BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Laba

3y ago
52 Views
3 Downloads
386.72 KB
27 Pages
Last View : Today
Last Download : 3m ago
Upload by : Randy Pettway
Transcription

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Manajemen LabaMenurut Assih dan Gudono (2000) mendefinisikan manajemen labasebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan GeneralAccepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada suatu tingkatyang diinginkan atas laba yang dilaporkan.Scott (2000) dalam Kusuma dan Udiana Sari (2003) menjelaskandefinisi manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi manajeryang dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Scott menyatakanbahwa kita dapat memikirkan manajemen laba sebagai sikap oportunistismanajer untuk memaksimalkan kepuasannya ketika berhadapan dengankompetensi dan perjanjian hutang.Setiawati dan Naim (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagaiupaya campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternaldengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwamanajemen laba adalah intervensi yang sengaja dilakukan oleh pihakmanajemen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan kepada erekauntukmempengaruhi keputusan para penggunanya serta demi memperolehkeuntungan pribadi.9

10Menurut Scott (2000), manajemen laba dipengaruhi oleh beberapamotivasi, yaitu:a) Motivasi Bonus Plan, Healy (1985) dalam Scott (1997) menyatakanbahwa manajer akan mengendalikan atau mengatur penghasilan canakompensasi perusahaan.b) Motivasi Debt-Convenant, reaksi manajer dalam pengaturan labaadalah untuk perjanjian hutang kontrak.c) Motivasi Political Cost, perusahaan besar sangat dipengaruhi olehpolitik.d) Motivasi Perpajakan, pajak penghasilan adalah motivasi yang palingsignifikan untuk manajemen laba.e) Motivasi Perubahan CEO, adanya perubahan CEO merupakan bagianstrategis memaksimalkan laba untuk peningkatan bonus.f) Motivasi Go-Public, dalam upaya go-public informasi laporankeuangan dan prospektusnya merupakan informasi yang penting.Beberapa strategi manajemen laba yang dapat dilakukan, antara lain:1) Increasing Income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan,menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain.2) Big A Bath, yang dilakukan saat perusahaan mengalami kemundurankinerja atau saat ada peristiwa luar biasa.3) ningkatkan laba untuk menguangi gejolak dalam pelaporan laba

11sehingga perusahaan terlihat stabil, Nasser dan Herlina (2003) dalamIkayanti (2005).2.2 Perataan Laba (Income Smoothing)2.2.1Pengertian Perataan LabaPerataan laba diartikan sebagai usaha manajemen untukmengurangi variabilitas laba selama satu atau beberapa periodetertentu sehingga laba tidak terlalu berfluktuasi. Praktik perataan labaini dapat dianggap sebagai pemberian sinyal kepada pasar.Definisi terbaik tentang perataan laba yang diberikan olehBeidelman (1973) dalam Belkaoui (2001) adalah upaya yang sengajadilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yangdianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian iniperataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaanuntuk mngurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yangdiijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.Assih dan Gudono (2000) mendefinisikan perataan labasebagai cara pengurangan dalam variabilitas laba sejumlah periodetertentu atau dalam satu periode yang mengarah pada tingkat yangdiharapkan atas laba yang dilaporkan.Menurut Sutrisno (2001), perataan laba merupakan suatumodel dalam pembentukan tindakan manajemen laba dua periode,

12dimana manajer menggeser laba tahun berjalan dengan kemungkinanlaba di masa mendatang.Sedangkan menurut Kustono (2009), perataan laba dapatdidefinisi sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untukmengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba yang timbulkarena adanya perbedaan antara jumlah laba yang seharusnyadilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal).2.2.2Tipe Perataan LabaMenurut Eckel dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001)perataan laba dapat digolongkan ke dalam dua tipe, yaitu:1. Perataan alami (natural smoothing)Perataan alami atau natural smoothing merupakan tipe perataanyang diakibatkan dari proses menghasilkan laba.2. Perataan yang disengaja (intentionally smoothing)Perataan yang disengaja ini dihasikan dari perataan artifisial danperataan riil.a. Perataan artifisial (artificial an perataan laba. Tipe perataan ini uk

13memindahkan beban dan/atau pendapatan dari suatuperiode ke periode yang lain.b. Perataan riil (real smoothing)Perataan riil muncul ketika manajemen melakukantindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentuyang mempengaruhi laba yang akan datang.Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, maka tipe perataanlaba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tipe perataan yangdisengaja, tanpa membedakan perataan laba artifisial atau perataanriil, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhiperataan laba tanpa menguji lebih lanjut bagaimana manajemenmelakukan perataan laba tersebut.2.2.3Teknik Perataan LabaTeknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjaditiga kelompok, Irfan (2002) yaitu:a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansiCara manajemen untuk mempengaruhi laba melaluijudgement terhadap estimasi akuntansi, antara lain: estimasitingkat tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktivatetap atau amortisasi aktiva tidak berwujud dan estimasi biayagaransi.

14b. Mengubah metode akuntansiPerubahan metode akuntansi yang digunakan untukmencatat suatu transaksi, contoh: mengubah depresiasi aktivatetap dari metode depresiasi angka tahun menjadi depresiasigaris lurus.c. Menggeser periode biaya atau pendapatanBeberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagaimanipulasi keputusan operasional. Contoh rekayasa periodebiaya atau pendapatan, antara lain: mempercepat atau tansiberikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosisampai periode akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendoruntuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampaiperiode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menundapengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritasuntuk memanipulasi tingkat laba dan mengatur saat penjualanaktiva tetap yang sudah tidak dipakai. Perusahaan yang mencatatpersediaan menggunakan asumsi LIFO juga dapat merekayasapeningkatan laba melalui pengaturan saldo persediaan.2.2.4Sasaran Perataan LabaJin dan Machfoedz (1998), merumuskan beberapa instrumenyang dapat digunakan dalam perataan laba, yaitu: pendapatan,

15perubahan dalam kebijakan akuntansi, biaya pensiun, pos luar biasa,kredit pajak investasi, depresiasi dan biaya tetap, perbedaan matauang, klasifikasi dan pencadangan.Foster (1986) dalam Ikayanti (2005), mengkalsifikasikanunsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai sasarandalam perataan laba:a. Unsur penjualan, meliputi:1) Pembuatan faktur, contohnya: dengan membuat faktur pun sebenarnya merupakan penjualan pada masamendatang.2) Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.3) Downngrading (penurunan) produk, contohnya: denganmengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalamkelompok produk rusak dan dilaporkan dengan harga yanglebih rendah dari yang sebenarnya.b. Unsur biaya, meliputi:1) Memecah-mecahfaktur,contohnya:suatufakturpembelian dijadikan beberapa faktur dengan tanggal yangberbeda dan dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.2) Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka sebagaibiaya), contohnya: mengakui suatu biaya dibayar di muka

16untuk tahun depan sebagai biaya dalam tahun yangbersangkutan.2.2.5Motivasi Manajemen Melakukan Perataan LabaManajemen perusahaan melakukan tindakan perataan labasebagai suatu metode untuk meningkatkan kesejahteraan pemegangsaham dan/atau untuk meningkatkan kesejahteraan pribadinya. Hal initergantung pada sisi mana investor memandang tindakan perataanlaba. Hasil dari beberapa pennelitian empiris membuktikan bahwainvestor menggunakan dua perspektif tersebut dalam menilai tindakanperataan laba (Sandra dan Kusuma, 2004). Brayshaw dan Eldin (1989)dalam Salno dan Baridwan (2000) menjelaskan bahwa manajertermotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya bertujuanuntuk: (1) mengurangi total pajak, (2) meningkatkan kepercayaan dirimanajer, (3) meningkatkan hubungan antar manajer dan karyawan,serta (4) siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapatditandingi serta gelombang optimisme dapat diperlunak.Brochet dan Gildao (2004) dalam Merdiastusti dan Suranta(2004), merumuskan beberapa motivasi yang mendasari manajemenmelakukan perataan laba, yatu:a. Kompensasi yang diterima manajer tidak sesuai dengan kinerjayang telah mereka lakukan (job security-hypothesis).

17b. Jumlah saham yang dimiliki manajer, seringkali perataan labaterjadi disebabkan manajer melakukan pensejajaran antara dirinyadengan shareholders.c. Tidak adanya mekanisme monitoring yang baik.d. Persaingan yang sangat kompetitif dalam pasar modal sehinggamanajer cenderung akan menaikkan kinerja ketika nce”danmelakukan “safety performance” pada saat kinerja perusahaansangat bagus.e. Masa jabatan CEO (Chief Executive Officers) semakin lama masajabatannyamaka akan dapat mempengaruhi anismecorporate governance.f. CEO berperan dalam pengungkapan dan penyajian laporankeuagan sehingga mereka dapat lebih berpengaruh dari padadewan direksi.2.2.6Tujuan Manajemen Melakukan Perataan LabaPerataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuanmengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangirisiko pasar atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapatmeningkatkan harga pasar saham perusahaan (Assih dan Gudono,

182000). Foster (1986) dalam Ikayanti (2005) telah mengidentifikasikanbeberapa tujuan dari income smoothing, yaitu:1. Memperbaiki citra perusahaan, dengan menunjukkan bahwainvestasi pada perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah(hal ini dilakukan jika variabilitas laba diyakini merupakanfaktor penting untuk menilai risiko).2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksiterhadap laba di masa yang akan datang.3. Meningkatkan keputusan relasi-relasi bisnis.4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuanmanajemen.5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.2.2.7Pendekatan Teori Perataan tukmenjelaskan secara teoritis mengenai praktik perataan laba, yaitu:1. Teori Sinyal (Signalling Theory)Teori sinyal ini berkaitan dengan adanya asimetriinformasi yang terjadi dimana salah satu pihak memilki lebihbanyak informasi yang bersifat privat dan penting mengenaikeadaan perusahaan. Gonedes dalam Narsa et al. (2003)mengemukakan bahwa angka-angka akuntansi yang dilaporkanoleh pihak manajemen dapat digunakan sebagai sinyal bahwa

19angka-angka tersebut dapat mencerminkan informasi mengenaiatribut-atribut keputusan perusahaan yang tidak terpantau.Asimetri informasi terjadi di pasar modal bila manajemen tidakmenyampaikan semua informasi yang dimiliki secara penuh.Dalam hal ini informasi yang tidak disampaikan tersebut dapatmempengaruhi nilai pasar saham perusahaan tersebut, karenapasar akan merespon informasi yang dimiliki sebagai sinyal,maka nilai saham yang diperdagangkan dapat overvalued atauundervalued.2. Teori Keagenan (Agency Theory)Jin dan Machfoedz (1998) mengemukakan bahwaterjadinya praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflikkepentingan antara pihak internal (manajemen) dan pihakeksternal (pemegang saham, kreditur dan pemerintah), sehinggamasing-masing pihak akan berusaha untuk mengoptimalkankepentingannya terlebih dahulu. Pertentangan yang dapat terjadidi antara pihak-pihak tersebut adalah:a) Manajer berkepentingan meningkatkan kesejahteraannya,sedangkan pemegang saham berkeinginan meningkatkankekayaannya.

20b) n dengan bunga rendah, sedangkan kreditur hanyaingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.c) Manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin,sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggimungkin.Menurut Presetio (2002) dalam Ikayanti (2005), upayauntuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebutseringkali mendorong manajer untuk melakukan perataan labamelalui pemilihan prosedur akuntansi.3. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)Tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yangdapat dijadikan dasar pemahaman tindakan perataan laba yangdirumuskan Watts dan Zimmerma (1990) dalam Aji dan Mita(2010) adalah :a. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis)Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberianbonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metodeakuntansi yang dapat menggeser laba dari periode mendatangke periode saat ini sehingga dapat menaikkan laba saat ini.Hal ini dilakukan karena manajer lebih menyukai pemberianbonus yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak

21bonus dikenal dua istilah, yaitu bogey (tingkat laba terendahuntuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggiuntuk mendapatkan bonus). Jika laba berada dibawah(bogey), tidak ada bonus yang diperoleh manajer. Sebaliknya,jika laba berada diatas (cap), manajer tidak akan mendapatbonus tambahan. Jadi, jika hanya laba bersih berada diantarabogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersihperusahaan.b. Hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis)Dalam melakukan perjanjian hutang, perusahaandiharuskan untuk memenuhi beberapa persyaratan yangdiajukan oleh debitur agar dapat mengajukan pinjaman.Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan atas kondisitertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuanganperusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya.Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Perusahaan denganrasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitandalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur,bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang.Kreditor memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki

22nilai laba yang relatif tinggi dan satabil merupakan salah satukriteria perusahaan yang sehat.c. Hipotesis biaya politik (political cost emen. Semakin besar laba yang diperoleh dapperusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besardiharapkan akan memberikan perhatian yang lebih asperaturan yang diberlakukan regulator.2.2.8Indeks Perataan sahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yangtidak melakukan perataan laba. Penelitian ini menggunakan IndeksEckel (1981). Menurut Eckel (1981) perataan laba terjadi ketikakoefisien variasi perubahan laba dalam satu periode lebih kecil darikoefisien perubahan penjualan dalam satu periode.Ashari (1994) dalam She Jin dan Machfoedz (1998)mengungkapkan kelebihan indeks Eckel sebagai berikut:a) Obyektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yangjelas antara perusahaan yang melakukan perataan penghasilan

23dan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataanpenghasilan.b) Mengukur terjadinya perataan penghasilan tanpa harus membuatprediksi pendapatan, model ekspektasi penghasilan, pengujianbiaya atau pertimbangan subyektif lainnya.c) ruh beberapa variabel perata penghasilan yang potensialdan menyelidiki pola perilaku perataan penghasilan selamaperiode waktu tertentu.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba2.3.1Ukuran PerusahaanSalah satu faktor yang diduga mempengaruhi perataan labaadalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diukur denganmenggunakan logaritma natural dati total asset sutau perusahaan.Perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan besar, hal inikarena perusahaan besar lebih mendapat tekanan yang lebih besardibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini diperkuatoleh pernyataan yang dikemukakan Barton dan Simko (2002) yangmenyatakan bahwa perusahaan berukururan sedang dan besar lebihmemiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdernya, agar kinerjaperusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibandingkandengan perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk

24memenuhi harapan tersebut. Hal ini juga diperkuat dalam akuntansiteori positif yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderunguntuk melakukan pengelolaan atas laba di antaranya melakukanincome smoothing saat memperoleh laba tinggi untuk menghindarimunculnya peraturan baru dari pemerintah, seperti menaikkan pajakpenghasilan perusahaan.Alasan untuk melibatkan ukuran perusahaan sebagai salah satufaktor yang diduga berpengaruh terhadap perataan laba, karena adanyaperbedaan pernyataan antara satu peneliti dengan penelitiaan lainnya.Pernyataan yang dikemukakan oleh Moses (1987) dalam Suwito danHerawaty (2005) menyimpulkan bahwa perusahaan yang lebih besarmemiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataanlaba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil saan(pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum).Sedangkan pendapat berbeda yang dikemukakan oleh Albretch danRichardson (1990) dalam Juniarti dan Carolina (2005) yangmenemukan bahwa perusahaan lebih kecil akan cenderung melakukanperataan laba dibandingkan perusahaan yang lebih besar. Hal inibiasanya disebabkan karena perusahaan besar biasanya menerimaperhatian lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebihkecil.

252.3.2Financial LeverageFinancial leverage menunjukkan seberapa efisien perusahaanmemanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutangjangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akanmengganggu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangkapanjang. Financial leverage diukur dari rasio antara total hutangdibagi dengan total aktiva (Silviana, 2010).Sebuah perusahaan dengan rasio debt to equity tinggicenderung akan terhambat oleh perjanjian hutang maka akanmengalami kesulitan dana dari pihak luar. Perusahaan denganmenggunakan leverage yang tinggi membuat perusahaan berusahauntuk memberikan informasi laba yang lebih baik, agar para krediturmasih percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi leverage,maka perusahaan semakin melakukan perataan laba .2.3.3Net Profit Margin mpuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersih terhadaptotal penjualan yang dicapai. NPM adalah perbandingan atara lababersih dengan penjualan (Silviana, 2010). Semakin besar NPM akanmeningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnyapada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar

26persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakinbesar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaanuntuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersihsetelah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuanmanajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasiluntuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajarbagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko.Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto setiap Rp 1,00penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuanperusahaan untuk menghasilkan laba, dengan tersebut investor dapatmenilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak.2.4 Tinjauan Atas Penelitian TerdahuluStudi secara empiris mengenai perataan laba telah banyak dilakukanoleh peneliti baik luar maupun dalam negeri. Seb

12 dimana manajer menggeser laba tahun berjalan dengan kemungkinan laba di masa mendatang. Sedangkan menurut Kustono (2009), perataan laba dapat didefinisi sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba yang timbul karena adanya perbedaan antara jumlah laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal). 2.2.2 .

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis A. Teori Agency (Agency Theory) . agent (yangmenerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.3 Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.4 Teori agensi .

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder.Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai: “any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the organi

BAB II . URAIAN TEORI . 1.1. Landasan Teori . Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari ha

6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Kajian Teori. 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivis