BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Retorika

3y ago
89 Views
2 Downloads
861.61 KB
20 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Laura Ramon
Transcription

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Pengertian Dasar RetorikaRetorika sebagai salah satu cabang ilmu mempunyai peranan yang sangatmenentukan dalam kehidupan bertutur. Menguasai ilmu retorika dan keterampilandalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan, dandapat mengalami kesuksesan dalam hidup. Sejak jaman Yunani-Romawi sampaisekarang para ahli filsafat dan ilmu pengetahuan mengemukakan pandanganpandangan tentang retorika. Secara rinci konsep retorika diuraikan sebagaiberikut.Syafi’ie (1988: 1) menyatakan secara etimologis kata retorika berasal daribahasa Yunani “Rhetorike” yang berarti seni kemampuan berbicara yang dimilikioleh seseorang. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa retorika merupakanaktivitas manusia dengan bahasanya yang terwujud dalam sebuah kegiatanberkomunikasi. Keraf (1994: 3) juga menyatakan pengertian asli retorika adalahsebuah telaah atau studi yang simpatik mengenai oratoria atau seni berpidato.Kemampuan dan kemahiran berbahasa waktu itu diabdikan untuk menyampaikanpikiran dan gagasan melalui pidato-pidato kepada kelompok-kelompok massatertentu guna mencapai tujuan tertentu.Aristoteles (dalam Syafi’ie, 1988: 1) memandang retorika sebagai “the facultof seeing in any situation the available means of persuasion”. Menurut pengertian ini,Aristoteles mengartikan retorika adalah kemampuan untuk melihat perangkat alatyang tersedia untuk mempersuasi. Kemampuan melihat dalam pengertian ini9

10ditafsirkan sebagai kemampuan untuk memilih dan menggunakan. Alat perangkatyang tersedia berupa bahasa dan segala aspeknya. Jadi, retorika menurut Aristotelesadalah kemampuan untuk memilih dan menggunakan bahasa dalam situasi tertentusecara efektif untuk mempersuasi orang lain. Persuasi dalam pengertian ini diartikansecara positif, yaitu menjadikan orang lain mengetahui, memahami dan menerimamaksud yang disampaikan sebagai pesan atau isi komunikasi.Retorika dipandang sebagai studi yang paling sentral dalam berbagai studikemanusiaan. Oleh sebab itu, pada awalnya retorika memang diartikan sebagaikesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu reden atau Ars bene dicendi), yangdicapai berdasarkan bakat alam dan keterampilan teknis (ars, techne). Dewasa iniretorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakandalam proses komunikasi antarmanusia. Dalam hal ini kesenian berbicara tersebutbukan berarti berbicara lancar tanpa adanya jalan pikiran yang jelas dan tanpa isidari berbicara itu sendiri, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara atauberpidato dengan singkat, jelas, padat, dan mengesankan (Hendrikus, 1991: 14).Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa (a) retorikamerupakan ilmu yang mempelajari kepandaian berbicara di depan umum; (b)retorika merupakan bertutur secara efektif dengan menggunakan bahasa lisanmaupun tulisan sebagai media atau bahan dasar dalam mengungkapkan gagasan;(c) retorika merupakan ilmu yang mempelajari untuk menyusun komposisi katakata agar bisa memberikan pesan dengan baik kepada audience. Lebih daripadaitu, retorika juga sangat penting bagi kehidupan keseharian tiap manusia untukberinteraksi dengan orang lain. Adapun dalam berkomunikasi terdapat unsurpersuasi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku.

112.2 Unsur-unsur RetorikaTitik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengungkapkankata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatutujuan tertentu. Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus yang ada padamanusia. Oleh karena itu, pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasadan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikanpikirannya kepada manusia lain (Hendrikus, 1991: 14).Karl Wallace (dalam Syafi’ie, 1988: 4) dalam artikelnya yang berjudul“The Substance of Rhetoric: Good Reasons” dimuat dalam Quarterly JornalSpeech nomor 49, 1963 menyatakan bahwa “The substance of rhetoric is goodreason and the basic materials of discourse are ethical and moral values andinformation relevan to these”.Berdasarkan substansi ini maka pada prinsipnya terdapat empat unsurpokok dalam retorika yang meliputi (a) rasional (good reason atau proof), (b)etika dan nilai-nilai moral (ethical and moral value), (c) bahasa, dan (d)pengetahuan. Retorika adalah disiplin ilmu humanitas, karena retorika berbicaratentang aktivitas manusia dalam berhubungan dengan sesama manusia dalamsituasi yang manusiawi. Hubungan antar manusia tidak lain adalah komunikasi.Oleh karena itu, hakekat retorika tidak lain adalah kemampuan untukberkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya (Syafi’ie, 1988: 4-6).2.2.1Rasional atau LogisKarl Wallace (dalam Syafi’ie, 1988: 4) mengatakan bahwa unsur pokokretorika adalah rasional yang baik. Ini berarti bahwa penyampaian pesan dalam

12peristiwa komunikasi harus didukung oleh rasional. Tanpa adanya unsur rasionalini, pesan yang dikemukakan tidak memiliki kekuatan. Disinilah kekuatan retorikauntuk menyanggah anggapan bahwa retorika hanya permainan bahasa.Aristoteles (dalam Syafi’ie, 1988: 4) menyebutkan dalam bukunya yangberjudul “Rhetoric“ menyebutkan istilah “good reason” yang dikemukakan olehKarl Wallace itu dengan istilah “proof” (pembuktian/ alasan/ argumentasi).Aristoteles mengemukakan bahwa “proof” itu mungkin “artistic” dan mungkinpula “inartistic”. Artistic proof menurut Aristoteles di sini terdapat tiga macam,yaitu (a) ethical proof (pembuktian/ alasan/ argumentasi yang bersifat etis) yangmenjanjikan sifat atau karakter yang baik dari pembicara untuk membangunkredibilitasnya sebagai penutur, (b) psychological proof (pembuktian/ alasan/argumentasi yang bersifat psikologis) yang membawa auditor (pendengar/pembaca) ke dalam suasana yang menunjang untuk menerima alasan yangdikemukakan penutur, (c) logical proof (pembuktian/ alasan/ argumentasi yangbersifat logis) yang membuat kasus yang dikemukakan atau muncul untukmembuat kasus yang dikemukakan dalam peristiwa komunikasi. Dari tiga macamproof ini dapat dilihat bahwa retorika disatu sisi berhubungan dengan pembuktiankemungkinan, dan disisi lain retorika berhubungan dengan studi karakter manusia.Bertolak dari pendapat-pendapat di atas bahwa bentuk dari rasional dankelogisan, dapat dituangkan dalam sebuah argumen untuk menentukan kelogisansebuah wacana. Hal tersebut karena argumen merupakan salah satu bentukretorika yang berusaha untuk membuktikan, meyakinkan kebenaran denganmenggunakan prinsip-prinsip logika.

13Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmupengetahuan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain nkemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal (Keraf,1994: 3). Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untukmempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnyabertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.Argumen dalam suatu tulisan didukung oleh sejumlah elemen tertentuyang disebut elemen argumen. Menurut Toulmin (dalam Syafi’ie, 1988: 97)dalam bukunya yang berjudul “The Use of Argument” ia menguraikan prinsipprinsip logika yang terjadi dalam proses berpikir pada waktu seseorangmenyampaikan argumen untuk menunjang sesuatu yang dikemukakannya. Limaargumen tersebut yaitu (a) pernyataan (claim); (b) landasan (ground); (c)pembenaran (warrant); (d) dukungan (support); dan (e) kualifikasi (qualifier).a.Pernyataan (claim)Pernyataan (claim) adalah suatu pesan, baik berupa ide, sikap, dan pendapatyang disampaikan kepada oranglain sebagai pembuktian, agar masyarakat dapatmenerima pesan secara benar; maka claim yang berupa konklusi atau simpulan itumemerlukan materi penunjang berupa evidensi (Setyaningsih, 1993: 31). Pernyataanatau claim merupakan sesuatu yang dinyatakan kepada orang lain sebagai suatupembuktian. Pernyataan ini bisa secara eksplisit maupun implisit.b.Landasan (ground)Landasan atau ground adalah bukti yang digunakan untuk mendukungpernyataan sehingga dapat membuat sebuah claim tepat atau pasti

14(Setyaningsih, 1993: 45). Landasan ini mengacu pada materi yang berupafakta, pendapat informan, laporan-laporan secara historis, peristiwa seharihari, statistik, dan sebagainya yang dipergunakan untuk mendukungpernyataan (claim).Untuk mengenali landasan dalam argumen dapat dicari melalui katakata atau frase atau yang disebut dengan indikator landasan. Indikatortersebut antara lain: sebab, karena, selama, dan lain-lain.c.Pembenaran (warrant)Pembenaran adalah pernyataan yang menunnjukkan kaidah kaidahumum untuk mempertahankan suatu claim, yang secara implisit didasarkanpada suatu kebenaran yang dapat dipercaya dan diyakini oleh ganataumengimplikasikan sesuatu antara ground dan claim dan sekaligusmenunjukkan hubungan yang sangat dekat antara claim dan ground, yaitujembatan penghubung antara claim dan ground.Pembenaran atau warrant merupakan suatu pernyataan yang berupaprinsip-prinsip umum yang melandasi keabsahan (validitas) pernyataanberdasarkan hubungan antara prinsip-prinsip umum dengan data yangmenunjang.d.Dukungan (backing)Dukungan adalah kriteria-kriteria yang digunakan bagi pembenaranasumsi-asumsi yang dinyatakan di dalam pembenaran (Setyaningsih, 1993:40). Pembenaran terhadap pendapat akan sangat dapat dipercaya dan bergunaapabbila didasarkan pada dukungan yang tepat.

15Disamping itu, dukungan dapat juga berupa pengalaman yangdidasarkan pada keyakinan atau kebenaran yang dapat dipercaya sebagaisuatu cara untuk mempertahankan atau memperkuat suatu claim yang dapatditerapkan dalam bidang khusus, pernyataan para pakar, hasil penelitian, hasilwawancara. Penunjang atau support adalah bahan-bahan lain yangditambahkan untuk lebih memperkuat pernyataan dan data sehingga lebihmeyakinkan pembaca.e.Kualifikasi (qualifier)Derajat kepastian adalah kata atau frase yang menunjukkan macamderajat kepastian atau mungkin kualitas sebuah pernyataan atau claim(Setyaningsih, 1993: 40). Modal qualifier ini dapat dibedakan menjadi 2,yaitu modal qualifier sebagai penanda kepastian dan penanda kemungkinan.Kata, frase, atau keterangan yang digunakan sebagai penanda kepastian antaralain: perlu, pasti, tentu saja; sedangkan penanda kemungkinan antara lain:agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannnya, sejauh bukti yg ada, sangatmungkin, mungkin, masuk akal. Untuk kualifikasi ini sering digunakan katakata seperti: mungkin, barangkali, sepertinya, dan kata-kata lain yang senada.Dari penjelasan di atas telah jelas bahwa bentuk-bentuk argumenmemiliki keakuratan untuk dapat mempertahankan sebuah kelogisan dalamisi pesan-pesan yang hendak disampaikan. Unsur retorika selanjutnya adalahetika dan nilai-nilai moral. Selanjutnya pada bagian ini akan dijabarkan lebihmendalam tentang etika moral.

162.2.2Etika dan Nilai-nilai MoralMengenai etika dan moral ini Quitilian (dalam Syafi’ie, 1988: 5) seorangahli retorika Yunani, dalam bukunya yang berjudul “Institutio Oratoria”mengatakan “The rhetoric that i am endeavoring to establish beefits a good manand will be a virtue. Man excels above all other living things in the power toreason and speak”. Berdasarkan pernyataan Quitillian ini dapat diketahui bahwaetika dan moral adalah unsur yang penting dalam sebuah retorika. Dengan adanyaetika dan moral ini menjadikan retorika sebagai aktivitas komunikasi yangbertanggung jawab. Unsur etika dan moral inilah yang menjadi tumpuan bahwaorang menguasai retorika diharapkan menjadi orang yang baik.Etika adalah bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yangbaik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Belajaretika merupakan langkah terakhir dalam proses pendidikan dan pengertian akansistem itu sebagaimana adanya dan cara kita menyesuaikan nilai-nilai dan prinsipprinsip khusus kita (Solomon C Robert, 1987: 2). Jadi, dalam hal ini etikamerupakan studi yang mempelajari tata perilaku yang baik dan buruk ataumenentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan.Aristotelels dan Plato (dalam Solomon C Robert, 1987: 5) menjelaskanetika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti “sifat” atau “adat” dan ta ethikayang berarti katajadian. Jadi, etika merupakan bagian dan pengertian dari ethos,usaha untuk mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkahlaku manusia. Dari uraian berikut dapat disimpulkan bahwa etika adalah usahauntuk mengerti tata aturan sosial dan membatasi tingkah laku kita.

17Etika meliputi semua tindak tanduk pribadi dan sosial yang dapat diterima,mulai dari tata aturan “sopan-santun sehari-hari” hingga pendirian yangmenentukan jenis pekerjaan kita, siapa yang menjadi sahabat-sahabat kita, dancara-cara kita berhubungan dengan keluarga dan orang lain. Moralitas merupakanbagian dari hukum etika. Moralitas terdiri dari hukum dasar suatu masyarakatyang paling hakiki dan sangat kuat (Solomon C Robert, 1987: 7).Filsafat Eropa dan Amerika modern, “etika” kerap dipersamakan dengan“filsafat moral” dan filsuf yang belajar etika disebut “filsuf moral”. Hal ini sendirimenunjukkan ethos kita dan juga menunjukan kenyataan bahwa kita cenderungbersifat majemuk dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang beragam danmenentukan mana yang dapat dianggap tingkah laku pribadi dan sosial yang dapatditerima. Jadi, moralitas menjadi pusat etika dan pembicaraan prinsip-prinsipmoral ada untuk merumuskan etika saja. Moral bukan keseluruhan etika, tetapipersoalan pokok dalam etika (Solomon C Robert, 1987: 7).Berkaitan dengan pentingnya etika dalam retorika ini, Rober L.Scottdalam bukunyayang berjudul “The Speaker’s Reader’s Concepts inCommunication” menjelaskan tiga persyaratan etika yang harus diperhatikankomunikator dalam menyampaikan pesan komunikasi yaitu: (1) bertanggungjawab dalam pemilihan unsur-unsur persuasif, menyadari kemungkinan berbuatsalah; (2) berusaha mengetahui dan menyadari secara jujur akan kerugian yangtimbul sebagai akibat keangkuhan dan kecurangan diri sendiri; dan (3) toleransiterh

etika merupakan langkah terakhir dalam proses pendidikan dan pengertian akan sistem itu sebagaimana adanya dan cara kita menyesuaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip khusus kita (Solomon C Robert, 1987: 2). Jadi, dalam hal ini etika merupakan studi yang mempelajari tata perilaku yang baik dan buruk atau

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis A. Teori Agency (Agency Theory) . agent (yangmenerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.3 Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.4 Teori agensi .

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder.Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai: “any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the organi

BAB II . URAIAN TEORI . 1.1. Landasan Teori . Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari ha

6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Kajian Teori. 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivis