MODEL EVALUASI BELAJAR COOPERATIVE LEARNING

3y ago
22 Views
2 Downloads
153.73 KB
7 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jenson Heredia
Transcription

EVALUASI BELAJAR COOPERATIVE LEARNINGOleh: Estu Miyarso, S.Pd. *)A PendahuluanEvaluasi merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalampelaksanaan sebuah program. Evaluasi memiliki posisi yang strategis karenadapat memberikan gambaran tentang efektivitas program yang telah kitalaksanakan. Namun demikian, evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhiratau penutup dari suatu program tertentu tapi juga dapat dilakukan pada awal,maupun pada saat pelaksanaan suatu program.Evaluasi merupakan suatu langkah sistematis, karena dilakukan secaraterencana dan berkesinambungan. Dalam prakteknya, kegiatan evaluasi sangatmemerlukan informasi maupun data dari objek yang sedang dievaluasi. Artinya,dapat dikatakan bahwa efektivitas alternatif keputusan yang diambil sangattergantung pada kesahihan dan objektivitas dari data maupun informasi yangdiperoleh dalam kegiatan evaluasi.Begitu pentingnya kegiatan evaluasi, untuk itu makalah ini akan mencobamemaparkan tentang pentingnya evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan programpembelajaran/ pengajaran secara umum dan bagaimana kegiatan evaluasi belajarpada metode cooperative learning di sekolah.B. Pengertian dan Fungsi Evaluasi Program PembelajaranPengertian evaluasi secara luas adalah suatu proses merencanakan,memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuatalternatif-alternatif keputusan. Dalam kaitannya dengan sebuah programpengajaran, evaluasi diartikan sebagai proses yang sistematis untuk menentukanatau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telahdicapai oleh siswa (Norman E. Gronlud, dalam Ngalim Purwanto, 1987: 3).Secara lebih detail, evaluasi memiliki beberapa fungsi dalam programpendidikan dan pengajaran, yaitu:1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa.2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu program pembelajaran.

3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling bagi siswa yang bersangkutan4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulumUntuk dapat mengoptimalkan fungsi dari evaluasi tersebut makabeberapa kriteria sebagai ciri evaluasi yang baik haruslah memenuhi sebagaiberikut:1. Desain atau rancangan evaluasi harus komperhensif atau menyeluruhyaitu mencakup segala aspek yang akan dinilai baik secara umum raanpendidikan dan pengajaran (di sekolah).2. Perubahan tingkah laku individu (siswa) harus mendasari penilaianpertumbuhan dan perkembangannya.3. Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokan sedemikian rupasehingga memudahkan interprestasi yang berarti. Hal ini menyangkutpenskoran dan penilaian suatu aspek tertentu baik secara kuantitatif (dapatdiangkakan) maupun secara kualititatif (di uraikan).4. Evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan dan saling berkaitandengan kurikulum di sekolah.Hal ini dapat diartikan bahwa setiapkegiatan evaluasi harus mempertimbangkan komponen-komponen apasaja yang ada dalam kurikulum sekolah sebagai pedoman bersama secaraterus menerus.3. Model Paradigma Evaluasi Belajar di SekolahDalam pelaksanaannya, ada tiga model paradigma yang selama inidiselenggarakan oleh sekolah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh orientasi danbentuk penyelenggaraan sistem pengelolaan kelas dalam kegiatan pembelajaranyang dilakukan di sekolah. Adapun ketiga model paradigma tersebut, yaitu:a. Model Evaluasi Kompetisi/ Peringkat BerprestasiSistem ini sangat mendominasi dunia pendidikan di manapun. Siswayang jauh melebihi kebanyakan siswa lainnya dianggap berprestasi,sedangkan yang kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggapgagal. Sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif. Sejak masa awalpendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-

teman sekelas. Sistem semacam ini mengajarkan nilai-nilai survival of the fittest, atau siapa yang kuat dialah yang menang.Tak pelak lagi, banyak perasaan negatif timbul dalam diri anak didikterhadap sekolah, pelajaran, guru, ataupun teman sekelas. Dalam benak anakdidik, sekolah adalah arena pertarungan yang akan menentukan apakah diamenang atau kalah. Guru adalah dewa yang siap menempelkan label-labelpandai, sedang atau bodoh di dahi mereka. Teman sekelas adalah musuh.Karena, agar seseorang bisa menjadi pemenang harus ada dua puluh ataulebih yang harus kalah. Perasaan negatif ini bisa muncul, baik pada siswayang lamban maupun yang pandai. Selain merasa minder, siswa lamban jadimembenci teman-temannya yang lebih pandai karena dianggap menaikanrata-rata kelas sehingga memposisikan prestasi mereka yang lamban padaperingkat bawah. Sebaliknya, siswa yang pandai menjadi terbiasa untukmerasa puas dan bangga terhadap diri sendiri di atas kekelahan teman-temansekelasnya.b. Model Evaluasi IndividualPandangan yang kedua merupakan kebalikan dari pandangan pertama,Pandangan ini dipengaruhi oleh sistem pembelajaran mandiri atau individualyang menyatakan bahwa potensi setiap anak harus dikembangkan secaramaksimal. Pandangan ini menganut sistem bahwa siswa belajar denganpendekatan dan kecepatan yang sesuai kemampuannya masing-masing. Anakdidik tidak bersaing dengan siapa-siapa kecuali bersaing dengan diri sendiri.Teman-teman sekelas dianggap tidak ada karena jarang ada interaksi antarsiswa di kelas.Dalam pembelajaran individual, guru menetapkan standar untukmasing-masingsiswa.Jika seseorang siswa mencapai atau melampauistandar, dia akan mendapatkan nilai A. Jika tidak, dia akan mendapat C atauD. Nilai seseorang tak ditentukan oleh nilai rata-rata atau teman sekelas,tetapi oleh usaha sendiri dan standar yang ditetapkan guru yang dianggapsebagai kemampuan maksimalnya. Setiap orang bertanggung jawab atastindakannya sendiri dan harus memperjuangkan nasibnya sendiri. Tak ada

orang yang bisa membantu dan sebaliknya tak perlu merepotkan diri untukmembantu orang lain.c. Model Evaluasi Cooperative LearningPandangan ini menganut falsafah homo homini socius yangmenekankan saling ketergantungan antar mahluk hidup.Kerjasamamerupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.Tanpa kerjasama, tak akan ada individu, keluarga, organisasi, ataumasyarakat.Tanpa kerjasama, keseimbangan lingkungan hidup akanterancam punah. Namun demikian, tidak semua kerja kelompok bisa diangapcooperative learning.Ada beberapa prosedur dan unsur yang harusditerapkan dalam sistem pengajaran Cooperative Learning.Diantaranyaadalah tanggung jawab pribadi dan saling ketergantungan yang positif.Dalam penilian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok.Siswa bekerja sama dengan metode cooperative learning. Mereka salingmembantu dalam memersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masingmengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilaikelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat siswa dalamkelompok. Kedua, nilai kelompok yang bisa diambil dari rata-rata nilaisemua anggota kelompok, dari “sumbangan” setiap anggota.Kelebihankedua cara ini adalah semangat gotong royong yang ditanamkan. Dengancara ini kelompok bisa berusaha lebih keras untuk membantu semua anggotadalam mempersiapkan diri untuk tes.Namun, kekurangannya adalahperasaan negatif dan tidak adil. Siswa yang mampu akan merasa dirugikanoleh nilai rekannya yang rendah, sedangkan siswa yang lemah mungkin bisamerasa bersalah karena sumbangan nilainya paling rendah.Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih. Setiapanggota menyumbangkan poin diatas milai rata-rata mereka sendiri.Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat 65, dia akanmenyumbangkan 5 poin untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa, pandaiataupun lamban, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi.Siswa lamban tak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka

juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacuuntuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan demikian menaikan nilaipribadi mereka sendiri.Untuk memperjelas gambaran ketiga model paradigma evaluasipembelajaran di atas, berikut ini diperlihatkan cara penilaian dalam kelassebagaimana diilustrasikan oleh Anita Lie (2005: 90):1) Penilaian Model Paradigma KompetitifNamaNilaiRata-rataNilai TesSekarangNilai AkhirNilai HurufImaPetrusEva 6Yayuk7262609575506585(72 75): 2 73,5(62 50): 2 56(60 65): 2 62,5(90 85): 2 87,5BCCAKeterangan:Nilai Rata-rata Kelas: 69,882) Penilaian IndividualNamaNilaiRata-rataNilai TesSekarangNilai AkhirNilai HurufImaPetrusEva 6Yayuk7262609575506580(72 75): 2 73,5(62 50): 2 56(60 65): 2 62,5(90 85): 2 85****Keterangan:* Nilai huruf masing-masing siswa bergantung pada standar yangditetapkan guru3) Penilaian Cooperative LearningNamaNilaiRata-rataNilai TesSekarangNilai AkhirImaPetrusEva 6Yayuk7262609575506580(72 75): 2 73,5(62 50): 2 56(60 65): 2 62,5(90 85): 2 85Nilai untukKelompok3050

4. Instrumen Evaluasi Pembelajaran Cooperative LearningPada tabel contoh penilaian di atas terlihat instrumen atau alat evaluasi yangdigunakan dalam pembelajaran cooperative learning adalah tes.Namundemikian, tidak semua proses evaluasi dalam pembelajaran ini menggunakan tessebagai instrumennya. Banyak jenis instrumen evaluasi lain yang lebihmendukung dari penyelenggaraan pembelajaran coperative learning, diantaranyaadalah lembar observasi (baik untuk individu maupun untuk kelompok siswa),angket komunikasi kelompok, maupun berkas hasil pekerjaan siswa yangdikumpulkan dalam satu bendel portofolio.Apapun instrumen evaluasi yang digunakan tentunya harus sesuaiberdasarkan teknik pembelajaran cooperative learning yang telah di laksanakan.Sebagaimana telah dijelaskan oleh pemakalah lain dari forum ini, teknik-teknikpembelajaran yan digunakan dalam cooperative learning diantaranya: teknikmencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir pasangan berempat, berkirimsalam dan soal, kepala bernomor,dua tinggal dua tamu, kancing gemerincing, taribambu, jigsaw, bercerita berpasangan, lingkaran kecil dan lingkaran besar.Masing-masing dari teknik tersebut memiliki karakteristik yang berbeda,sehingga evaluasi yang dilaksanakan idealnya juga harus dapat disesuaikan.5. PenutupEvaluasi sangat penting artinya dan diperlukan guna mengukur tingkatefektivitas dari program yang telah kita laksanakan. Kegiatan evaluasi tidak bisadipisahkan dari proses perencanaan maupun pelaksanaan penyelenggaraan prosespembelajaran yang dilaksanakan di kelas, sekolah maupun dalam cakupanpendidikan yang lebih luas lagi. Ketiganya merupakan kesatuan proses yangintegral dan berkesinambungan.Pelaksanaan evaluasi di sekolah masih banyak yang menggunakan sistemperingkat.Dalam sistem ini, siswa dibandingkan dengan teman-temansekelasknya dimasukan dalam urutan berdasarkan prestasi belajarnya. Secarafilosofis dan pedagogis, sistem ini merupakan praktek sesat dalam duniapendidikan karena telah mengerdilkan makna dan tujuan pendidikan yangsebenarnya, melecehkan lembaga pendidikan dan mengorbankan anak didik.

Karena ketatnya sistem kompetisi, dunia pendidikan telah menelurkanmanusia-manusia yang siap untuk menerjang dan menjegal orang lain demikesuksesan diri sendiri. Homo homini lupus merupakan prinsip dasar dalamdunia kompetisi.Orang-orang ini tidak pernah atau sedikit sekali dibekalikemampuan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain.Padalah, dalamkehidupan bermasyarakat, termasuk dalam dunia pekerjaan, kemampuan untukbersinergi merupakan kunci keberhasilan.Metode pembelajaran dan penilaian gotong royong perlu lebih seringdipakai dalam dunia pendidikan kita saat ini.Agar bisa kondusif bagi prosespendewasaan dan pengembangan siswa, sistem peringkat hanya menekanankanpada hasil belajar yang bersifat kognitif, sedangkan sistem individumulaimemperhatikan aspek afektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Namun patutdisadari, sistem individu ini membawa dampak afektif lainnya.Sistempendidikan gotong royong merupakan alternatif menarik yang bisa mencegahtumbuhnya keagesifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistemindividu tanpa mengorbankan aspek kognitif.6. Daftar PustakaAbdul Majid. 2005. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan StandarKompetensi Guru) Bandung: Remaja RosdakaryaAnita Lie. 2005. Cooperative Learning (Mempraktekan Cooperative learning diRuang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana IndonesiaHari Suderadjat. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Bandung: Cipta Cekas GrafikaNgalim Purwanto. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya*)Staf Pengajar pada Jurusan KTP FIP UNYdisampaikan dalam Pelatihan Pembelajaran Cooperative Learning di SDN SinduharjoNgaglik – Sleman, 1 April 20051

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning (Mempraktekan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia Hari Suderadjat. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: Cipta Cekas Grafika Ngalim Purwanto. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Related Documents:

Daftar Isi ix Bab VEvaluasi Kebijakan Pendidikan 101 A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101 B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104 C. P ermasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106 D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108 E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109 F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111

A. Pelajaran IPA Materi Cuaca 1. Hasil Belajar IPA Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah agar dapat memperoleh hasil belajar yang dianggap baik. Hasil belajar tentu dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri. Sebelum mengetahui apa itu hasil belajar, tentu tidak lepas dari pengetahuan mengenai belajar itu sendiri. a.

Belajar Universitas Negeri Surabaya Tahun 2020) (Sumber: Merdeka Belajar, Kemendikbud) . DENGAN CERMAT . KONSEP DASAR MERDEKA BELAJAR: salah satu alternatif 5 SEMESTER Belajar di Prodi 3 SEMESTER Belajar di Luar Prodi 1 SEMESTER Belajar di luar Prodi di dalam Kampus 2 SEMESTER . IPS PPKN Seni Olahraga . MK Dasar Keahlian Misalnya Metodologi .

Belajar. Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka psikologi belajar yang selama pembelajaran di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. peserta mata kuliah psikologi belajar untuk lebih mudah memahami teori-teori pskologi belajar, mulai dari teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik dan konstruktifism.

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang. Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang 69 halaman. Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

Motivasi dan disiplin belajar yang tinggi dengan sendirinya membuat peserta didik dengan kesadaran penuh belajar dengan sendirinya tanpa adanya dorongan atau perintah dari pihak tertentu karena ia merasa bahwa belajar sudah menjadi hal yang biasa sehinngga perilaku belajar lebih eksploratif

pengalaman belajar yang relevan terhadap mata kuliah e-learning 2. Mahasiswa dapat menunjukan kesiapan belajar efektif 1.a Kajian pemanfaatan e-learning dalam Dunia Kerja b Kaitan e-learning dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa 2.a Teknik pembelajaran mata kuliah e-learning b Strategi pemanfaatan multi sumber untuk memperkaya belajar mahasiswa c Strategi evaluasi yang digunakan .

Accounting is an art of recording financial transactions of a business concern. There is a limitation for human memory. It is not possible to remember all transactions of the business. Therefore, the information is recorded in a set of books called Journal and other subsidiary books and it is useful for management in its decision making process. AcroPDF - A Quality PDF Writer and PDF Converter .