TUGAS AKHIR – TFDESAIN HEI ENERGY IGNITER UNTUKBAHAN BAKAR GAS DAN MINYAK DIESELDENGAN MEMPERTIMBANGKANKANDUNGAN AIRPRAMANDITA ADE HUTAMANRP 02311040000027Dosen PembimbingIr. Matradji, M.KomDEPARTEMEN TEKNIK FISIKAFakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2018i
Halaman ini sengaja dikosongkan
FINAL PROJECT – TFHEI ENERGY IGNITER DESIGN FOR FUELGAS AND DIESEL OIL TAKING WATERCONTENTPRAMANDITA ADE HUTAMANRP 02311040000027SupervisorIr.Matradji, M.KomDEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICSFaculty of Industrial TechnologyInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2018iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASISaya yang bertanda tangan di bawah ini:Nama: Pramandita Ade HutamaNRP: 02311040000027Departemen : Teknik Fisika FTI-ITSDengan ini menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul“DESAIN HEI ENERGY IGNITER UNTUK BAHAN BAKARGAS DAN MINYAK DIESEL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KANDUNGAN AIR” adalah bebas plagiasi. Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerimasanksi sesuai ketentuan yang berlaku.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnyaSurabaya, Januari 2018Yang membuat pernyataan,Pramandita Ade Hutamav
Halaman ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHANDESAIN HEI ENERGY IGNITER UNTUK BAHANBAKAR GAS DAN MINYAK DIESEL DENGANMEMPERTIMBANGKAN KANDUNGAN AIRTUGAS AKHIROleh :Pramandita Ade HutamaNRP : 02311040000027Surabaya, 24 Januari 2018Mengetahui/MenyetujuiPembimbingIr. Matradji, M.Kom.NIPN.195607201985031003Ketua JurusanTeknik Fisika FTI-ITSAgus Muhamad Hatta, S.T. M.Si, Ph.DNIPN. 197809022003121002vii
Halaman ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHANDESAIN HEI ENERGY IGNITER UNTUK BAHANBAKAR GAS DAN MINYAK DIESEL DENGANMEMPERTIMBANGKAN KANDUNGAN AIRTUGAS AKHIRDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana TeknikpadaBidang Studi Rekayasa InstrumentasiProgram Studi S-1 Jurusan Teknik FisikaFakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi Sepuluh NopemberOleh :PRAMANDITA ADE HUTAMANRP. 02311040000027Disetujuioleh Tim Penguji Tugas Akhir :1.Ir. Matradji, M.Kom. . (Pembimbing I)2.Totok Ruki Biyanto, S.T., M.T., Ph.D . (Penguji 1)3.Dr. Ir. Ali Musyafa’. M.Sc . (Penguji 2)4.Hendra Cordova, S.T., M.T. . (Penguji 3)SURABAYADESEMBER, 2018ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
DESAIN HEI ENERGY IGNITER UNTUK BAHANBAKAR GAS DAN MINYAK DIESEL DENGANMEMPERTIMBANGKAN KANDUNGAN AIRNama MahasiswaNRPJurusanDosen Pembimbing::::Pramandita Ade Hutama02311040000027Teknik Fisika FTI-ITSIr. Matradji, M.KomABSTRAKAbstrakIgnitor merupakan salah satu part dari suatu pembangkityang sangat penting, terutama pada pembangkit jenis PLTU.Kegagalan pada ignitor EddyBlade PT.PJB UP Paiton seringterjadi sehingga menimbulkan hambatan pada pengoperasian dankerugian maka diperlukan penggantian ignitor baru agar supayadapat digunakan untuk menjamin start up unit bekerja denganbaik dan tanpa gangguan akibat kegagalan sistem ignitor.menentukan jenis ignitor yang akan digunakan sangat berpengaruh karena terlalu kecil energy tidak mampu memicupembakaran namun terlalu besar energy akan menyebabkan biayapembuatan system ignitor dan energy yang lebih tinggi. Seiringkemajuan teknologi sekarang ini banyak part-part ignitor yanglebih bagus daripada tipe ignitor yang lama yaitu HEI ignitor,pada ignitor existing (tipe lama) menggunakan teknologikonvensional pada flame detector dan spark. Sedangkan HEIignitor menggunakan flame detector yang mempunyai kemampuan mendeteksi nyala api yang lebih lebar (UV sampai IR)serta Output energi per spark yang tersedia di pasaran umumnya12 Joule per spark. Hal ini sudah sangat mencukupi untukmenjamin kebutuhan unit dan bahan bakar tetap bisa terbakar saatkehadiran moisture.Kata Kunci: ignitor, PLTUxi
Halaman ini sengaja dikosongkanxiii
HEI ENERGY IGNITER DESIGN FOR GAS ANDDIESEL FURNITURE BY CONSIDERING ita Ade Hutama02311040000027Engineering Physics FTI-ITSIr. Matradji, M.KomAbstractThe Ignitor is one of the most important parts of a plant,especially in the PLTU power plant. Failure of the EddyBladeEditor PT.PJB UP Paiton often occurs so as to cause obstacles tothe operation and the loss it requires replacement of the newignitor in order to be used to ensure the start up unit works welland without interruption due to ignitor system failure. determinethe type of ignitor to be used is very influential because too smallenergy is not able to trigger burning but too big energy will causethe cost of making system ignitor and energy higher. Astechnology advances today many of the better ignitor parts of theold ignitor type are HEI ignitor, the existing ignitor (old type)uses conventional technology on flame detector and spark. Whilethe HEI ignitor uses a flame detector that has the ability to detectwider flame (UV to IR) and the energy output per spark availableon the market is generally 12 Joules per spark. This is sufficientto ensure that the unit and fuel requirements remain burning in thepresence of moisture.Keywords: ignitor, PLTU
xv
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, karena rahmatdan hikmat-Nya sehingga penulis diberikan kesehatan, kemudahan, dankelancaran dalam menyusun laporan tugas akhir ini. Tidak lupa jugapenulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga dan parasahabat. Oleh karena dukungan mereka, penulis mampu menyusunlaporan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan salah satupersyaratan akademik yang harus dipenuhi dalam Program Studi S-1Teknik Fisika FTI-ITS. Penulis menyampaikan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada:1. Agus Muhamad Hatta, ST, MSi, Ph.D. selaku ketua departemenTeknik Fisika ITS.2. Segenap keluarga yang telah memberikan dukungan penuh dalampenyelesaian tugas akhir ini.3. Ir. Matradji, M.Kom. selaku dosen pembimbing tugas akhir ini,yang selalu sabar memberikan semangat dan masukan-masukankepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.4. Segenap Bapak/Ibu dosen pengajar di Departemen Teknik Fisika ITS.5. Rekan-rekan Teknik Fisika - ITS, yang senantiasa memberikanmotivasi dan perhatian.6. Teman-teman Laboratorium Instrumentasi 2013, 2014 dan 2015yang senantiasa memberikan motivasi dan perhatian.7. Teman-teman seperjuangan TA yang telah memotivasi danmemberikan bantuan-bantuan dalam penyelesaian laporan tugasakhir ini.Penulis menyadari bahwa mungkin masih ada kekurangan dalamlaporan ini, sehingga kritik dan saran penulis terima.Semoga laporan inidapat bergunadan bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membacanya.Surabaya, Januari 2018Penulisxvi
Halaman ini sengaja dikosongkanxvii
DAFTAR ISIJUDUL .PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .LEMBAR PENGESAHAN .ABSTRAK .KATA PENGANTAR .DAFTAR ISI.DAFTAR GAMBAR .DAFTAR TABEL.BAB I PENDAHULUAN .I.1 LATAR BELAKANG .I.2 RUMUSAN MASALAH .I.3 TUJUAN .I.4 LINGKUP KERJA.I.5 SISTEMATIKA LAPORAN .BAB II TINJAUAN PUSTAKA .II.1 PROSES PEMBAKARAN.II.2 PROSES PEMBENTUKAN FOULING .II.3 IGNITION .II.4 FLAME DETECTOR .BAB III METODOLOGI .III.1 SKEMA DIAGRAM ALIR PENELITIAN .III.2 KONDISI IGNITOR EXISTING .III.3 PERMASALAHAN IGNITOR EXISTING .III.4 AKAR PERMASALAHAN .BAB IV EVALUASI TEKNOLOGI DAN PEMECAHANIV.1 EVALUASI TEKNOLOGI.IV.2 PEMECAHAN PERMASALAHAN .IV.3 KENDALA .IV.4 PERBANDINGAN PRODUK VENDOR .BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.V.1 KESIMPULAN .V.2 SARAN 819202323242829343434
Halaman ini sengaja dikosongkanxix
DAFTAR GAMBARGambar 1.Gambar 2.Gambar 3.Gambar 4.Gambar 5.Skema Proses Pembakaran .Skematik Diagram untuk Ignition .Multiple Spark Plug Ignitions .Skema dari Ignitor Elektrik.Contoh ignitor dengan Desainyang Lebih Unggul .Gambar 6. Tipe ignitor HEI (High Energy Ignitor)Gambar 7. Skema Detektor UV .Gambar 8. Spektrum Flame Detector .Gambar 3.1 Skema Diagram Alir Penelitian .Gambar 9. Akar Permasalahan Kegagalan Boiler .Gambar 10. Akar Permasalahan Loss of Flame .Gambar 11. Konstruksi HEI .Gambar 12. HEI dan Flame Detector Alstom.Gambar 13. HEI dan Flame Detector Coen .Gambar 14. HEI, dan Flame Detector Forney .Gambar 15. Struktur HEI dan Flame Detector FPS.xx691011111214151720212430313232
Halaman ini sengaja dikosongkanxxi
DAFTAR TABELTabel 1. Spesifikasi Sistem Ignitor untuk Natural GasTabel 2. Spesifikasi Sistem Ignitor untuk Light Oil(HSD) dan Atomizing Air (ASTM StandartFor Fuel Oil, D396, Grade no. 2) .Tabel 3. Spesifikasi Power Ignitor.Tabel 4. Pabrikan Ignitor .xxii18181929
Halaman ini sengaja dikosongkanxxiii
BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPT.PJB UP Paiton beroperasi menggunakan type pembakaran diesel dimana unit-unitnya beroperasi secara komersial sehingga realibility suatu komponen semakin lama beroperasi semakin menurun. salah satu system terpenting dalamsuatuunit tersebut adalah igniter, dimana berfungsi untukpenyalaan awal sistem pembakaran.Dalam proses pengapian awal untuk start up denganbahan bakar High Speed Diesel (HSD) menggunakan ignitor.Fungsi utama ignitor adalah untuk memanaskan sistemperpipaan boiler dengan gradient suhu yang telah ditentukandan untuk menaikkan suhu main steam saat start up unit.Sejalan dengan bertambahnya usia unit, kendala yangterjadi pada proses start-up adalah ignitor yang tidak menyalakarena pengapian yang tidak sempurna dan kegagalan dariperalatan ignitor itu sendiri, sehingga menyebabkan waktustart up lebih lama, naiknya kebutuhan bahan bakar minyakkarena terbuang saat kegagalan proses ignition, mengganguBurner Management System (BMS) dan bahkan berpotensibahaya.Teknologi igniter menggunakan eddyblade dimana energy rendah sehingga sering tidak mampu menyalakan pembakaran hal ini disebabkan oleh adanya kehadiran impurityberupa kandungan kadar air pada udara dan bahan bakar sertafouling pada permukaan spark (busi). Disisi lain sensor nyalaapi pada tipe ini menggunakan termokopel yang mempunyaikemampuan mendeteksi yang tidak sensitive terhadap nyaladisebabkan karena pengukuran tidak langsung.Ketersediaan teknologi memungkinkan penggunaan energy yang tinggi yang mampu menyalakan pembakaran walaupun ada kehadiran air yang tinggi dan fouling pada spark(busi). energy pembakaran yang diberikan oleh spark (busi)sepatutnya efektif dan efisien untuk dapat berfungsi sebagai1
2pemicu pada pembakaran secara stoikiometrik berbeda-bedadisebabkan oleh perbedaan pembakaran pengotor berupacairan/padatan. Oleh sebab itu pada tugas akhir ini akan dirancang igniter yang mampu memicu reaksi pembakaran padaperbedaan bahan bakar dan kehadiran pengotor.1.2 Rumusan MasalahPermasalahan yang ingin diselesaikan dalam tugas akhir iniadalah sebagai berikut.a. Terlalu kecil energy tidak mampu memicu pembakaran namunterlalu besar energy akan menyebabkan biaya pembuatansystem ignitor dan energy yang lebih tinggi.1.3 TujuanAdapun tujuan dilakukannya penelitian tugas akhir ini adalahsebagai berikut.a. Merancang igniter yang efisienb. Untuk menjamin start up unit bekerja dengan baik dan tanpagangguan akibat kegagalan sistem ignitor1.4 Lingkup KerjaLingkup kerja pada penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagaiberikut.a. tipe HEI yang digunakan memancarkan energi per sparkberkisar antara 2-20 joule dengan jumlah spark 2-5 spark perdetik.b. Dalam mendesain HEI sudah dilengkapi flame detector /scanner untuk mendeteksi adanya UV dan IR denganintensitas atau range yang bisa diatur1.5 Sistematika LaporanSecara sistematis, laporan tugas akhir ini tersusun dalamlima bab dengan penjelasan sebagai berikut.
3BAB I PendahuluanBab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,lingkup kerja, dan sistematika laporan dari tugas akhir.BAB II Tinjauan PustakaBab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penelitian.Teori – teori tersebut diantaranya meliputi proses pembakaran,proses pembentukan fouling, prinsip kerja ignitor, high energyignitor dan flame detector.BAB III Metodologi PenelitianPada bab ini dijelaskan tentang langkah-langkah dantahapan penelitian dimulai dari mengetahui kondisi ignitor danpermasalahan pada ignitor.BAB IV Analisis Data dan PembahasanBab ini menunjukkan data beserta analisis dan pembahasanyang telah diperoleh selama pengerjaan penelitian.BAB V Kesimpulan dan SaranBab ini memaparkan kesimpulan dan saran terkait dengantugas akhir yang telah dilaksanakan.
Halaman ini sengaja dikosongkan4
5BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Proses PembakaranPembakaran dapat diartikan sebagai reaksi kimia berantaiantara oksigen dengan elemen yang mudah terbakar (combustibleelement). Rekayasa konversi energi memanfaatkan proses pembakaran terjadi pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Untuk mendapatkanproses pembakaran yang sempurna, syarat-syarat yang diperlukanadalah sebagai berikut:a. Kualitas dan kuantitas udara (oksigen) yang disupply kebahan bakar cukup.b. Oksigen dan bahan bakar benar-benar tercampur.c. Campuran bahan bakar-udara terjaga di atas temperaturepengapiannya.d. Volume furnace cukup luas sehingga memberikan waktuyang cukup bagi campuran bahan bakar-udara untuk terbakarsempurna.Setiap bahan bakar memiliki spesifikasi tertentu sehinggamemerlukan rasio bahan bakar dan udara yang berbeda-bedatergantung dengan persamaan reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran dapat dilihat pada persamaan berikut. Reaksi pembakaran bahan bakar dan udara dapat terjadi jikasyarat-syarat kimia berikut terpenuhi :a. Terjadi kombinasi yang ideal antara dua atau lebih reaktanberdasarkan rasio stoikiometrik.b. Massa reaktan harus sama dengan massa hasil reaksi(memenuhi hokum kekekalan massa).c. Senyawa kimia terbentuk dari elemen-elemen kombinasidengan hubungan massa yang tetap.
6d. Formasi dari senyawa yang menghasilkan panas (reaksieksotermik) ataupun yang membutuhkan panas (reaksiendotermik), berdasarkan atas perubahan energy bebas darireaksi.2.2 Proses Pembentukan FoulingSeperti yang telah banyak diteliti, permasalahan yang palingbanyak terjadi pada operasi adalah pembentukan fouling. Padaignitor terbentuk fouling sebagai akibat dari pembakaran bhanbakaran tidak sempurna. Idealnya, pembakaran sempurna hanyaakan menghasilkan karbon dioksida dan air.Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tingkat foulingadalah: Injektor dengan pola spray bahan bakar yang kurang baik Rasio bahan bakar-udara yang tidak tepat Filter udara tersumbat sehingga meningkatkan rasiobahan bakar-udaraDibawah ini merupakan Gambar 1 skema proses pembakaranGambar 1 skema proses pembakaranPartikel fouling yang merupakan 98 persen karbon biasanyadianggap berbentuk bulat. Ukuran untuk sebagian besar partikelhanya sekitar 0,03 mikron dan biasanya akan terkumpul danmembentuk partikel yang lebih besar. Fouling yang terbentukpada daerah kaya bahan bakar akan teroksidasi di dalam flameketika bercampur dengan oksigen yang belum terbakar. Sehinggakonsentrasi fouling dapat dijelaskan dengan persamaan berikut.
7Dimana m adalah massa, indeks s adalah emisi fouling, sfadalah pembentukan fouling dan soadalah oksidasi fouling.Sementara itu pembentukan fouling dipengaruhi oleh tekanan,temperatur dan equivalence ratio. Laju pembentukan diaturdengan asumsi reaksi uap bahan bakar orde satusebagaiberikut Oksidasi fouling dihitung dengan mengasumsikan reaksiorde dua antara foulingdan oksigen sebagai berikut,Dengankcal/kmol,kcal/kmol,kcal/kmol dankcal/kmol adalah konstanta-konstanta yang ditentukan dengan menyesuaikan pengukuran fouling pada flue gas. Perlu diperhatikanbahwahasil yang didapatkan bergantung pada konstanta-konstantayang dipakai sehingga memerlukan analisis yang cermat dalammenentukannya.Secara umum, konsumsi bahan bakar dan karakteristik emisiditentukan oleh equivalent ratio pembakaran. Injeksi bahan bahanbakar bertekanan tinggi diperlukan karena dapat menghematbahan bakar di bawah keadaan stoikiometri dan dengan demikianakan mengurangi fouling. Sementara itu swirl ratio yang tinggiakan menyebabkan konsumsi bahan bakar meningkat, walaupunjuga mengurangi fouling.Tidak diragukan lagi bahwa permasalahan yang paling umumdalam boiler berbahan bakar batu bara adalah pembentukan
8deposit di ruang bakar dan permukaan konveksi. Selama prosespembakaran, fly ash terbentuk dan akan mengurangi permukaanperpindahan panas boiler, yang akhirnya mengakibatkan turunnyakapasitas dan biaya pemeliharaan yang cukup tinggi.Partikel-partikel deposit ini memerlukan energi tertentudalam pergerakannya dari tengah boiler ke daerah dinding dimanabanyak terdapat peralatan-peralatan pendukung. Pada akhirnya,deposit yang terbentuk ini juga akan mempengaruhi nozzleburner, spark dan komponen-komponen lainnya.Dengandemikian desain dan konstruksi peralatan-peralatanpendukung ini harus sedemikian rupa sehingga dapat bertahandari pengendapan deposit ini.Perlu untuk diperhatikan bahwa, hal-hal yang harus dipenuhidalam desain burner equipment adalah,a. Dapat mengatomasi bahan bakar secara optimalb. Jet harus sesuai dengan keperluan pencampuran bahan bakardan udara secara sempurna untuk pembakaranc. Mempunyai kestabilan proses atomisasi dalam range yangcukup lebard. Meminimumkan udara sisa pada semua daerah operasie. Terdapat akses untuk perbaikan sehingga akan menghematbiaya pemeliharaan.2.3 Ignition2.3.1 Prinsip IgnitionMenurut W.Maly dalam Jose & Sreenath (2015) terdapatempat fase dalam proses ignition/ pengapian, yaitu:a.b.c.d.Pre-BreakdownBreakdownArcGlow
9Pada fase pre-breakdown, nilai impedansi pada air sparkgap sangat besar. Dengan nilai tegangan yang cukup, diatastegangan threshold menyebabkan kondisi breakdown dimana elektron mengalir dari katoda ke anoda. Jika teganganjatuh nilainya cukup, maka elektron mendapat energi untukmembentuk reaksi ionisasi. Penambahan konsentrasi elektron dan ion akan mengurangi nilai impedansi pada airspark gap, sehingga terjadi aliran arus dari katoda ke anoda,hal ini yang dinamakan fase breakdown. Ketika sudah memasuki atau tercapai fasa breakdown, arus akan men-ingkatsecara simultan sehingga energi yang dikirimkan ke sparkmeningkat untuk membentuk arc. Waktu yang di-butuhkanuntuk mencapai fase breakdown dalam satuan nano second.Hasil samping pembakaran seperti karbon (fouling) padaspark gap dapat menurunkan kemampuan dielekrikkapasitor dalam mengirimkan enegi ke spark. Skema prosesignition dapat dilihat pada Gambar 2.Gambar 2. Skematik Diagram untuk Ignition2.3.2 Multiple Spark Plug IgnitionsMenurut Yamamoto dalam Jose & Sreenath (2015),menggunakan multiple spark plug yang disusun seperti Gambar3 akan menghasilkan flame pada posisi tengah dan mengelilingi
10dinding dalam combustion chamber. Kelebihan penyusunan sparkplug seperti Gambar 3 adalah mengurangi flame travel distanceyang menyebabkan waktu pembakaran yang lebih singkat, dapatdigunakan untuk high compression ratio, meningkatkan efisiensibahan bakar, meng-urangi emisi hydrocarbon karena mengurangiquench area dan mengurangi partial burn pada high air fuel ratio,juga mem-persingkatkan delay ignition dan mengurangi emisiNOx.Gambar 3. Multiple Spark Plug Ignitions2.3.3 High Energy Ignitor (HEI)High energy ignitor (HEI) kadang disebut high energyelectric ignitor (HEEI) dan high energy spark ignitor (HESI)tergolong dalam kelas 3 spesial ignitor yang menggunakan highenergy untuk memantik bahan bakar pada semua kondisi operasi.HEI mempunyai kelebihan dibandingkan dengan teknologi lamayang konvensional pada pengunaan energi yang dipakai padaspark. HEI mengeluarkan 2 sampai 5 percikan perdetik dengandaya yang berbeda-beda tergantung desain dari pabrikan masingmasing. Umunya, saat ini tipe HEI yang ada di pasaran memancarkan energi per spark berkisar antara 2-20 joule. Hal inibertujuan agar HEI dapat berfungsi pada saat bahan bakar gasatau minyak mengandung moisture dan dapat menghilangkanfouling yang terbentuk pada spark.Total energi yang dikluarkan ignitor akan digunakan sebagaipemicu pembakaran. Energi yang disimpan dan dilepaskan oleh
11kapasitor dalam bentuk sinyal pulsa, dapat dihitung dengan rumussederhana sebagai berikut :E ½ CV2(5)Dimana ;E Energi yang dikeluarkan spark (J)C Kapasitansi (Farad)V Tegangan (Volt)Gambar 4. Skema dari ignitor elektrikPada bagian ignitor, spark terpasang bersebelahan denganflame detector/sensor api. Bagian ini yang paling terkena suhutinggi karena terekspos langsung dengan pembakaran dari spark,sehingga keduanya memerlukan desain dengan material yangbagus guna menjaga kestabilan proses pembakaran dan menghemat biaya pemeliharaan. Berikut ini adalah contoh ignitordengan desain yang lebih unggul.Gambar 5.Contoh ignitor dengan desain yang lebih unggul
12Sistem yang dijabarkan dalam Gambar 6 di atas mempunyaikeunggulan utama yang dapat terus berada pada posisi penyalaandengan hanya spark yang dapat ditarik mundur. Adapunkeunggulan-keunggulan minor lainnya adalah bahwa konstruksinya menggunakan stainless steel sehingga tahan jikaterekspos panas tinggi (daerah kaya bahan bakar adalah daerahdengan panas tinggi), kemudian ujung spark dapat membersihkan diri sendiri sehingga cukup aman dari pembentukanfouling. Contoh lain tipe ignitor HEI (high energy ignition) dapatdilihat pada Gambar 6 berikut ini.Gambar 6. Tipe ignitor HEI (High Energy Ignitor)Beberapa industri kadang tidak dapat mengontrol kualitasbahan bakar yang digunakan mengingat lebih mendesaknya halhal seperti pasokan kepada pelanggan, lokasi bahkan factorekonomi. Untuk tipe industri yang beroperasi seperti ini tipe-tipepemantik berenergi sangat sesuai karena dapat membakar baiklight sampai heavy oil dalam range yang lebar. Tipe ignitortersebut dapat beroperasi pada 2 spark per detiknya, juga dapatmembersihkan dirinya sendiri dari fouling pembakaran, dan tetapmenyala pada kondisi bahan bakar dan udara tercampur denganair. Kelebihan-kelebihan lain diantaranya adalah mempersingkatwaktu instalasi pemasangan dan proses start up, sertamempersingkat waktu pemeliharaan karena komponenkomponennya mudah untuk diganti.
132.3.4 Kelas IgnitorMenurut standart NFPA 85, ignitor dibagi menjadi beberapakelas sebagai berikut :a. Ignitor kelas 1, adalah tipe ignitor yang dipasang untukmemantik input bahan bakar yang menuju burner danmembantu pengapian pada semua kondisi operasi lightoffburner. Peletakan dan kapasitasnya memenuhi kebutuhan akanignition energy, umumnya kapasitasnya diatas 10 % dari totalinput burner.b. Ignitor kelas 2, adalah ignitor yang dipasang untuk memantikinput bahan bakar yang menuju burner dan juga digunakanuntuk membantu pengapian saat kondisi operasi low load.Kapasitasnya berkisar diantara 4 sampai 10 % dari total bahanbakar burner.c. Ignitor kelas 3, adalah ignitor kecil yang dipasang terutamauntuk fuel gas dan fuel oil burner untuk memantik input bahanbakar yang menuju burner pada kondisi lightoff. Umunyakapasitasnya dibawah 4 % dari total bahan bakar burner.d. Ignitor kelas 3 spesial adalah tipe ignitor yang menggunakantipe high energy ignitor (HEI), tipe ini mampu memantiksecara langsung bahan bakar utama burner.2.4 Flame DetectorFlame Detector adalah alat yang digunakan untuk mendeteksiadanya flame/api. Pada dasarnya untuk mendeteksi adanyaflame/api dapat digunakan dua metode yaitu, pendekatan elektrikproperties dan pendekatan UV/IR pro-perties. Pada metodependekatan elektrik properties digunakan sensor thermocouple.Prisip kerjanya ketika thermocouple ter-kena panas, maka akanmenghasilkan arus. Aliran arus ter-sebut merupakan hasil reaksiionisasi pada flame. Reaksi ionisasi dapat dijelaskan padapersamaan reaki sederhana berikut,
14Pada metode pendekatan UV/IR properties bekerja denganmendeteksi besarnya nilai radiasi elektromagnetik UV dan IRyang ditimbulkan flame. Emisi UV dihasilkan dari reaksi ionisasidan merupakan bagian dari reaksi pembakaran bahan bakar.Emisi UV yang terbesar terdapat pada fasa pembakaran awalyang terjadi di nozzle, oleh karena itu untuk mendapatkan responpembacaan yang cepat dan akurat, maka peletakan sensor harusberada di dalam nozzle. Detektor yang digunakan untukmendeteksi emisi UV adalah gas avalanche detector. Prinsipkerja gas avalanche detector menggunakan prinsip photoelectric,yakni ketika beda potensial diberikan pada kedua elektrodadetektor dan foton UV menumbuk elektroda negatif, makaterdapat elektron yang mengalir ke elektroda positif. Elektrontersebut akan bertumbukan dengan molekul gas, maka akanmenghasilkan elektron lain, sede-mikian seterusnya sampaitegangan dan arus berada pada kondisi threshold. Sedangkandetektor untuk IR menggunakan sensor pyroelectric yang akanmembaca intensitas radiasi IR dari panas yang dihasilkan olehflame. Skema prinsip kerja detektor UV dapat dilihat padaGambar 7 berikut.Gambar7. Skema Detektor UVReliabiliti flame detector bias ditingkatkan dengan menggunakan sensor yang mempunyai reliabiliti yang lebih baik padasetiap sensor ataupun vote dan menambah diversiti sensor yang
15bisa mensensing adanya flame pada spektrum yag lebih luasmisalnya mengunakan IR sampai UV sensor.Gambar 8. Spektrum flame detector
Halaman ini sengaja dikosongkan16
17BAB IIIMETODOLOGI3.1 Skema Diagram Alir PenelitianSecara umum tahap-tahap pengerjaan tugas akhir inidirangkum pada diagram alir berikut ini.MulaiPerhitungan energy yangdibutuhkan oleh ignitor padapembakaran boilerMenghitung EfisiensiPenggunaan IgnitorKesimpulan dan SaranPembuatan LaporanSelesaiGambar 3.2 Skema diagram alir penelitian
183.2 Kondisi Ignitor ExistingIgnitor existing merupakan produk ABB Series 80 dual fuel(gas and oil) side Ignitor with IFM Sistem And Air FlowPermissive.Spesifikasi sistem ignitor untuk bahan bakar gas adalahsebagai berikut :Tabel 1. Spesifikasi sistem ignitor untuk natural gasKaloriFlowInlet Press2.250.000Kcal/h( 10xBtu/h)283/h0.84 Kg/c(10.000 Scfh)(12 psig)Sedangkan spesifikasi sistem ignitor untuk Light Oil (HSD)and Atomizing Air adalah sebagai berikut :Tabel 2. Spesifikasi sistem ignitor untuk Light Oil (HSD)dan Atomizing Air (ASTM Standart For Fuel Oil, D396, Gradeno. 2)KaloriFlowInlet PressAutomizing2.250.0000 0.26/ 14Kg/Kcal/hh (70 gph) (200 psig)(10 xBtu/h)FlowPress27.2/h(16 Scfm)5.6Kg/(80 Psig)Spesifikasi power ignitor dapat dilihat pada Tabel 3 dibawahini.
19Tabel 3. Spesifikasi power ignitorTegangaFrekuensArusniMax.110 - 120VAC50/60 Hz17 AmpKeteranganMaximumtrialtimecurrent5 Amp.Ignitorholdingcurrent whenon is 1 ampmaksimum.3.3 Permasalahan Ignitor ExistingBerdasarkan histori kegagalan ignitor di sites dapat dirangkumsebagai berikut, yaitu :a. Iginitor start remote sering gagal, sehingga harus start darilokal.b. Pengapian langsung gagal ketika udara ada sedikit kandunganair (moisture).c. Selector switch start lokal sering rusak.d. Busi dan flame rod yang kotor tidak bisa start. Ketika gagalstart, maka flame rod dan busi harus dibersihkan dan hal inimenambah waktu start up. Tidak ada indikasi penyebabkegagalan start ignitor, troubleshooting dilakukan trial anderror.e. Rasio antara HSD dan udara dilakukan secara trial dan error,tidak ada komposisi yang fix. Idealnya, penambahan danpengurangan flow pengapian dilakukan pada rasio yang tetapantara HSD dan udara untuk mencapai pengapian yangsempurna.
20f. Pemasangan nozzle tip harus tepat, jika tidak maka pengapianakan gagal.3.4 Akar PermasalahanBerdasarkan permasalahan di atas dan berdasarkan NFPA85, maka akar permasalahan kenapa boiler gagal dihidupkandapat diuraikan pada Gambar 9. Dalam studi ini, kegagalankarena kondisi operasi yang abnormal diabaikan, sehingga hanyaLoss of flame yang akan dibicarakan dalam pembahasanberikutnya.Gambar 9. Akar Permasalahan Kegagalan BoilerLoss of flame bisa disebabkan karena kegagalan padapenyalaan/ignition atau karena kegagalan flame detector untukmendeteksi status menyala atau tidak. Secara rinci penyebabkegagalan “Loss of flame” dapat dilihat pada Gambar 10. PadaGambar 10 Sistem power dan sistem kontrol bisa diasumsikanmasih dalam keadaan baik, sehingga akar permasalahanmengerucut menjadi dua, yaitu pada spark dan flame detector.Oleh sebab itu studi ini akan membahas alternatif perawatansistem lama dan alternative lain yaitu penggantian sistem spark
21dan flame detector atau sistem ignitor dari sisi kelayakan operasi,finansial, dan analisa risiko.Gambar 10. Akar Permasalahan Loss of Flame
22Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IVEVALUASI TEKNOLOGI DAN PEMECAHANMASALAH4.1 Evaluasi teknologiHampir semua teknologi ignitor saat ini adalah HEI, dimanamenggunakan energy yang tinggi yang mampu untuk mem
HEI dan Flame Detector Coen. 31 Gambar 14. HEI, dan Flame Detector Forney . 32 Gambar 15. Struktur HEI dan Flame Detector FPS. 32 . xxi Halaman ini sengaja dikosongkan . Dalam mendesain HEI sudah dilengkapi flame detector / scanner untuk mendeteksi adany
Spark Generator: Igniter 13 kV, 10ma Igniter 13 kV, 10ma Igniter 13 kV, 10ma Igniter 13 kV, 10ma Igniter 13 kV, 10ma . Mr. Heater, Inc. Kerosene Forced Air Heater 4 Operating Instructions and Owner's Manual RESTART AFTER SAFETY SHUTDOWN (MH50KR, MH75KTR, MH125KTR, MH175KTR & MH210KTR) See page 7 MH50KR - Unplug unit. Wait 5 minutes. Plug .
a. Pemodelan kebutuhan. b. Pemodelan data dan proses menggunakan DFD dan Flow Diagram. c. Strategi pengembangan. 3. Desain Tahapan desain adalah tahapan dimana spesifikasi sistem secara lengkap dibuat berda-sarkan kebutuhan yang telah direkomendasikan pada tahap sebelumnya. Tahap desain terdiri dari: a. Desain Database b. Desain User Interface
Eastern Foon Yan House, Tung Yan Court Eastern King Hei House, Tung Hei Court Eastern Yiu Hei House, Tung Hei Court . Kowloon City Block B, I-Feng Mansions Kowloon City Magnolia House, Ma Tau Wai Estate Kowloon City 127 Ma Tau Wai Road Kowloon City 338 Ma Tau Wai Road . 7
Arsitektur dan Desain Riset Studi Perkotaan dan Lingkungan Binaan . Topik yang termasuk sub bidang ini, antara lain: teknologi dan desain berkelanjutan, komputer arsitektur, metoda desain dan teori, arsitektur perilaku, desain dan pemrograman arsitektur, . itu, dukungan kebijakan, sumber daya dan pengalokasiannya. Belum lagi mekanisme .
22 BAB II KERANGKA TEORI DESAIN GRAFIS, KONSEP DAKWAH DAN DESAIN GRAFIS SEBAGAI SENI DAKWAH A. Desain Grafis 1. Pengertian desain grafis Graphic, atau Grafis dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Yunani Graphein yang berarti menulis atau menggambar. Sementara itu, istilah Seni
perpaduan warna,teks,dan gambar yang sesuai dengan isi dan tujuan CMS. c. Desain isi Melakukan perancangan modul dari aplikasi CMS.Desain dirancang berdasarkan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi pada proses analisis.Desain basis data dilakukan yaitu desain model logic,desain mod
seni, sosiologi seni, managemen seni sebagai dasar riset sebagai model penggalian, . c. Prodi S1 Desain Interior Penelitian skripsi dengan menitikberatkan pada: 1) kemampuan memahami berbagai paradigma dalam filsafat ilmu, estetika desain, dan keragaman desain . Fakultas Seni Rupa Dan Desain.
Robert King and Albert Woodfox. Excellent facilities The School is based in the John Foster Building on the Mount Pleasant campus and here you’ll find high specification learning and teaching rooms, lecture theatres and a large IT suite. The building itself, a former convent, has a fascinating history and many of its original features remain, including the Moot Room which hosts large .