PENGEMBANGAN E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL SITUS KOTA .

3y ago
90 Views
7 Downloads
1.23 MB
91 Pages
Last View : 3d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Julius Prosser
Transcription

PENGEMBANGAN E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH LOKALSITUS KOTA BEDDHA SITUBONDO DENGAN MODELDICK AND CAREYPROPOSAL SKRIPSIOlehFatima Shinta AzizhaNIM 150210302025PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER2018

iiDAFTAR ISIhalamanHALAMAN JUDUL . iDAFTAR ISI . iiDAFTAR GAMBAR . ivDAFTAR LAMPIRAN . vBAB 1. PENDAHULUAN . 11.1 Latar Belakang . 11.2 Rumusan Masalah. 61.3 Tujuan . 71.4 Spesifikasi produk pengembangan . 71.5 Pentingnya pengembangan . 101.6 Keterbatasan Pengembangan . 111.7 Batasan Istilah. 11BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA . 132.1 Urgensi Modul Sejarah Lokal dalam Pembelajaran . 132.1.1 Pembelajaran Sejarah . 132.1.2 Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah . 142.1.3 Tujuan Mata Pelajaran Sejarah . 172.1.4 Modul Sejarah Lokal . 172.1.5 Modul Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Sejarah . 192.2 Modul Pembelajaran . 232.2.1 Pengertian Modul . 232.2.2 KarakteristikModul. 232.2.3 Sistematika Modul . 262.2.4 Modul Elektronik. 282.3 Sejarah Lokal Situs Kota Beddha sebagai Peninggalan KerajaanMajapahit untuk Materi Pengembangan . 302.4 Argumentasi pemilihan Model Pengembangan Dick and Carey. 312.4.1.1 Identify Instructional Goal . 35

iii2.4.1.2 Conduct Instructional Analyze . 362.4.1.3 Analyze Learners And Contexts. 372.4.1.4 Write Performansi Objective . 382.4.1.5 Develop Assessment Instruments . 392.4.1.6 Develop Instructional Strategy . 402.4.1.7 Develop and Select Instructional Material. 422.4.1.8 Melakukan Evaluasi Formatif . 452.4.1.9 Melakukan Revisi (Revise Instructional) . 47BAB 3. METODE PENELITIAN . 503.1 Jenis Penelitian . 503.2 Desain Penelitian Pengembangan . 503.3 Teknik Pengumpulan Data . 593.4 Teknik Analisis Data . 60DAFTAR PUSTAKA . 61

ivDAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1 Alur Proses pengembangan DickandCarey . 34Gambar 2.2 Langkah assess needs toidentifygoals . . 35Gambar 2.3 Langkah conductinstructionalanalysis . 37Gambar 2.4 Langkah analyze learnersand contex . 39Gambar 2.5 Langkah writeperformanceobjective . 42Gambar 2.6 Langkah developassessmentinstruments . 43Gambar 2.7 Langkah developintructionalstrategi . 44Gambar 2.8 Langkah develop and selectinstructionalmaterial . 44Gambar 2.9 Langkah design formative evaluationof intruction . 47Gambar 2.10 Langkah reviseintruction . . 49Gambar 3.1 Tahap-tahap pengembangan modul pembelajaran . . 58

vDAFTAR LAMPIRANLampiran A.Matrik Penelitian.67Lampiran B.Analisis Intruksional Kompetensi Dasar 3.6 .69Lampiran C.Pedoman Observasi.70Lampiran D.Angket Pedoman Observasi .71Lampiran E.Hasil Pedoman Observasi.75Lampiran F.Angket Kebutuhan Peserta Didik.77Lampiran G.Penyajian Data Angket Kebutuhan Peserta Didik SMAN 1Situbondo .Lampiran H.Penyajian Data Angket Kebutuhan Peserta Didik SMAN 2Situbondo.Lampiran I.8082Penyajian Data Angket Kebutuhan Peserta Didik SMAN 1Panarukan .84

BAB 1. PENDAHULUANBab pendahuluan ini memaparkan hal-hal meliputi: (1) latar belakang; (2)rumusan masalah; (3) tujuan; (4) spesifikasi produk pengembangan; (5)pentingnya pengembangan; (6) keterbatasan pengembangan; dan (7) batasanistilah.1.1 Latar BelakangKurikulum 2013 dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran sejarah memiliki posisi yangstrategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa Indonesia yangbermartabat, serta memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Kemendikbud,2015:11). Posisi mata pelajaran sejarah ini digunakan untuk mengembangkanaspek karakter bagi peserta didik (Kochar, 2008:35). Sehingga peserta didik dapatmengambil nilai-nilai dari kehidupan masa lampau untuk direfleksikan padakehidupan sekarang dan yang akan datang.Mata pelajaran sejarah dalam implementasi kurikulum 2013 juga menjadimata pelajaran yang diuntungkan, karena terdapat jam pelajaran dengan porsilebih banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya (Sardiman dalam Haniah,2017: 628). Akan tetapi hal ini kurang direfleksikan dengan baik, karena fakta dilapangan banyak pendidik yang hanya mengajarkan materi Sejarah Nasional dantidak mengajarkan materi Sejarah Lokal. Dengan demikian akan berpengaruhterhadap ketercapaian tujuan pembelajaran yang secara optimal.Tujuan pembelajaran sejarah menurut (Kemendikbud, 2015: 11) yaitu untukmenumbuh kembangkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian daribangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkanempati dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagaikehidupan masyarakat dan bangsa. Penanaman kesadaran sejarah bangsaIndonesia kepada peserta didik akan mudah dengan memperkenalkan sejarah didaerah tempa tinggalnya, sehingga dapat menghindarkan mereka dari keterasinganlingkungan (Umamah, 2016: 349; Widja, 1991: 97). Dengan demikian peserta

2didik dapat belajar melalui sumber sejarah atau benda-benda peninggalan sejarahyang ada di lingkungan sekitar secara langsung.Beberapa peneliti melakukan penelitian yang diantaranya yaitu Umamah(2016: 14) menunjukkan bahwa materi sejarah lokal 100% memiliki ruang untukdiintegrasikan dalam kurikulum sejarah. Hal ini akan memberikan peluang bagipeserta didik untuk lebih aktif menggali dan menemukan informasi secaramandiri, serta mengembangkan wawasan, keterampilan, dan pemahamanperistiwa sejarah lokal (Sayono, 2013; Umamah, 2016; Haniah, 2017:43).Pembelajaran sejarah lokal yang ideal mampu mengembangkan kompetensipeserta didik secara kronologis. Oleh sebab itu, penanaman sejarah lokal padapeserta didik sangat penting dilakukan agar dapat meningkatkan kesadaransejarah. Salah satu aspek tersebut adalah ketersediaan fasilitas pembelajaransejarah seperti buku-buku penunjang. Fasilitas yang tidak terpenuhi akanmenyebabkan permasalahan dalam pembelajaran sejarah, salah satunya mengenaibuku sekolah elektronik (BSE) atau buku paket yang dibuat oleh pemerintah.Hasil telaah Buku Paket dan LKS, materi sejarah lokal belum dimuat dalamkedua sumber belajar tersebut. Dalam KD kelas X SMA terdapat KD 3.6 yangmenjelaskan tentang materi sejarah lokal, akan tetapi dalam Buku Paket dan LKShanya ada materi tentang sejarah nasional dan tidak memuat materi tentangsejarah lokal (Apriyanto, 2017: 4). Selain itu, lingkup materi pembelajaran sejarahditemukan bahwa materi dalam buku sekolah elektronik (BSE) kurang detail danterlalu singkat penjelasannya walaupun susunannya sesuai dengan SK dan KDpada kurikulum (Jumanto & Prasetyo, 2015). Keterbatasan sumber belajartersebut dapat menjadi sebuah permasalahan yang berdampak pada prosespembelajaran dan kemampuan peserta didik dalam meningkatkan kesadaransejarah. Dalam hal ini, peserta didik tidak akan mengetahui sejarah lokal yang adadisekitar lingkungannya. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan bahan ajar atausumber belajar berupa modul pembelajaran sejarah rmasalahanpembelajaran sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paradigma baru dalamkurikulum 2013 membawa beberapa perubahan fundamental, hal ini membawa

3konsekuensi terhadap perancangan desain pembelajaran yang dilakukan pendidikkhususnya dalam perumusan tujuan, penyusunan instrumen penelitian, danimplementasi pendekatan saintifik, serta model, metode dan strategi dalampembelajaran (Umamah, 2014; Basri, 2013; Abduh, 2015). Kemampuan pendidikdalam mengembangkan desain pembelajaran didasarkan pada 32,7% penelitian,44% pengalaman, 23,35% intuisi (Umamah, 2008). Data tersebut terlihat bahwakemampuan pendidik dalam mengembangkan desain pembelajaran yangdidasarkan pada pengalaman dapat dikatakan kurang membantu peserta didikuntuk mengembangkan kemampuan menemukan dan memecahkan masalah. Halini diperparah dengan permasalahan mata pelajaran sejarah yang memiliki imageselalu bersifat menghafal, kurang menarik, sulit dan membosankan (Sayono,2013; Alfian, 2011). Pendidik berperan sebagai fasilitator dan perancang(designer) untuk proses pembelajaran sejarah. Penelitian lain dilakukan olehNursito menyatakan dengan kurikulum 2013 guru diharapkan mampu mengubahmindset kinerjanya. Selain itu guru diwajibkan untuk memiliki salah perangkatpembelajaran sendiri (Abduh, 2015: 122; Nuraini , 2016: 2067).Hasil analisis performansi yang diadaptasi dari Umamah (2014; 3)bertujuan untuk mengetahui permasalahan di sekolah SMAN 1 Situbondo, SMAN2 Situbondo, dan SMAN 1 Panarukan. Permasalahan tersebut meliputi: (1)pendidik hanya menyampaikan tujuan pembelajaran di awal KD baru danpembelajaran selanjutnya tidak; (2) pendidik tidak melakukan pengembanganmateri sendiri dan hanya terpaku pada materi yang telah tersedia di buku buku,materi yang digunakan hanya LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Buku Paket; (3)peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang mampu dalammemecahkan permasalahan yang dihadapi; (4) metode pembelajaran yangdigunakan selama ini hanya terpaku pada beberapa metode saja dan pendidik lebihcenderung menggunakan metode ceramah dan pada proses belajar mengajarpunpendidik di kelas belum benar-benar mengaplikasikan sintaks secara tepat; (5)media pembelajaran yang digunakan hanya PPT LCD, hal ini dikarenakan dalammenyampaikan materi guru lebih mengutamakan metode ceramah; (6) sumber

4belajar yang digunakan Se-Kabupaten Situbondo adalah Buku Paket dan LKS(Lembar Kerja Siswa), kedua sumber belajar tersebut kurang dapat memfasilitasipeserta didik dalam meningkatkan kesadaran sejarah (7) perlu adanya tambahanbahan ajar yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat meningkatkankesadaran sejarah lokal tempat tinggalnya; (8) kegiatan evaluasi pembelajaran,peserta didik dihadapkan dengan soal pilihan ganda pada level memahami, tidakmemfasilitasi untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa.Kompleksitas permasalahan pembelajaran sejarah di atas bisa dipecahkanmelalui pengembangan e-modul yang didesain untuk memfasilitasi peserta didikbelajar secara mandiri. E-modul dikembangkan dengan mengunakan aplikasi eXe(E-learning X HTML Editor), perancangan e-modul ini akan dibuat semenarikmungkin karena nantinya e-modul disini akan dilengkapi gambar gambar yangmerupakan situs dari Peninggalan Kerajaan Majapahit di Situbondo yaitu SitusKota Beddha. Hampir 90% sekolah yang ada di Kabupaten Situbondo kurangmemfasilitasi pembelajaran sejarah lokal. Hal ini disebabkan kurangnya hlokal,sehinggamengakibatkan kurangnya pengetahuan peserta didik terhadap sejarah lokaltempat tinggalnya. Dalam Permendikbud nomer 22 tahun 2016, tentang standarproses pendidikan menyebutkan bahwa buku teks pembelajaran digunakan untukmeningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikandengan kebutuhan peserta didik, dan dalam kurikulum 2013 pembelajaran sejarahlokal terdapat pada muatan lokal pembelajaran yang harus dikuasai oleh pesertadidik. Akan tetapi, dalam realitanya pembelajaran sejarah lokal sangat minim, halini disebabkan oleh ketersediaan buku atau sumber referensi yang mengeksploreatau memuat tentang sejarah lokal suatu daerah. Keterbatasan ini menjadi kendalabagi pendidik dalam menjelaskan tentang pembelajaran sejarah lokal.E-modul pembelajaran sejarah lokal dikembangkan dengan model Dickand Carey melalui tahap pertama yaitu Identifying Instructional Goals.Pelaksanakan langkah-langkah yang ada pada tahapan Identifying InstructionalGoals yakni performance analysis, need assessment, learner, context and tool.Hasil observasidan penyebaran angket di SMAN 1 Situbondo, SMAN 2

5Situbondo, dan SMAN 1 Panarukan terdapat permasalahan mengenai kebutuhanbahan ajar yang hanya menggunakan Buku Paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa).Khususnya untuk materi pembelajaran sejarah lokal, kenyataan dilapangan masihbelum ada mengenai buku teks atau sumber belajar yang membahas tentangpembelajaran sejarah lokal. Materi pembelajaran yang disampaikan pendidik lebihdominan mengenai materi sejarah Indonesia, sehingga tidak ada relevansi denganmateri sejarah lokal. Pendidik dan peserta didik juga tidak menggunakan sumberbelajar berbasis teknologi seperti e-book dan e-modul untuk pembelajaran sejarahBerdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, makadirasa perlu melakukan pengembangan modul dalam bentuk E-modul sebagaifasilitas belajar mandiri peserta didik, mengenai materi sejarah lokal situs kotaBeddha dengan basis uraian materi menggunakan konsep Sejarah Lokal. Atasdasar berbagai pertimbangan tersebut, penulis terdorong untuk melaksanakanpenelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan E-modul SejarahLokal Situs Kota Beddha Situbondo dengan Model Pengembangan Dick andCarrey”1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,maka permasalahan yang dihadapi adalah (1) Kurikulum 2013 kurangdiimplementasikan dengan baik; (2) pendidik tidak melakukan pengembanganmateri sendiri dan hanya terpaku pada materi yang telah tersedia di buku buku,materi yang digunakan hanya LKS (Lembar Kerja Siswa) dan Buku Paket; (3)metode pembelajaran yang digunakan selama ini hanya terpaku pada beberapametode saja dan pendidik lebih cenderung menggunakan metode ceramah danpada proses belajar mengajarpun pendidik di kelas belum benar-benarmengaplikasikan sintaks secara tepat; (4) sumber belajar yang digunakan adalahBuku Paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa), kedua sumber belajar tersebutkurang dapat memfasilitasi peserta didik dalam meningkatkan kesadaran sejarah;(5) perlu adanya tambahan bahan ajar yang mampu memfasilitasi peserta didik

6untuk dapat meningkatkan kesadaran sejarah. Hampir 90% sekolah yang ada diKabupaten Situbondo kurang memfasilitasi pembelajaran sejarah lokal.Pemecahan dari permasalahan tersebut yaitu dengan mengembangkan Emodul pembelajaran sejarah lokal Situs Kota Beddha untuk meningkatkankesadaran sejarah peserta didik. Sehingga rumusan masalah dalam penelitianpengembangan ini adalah:1) bagaimanakah hasil validasi ahli terhadap E-modul sejarah lokal situskota Beddha pada mata pelajaran sejarah kelas X SMA dengan modelpengembangan Dick and Carey?2) bagaimanakah E-modul sejarah lokal Situs Kota Beddha dengan modelpengembangan Dick and Carey pada mata pelajaran sejarah kelas XSMA dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X SMA diSitubondo?1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas dapat dijelaskan pula tujuanpenelitian ini yaitu:1) menghasilkan produk berupa E-modul (E-modul elektronik) sejarahlokal situs kota Beddha pada mata pelajaran sejarah kelas X SMAdengan model pengembangan Dick and Carey.2) pengembangan E-modul ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaransejarah siswa mengenai sejarah yang ada di tempat tinggalnya.1.4 Spesifikasi produk pengembanganProduk yang akan dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupamodulelektronikuntuk mata pelajaran sejarah kelas X SMA. E-modul yangdimaksud adalah bahan ajar berbasis sejarah lokal yang menampilkan eksistensipeninggalan sejarah dan budaya Situbondo sesuai dengan sosio-budaya siswa.Susunan E-modul dibagi menjadi 3 bagian yakni pendahuluan, inti dan penutup.Bagian pendahuluan terdiri atas: identitas E-modul. Bagian depan E-modul akanmembahas mengenai deskripsi mengenai modul yang dikembangkan, indikator

7yang akan dicapai, dan anatomi modul. Identitas bahan ajar terdapat pada bagianmuka halaman memuat beberapa informasi mengenai judul E-modul, jenjangkelas, dan waktu pelaksanaan. Bagian inti E-modul memuat kegiatanpembelajaran, uraian tersebut akan dilengkapi dengan lembar kegiatan siswadengan model pengembangan Dick and Carey.Mengingat modul yang dikembangkan merupakan elektronik modul (Emodul), makaberikut pemaparan mengenai spesifikasi dari E-modul:1) ModulModul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secarasistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengantingkat kompleksitasnya (Prastowo, 2013; 34). Sebuah modul bisa dikatakan baikdan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.1) Self Instruction,a) rumusan tujuan pembelajaran pada modul adalah peserta didik mampumenganalisis bukti bukti peninggalan Kerajaan Majapahit yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat masa kini,b) terdapat contoh dan ilustrasi berupa gambar yang membantu pesertadidik dalam memahami materi,c) soal latihan disetiap subbab sebagai evaluasi pembelajaran individu dandi akhir bab terdapat tugas kelompok berupa laporan diskusi danrangkuman di akhir materi pembelajaran atau sebelum soal evaluasiserta dilengkapi instrumen penilaian,d) materi disajikan berdasarkan karakteristik peserta didik, penggunaanbahasa yang mudah dipahami;2) Self Contained,Modul ini memuat materi sesuai dengan KD 3.6 “Menganalisisperkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaanpada masa ker

Kompleksitas permasalahan pembelajaran sejarah di atas bisa dipecahkan melalui pengembangan e-modul yang didesain untuk memfasilitasi peserta didik belajar secara mandiri. E-modul dikembangkan dengan mengunakan aplikasi eXe (E-learning X HTML Editor), perancangan e-modul ini akan dibuat semenarik

Related Documents:

E. Dasar Hukum F. Materi Pokok dan Sub Materi MATERI POKOK 1 KARAKTERISTIK MODUL A. Self Instructional B. Self Contain C. Stand Alone D. Adaptive E. User Friendly MATERI POKOK 2 PENGEMBANGAN MODUL DAN MUTUNYA A. Pengembangan Modul B. Mutu Modul MATERI POKOK 3 PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL A. Analisa Kebutuhan Modul B. Penyusunan Modul PENUTUP A .

Modul Puncak Sejarah Penggal 3 STPM Negeri Melaka 2015 SEJARAH MALAYSIA DAN ASIA TENGGARA ( 1800-2000 ) ANALISIS SOALAN SEJARAH STPM PENGGAL 3 BAHAGIAN A : SEJARAH MALAYSIA TEMA TAJUK HASIL PEMBELAJARAN TAHUN SOALAN TEMA 1 Masyarakat 1.1 (a)Institusi Pemerintahan 1.1.1 Raja 1.1.2 Pembesar menjelaskan konsep dan peranan raja.

BAB I KONSEP SEJARAH A. Pengertian Sejarah Kata sejarah berasal dari bahasa Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh (تار ñخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya waktu. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu.

9. Modul OC IV (Organische Stoffklassen und Synthesen) 13 10. Modul PC I (Allgemeine Chemie) 14 11. Modul PC II (Physikalische Chemie II) 15 12. Modul PC III (Physikalische Chemie III) 16 13. Modul PC IV (Physikalische Chemie IV) 17 14. Modul MC (Makromolekulare Chemie) 18 15. Modul BC (Biochemie und Zellbiologie) 19 16. Modul Physik 20 17.

Nurcahyani, Wulan. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berupa Modul Sejarah Indonesia Pada Materi Tantangan Awal Indonesia Merdeka Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Gubug Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Jurusan Sejarah, FIS, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Romadi, S.Pd., M.Hum. 158 halaman.

Tahap Implementasi adalah memasukkan konten modul ke dalam Moodle, dengan kata lain, Moodle sebagai wadah dari modul strategi pembelajaran, sehingga dihasilkan e-Modul. Kata kunci: e-Modul, Moodle, CAI, Project Based learning Abstract This study aimed to develop and produce a product of e-module learning media in the subject of

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditentukan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Dasar pengembangan pembelajaran merupakan desain pembelajaran atau .

These educators volunteered to serve on eleven (11) English Languag e Arts grade level writing teams that met in Columbus, Ohio monthly from January to June 2017 to review the model curriculum and make updates to all current sections based on the need for clarity, detail, and relevance to the recently revised learning standards. Specialists also volunteered for resource teams that met .