ETIKA LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF YU SUF AL-QARAD}A WY

3y ago
41 Views
2 Downloads
282.50 KB
27 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Maxine Vice
Transcription

ETIKA LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIFYU S UF AL-QARAD}AW YMaizer Said Nahdi dan Aziz GhufronDosen Biologi pada Program Studi Biologi dan Pendidikan Biologi, FakultasSains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaAlumni Program Studi Pendidikan Biologi Tadris MIPA Fakultas TarbiyahUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ا ذ ، " ! ا ك ا ن # إن (' ر د ا 0 1 ا 2 * ! ول ا . # * " * ا ا آ ا - و د ا ا ;' ف . # ا آ " * ا - * ا ا ا 1 4 ا 5 6 1 وي أن 9 ا ? - و # ا آ " * ا - أ @ ر ه ا ا ! ل ا ا 0A و B إ ه ا " # ا 1 - "ر : - ك ? ا 6 أن ه ! " آ * ا # @ ت ا 4 ! و D E ه ا @ ر ' آ H I ; @ 1 " ط ا ' ا 6 ا ." * ا 1 4 ا B - ظ D ات وا ' إ! ء ا 6 ' ا - أ ا ا . # ? " * ا K ' وأ - ' ? ا 6 ? K ا - ا ا 6 . ا رض OI; و - را P ا B - QD وا R6 ا - ا ا *; . # ا د E6 @ وا ا و 4 ا ! ن وا أ وا * ا وا # S وي 9 ا 0 1 T 4 ا ا " ? ' ا 2 * ا U 6 ا آ ا وا ء . * ا # ا م ا أز ا 6 أ A HK " D ا X? " ا 1 Y Z \ U; ]ه 2Z " دا - و B - - ن ' @ 2R* Q !- " إ و آ و أن . @ 1 BH?] # د ا 1 ] أن S ? ا ي K ا ' وا - ه ا ا AbstractEnvironmental crisis is in principal brought about by human activities.Therefore, it is required to exercise new approach towards the environment,that is ethical approach by which principles and moral guidance for humanbehaviors are put forward. This article is to describe Yusuf al-Qarad}a wy’s

Maizer Said Nahdi - Aziz Ghufronthought of Islamic-ethical concept on environment, and its relevance withthe handling of environmental-global crisis. His thought is based on Islamicjurisprudential and ethical values. Values of the former are the followings:planting barren land, keeping cleanliness, cultivation, and forestation,meanwhile those of the latter are the application of al-ihsân concept,being friendly with environment, destructive prohibition, justice, gratitude,and simplicity. Al-Qarad}a wy’s concept is absolutely appropriate for theprevailing environmental-global crisis. It is hoped that Indonesian Muslims,as majority group, would like to comprehend the concept and to buildconsciousness of religious way of thinking towards the environment.Hopefully, this concept is workable for coping with the environmental crisis,as well.Keywords: environment, ethics, akhla q, fiqh.A. PendahuluanManusia sebagai makhluk hidup senantiasa berinteraksi denganlingkungan tempat hidupnya. Manusia terkadang mempengaruhilingkungan, dan terkadang lingkungan yang mempengaruhi manusia.Kelangsungan hidup manusia tergantung pada kemampuannya untukmenyesuaikan diri dengan sifat lingkungan hidupnya. Ketergantunganini ditentukan oleh proses seleksi selama jutaan tahun dalam evolusimanusia. Manakala terjadi perubahan pada sifat lingkungan hidup yangberada di luar batas kemampuan adaptasi manusia, baik perubahansecara alamiah maupun perubahan yang disebabkan oleh aktivitashidupnya, maka kelangsungan hidup manusia akan terancam.1 Dalamkaitan ini, sangatlah ironis apabila hubungan manusia denganlingkungannya berjalan secara tidak sehat, sehingga menimbulkansituasi yang mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup manusia danlingkungannya. Situasi inilah yang lebih dikenal dengan istilah “krisislingkungan hidup” yang sekarang menjadi isu global.Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini,baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian ––1Baca Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, cet. x (Yogyakarta: GadjahMada University Press, 2003), hlm. 18.196Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H

Etika Lingkungan dalam Perspektif Yu suf al-Qarad}a wydisebabkan oleh ulah tangan manusia. Pencemaran dan kerusakanlingkungan yang terjadi di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, atau lainnya,pada dasarnya bersumber pada perilaku manusia yang tidakbertanggung jawab dan tidak memiliki kepedulian, atau hanyamementingkan diri sendiri.2 Di dalam al-Qur’an Allah dengan jelasmemperingatkan umat manusia mengenai kerusakan yang terjadi didalam alam ini sebagai hasil dari prilakunya.“kerusakan meluas di daratan dan lautan karena perbuatan tanganmanusia, Allah akan mengenakan sebagian siksa akibat dari tindakanmereka, mestinya mereka sadar tidak meneruskan dosanya kemudianbertobat.” 3Indonesia sedang menghadapi masalah-masalah serius sepertipencemaran sungai, pencemaran udara, penebangan liar (illegal logging),penyelundupan kayu (illegal trade), kebakaran hutan (forest fire),pencurian kayu, kerusakan terumbu karang, pencemaran pesisir danlaut, dan perdagangan satwa liar, yang semuanya merupakan dampakyang harus dibayar sangat mahal karena terabaikannya aspeklingkungan.4 Semuanya disebabkan karena kurangnya kepedulian dantanggung jawab manusia secara moral terhadap masalah lingkungan.Berbagai krisis ekologi dewasa ini telah begitu meluas. Krisiskrisis ini sangat dipengaruhi oleh pandangan kosmologis yang telahmenyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap lingkungan. Oleh karenaitu, adanya suatu pemikiran baru tentang penyelesaian masalahlingkungan dengan landasan filosofis yang lebih cocok semakindiperlukan. Adanya suatu etika lingkungan yang mampu memberikanpenjelasan dan pertanggung jawaban secara rasional tentang nilai-nilai,asas dan norma-norma moral bagi suatu lingkungan dengan melibatkanmanusia kiranya merupakan suatu ��––––2Sonny Keraf, Etika Lingkungan, cet. iii (Jakarta: Kompas, 2002), hlm. xiii.3 ا ى ا ّ ن ! " ّ س ;; ا د ا ّ وا آ ا ى ا LihatQS. al-Ru m: 41.4Ahmad Husni, “Potensi dan Sumber Daya Hutan Indonesia: Hati-Hati, HutanIndonesia Akan Habis”, Kedaulatan Rakyat, 30 Maret 2005, hlm 10.5Heru Susanto, Landasan Etis Bagi Perkembangan Teknologi (Yogyakarta: TiaraWacana, 2000), hlm.68.Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H197

Maizer Said Nahdi - Aziz GhufronPandangan terhadap alam yang berupa kearifan dan kesadaranekologis yang merupakan ciri khas kebudayaan-kebudayaan tradisionalnontulis, secara menyedihkan telah diabaikan di dalam masyarakat yangterlalu rasional dan termekanisasi.6 Sementara itu, usaha-usaha kembaliyang dilakukan manusia dalam mencegah terjadinya krisis ekologi,berupa perumusan paradigma baru sekaligus perilaku baru terhadaplingkungan hidup atau etika lingkungan, masih belum dapatmenempatkan manusia pada posisi yang tepat dalam konteks alamsemesta seluruhnya.7Krisis-krisis lingkungan secara global yang semakinmemprihatinkan tersebut mengundang banyak perhatian, baik darikalangan pakar lingkungan hidup sendiri, ekonom, filosof, politisi, danagamawan. Mereka berusaha memberikan solusi dengan perspektif yangberbeda-beda, sesuai dengan kapasitas bidangnya masing-masing,namun tetap dalam satu visi, yaitu menyelamatkan lingkungan hidup.Tidak ketinggalan, para pemikir Islam juga angkat bicara dalammenyikapi kondisi seperti ini. Mereka di antaranya berasal dari kalanganfilosof Islam, seperti Seyyed Hossein Nasr, Ziaudin Sardar, ParvezManzoor, dan dari kalangan ulama fikih salah satunya adalah Yu sufal-Qarad}a wi . Pemikiran mereka dalam bidang ini dapat dikelompokkanke dalam pemikir Islamic ecoreligious, walaupun berbeda dalam mengemaspemikirannya tentang lingkungan hidup.Ajaran moralitas Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan alSunnah, terutama tentang lingkungan, masih bersifat potensial. Olehkarena itu, diperlukan tangan-tangan yang kompeten dalam bidangnyauntuk memformulasikan suatu moralitas Islam yang peduli terhadaplingkungan. Hal inilah yang nampaknya dilakukan Yu suf al-Qarad}a wi .Ia berusaha melacak kembali khazanah moralitas Islam tentanglingkungan yang lama mengkristal dan dipandang sebelah mata olehkaum Muslim pada umumnya. Usaha ini dapat dikatakan sebagaikedinamisan berpikir Yu suf al-Qarad}a wi dalam kancah pemikiran umatIslam. Karena selama ini para ulama fikih Islam hanya berkutat ��–6Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat, dan KebangkitanKebudayaan, terj. M. Thoyibi, cet.v (Yogyakarta: Bentang, 2000), hlm. 562.7Sonny Keraf, Etika Lingkungan, hlm. xiv.198Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H

Etika Lingkungan dalam Perspektif Yu suf al-Qarad}a wymasalah-masalah ‘ubu d iyyah dan menghabiskan waktu untukmemperdebatkan hal-hal yang bersifat teknis khila fiyyah.Tulisan ini bertujuan untuk menelaah pemikiran Yu suf alQarad}a wi tentang lingkungan, terutama yang terdapat dalam tulisannyayang berjudul Ri’a y at al-Bi ’ ah fi Shari ’ at al-Isla m. Karya ini telahditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Islam Agama RamahLingkungan.8 Dalam karya tersebut, Yu suf al-Qara d}a wi menjelaskanbahwa pada intinya persoalan lingkungan hidup adalah persoalan moral.Oleh karena itu, solusi yang paling efektif harus bersandar padamoralitas manusia, yaitu dengan cara revitalisasi nilai-nilai moral,keadilan, kebaikan, kasih-sayang, keramahan, dan sikap tidak sewenangwenang. 9 Dari pemikiran seperti inilah perlu dikaji secara lebihmendalam, dalam rangka memformat sebuah konsep etika lingkunganyang berbasis agama, yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur’an dan alSunnah.B. Etika LingkunganSebenarnya etika lingkungan merupakan satu disiplin ilmu yangkedudukannya masih terkatung-katung di antara kalangan filosuf dankaum environmentalis. Etika lingkungan dalam bidang filsafat dianggapterlalu praktis, sedangkan bagi pekerja lapangan dirasakan terlaluteoritis. 10 Filsafat sering dilukiskan sebagai usaha yang tidak adakaitannya dengan persoalan praktis. Dengan demikian, etika lingkungandapat dilihat dalam rangka usaha membuat sumbangan filsafat lebihefektif dan down-to-earth. Di lain pihak, etika lingkungan juga dirasakanperlu karena ada berbagai masalah dan keprihatinan dalam bidang kerjayang lebih praktis, yang pemecahannya memerlukan perubahan prilakudan yang pada gilirannya menuntut dilakukannya refleksi danpenyadaran ��––8Yu suf al-Qaradawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, terj. Abdullah HakamSah, dkk. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002).9Ibid., hlm 412.10Eka Budianta, Eksekutif Bijak Lingkungan (Jakarta: Pustaka PembangunanSwadaya Nusantara, 1997), hal. 9.11Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis Ke Etika Ekobisnis (Jakarta: Grasindo,2001), hlm. 121.Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H199

Maizer Said Nahdi - Aziz GhufronEtika dalam masalah lingkungan hidup memberikan sumbanganantara lain: 1) Pandangan-pandangan atau keyakinan-keyakinan(insights) yang etis dan relevan, misalnya paham dan visi dasar mengenaihubungan manusia dengan alam, atau lebih khusus lingkungan hidupnya,2) Prinsip-prinsip etis, baik yang mendasar dan umum, maupun yangsudah relevan dengan masalah lingkungan hidup, 3) Perlunya sikapbatin yang baik dalam pribadi manusia yang bertanggung jawab dalamhati nuraninya, 4) Norma norma etis yang tepat, kehendak baik sajatidak cukup, orang masih berbeda pendapat mengenai isinya, yang tidakboleh hanya subjektif. 12Terdapat beberapa teori etika lingkungan: Etika Egosentris, EtikaHomosentris, Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme.Etika Egosentris adalah etika lingkungan yang mendasarkan diri padakepentingan-kepentingan individu, sedangkan Etika Homosentris adalahetika lingkungan yang mendasarkan pada kepentingan sebagianmasyarakat.13 Antroposentrisme merupakan teori etika lingkungan yangmemandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, sehingganilai tertinggi hanya dimiliki manusia, karena itu segala sesuatu yanglain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauhmenunjang dan demi kepentingan manusia.14 Agama Kristen dan filsafatBarat, dan seluruh tradisi pemikiran liberal, termasuk ilmu pengetahuanmodern, dianggap sebagai akar dari etika antroposentrisme. Kisahpenciptaan dalam teologi Kristen dan juga pemikiran besar dari filsuffilsuf sangat mempengaruhi etika antroposentrisme ini.Biosentrisme merupakan teori etika lingkungan hidup yangmenganggap bahwa setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyainilai dan berharga pada dirinya sendiri. Sehingga semua makhluk hiduppantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Salah satu versidari etika Biosentrisme adalah teori etika bumi (land ethics), yangdilontarkan oleh Aldo Leopold, yaitu seorang ahli dan manajerkonservasi hutan, manajer kehidupan liar yang tidak mempunyai latarbelakang filsafat dan etika. Pengalamannya dalam berbagai –––12Baca P. Go. Carm, Etika Lingkungan Hidup (Malang: Sekretariat KelompokKerja Awamisasi, 1989), hlm. 17.13Dikutip dari Eka Budianta, Eksekutif Bijak Lingkungan, hlm. 5.14Sonny Keraf, Etika Lingkungan, hlm. 34.200Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H

Etika Lingkungan dalam Perspektif Yu suf al-Qarad}a wykonservasi membawanya kepada keyakinan bahwa konservasi bukansekedar suatu kegiatan teknis. Konservasi adalah sebuah perwujudancara pandang dan sikap tertentu terhadap alam, terhadap bumi atautanah, yaitu cara pandang dan sikap yang melihat bumi atau alamsemesta sebagai subjek moral, sebagai sebuah komunitas moral.15Leopold ingin mengubah cara pandang manusia yang hanya melihatbumi dan segala isinya seperti budak di zaman dulu, yaitu hanya sebagaialat. Ia ingin mendobrak cara pandang yang hanya melihat bumi dansegala isinya sekedar alat dan objek dalam relasi ekonomis dan hanyamempunyai nilai dan fungsi ekonomis. Akan tetapi, manusia harusmemandang bumi dan segala isinya sebagai subjek moral yang samaseperti manusia, bukan merupakan alat atau objek yang bisa digunakansesuka hatinya. Bumi dan segala isinya adalah subyek moral yang harusdihargai sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri.Berbeda dengan teori Biosentrisme, yang hanya memusatkanpada kehidupan seluruhnya, Ekosentrisme justru memusatkan etikapada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang mati.Salah satu versi teori Ekosentrisme adalah Deep Ecology, sebuah istilahyang pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsufNorwegia, pada tahun 1973. Deep Ecology (DE) memandang perlunyasuatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusatpada makhluk hidup seluruhnya, yang berkaitan dengan upayamengatasi persoalan lingkungan hidup. Etika baru ini tidak mengubahhubungan manusia dengan manusia. Hal baru dari etika ini adalah:Pertama, manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi segalasesuatu yang lain. Manusia bukan pusat dari dunia moral. DEmemusatkan perhatian kepada semua spesies, termasuk spesies bukanmanusia. Kedua, etika lingkungan hidup yang dikembangkan DEdirancang sebagai sebuah etika praktis, sebagai sebuah gerakan. Artinya,prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksinyata dan konkret.16Sebagai sebuah telaah etika lingkungan, Ekofeminismemerupakan bagian dari cabang dari Feminisme. Sebagai cabang ��–15Ibid., hlm. 58.16Ibid., hlm. 76.Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H201

Maizer Said Nahdi - Aziz GhufronFeminisme, Ekofeminisme dilontarkan pertama kali pada tahun 1974oleh seorang feminis Perancis Francoise d’Eaubonne, dalam buku LeFeminisme ou La Mort. Melalui buku ini, Francoise menggugah kesadaranmanusia, khususnya kaum perempuan, akan potensi perempuan untukmelakukan sebuah revolusi ekologis dalam menyelamatkan lingkunganhidup. 17Feminisme dalam kerangka ekologi (Ekofeminisme) adalah sebuahteori dan gerakan etika, sebagaimana halnya Biosentrisme danEkosentrisme, yang ingin mendobrak etika Antroposentrisme yang lebihmengutamakan manusia daripada alam. Namun, lebih dari itu,Ekofeminisme juga menggugat Androsentrisme, yaitu teori etikalingkungan yang berpusat pada laki-laki. Konsep Androsentrisme yangmenindas memiliki salah satu ciri, yaitu logika dominasi, yangmerupakan cara pandang dominan, pihak yang satu selalu dianggappaling baik (laki-laki, manusia, ras Barat, kulit putih, dan seterusnya),sementara yang lain dianggap buruk atau tidak bernilai hanya karenajenis kelaminnya (perempuan), hakikatnya sebagai bukan manusia(alam), kulitnya yang berwarna (bangsa kulit hitam), etnisnya, rasnya,dan seterusnya. Dengan ini, etika kepedulian merupakan etika yangditawarkan Ekofeminisme dalam hubungannya dengan alam. Prinsipprinsip dari etika kepedulian tersebut adalah kasih sayang, harmoni,cinta, tanggung jawab, dan saling percaya, karena etika inimengasumsikan bahwa manusia berada dan menjadi dirinya dalam relasiinter-subyektif. Ada kesetaraan di antara semua makhluk ekologis yangmendorong manusia untuk mencintai, memelihara dan merawatmakhluk lain sebagai sesama anggota komunitas ekologis.18C. Biografi Singkat Yu suf al-Qarad}a wi Yu s uf al-Qara d } a w i seorang ulama mujaddid dan mujtahidkontemporer di penghujung abad ke–20 telah memberikan sumbangandalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah, pendidikan, danjihad. Ia selalu mencoba membumikan ajaran Islam dan menggarisbawahi aspek mas}lah}}ah} dalam penentuan hukum �––17Ibid., hlm. 124.18Ibid., hlm. 139.202Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H

Etika Lingkungan dalam Perspektif Yu suf al-Qarad}a wyNama lengkap Yu suf al-Qarad}a wi adalah Muh}ammad Yu suf alQarad} a w i . Dia dilahirkan di desa Shaft Turab 19 pada tanggal 9September 1926, dari pasangan suami istri yang sangat sederhanatetapi taat beragama Islam. Ketika genap berusia dua tahun, ayahnyameninggal dunia. Pendidikan formalnya ditempuh di Ma’had T anta’,Mesir,20 yang diselesaikannya dalam waktu empat tahun. Kemudiandia melanjutkan pendidikannya pada tingkat menengah, yangdiselesaikannya dalam waktu lima tahun pada ma’had yang sama.Selanjutnya dia hijrah ke kota Kairo untuk melanjutkan pendidikannyapada tingkat tinggi di Universitas Al-Azhar dengan mengambilKonsentrasi Studi Agama pada Jurusan Tafsir-Hadis FakultasUshuluddin. Dari sini, dia mendapatkan Shaha dah ‘A liyah denganpredikat terbaik yang diraihnya pada tahun 1952/1953. Pada tahun1957 dia melanjutkan pendidikannya ke Ma‘had al-Buh}u th wa al-Dira satal-‘Ara biyat al-‘A liya dengan mengambil Jurusan Bahasa Arab, yangdiselesaikannya dalam waktu dua tahun dengan meraih derajat tingkatpertama di antara 500 mahasiswa. Setelah itu, dia kembali melanjutkanpendidikannya ke Lembaga Tinggi Riset, dengan konsentrasimengadakan penelitian pada masalah-masalah agama Islam danperkembangannya, yang ditempuhnya dalam waktu tiga tahun. Padatahun 1960, dia melanjutkan pendidikannya ke Program Pascasarjana(al-Dira sat al-‘Ulya ) pada universitas yang sama. Di sini, dia memilihJurusan Tafsir-Hadis dengan konsentrasi pada studi al-Qur’an dan alSunnah. Setelah itu, diamelanjutkan pendidikannya ke programdoktor dan menulis disertasi berjudul Fiqh al-Zaka h , ��–19Shaft Turab adalah salah satu perkampungan yang asri di Mesir, terletak diProvinsi Gharbiyah dengan ibu kotanya Thantha. Dari Kairo, kampung tersebut berjaraksekitar 150 km, atau untuk menempuhnya membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam; CecepTaufikurrohman, “Syaikh Qardhawi: Guru Umat Pada Zamannya” dalam http://webiskandar.tripod.com/qardawi.htm, diakses tanggal 20 April 2005. Di desa ini dikuburkansalah seorang sahabat Rasulullah yang meninggal terakhir di Mesir, yakni Abdulla h ibnal-H{ari th; Ishom Talimah, Manhaj Fiqih Yusuf al-Qaradhawi, terj. Samson Rahman(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), hlm, 3.20Yusuf al-Qaradawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, terj. As’ad Yasin, cet. v (Jakarta:Gema Insani Press, 1997), hlm. 16.Al-Ja mi‘ah, Vol. 44, No. 1, 2006 M/1427 H203

Maizer Said Nahdi - Aziz Ghufrondiselesaikannya dalam masa dua tahun.21Secara garis besar, pemikiran Yu s uf al-Qarad} a w i lebihberorientasi pada ilmu fikih. Dalam hal ini, sesuai kapasitasnya sebagaiseorang ahli fikih dengan salah satu karakteristik fikihnya, yakni fik

11 Alois A. Nugroho ,Dari Etika Bisnis Ke Etika Ekobisnis (Jakarta: Grasindo 2001), hlm. 121. Maizer Said Nahdi - Aziz Ghufron . 14 Sonny Keraf, Etika Lingkungan, hlm. 34.

Related Documents:

Etika Bisnis Etika Etika Umum Etika Khusus Etika Individual Etika Sosial Etika Lingkungan Hidup Etika terhadap sesama Etika Keluarga Etika Politik Etika Profesi . Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius 2. Muslich. 1998. Etika Bisnis, Pendeka

BAB VI. PEMBELAJARAN ETIKA LINGKUNGAN 111 A. Rambu-Rambu Membelajarkan Etika Lingkungan 111 B. Pembelajaran Etika Lingkungan Melalui Model Pembelajaran OIDDE 121 C. Pengambilan Keputusan Etik dalam Kasus Etika Lingkungan 131 D. Pembelajaran Etika Lingkungan (Pengalaman di Beberapa Negara) 133 DAFTAR FUSTAKA 145 GLOSARIUM 159

Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an 2.3 Etika lingkungan untuk bisnis 2.3.1 Masalah Lingkungan . Adanya tuntutan atau harapan lingkungan terhadap perilaku bisnis menjadi salah satu latar belakang utama adanya etika dalam

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual sendiri. Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu : a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat. b.

etika politik, Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara Re-publik Indonesia, nilai-nilai Pancasila seba-gai sumber etika, dan tulisan akan diakhiri dengan pelaksanaan etika politik Pancasila. Pengertian Etika, Nilai, Moral, dan N. orma 1. Etika. Etika secara etimologi berasal dari kata Yu-nani . ethos. yang berarti watak .

pergaulan remaja berarti interaksi yang dilakukan oleh remaja dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Dalam proses pergaulan remaja sering terjadi banyak penyimpangan dan kenakalan-kenakalan. Maka dalam pergaulan remaja diperlukan etika. etika

Asaad, Ilyas, et.al, Teologi Lingkungan (Etika Pengelolaan Lingkungan Dalam Perspektif Islam), Deputi Komunikasi Lingkungan dan pemberdayaan Masyarakat, Kementrian Lingkungan Hidup, dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2011. Ashfahani, Al-Ragib, al-Mu’jam al-Mufradat li Alfazh al-Qur’an, Dar

Ann Sutherland Harris . H. Anne Weis . and . David Wilkins . 1 1.0 INTRODUCTION Caravaggio (Michelangelo Merisi da Caravaggio 1571 - 1610) has been praised and criticized for rejecting traditional painting methods in favor of a dramatic, stark realism that derived its subject matter from daily life. 1 1 Early biographers Giovanni Baglioni and Giovanni Pietro Bellori both write about the artist .