalah sekadar merupakan gejala yang bersifatintersubjektif yang lahir dalam kesadaran manusia. Namun, oleh EmileDurkheim kenyataan yang tidak konkret tersebut dianggap riil. Hal yangdemikian bertujuan agar kenyataan yang tidak konkret itu mudah dipahamisebagaimana yang konkret. Dengan adanya anggapan yang demikian itumaka ia menyatakan bahwa objek penyelidikan dalam paradigma fakta sosial,yaitu fakta sosial.Paradigma fakta sosial menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatukenyataan (realitas) yang mandiri dalam arti terlepas dari sikap individu yangada di dalamnya, misalnya apakah individu itu senang atau tidak senang.Pada umumnya, keseluruhan kenyataan yang ada di dalam masyarakatdipandang sebagai struktur yang di dalamnya terdapat sistempengorganisasian, peraturan-peraturan, pranata-pranata sosial, nilai-nilai yang

SOSI4206/MODUL 11.5disepakati, pembagian kekuasaan dan kewenangan yang kesemuanya ituberpengaruh terhadap individu.Misalnya, seseorang yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu akanterpengaruh oleh kenyataan yang terdapat di dalam masyarakat. Hal tersebutkarena kenyataan yang ada pada masyarakat dalam strukturnya, langsungataupun tidak langsung dapat memaksa individu yang bersangkutan dalambersikap dan bertindak sehingga hal yang demikian itu mengandung suatukonsekuensi logis bahwa individu tidak akan bertindak yang cenderungmenuruti kemauannya sendiri. Dengan contoh di atas maka dapat dikatakanbahwa struktur yang ada dalam masyarakat dapat digunakan untukmemahami kondisi pemikiran individu sebagai anggota masyarakat.Selanjutnya, persoalan apa yang terdapat dalam fakta sosial itu, menurutpendapatnya yaitu berupa: kelompok, kesatuan masyarakat, sistem sosial,posisi, peranan, keluarga, sistem nilai pemerintahan dan keluarga. Denganistilah lain, dapat dikatakan bahwa fakta sosial itu di dalamnya secara garisbesar mencakup struktur sosial dan pranata sosial.Menurut George Ritzer, teori yang terkenal dalam kaitannya denganparadigma fakta sosial, yaitu (1) teori fungsionalisme struktural, yangmemberi penekanan pada keteraturan dan tidak mengindahkan adanyakonflik dan perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya, yaitu fungsi,disfungsi, fungsi latent, fungsi manifest, dan keseimbangan. Selain itu, teoritersebut juga menyatakan bahwa semua peristiwa dan struktur adalahfungsional dalam masyarakat, dan apabila dirasa ada ketidakserasian, hal itumerupakan kewajiban bagi penganutnya untuk menormalisasikannya.Adapun tokoh dari fungsionalisme struktural ini adalah Robert K. Merton.(2) teori konflik yang mendasarkan pada wewenang dan posisi yangmerupakan fakta sosial. Dalam hal ini, adanya ketidakadilan dalampembagian kekuasaan dan wewenang merupakan penentu konflik dalammasyarakat, dan hal tersebutlah yang senantiasa harus menjadi sasaran studipara sosiolog. Konflik itu terjadi karena adanya perbedaan keinginan daripenguasa untuk mempertahankan diri dan di lain pihak adanya keinginan dariyang dikuasai untuk mengadakan perombakan. Tokoh dari teori konflik iniadalah Dahrendorf.Suatu upaya memadukan kedua teori yang bertentangan tersebut telahdilakukan oleh Pierre van den Berghe yang menyatakan bahwa keduanyasebenarnya saling melengkapi di samping mempunyai hubungan yangbersifat kausal. Menurut pendapatnya konflik mempunyai fungsi, yaitu (1)

1.6Teori Sosiologi Modern untuk menjamin solidaritas; (2) mendorong timbulnya ikatan persekutuandengan kelompok yang lain; (3) mendinamisasikan manusia; dan (4) sebagaisarana hubungan antarpersekutuan yang satu dengan yang lain.Adapun metode dalam rangka penelitian terhadap pokok permasalahansosiologi, penganut paradigma fakta sosial mempunyai suatu kebiasaanpenggunaan kuesioner dan wawancara. Tampaknya mereka kurang begitusenang menggunakan metode pengamatan (observasi) karena dirasa tidaktepat untuk menjaring data dalam penelitian fakta sosial.2.Paradigma Definisi SosialPrinsip rasionalitas memberikan suatu landasan kuat terhadap paradigmadefinisi sosial yang didasarkan pada karya Max Weber. Menurut paradigmaini yang dianggap sebagai suatu kenyataan sosial yaitu “tindakan sosial”.Sebelum membahas konsep Max Weber tentang tindakan sosial sebagaisesuatu kenyataan sosial dalam sosiologi maka kiranya perlu dikemukakanterlebih dahulu pandangannya tentang “kenyataan yang konkret”. Masalahkenyataan yang konkret tersebut sebenarnya telah lama diperdebatkan,misalnya oleh Plato, Aristoteles, Anselmus, dan Abaelardus. Di satu pihakbagi mereka yang menganut paham universalisme menyatakan bahwa yangbenar ada, adalah yang umum. Di lain pihak, yang menganut pahamnominalisme menyatakan bahwa yang benar ada, adalah yang khusus dalamarti ada secara konkret. Selanjutnya, bertolak dari hal tersebut di atas makamuncullah paham subjektivisme dan objektivisme.Dalam membahas masalah kenyataan sosial yang berupa tindakan sosialsebagaimana dikemukakan oleh Max Weber, sebenarnya tidak dapatdipisahkan dengan pandangannya tentang kenyataan yang konkret. Dalamhal ini, di samping Max Weber mendasarkan pada prinsip rasionalitas, jugamendasarkan pula pada pandangan dasar yang bersifat subjektivitas.Pandangan subjektivitas menyatakan bahwa kenyataan itu hanya dapatditangkap dengan kesadaran. Anggapan Max Weber yang bersifatrasionalitas dan subjektivitas serta nominalistis tersebut tercermin padaanalisisnya tentang kenyataan sosial yang berupa tindakan sosial.Perlu dimaklumi bahwa rasionalitas merupakan landasan yang logis danobjektif untuk mendirikan suatu ilmu pengetahuan mengenai tindakan sosialserta pranata sosial, dan dengan rasionalitas dapat diketahui sejauh manatindakan manusia itu bersifat rasional. Subjektivitas dalam hal ini mempunyaimakna bahwa tindakan sosial itu di samping mempunyai arti bagi orang lain,

SOSI4206/MODUL 11.7juga bermakna bagi diri sendiri. Dalam hal ini, tindakan sosial itu mencakupapakah bersifat lahiriah atau rohaniah. Dengan anggapan yang demikian itumaka Max Weber menyatakan bahwa suatu studi tindakan sosial adalahupaya menyelidiki arti subjektif atau motivasi yang melekat pada tindakantindakan sosial. Adapun nominalisme dalam hal ini mengandung suatupengertian bahwa kenyataan riil tiada lain adalah berupa individu. Dengandemikian, dalam kaitannya dengan tindakan sosial, nominalisme mempunyaimakna tindakan sosial yaitu berupa perilaku yang khusus, dalam arti sebagaiperilaku individu.Bertolak dari anggapan tersebut maka permasalahan yang terdapat padaparadigma definisi sosial dalam sosiologi ialah tentang perilaku sosialantarhubungan sosial. Paradigma ini pandangannya tidaklah bertolak darikenyataan sosial yang bersifat objektif, tetapi berangkat dari pemikiranindividu sebagai subjek. Dalam hal ini sekalipun kenyataan sosial yangobjektif, yaitu yang antara lain berupa organisasi, peraturan-peraturan, nilainilai yang disepakati, pembagian kekuasaan dan wewenang memberikanpengaruh pada perilaku individu sebagai subjek, akan tetapi sebenarnyakebebasan untuk menentukan tindakannya itu tetap berfokus pada individuyang bersangkutan.Seseorang yang telah bertempat tinggal di dalam suatu masyarakat makapemikiran-pemikirannya itu akan sangat menentukan dalam struktur-strukturyang ada dalam masyarakat tersebut, sekalipun pranata-pranata sosial jugaikut mempengaruhinya. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa tindakan sosialtiada lain adalah perilaku individu, baik yang bermakna untuk diri sendirimaupun orang lain. Atas dasar hal tersebut di atas oleh Max Weber, sosiologididefinisikan sebagai suatu ilmu yang berupaya menginterpretasikan danmemahami tindakan sosial antarhubungan sosial untuk memperolehkejelasannya. Untuk itu, Max Weber mendefinisikan konsep yang terkandungdalam pokok permasalahan yang mencakup tindakan sosial antarhubungansosial dan upaya untuk memahaminya. Dalam hal ini tindakan didefinisikansebagai perilaku individu yang ditunjukkan pada orang lain, sedangkanantarhubungan sosial, yaitu perilaku dari beberapa orang yang berbeda danmengandung makna serta ditujukan kepada orang lain.Adapun teori yang terkandung dalam paradigma definisi sosial, yaitu(1) teori aksi; (2) teori interaksi simbol; dan (3) teori fenomenologi. Ketigateori tersebut di samping memiliki perbedaan, juga mempunyai persamaan.Perbedaannya, yaitu yang menyangkut hal-hal yang terkait dengan faktor

1.8Teori Sosiologi Modern yang menentukan tujuan penelitian dan gambaran tentang pokokpermasalahan sosiologi. Ketiga teori itu juga memiliki persamaan pandangandasar yang menganggap bahwa manusia merupakan pelaku yang kreatif darirealitas (kenyataan) sosialnya. Selain itu, ketiga teori tersebut mempunyaiperhatian serta sasaran terhadap segala sesuatu yang terkandung di dalampemikiran manusia meskipun teori tersebut tidak mungkin menyelidikinyasecara langsung. Hal itu dikarenakan pemikiran manusia merupakanperwujudan dari kreativitas manusia sekalipun ketiga teori itu memilikipendekatan yang berbeda dalam mengadakan penyelidikan terhadap proseskreativitas pemikiran manusia. Uraian singkat mengenai teori-teori tersebutdapat dikemukakan sebagai berikut.a. Teori Aksi, yang mempunyai kecenderungan kesejajaran dengan Weber,dan mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pengembanganteori interaksi simbol dan teori fenomenologi. Teori Aksi mengalamiperkembangan yang pesat di Amerika lewat karya Florian Znaniecki(The Method of Sociology, Social Actions), Robert M. Mac Iver(Society: Its Structure and Changes), Talcott Parsons (The Structure ofSocial Action). Menurut Hinkle, tokoh-tokoh tersebut merupakansosiolog yang mempunyai kecenderungan berpikir yang dilatarbelakangipemikiran Eropa yang pemikirannya sangat dipengaruhi oleh teori aksiPareto, Durkheim, dan Weber. Selanjutnya, bertolak dari karya sosiologyang mempunyai latar belakang pemikiran Eropa tersebut Hinklemengemukakan anggapan dasar teori aksi, yaitu1) tindakan manusia didorong oleh kesadaran diri sendiri dan pengaruhdari luar dirinya,2) tindakan manusia itu bertujuan,3) tindakan manusia itu menggunakan cara, prosedur, teknik dan alat,4) tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak diubahdengan sendirinya,5) tindakan manusia berdimensi tiga, yaitu yang menyangkut masalalu, sekarang, dan masa yang akan datang,6) tindakan manusia dalam pengambilan keputusan dibimbing olehnorma-norma moral, serta7) penelitian tentang antarhubungan sosial menggunakan verstehen(pemahaman) dan imajinasi.b. Teori Interaksi Simbol, dalam proses pendekatannya sejalan dancenderung mengikuti cara yang dilakukan Weber dalam teori aksi. Duaorang tokoh yang terkenal dari teori interaksi simbol adalah John Deweydan Charles Horton Cooley. Adapun pandangan dasar dari teori tersebut

SOSI4206/MODUL 1c.1.9ialah menolak behaviorisme yang dipelopori oleh J.B. Watson. Teoritersebut, dalam mengadakan pendekatan sosial menggunakan introspeksiuntuk mengetahui latar belakang tindakan pelakunya. Suatu hal yangpenting dalam teori interaksi simbol ini adalah kemampuannya untukmemberikan interpretasi terhadap stimulus (rangsangan) yang ada dalaminteraksi simbol.Teori Fenomenologi, beranggapan bahwa perilaku manusia menjadi satuhubungan sosial, apabila manusia memberikan makna tertentu terhadaptindakannya sebagai sesuatu yang berarti karena hal tersebut adalahmerupakan sesuatu yang menentukan terhadap kelestarian interaksisosial.Metode yang digunakan dalam paradigma definisi sosial ialah observasidalam rangka mengamati untuk memahami agar dapat menyimpulkan maknatentang akibat yang timbul dari perilaku sosial antarhubungan sosial.3.Paradigma Perilaku SosialParadigma ini dikemukakan oleh B.F. Skinner dengan maksud inginmenjelaskan asas-asas yang terdalam dalam psikologi aliran behaviorisme kedalam sosiologi. Menurut pendapatnya yang menjadi objek penelaahansosiologi adalah perilaku manusia yang nyata dan konkret serta kemungkinanpengulangannya. Dengan demikian, perilaku manusia yang menjadi objeksasaran sosiologi, yaitu tindakan yang dapat diserap secara indrawi dankemungkinan keajekannya. Di samping itu, menurut paradigma perilakusosial dinyatakan bahwa tingkah laku individu yang langsung berkaitandengan lingkungan dan menimbulkan konsekuensi berupa akibat akanadanya perubahan pada lingkungan, dapat menyebabkan adanya perubahantingkah laku individu yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud lingkungandalam hal ini, yaitu segala macam objek sosial dan objek yang bukan sosial.Perlu diketahui bahwa dalam paradigma perilaku sosial ini perananproses interaksi antara individu dengan objek sosial dan objek nonsosialsangat penting artinya, bahkan dapat dikatakan merupakan sesuatu yangmenjadi pusat perhatian telaah sosiologi menurut paradigma ini.Paradigma perilaku sosial sebagaimana yang dicetuskan oleh B.F.Skinner tidak sependapat dengan apa yang dinyatakan oleh paradigma faktasosial dan paradigma definisi sosial. Hal tersebut karena paradigma faktasosial dan paradigma definisi sosial dianggap mengandung ide-ide dan nilai-

1.10Teori Sosiologi Modern nilai, yang oleh paradigma perilaku sosial dianggap tidak tepat karenasebenarnya ide-ide dan nilai-nilai itu tidak dapat diamati secara nyata dankonkret dalam menelaah tentang masyarakat. Selanjutnya dinyatakan bahwasebenarnya kebudayaan masyarakat itu terbentuk dari tingkah laku manusiayang terpola. Sementara studi tentang tingkah laku yang terpola itu dapatdilaksanakan tanpa memerlukan ide-ide dan nilai-nilai yang dianggap tidaknyata dan konkret.Misalnya, seseorang yang bertempat tinggal di suatu masyarakat,perilakunya akan mengikuti atau menaati peraturan atau ketentuan yangdiberikan oleh pemimpin masyarakat tersebut. Hal itu karena seorangpemimpin masyarakat tersebut sering mengajak atau menganjurkan agarsetiap anggota masyarakat menaati semua peraturan atau ketentuan yangberlaku.Menurut George Ritzer (1975:145-184) dinyatakan bahwa teori-teoriyang termasuk dalam paradigma perilaku sosial, yaitu teori (1) BehavioralSociology, y

1.4 Teori Sosiologi Modern 1. Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial ini bersumber dari karya Emile Durkheim yang berjudul The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Selanjutnya, bertolak dari karya tersebut di atas, ia mengemukakan suatu cara

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

A. Teori-teori sosial moden timbul sebagai tin& bdas kepada teori-teori sosial klasik yang melihat am perubahan rnasyarakat manusia dengan pendekatan yang pesimistik. Teori sosial moden telah berjaya menerangkan semua gejala sosial kesan perindustrian dan perbandaran. Teori sosial moden adalah lanjutan teori klasik dalam kaedah dan faIsafah. B. C.

d. Telah lulus mata kuliah prasyarat sebelum SKRIPSI antara lain dalam tabel berikut : Table 2.1. Mata Kuliah Prasyarat Prodi Sosiologi No Kode Mata Kuiah Semester Prasyarat 1 Pengantar SosiologiISP 101 I - 2 SSG 108 Teori Sosiologi Klasik I II ISP 101 3 SSG 209 Teori Sosiologi Klasik II III SSG 108

7. PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA 17 Merupakan perkawinan ilmu sosiologi dan sastra Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat, telaah tentang lembaga sosial dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada.

sosiologi untuk menggali lebih mendalam isi buku ini agar memperoleh . teori pembangunan, di antaranya teori tradisionalisme, teori . menarik, yang diawali dari pengertian pembangunan hingga teori-teori klasik ataupun modern yang berkembang seputar pembangunan.

teori ini berdasarkan hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. 30George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, ( Bantul : Kreasi Wacana,, 2013), hlm. 83.

Teori tentang individu telah banyak mendefinisikan aktor dalam pengembangannya telah menjadi basis-basis baru pengetahuan sosiologi. Teori-teori tersebut antara lain: teori pertukaran sosial, mendefinisikan aktor sebagai individu (person) dan kelompok (group). Pertukaran terjadi dalam perkembangan struktur

Tulang tergolong jaringan ikat yang termineralisasi (Ardhiyanto, 2011), termasuk jaringan ikat khusus (Lesson et al, 1995). Komposisi dalam jaringan tulang terdiri dari matrik organik dan matrik inorganik (Nanci, 2005). Sel-sel pada tulang antara lain osteoblast, osteosit, osteoklas dan sel osteoprogenitor. Osteoblast ditemukan dalam lapisan .