PENERAPAN MODEL SINEKTIK BERORIENTASI BERPIKIR KREATIF .

3y ago
53 Views
3 Downloads
661.59 KB
27 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Rafael Ruffin
Transcription

PENERAPAN MODEL SINEKTIKBERORIENTASI BERPIKIR KREATIF DALAMPEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA SMPARTIKEL TESISdiajukan untuk memenuhi salah satu syarat sidang tesisMagister Pendidikan Bahasa Indonesiaoleh:YANTI SRI RAHAYUNPM : 148090006MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG2016

ABSTRACTYanti Sri Rahayu. Application of Creative Thinking-Oriented SynnecticModel in Junior High School Description Text Writing Lessons. The purpose ofthis research is to examine: (a) the difference of students' descriptive writing skillsin classes using conventional model and synnectic model, (b) the difference ofstudents' creative thinking ability in classes using conventional model andsynnectic model, (c) the corelation between descriptive text writing and creativethinking ability. Mix Method, The Embedded Design is used as a method ofresearch. The population of this research is the Grade VII (seven) students of SMPNegeri 1 Lembang, while the samples are chosen random sampling: ClassroomVII-A as the experiment classroom and Classroom VII-B as the controlclassroom. The used instruments are test and non-test based instruments. The testinstrument includes creatively thought descriptive text writing evaluation whilethe non-test instruments include questionnaires and interviews. Based on the dataanalysis and hyphotesis, it is concluded that students' descriptive writing skillsusing synnectic model are better than the ones using conventional method.Students' creative thinking skills using the synnectic model are better than theones using conventinal method. There is a corelation between descriptive textwriting and creative thinking that uses either or both of the synnectic andconventional method. However, there is no corelations at all if the method used issolely the conventional method.Key words : Oriented Synnectic, Creative Thinking, and Description Text

ABSTRAKYanti Sri Rahayu. Penerapan Model Sinektik Berorientasi BerpikirKreatif dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskripsi Siswa SMP. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengkaji: (a) Perbedaan kemampuan menulis teksdeskripsi siswa yang menggunakan pembelajaran model sinektik danpembelajaran konvesional, (b) Perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yangmenggunakan pembelajaran model sinektik dan pembelajaran konvensional, (c)korelasi antara menulis teks deskripsi dengan berpikir kreatif. Metode penelitianadalah Mix Method tipe The Embedded Design. Populasi dalam penelitian iniadalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang, dan sampel dipilih secara acakatau (random sampling), yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen, dan kelasVII B sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan instrumen tes dan non tes.Instrumen tes berupa tes kemampuan menulis teks deskripsi berpikir kreatif dansoal non tes berupa angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data danpengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa: Kemampuan menulis teksdeskripsi siswa yang menggunakan model sinektik lebih baik dibandingan dengansiswa yang menggunakan pembelajaran konvesional. Kemampuan berpikir kreatifsiswa yang menggunakan pembelajaran model sinektik lebih baik dibandingkandengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvesional. Terdapat korelasiantara kemampuan menulis teks deskripsi dengan berpikir kreatif yangmenggunakan model pembelajaran sinektik dengan yang menggunakanpembelajaran konvensional. Sedang untuk pembelajaran konvesioanal tidakterdapat korelasi antara menulis teks deskripsi dengan kemampuan berpikirkreatif.Kata Kunci : Model sinektik, berpikir kreatif, dan teks deskripsi.PENDAHULUANBahasa berperan penting dalam dunia pendidikan, yaitu pada saatmenyampaikan materi kepada peserta didik di sekolah khususnya saatpenyampaikan materi bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso(1990: 1) sebagai berikut.Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, bahwa bahasa adalahserangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar,dan bahwa bahasa itu diatur oleh suatu sistem. Sebagai alat untukberkomunikasi, bahasa harus menampung perasaan dan pikiranpemakainya, serta mampu menimbulkan adanya saling mengerti antarapenutur dengan pendengar atau antara penulis dengan pembaca.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai suatubahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.Salah satu keterampilan yang sering digunakan dalam kegiatan belajarmengajar adalah keterampilan menulis.Keterampilan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang dianggapsulit (Alwasilah, 2007: 40). Khususnya mengenai menulis, Tarigan (2008: 19)mengatakan, bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari majuatau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut.Namun, kenyataannya masih banyak para siswa yang belum mampumencurahkan ide-idenya ke dalam bentuk tertulis. Seperti yang disampaikanKurniawan (2014: 82) sebagai berikut.Di sinilah siswa mengalami kesulitan. Kenyataan yang sering terjadidalam pembelajaran: (1) setiap kali ada pembelajaran menulis ceritapasti siswa resah, kebingungan untuk menulis cerita tentang apa; (2)jika masalah yang akan diceritakan sudah ditemukan, siswa jugabingung untuk mengembangkan masalah ceritanya; (3) kebingungan itumembuat siswa merasa menulis adalah materi pelajaran yang lebih sulitdari pelajaran lain.Kesulitan siswa dalam menyampaikan ide-ide ke dalam bentuk tertulisini bukan rahasi lagi. Hal ini bisa terjadi diantaranya karena masih rendahnyaminat baca siswa.Menulis deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yangbertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dariobjek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1981: 93). Pembelajaran menulis teksdeskripsi dapat membantu siswa dalam melatih kepekaaan karena dengan menulisteks deskripsi, siswa dapat menjelaskan secara nyata suatu objek ataupun suasana

tertentu. Alwasilah (2007: 114), “deskripsi adalah gambaran verbal ihwalmanusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian”.Pembelajaran menulis teks deskripsi, siswa diharapkan dapat lebihkreatif dalam mengembangkan daya imajinatif dan memecahkan masalah. lajaranuntukmempermudah dalam pembelajaran menulis teks deskripsi. Strategi yangdigunakan penulis adalah strategi sinektik yang dikembangkan oleh Gordon.Dalam strategi ini dikembangkan unsur-unsur yang berbeda dan nyata. Ada empatpandangan yang mendasari kegiatan strategi sinektik menurut Waluyo (2003: 187)sebagai berikut.(1) Kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari dan berlangsungseumur hidup yang berupa kemampuan untuk problem solving, eksprsifkreatif, empati ensight, dan pengembangan produk baru ; (2) Proseskreatif tidak selamanya misterius, akan tetapi mampu dapat diuraikandan dapat dimanfaatkan untuk melatih indidividu guna kreativitasmereka (3) Kreativitas tercipta di segala bidang dan bukan hanya dalambidang seni: (4) Peningkatan berpikir kreatif untuk individu dankelompok adalah sama tidak hanya bersifat individuvidual.Selain model pembelajaran yang variatif dan inovatif, salah satu carauntuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskripsi siswa yaitu denganpemilihan media belajar yang sesuai. Metode dan media pembelajaran diharapkandapat menyampaikan pesan pembelajaran, sebagaimana dikemukakan Munir,(2008: 138) mengenai manfaat media pembelajaran salah satunya untukmenjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak (tidak nyata, tidak dapatdilihat langsung) menjadi konkrit (nyata dapat dilihat, dirasakan atau diraba).

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa maka dalampenelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan model sinektik yangdilengkapi gambar untuk meningkatkan kompetensi dan sikap positif siswa dalamhal menulis kreatif khususnya menulis teks deskripsi.Joyce (2015: 267) berpendapat sebagai berikut.Bahwa menulis kreatif satu strategi dari model sinektik dapat langsungditerapkan ke menulis kreatif, bukan hanya karena itu merangsangpenggunaan analogi-analogi, tetapi karena ia membantu “memecahkanperangkat (break set)” ketika penulis berusaha untuk mwemperluasjangkauan perlengkapan yang dapat mereka gunakan untuk mendekatitugas-tugas ekspresif dalan genre yang besifat menjelaskan(expository), persuasif, dan naratif.Pernyatan di atas menunjukkan bahwa menulis kreatif merupakanmenulis yang menggunakan analogi-analogi dan dapat membantu memecahkanmasalah.METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian yang akan digunaka dalam penelitian ini merupakanMetode campuran (Mixed Method) tipe penyisipan (Embedded Design).Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, desain yang digunakanadalah desain eksprerimen semu (Quasi Eksperiment) yaitu dilakukan tanpaproses teknik sampel peluang(Fraenkel dan Wallen dalam Indrawan danYaniawati,2014: 58), kemudian memilih dua kelas yang setara ditinjau darikemampuan akademiknya.Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan pembelajaran menulisdengan menggunakan model pembelajaran sinektik, sementara kelompok kontrolmemperoleh perlakuan pembelajaran pembelajaran menulis dengan cara

konvensional, keduanya juga melakukan soal pretes dan postes. Soal-soal tersebutmerupakan soal yang memuat kemampuan menulis teks deskripsi dan kemampuanberpikir kreatif.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Analisis Data Tes Awal Kemampuan Menulis Teks DeskripsiAnalisis data tes awal kemampuan menulis teks deskripsi dari hasilpengolahan data tes awal dari masing-masing kelompok. Rerata kedua kelastersebut berbeda, kelas kontrol lebih unggul 9,221 dibandingkan kelaseksperimen. Untuk melihat apakah perbedaannya signifikan atau tidak, makadilakukan tahap kedua yaitu analisis statistik, langkah pertama yang dilakukanadalah uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.a. Uji NormalitasUntuk menguji normalitas data tes awal pada kelas eksperimen dan kelaskontrol digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk. Nilai Sig. Kelas eksperimenadalah 0,112 dan Kelas kontrol adalah 0,502. Keduanya lebih dari nilai 𝛼 0,05.Sehingga kedua data berdistribusi normal.b. Uji HomogentiasLangkah selanjutnya menguji homogenitas varians, untuk mengujihomogenitas varians digunakan uji Levene. Nilai sig. 0,042 kurang dari niali 𝛼 0,05, sehingga data bervariansi tidak homogen. Karena data tersebutberdistribusi normal dan bervariansi tidak homogen, maka langkah selanjutnyayang dilakukan adalah menganalisis perbedaan rerata kedua kelas denganmenggunakan uji t’.

c. Uji Kesamaan Dua Rerata Data Tes Awal Kemampuan MenulisTeks Deskripsi (uji-t’)Karena kedua data berdistribusi normal dan bervariansi tidak homogen,maka uji rerata yang digunakan adalah uji t’.Nilai Sig. (2-tailed) Equal variances not assumed adalah 0,330 dan lebihdari 𝛼 0,05, maka Ho diteima, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuanawal menulis teks deskripsi kelas eksperimen dan kelas kontrol.Nilai sig (2-tailed)nya 0,547) 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.Artinya rerata tes awal kemampuan menulis teks deskripsi kelas eksperimen dankelas kontrol sama. Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pada α 0,05, tidak terdapat perbedaan kemampuan tes awal menulis teks deskripsi antarasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.Model pembelajaran yang diterapkan pada saat penelitian adalah modelsinektik pada kelas ekperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.Rumusan masalah selanjutnya pada penelitian ini adalah untuk melihatkemampuan, Apakah kemampuan menulis teks deskripsi siswa yang mengikutipembelajaran menggunakan metode sinektik lebih baik dibandingkan dengansiswa yang mengikuti pembelajaran konvesional.2. Analisis Data Tes Akhir Kemampuan Menulis Teks DeskripsiAnalisis data tes akhir kemampuan menulis teks deskripsi dari hasilpengolahan data tes akhir dari masing-masing kelompok. Rerata kedua kelastersebut berbeda, kelas eksperimen lebih unggul 7,3361 dibandingkan kelaskontrol. Untuk melihat apakah perbedaannya signifikan atau tidak, maka

dilakukan tahap kedua yaitu analisis statistik, langkah pertama yang dilakukanadalah uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.a. Uji NormalitasUntuk menguji normalitas data tes akhir pada kelas eksperimen dan kelaskontrol digu\nakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Nilai Sig. Kelaseksperimen adalah 0,078, karena 0,078 0,05 dan Kelas kontrol adalah 0,083,karena 0,083 0,05 Keduanya lebih dari nilai 0,05. Sehingga kedua databerdistribusi normal.b. Uji HomogenitasLangkah selanjutnya menguji homogenitas varians, untuk mengujihomogenitas varians digunakan uji Levene. Nilai sig. 0,052 lebih dari niali 𝛼 0,05, sehingga data bervariansi homogeny. Karena data tersebut berdistribusinormal dan bervariansi homogen, maka langkah selanjutnya yang dilakukanadalah menganalisis perbedaan rerata kedua kelas dengan menggunakan uji t.c. Uji Kesamaan Dua Rerata Data Tes Akhir Kemampuan Menulis TeksDeskripsi (uji-t)Karena data berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka ujirerata yang digunakan adalah uji t’.Nilai Sig. (2-tailed) Equal variances assumed adalah 0,000 dan kurangdari 𝛼 0,05, maka Ho ditolak, artinya kemampuan menulis teks deskripsi kelaseksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.Hasil analisis tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen yangmenggunakan model sinektik dan kelas control yang menggunakan model

konvensional terlihat adanya kenaikan dan penurunan nilai dari tes akhir dan tesawal untuk nilai rataan, standar deviasi, nilai minimu, dan nilai maksimum. Padaes awal untuk kelas standar deviasi kelas eksperimen didapat 0,776 sedangkanuntuk tes khirnya adalah 0,627.Saat diberikan tes awal berarti siswa belum mendapatkan materi sehinggaberpengaruh pada proses penjawaban. Kemudian untuk tes akhir, siswa rsebutdenganmenggunakan model pembelajaran sinektik. Pada tabel terlihat ada penurunannilai standar deviasi sebesar 0,159, Yakni dari hasil tes awal sebesar 0,776 dan tesakhir 0,627 dimana jika standar deviasi lebih kecil adalah lebih bagus. Karenasemakin besar nilai standar deviasi, maka semakin besar jarak rata-rata setiap unitdata terhadap rataan hitung (mean). Dengan adanya penurunan nilai standardeviasi maka terdapat perubahan yang cukup baik dalam pembelajarannya.d. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Menulis TeksDeskripsiHasil analisis tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen yangmenggunakan model sinektik dan kelas control yang menggunakan modelkonvensional terlihat adanya kenaikan dan penurunan nilai dari tes akhir dan tesawal untuk nilai rataan, standar deviasi, nilai minimu, dan nilai maksimum. Padates awal untuk kelas standar deviasi kelas eksperimen didapat 0,776 sedangkanuntuk tes akhirnya adalah 0,627.

3. Analisis Data Tes Awal Kemampuan Berpikir KreatifAnalisis data tes awal kemampuan berpikir kreatif dari hasil pengolahandata tes awal dari masing-masing kelompok. Rerata kedua kelas tersebut berbeda,namun tidak terlalu besar, kelas kontrol lebih unggul 0,1579 dibandingkan kelaseksperimen. Artinya kemampuan awal kelas kontrol lebih baik daripada kelaseksperimen. Untuk melihat apakah perbedaannya signifikan atau tidak, makadilakukan tahap kedua yaitu analisis statistik, langkah pertama yang dilakukanadalah uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.a. Uji NormalitaasUntuk menguji normalitas data tes awal pada kelas eksperimen dan kelaskontrol digunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Nilai Sig. Kelaseksperimen adalah 0,141, karena 0,141 0,05 dan Kelas kontrol adalah 0,077,karena 0,077 0,05 Keduanya lebih dari nilai 𝛼 0,05. Sehingga kedua databerdistribusi normal.b. Uji HomogenitasLangkah selanjutnya menguji homogenitas varians, untuk mengujihomogenitas varians digunakan uji Levene. Nilai sig. 0,393 lebih dari niali 𝛼 0,05, sehingga data bervariansi homogen. Data tersebut berdistribusi normal danbervariansihomogen, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalahmenganalisis perbedaan rerata kedua kelas dengan menggunakan uji t.c. Uji Kesamaan Dua Rerata Data Tes Awal Kemampuan Berpikir Kreatif (uji-t)Karena data berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka ujirerata yang digunakan adalah uji t’.

Kriteria pengujian hipotesisnya sama seperti uji normalitas danhomogenitas yaitu berdasarkan P-value dengan α 0,05, jika sig (2-tailed) α,maka H0 ditolak dan jika sig (2-tailed) α, maka H0 diterima.Nilai Sig. (2-tailed) Equal variances assumed adalah 0,856 dan lebih dari𝛼 0,05, maka Ho diteima, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awalberpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol.4. Analisis Data Tes Akhir Kemampuan Berpikir KreatifAnalisis data tes akhir kemampuan berpikir kreatif dari hasil pengolahandata tes akhir dari masing-masing kelompok. Rerata kedua kelas tersebut berbeda,namun tidak terlalu besar, kelas kontrol lebih unggul 0,1579 dibandingkan kelaseksperimen. Artinya kemampuan awal kelas kontrol lebih baik daripada kelaseksperimen. Untuk melihat apakah perbedaannya signifikan atau tidak, makadilakukan tahap kedua yaitu analisis statistik, langkah pertama yang dilakukanadalah uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.a. Uji NormalitasUntuk menguji normalitas data tes awal pada kelas eksperimen dan kelaskontrol digunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Nilai Sig. kelaseksperimen adalah 0,000, karena 0,000 0,05 dan kelas kontrol adalah 0,005,karena 0,005 0,05 Keduanya kurang dari nilai 𝛼 0,05. Sehingga kedua databerdistribusi tidak normal.b. Uji HomogenitasLangkah selanjutnya menguji homogenitas varians, untuk mengujihomogenitas varians digunakan uji Levene. Kriteria pengujian hipotesisnya sama

seperti uji normalitas yaitu berdasarkan P-value dengan α 0,05, jika sig α,maka H0 ditolak dan jika sig α, maka H0 diterima. Nilai sig. 0,001 kurangdari niali 𝛼 0,05, sehingga data bervariansi tidak homogen.c. Uji Kesamaan Dua Rerata Data Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kreatif (Uji-t’)Karena kedua data berdistribusi tidak normal, maka uji rerata yangdigunakan adalah uji statistik non parametrik (Uji Mann Whitney U).Nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan kurang dari 𝛼 0,05, maka Hoditolak, artinya kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik daripadakelas kontrol.Nilai sig (2-tailed)nya 0,547) 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.Artinya rerata tes awal kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelaskontrol sama. Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pada α 0,05,tidak terdapat perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif antara siswa kelaseksperimen dan kelas kontrol.Model pembelajaran yang diterapkan pada saat penelitian adalah modelsinektik pada kelas ekperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.Rumusan masalah selanjutnya pada penelitian ini adalah untuk melihatkemampuan, Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengikutipembelajaran menggunakan metode sinektik lebih baik dibandingkan dengansiswa yang mengikuti pembelajaran konvesional.

d. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemamapuan BerpikirKreatifTerlihat hasil analisis tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen yangmenggunakan model sinektik dan kelas kontrol yang menggunakan modelkonvensional terlihat adanya kenaikan dan penurunan nilai dari tes akhir dan tesawal untuk nilai rataan, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum.Pada tes awal untuk kelas standar deviasi kelas eksperimen didapat 0,773sedangkan untuk tes akhirnya adalah 0,641.5. Analisis Data Korelasi Kemampuan Menulis Teks Deskripsi BerpikirKreatif dengan Menggunakan Model SinektikUntuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel, perhitungananalisis korelasi menggunakan korelasi Pearson jika kedua data berdistribusinormal, dan menggunakan korelasi Rank-Spearman jika salah satu data tidaknormal. Koefisien antara kemampuan menulis teks deskripsi dan berpikir kreatifmenunjukkan tanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan searahantar kedua kemampuan yang diuji. Artinya jika kemampuan menulis teksdeskripsi,

Instrumen tes berupa tes kemampuan menulis teks deskripsi berpikir kreatif dan soal non tes berupa angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa: Kemampuan menulis teks deskripsi siswa yang menggunakan model sinektik lebih baik dibandingan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvesional. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang .

Related Documents:

Kisi-kisi Tes Uji Coba Keterampilan Berpikir Kritis Teori Berpikir Kritis Ennis Berpikir kritis itu adalah sebuah proses berpikir yang kompleks yang melibatkan banyak hal. Proses dasar berpikir kritis adalah menemukan hubungan, menghubungkan sebab akibat, mentransformasi,

berpikir kreatif tingkat 4 (sangat kreatif). Siswa dengan kemampuan matematika sedang cenderung memiliki kemampuan berpikir kreatif tingkat 4 (sangat kreatif), sedangkan siswa dengan kemampuan matematika rendah tidak dapat memenuhi ketiga indikator berpikir kreatif. Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Menyelesaikan Soa Open Ended, Keliling dan Luas

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN . Indikator Keterampilan Berpikir Kritis . 18 TABEL 2.2. : Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Profil Kemampuan . 20 TABEL 2.3 : Kisi-kisi dan Butir Tes Berpikir Kritis Matematis SMP.

keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Sementara Kiesswetter (Pehnoken, 199

Kreatif), sedangkan satu subjek lain hanya dapat memenuhi dua aspek berpikir kreatif yaitu kelancaran dan keluwesan sehingga kemampuan berpikir kreatifnya masuk pada tingkat ke-3 (Kreatif). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang berada pada jenjang pendidikan dan kemampuan akademik yang sama.

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 2006 2 1 KOSEP DASAR BERPIKIR : PENGANTA

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palembang. Pembimbing 1) Drs. Nizkon, M.Si. 2) Sapta Handaiyani, S.Pd., M.Si. Kata Kunci: Kemampuan, Berpikir Kritis, Siswa MTS Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu skill kemampuan yang dituntut pada abad 21. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan hidup

The Korean language is also kept alive by the church where services are offered in both English and Korean. Role of the Family Family is the most important aspect of the Korean culture and nothing is done without the family‘s permission. The oldest male in the house is considered the wisest and makes most of the decisions. Relatives of the same blood are called ―ilga,‖ which means ―one .