EDISI KHUSUS TEMPO - Biografi Mohammad Natsir

3y ago
82 Views
5 Downloads
743.41 KB
99 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Noelle Grant
Transcription

SERI BUKUTEMPO: TOKOH ISLAM DI AWAL KEMERDEKAANNatsirPolitik Santun Di antara Dua Rezim

Laporan KhususSebuah Pemberontakan tanpa DramaDIA, Mohammad Natsir (17 Juli 1908-6 Februari1993), orang yang puritan. Tapi kadang kalaorang yang lurus bukan tak menarik. Hidupnyatak berwarna-warni seperti cerita tonil, tapiketeladanan orang yang sanggup menyatukankata-kata dan perbuatan ini punya daya tarik sendiri. KarenaIndonesia sekarang seakan-akan hidup di sebuah lingkaran setanyang tak terputus: regenerasi kepemim-pinan terjadi, tapi birokrasidan politik yang bersih, kesejahteraan sosial yang lebih baik, terlalujauh dari jangkauan. Natsir seolah-olah wakil sosok yang berada diluar lingkaran itu. Ia bersih, tajam, konsisten dengan sikap yangdiambil, bersahaja.Dalam buku Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan danPerjuangan, George McTurnan Kahin, Indonesianis asal Amerikayang bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu,bercerita tentang pertemuan pertama yang mengejutkan. Natsir,waktu itu Menteri Penerangan, berbicara apa adanya tentang negeriini. Tapi yang membuat Kahin betul-betul tak bisa lupa adalahpenampilan sang menteri. "Ia memakai kemeja bertambalan, sesuatuyang belum pernah saya lihat di antara para pegawai pemerintahmana pun," kata Kahin.Mungkin karena itulah sampai tahun ini-seratus tahun setelahkelahirannya, 15 tahun setelah ia mangkat-tidak sedikit orangmenyimpan keyakinan bahwa Mohammad Natsir merupakansebagian dunia kontempo-rer kita. Masing-masing memaklumkankeakraban dirinya dengan tokoh ini. Di kalangan Islam garis keras,misalnya, banyak yang berusaha melupakan kedekatan pikirannyadengan demokrasi Barat, seraya menunjukkan betapa gerahnyaNatsir menyaksikan agresivitas misionaris Kristen di tanah air ini.Dan di kalangan Islam moderat, dengan politik lupa-ingat yangsama, tidak sedikit yang melupakan periode ketika bekas perdanamenteri dari Partai Masyumi ini memimpin Dewan DakwahIslamiyah; seraya mengenang masa tatkala perbedaan pendapat tak1

mampu memecah-belah bangsa ini. Pluralisme, waktu itu, sesuatuyang biasa.Memang Mohammad Natsir hidup ketika persahabatan lintasideologi bukan hal yang patut dicurigai, bukan suatu pengkhianatan.Natsir pada dasarnya antikomunis. Bahkan keterlibatannyakemudian dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia(PRRI), antara lain, disebabkan oleh kegusaran pada pemerintahSoekarno yang dinilainya semakin dekat dengan Partai KomunisIndonesia. Masyumi dan PKI, dua yang tidak mungkin bertemu. TapiNatsir tahu politik identitas tidak di atas segalanya. Ia biasa minumkopi bersama D.N. Aidit di kantin gedung parlemen, meskipun Aiditmenjabat Ketua Central Committee PKI ketika itu.Perbedaan pendapat pula yang mempertemukan Bung Karno danMohammad Natsir, dan mengantar ke pertemuan-pertemuan lainyang lebih berarti. Waktu itu, pe-ngujung 1930-an, Soekarno yangmenjagokan nasionalisme-sekularisme dan Natsir yang mendukungIslam sebagai bentuk dasar negara terlibat dalam polemik yangpanjang di majalah Pembela Islam. Satu polemik yang tampaknya takberakhir dengan kesepakatan, melainkan saling mengagumilawannya.Lebih dari satu dasawarsa berselang, keduanya "bertemu" lagi dalamkeadaan yang sama sekali berbeda. Natsir menjabat menteripenerangan dan Soekarno presiden dari negeri yang tengah dilandapertikaian partai politik. Puncak kedekatan Soekarno-Natsir terjadiketika Natsir sebagai Ketua Fraksi Masyumi menyodorkan jalankeluar buat negeri yang terbelah-belah oleh model federasi. Langkahyang kemudian populer dengan sebutan Mosi Integral, kembali kebentuk negara kesatuan, itu berguna untuk menghadang politikpecah-belah Belanda.Mohammad Natsir, sosok artikulatif yang selalu memeliharakehalusan tutur katanya dalam berpolitik, kita tahu, akhirnya tak bisamenghindar dari konflik keras dan berujung pada pembuktian tegasantara si pemenang dan si pecundang. Natsir bergabung denganPRRI/Perjuang-an Rakyat Semesta, terkait dengan kekecewaannyaterhadap Bung Karno yang terlalu memihak PKI dan kecenderungankepemimpinan nasional yang semakin otoriter. Ia ditangkap,2

dijebloskan unianya seakan-akan berubah total ketika Soekarno, yangmemerintah enam tahun dengan demokrasi terpimpinnya yanggegap-gempita, akhirnya digantikan Soeharto. Para pencintademokrasi memang terpikat, menggantungkan banyak harapankepada perwira tinggi pendiam itu. Soeharto membebaskan tahananpolitik, termasuk Natsir dan kawan-kawannya. Tapi tidak cukuplama Soeharto memikat para pendukung awalnya. Pada 1980 iamemperlihatkan watak aslinya, seorang pemimpin yang cenderungotoriter.Dan Natsir yang konsisten itu tidak berubah, seperti di masaSoekarno dulu. Ia kembali menentang gelagat buruk Istana danmenandatangani Petisi 50 yang kemudian memberinya stempel"musuh utama" pemerintah Soeharto. Para tokohnya menjalani hidupyang sulit. Bisnis keluarga mereka pun kocar-kacir karena tak bisamendapatkan kredit bank. Bahkan beredar kabar Soeharto inginmengirim mereka ke Pulau Buru-pulau di Maluku yang menjadigulag tahanan politik pengikut PKI. Soeharto tak memenjarakanNatsir, tapi dunianya dibuat sempit. Para penanda tangan Petisi 50dicekal.Mohammad Natsir meninggalkan kita pada 1993. Dalam hidupnyayang cukup panjang, di balik kelemah-lembutannya, ada kegigihanseorang yang mempertahankan sikap. Ada keteladanan yang sampaisekarang membuat kita sadar bahwa bertahan dengan sikap yangbersih, konsisten, dan ber-sahaja itu bukan mustahil meskipun penuhtantang-an. Hari-hari belakangan ini kita merasa teladan hidupseperti itu begitu jauh, bahkan sangat jauh. Sebuah alasan yangpantas untuk menuliskan tokoh santun itu ke dalam banyak halamanlaporan panjang edisi ini.3

DAFTAR ISISebuah Pemberontakan tanpa DramaHidupnya tak terlalu berwarna. Apalagi penuh kejutan ala kisahHollywood: perjuangan, petualangan, cinta, perselingkuhan, gaya yangflamboyan, dan akhir yang di luar dugaan, klimaks. Mohammad Natsirmenarik karena ia santun, bersih, konsisten, toleran, tapi teguhberpendirian. Satu teladan yang jarang.Lelaki dari Lembah GumantiMasa kecil Mohammad Natsir dihabiskan di berbagai tempat. Mulai dariAlahan Panjang, Maninjau, Solok, hingga Padang. Tempo mengunjungibeberapa tempat di antaranya.Dendam Anak Juru TulisNatsir sempat ditolak masuk sekolah dasar Belanda. Tak bayar iuran, iapernah belajar kucing-kucingan.Menunggu Beethoven di HomanDi Bandung, sekolah Belanda dan dunia pergerakan membentuk jiwaperlawanan Natsir. Kutu buku yang suka menunggu orkes Homan.Setelah Diskusi Sore di Kampung KelingDi Bandung, jalan hidup Natsir berbelok. Perjumpaannya dengan A.Hassan dan keaktifannya di organisasi Islam membuat Natsir memutuskanmenolak beasiswa ke Belanda. Ia pun mendirikan sekolah Islam modernpertama di Indonesia.Bersikap Melalui TulisanNatsir gencar mengkritik kaum nasionalis yang merendahkan Islam dimajalah Pembela Islam. Tapi dia juga membela SoekarnoSaat Mesra dengan Bung KarnoHubungan Natsir dan Soekarno amat akrab di awal kemerdekaan.Kepentingan negara di atas perbedaan pendapat pribadi.Menteri dengan Jas BertambalNatsir membiasakan keluarganya hidup bersahaja. Dia sendiri memberikanteladan.4

Arsitek Negara KesatuanMosi Integral merupakan karya utama Natsir sebagai bapak bangsa.Paduan kejelian membaca situasi dan kepiawaian melakukan lobi.Bung Besar dan Menteri KesayanganSoekarno dan Partai Nasional Indonesia mendongkel kabinet Natsir.Masyumi dan Partai Komunis Indonesia seperti minyak dan air.Kalau Aku Mati, Ikuti NatsirBerbagai cara dilakukan Natsir untuk melunakkan hati Kartosoewirjo.Kendati gagal, Kartosoewirjo tetap menghormatinya.PRRI: Membangun Indonesia tanpa KomunisDalam Masa PengasinganKeterlibatan dengan PRRI membuat Natsir dan keluarga harusmeninggalkan Jakarta setelah memanasnya konflik politik denganpemerintah Bung Karno. Mereka mengarungi belantara Pasaman, SumateraBarat.Seorang Besar dengan Banyak TemanNatsir dipuji sebagai pendengar yang sabar. Hidupnya tak pernah sepi darikawan dengan berbagai sifat dan aliran politiknya.Mohammad NatsirAdnan Buyung Nasution:Dasar Negara Islam tak Bisa DipaksakanTangis untuk MangunsarkoroNatsir dikenal sebagai pejuang politik Islam yang gigih. Dan dia penganjurterdepan pergaulan multikultural.Mohammad Natsir, Pemikir-NegarawanSurat untuk Tengku Abdul RahmanDari dalam tahanan, Natsir mendorong pemulihan hubungan IndonesiaMalaysia. Orde Baru tak membalas jasa itu.Baju Pengantin buat BambangHubungan Natsir dan Soeharto tergolong dingin. Tapi kedua putri tokohitu sering saling berkirim penganan.5

Natsir, Politikus IntelektualBerpetisi tanpa Caci MakiSuara kritis Natsir tak lekang oleh usia tua. Aktivitasnya di Petisi 50menunjukkan ia demokrat sejati.Generator Lapangan DakwahSetelah Soekarno melarang Masyumi dan Soeharto menolakmemulihkannya, Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.Giat bersuara antisekularisasi.Aba, Cahaya KeluargaDemokratis dalam mendidik anak-anak, Natsir selalu menyampaikanpesan-pesannya dengan tersirat.Semua Bermula di Jalan LengkongNatsir menggagas lahirnya perguruan tinggi swasta Islam di Indonesia.Memadukan pendidikan Barat dan Timur.Beberapa KenanganBelasan tahun berpulang, Natsir masih dikenang secara khusus dalamingatan banyak orang. Berikut ini beberapa petikan pengalaman sejumlahtokoh yang mengenal Natsir secara pribadi.6

Lelaki dari Lembah GumantiFOTO itu usang sudah: warnanya pudar dan -ker-tasnya tak lagimulus.- Namun, hari itu, 3 Februari 1993, mendapatkan foto tersebut,Mohammad Natsir gembira bukan main.Sambil berbaring, matanya tak lepas foto dengan gambar rumahberatap joglo dengan halaman yang luas itu. Tak jauh dari rumahtersebut terdapat sungai jernih dengan jembatan kayu jati berukir diatasnya.Saat itu, Mohammad Natsir- tengah terkulai lemah di sebu-ah ruangdi Rumah Sakit Cipto Ma-ngunkusumo, Jakarta. Natsir- me-mintaHamdi El Gumanti, kini 60 tahun, salah seorang peng-urus DewanDakwah Islamiyah Jakarta, mencarikan foto-foto semasa kecilnya diAlahan Panjang, Sumatera Barat.Kota sejuk itu sangat istimewa bagi Natsir. Di sanalah, seabad silamdia lahir dan menghabiskan masa kecilnya, sebelum berpindahpindah tempat tinggal.Mendapatkan permintaan itu, Hamdi terbang ke Alahan Panjang."Saya kaget. Sebelumnya Pak Natsir tidak pernah seperti itu,"katanya mengenang. Setelah membongkar berbagai album, akhirnyadia menemukan foto yang diinginkan Natsir. Segera dia kembali keJakarta. Syukurlah, dia tidak terlambat. Tiga hari setelah melihat-lihatfoto itu, Natsir pun berpulang.Semasa hidupnya, Natsir selalu rindu mengunjungi tempat masakecilnya. Namun, karena kesibukan, keinginan itu tak pernahkesampaian. Pada 1970-an, dia pernah berencana mene-ngokkampung bersama Syahrul Kamal, salah satu kolega. "NamunSyahrul Kamal keburu meninggal," kata Hamdi, yang juga masihterhitung kemenakan Syahrul.Pada 1991, keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat masakecilnya kembali mencuat. Ketika itu Natsir memang tengahberkunjung ke Padang dan Bukittinggi, untuk meresmikan gedungIslamic Center. Rencananya, selepas acara itu, Natsir mampir keAlahan Panjang, Solok, dan Maninjau. Tapi rencana tinggal rencana.Mungkin karena terlalu bersemangat, ketika meresmikan Islamic7

Center, Natsir naik gedung hingga ke lantai empat. Sakit jantungnyakumat. Akhirnya, Natsir hanya sempat ke Solok. "Di sana, Bapakmenunjuk beberapa tempat yang sempat diingatnya," kata kataAisyah Rahim Natsir, anak kelima Natsir. Akhirnya, hanya kertaslusuh itu yang menjadi alat Natsir bernostalgia.***ALAHAN Panjang, yang dulu dikenal dengan nama LembahGumanti, adalah dataran tinggi yang subur. Kebun kopi, sayurmayur, dan persawahan terhampar di sana.Udaranya pun sejuk akibat se-ring disiram hujan karena terletak dikaki Gunung Talang. Danau kembar, yakni Danau Diatas dan DanauDibawah, yang terdapat di kota itu membuat pemandangan AlahanPanjang rancak di mata. Di kota ini me-ngalir pula sungai BatangHiliran Gumanti.Sungai itu tak bisa dipisahkan dengan hidup Natsir. Di sebuahrumah di tepi sungai itulah Mohammad Natsir dilahirkan pada 15Juli 1908. Muhammad Idris Sutan Saripado, ayah Natsir, yang saat itujuru tulis, tinggal bersama di rumah Sutan Rajo Ameh, saudagar kopiyang kaya-raya."Mungkin karena kakek saya bersahabat dengan ayah Pak Natsirsehingga mereka diajak tinggal di rumah itu," kata Hamdi, cucuSutan Rajo Ameh.Rumah itu besar dan berha-laman luas. Di sisi kirinya mengalirBatang Hiliran Gumanti, yang mengalir dari Danau Diatas. Olehpemiliknya, keluarga Sutan Rajo Ameh, rumah dibagi dua: ia dankeluarganya tinggal di bagian kiri, sisanya ditempati MuhammadIdrus Saripado, istri dan anaknya.Sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui kehidupan Natsirsemasa di sana. Maklum, orang-orang yang satu generasi denganNatsir sudah tidak ada. Selain itu, Natsir memang tidak lama tinggaldi Alahan Panjang: sebelum dia masuk Holland Inlander School (HIS)atau sekolah rakyat, dia pindah ke Maninjau.Satu-satunya orang yang me-ngenal Natsir kecil adalah Hamdi. Itupun berdasarkan cerita Siti Zahara, neneknya. "Semasa kanak-kanakNatsir orangnya lugu, jujur, dan sudah kelihatan akan jadipemimpin," kata Hamdi menirukan ucapan Zahara. Selain itu, masih8

mengutip ucapan Zahara, Natsir juga suka mengerjakan pekerjaanrumah tangga. "Dia kerap merapikan kamar tidur dan sukamembantu mencuci piring."Seperti umumnya anak lelaki Minang pada masa itu, Natsir kecil jugakerap pergi ke surau, yang tak jauh dari rumahnya, untuk mengaji.Surau itu bernama Surau Dagang, didirikan para pedagang darinagari-nagari di sekitar Alahan Panjang. Dalam buku biografimemperingati ulang tahunnya yang ke-70, dikisahkan ketika kanakkanak, hampir setiap malam, Natsir memilih tidur di surauberselimut kain sarung.Masa kecil Natsir dihabiskan di berbagai tempat mengikuti ayahnyayang bekerja sebagai pegawai kolonial Belanda. Setelah dari AlahanPanjang, Natsir sempat tinggal di Maninjau dan bersekolah hinggakelas dua. Kemudian pindah ke Padang, untuk bersekolah di HISAdabiyah. Tak lama berselang, dia pindah ke Solok. Dan ketika sangayah pindah ke Makassar, Natsir kembali ke Padang tinggal bersamakakaknya. Di sana dia menamatkan pendidikan dasarnya sebelumakhirnya melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onder-wijs (MULO) diBandung.Kini, Alahan Panjang tidak banyak berubah. Lembah Gumanti masihberhawa sejuk. Ladang sayuran dan kebun kopi masih terhamparluas. Namun tempat kelahiran Natsir agak berubah. Dihajar bomBelanda dalam agresi militer, rumah dibangun kembali pada 1957.Kini rumah yang dihuni seorang kerabat itu lebih kecil dari ukuransebelumnya.Di samping kiri rumah masih mengalir Batang Hiliran Gumantidengan airnya yang jernih. Jembatan masih ada namun sudah digantibeton. Meski demikian, nama jalan di depan rumah itu tetapJembatan Berukir. Nama Natsir juga diabadikan sebagai nama salahsatu pesantren selain juga nama perpustakaan yang menyimpanbuku-buku karyanya.9

Dendam Anak Juru TulisSETIAP kali menatap bangunan kukuh berdin-ding batu di Kota Padangitu, hati remaja itu selalu bergetar. Di gedung sekolah Belanda, HollandInlander School (HIS) Padang, itulah ia pernah memendam kecewa:sebagai anak juru tulis, ia pernah ditolak belajar di sana.Itulah sekolah dambaan M. Natsir sejak kecil. Tapi pemerintah Belandahanya menerima anak pegawai negeri dan anak saudagar kaya.Pada usia 7-8 tahun, sekolah Natsir sempat tak menentu. Saat ituayahnya, Mohammad Idris Sutan Saripado, pindah kerja dari Bonjol keManinjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Natsir ikut ayahnya kesana.Di Maninjau ia belajar di sekolah rakyat berbahasa Indonesia, yang diJawa dikenal dengan sekolah Ongko Loro. Itu pun tak resmi. "Sayabelajar, tapi tak bayar uang sekolah dan tidak terdaftar sebagai murid," kataNatsir suatu ketika. Karena itu, ia sekolah sembunyi-sembunyi: jikainspektur sekolah datang, oleh guru kelas Natsir diminta bersembunyimenyingkir atau pulang duluan. Jika inspektur itu sudah pergi, ia bolehbalik lagi.Belakangan Natsir mendengar beberapa tokoh pergerakan mendirikansekolah HIS partikelir di Padang untuk menampung bumiputra yangtidak diterima di sekolah pemerintah. Namanya Adabyah. Kegiatanbelajarnya sore hari. Tak sementereng HIS, sekolah ini hanya berdindingkayu dan beratap rumbia.Tapi di sini pun Natsir hanya bertahan beberapa bulan. Ayahnya yangdipindahkan ke Alahan Panjang membuatnya -harus pindah sekolahlagi. Tapi kali ini Natsir sekolah di kelas II HIS Solok. Untuk itu, iadititipkan di rumah Haji Musa, seorang saudagar. Di tempat inilahNatsir belajar bahasa Arab dan mengaji fikih. Dalam uji coba sekolah diHIS, Natsir muda berhasil mengikuti pelajaran dengan baik bahkanmelampaui prestasi kawan-kawan kelasnya.Tak lama Natsir di Solok, ayahnya kembali pindah, kali ini ke Makassar.Adapun Natsir tetap tinggal di rumah Haji Musa. Keluarga inimemperlakukan Natsir seperti keluarga sendiri. Di rumah, Natsirterbiasa bangun pagi untuk membersihkan rumah dan memompa air.10

Siang di HIS, sore hari Natsir belajar di madrasah, dan malam mengajiAl-Quran. Tiga tahun ia tinggal di rumah itu. Di sekolah Diniyah kelasIII ia terpilih menjadi guru bantu untuk kelas I. Untuk itu, ia dibayar Rp10.Tapi tak lama di Solok, kakak Natsir, Uni Rabiah, memintanya kembalike Padang. Di ibu kota Sumatera Barat itu ia diterima di kelas V HIS.Sekolah yang empat tahun lalu pernah menolaknya kemudian membukatangan. Terbayar sudah kesumat Natsir muda.Di Padang, Natsir tinggal di sebuah gudang bersama pamannya, MacikRahim, yang bekerja memilah kopi di sebuah pabrik di dekat lapanganSkipdi, di pinggiran pantai Padang. Tapi Natsir mengaku jiwanya lebihbebas jika dibanding saat tinggal menumpang di Solok. "Karena terbebasdari tekanan perasaan berutang budi," tulis Natsir suatu ketika.Hidup di Padang adalah ujian berat bagi Natsir kecil. Ia harus menguruskeperluan hidupnya sendiri. Pada usia 11 tahun, ia mencuci danmemasak sendiri makanannya.Beban hidupnya di Padang agak ringan setelah kakak perempuannya,Uni Rabiah, bisa menyusul. Mereka kemudian tinggal di dekat PasarGadang, Pulau Air Palinggam.Setelah lulus HIS, Natsir mendengar sekolah Meer Uitgebreid LagerOnderwijs (MULO) Padang setingkat sekolah menengah pertamamemberikan beasiswa. Syaratnya: siswa harus mendapat nilai bagusdalam uji coba selama tiga-enam bulan.Natsir yang terbiasa bekerja keras ikut serta. Bersyukur rapornya bagusdan ia mendapatkan beasiswa Rp 20 per bulan. Uang itu digunakannyauntuk menolong kakak perempuannya dan membeli buku.Di MULO Natsir belajar bermain biola. Ia juga aktif di kepanduanorganisasi Pemuda Islam, Jong Islamiten Bond. Di MULO Natsir untukpertama kalinya duduk berdampingan dengan murid-murid Belanda.Di Jong Islamiten Bond inilah Natsir mengenal Nur Nahar, muridperempuan yang saat itu aktif dalam Jibda-organisasi wanita JongIslamiten Bond. Kelak Nur Nahar menjadi istri yang mendampinginyahingga akhir hayat.11

Menunggu Beethoven di Homan"Engkau dari MULO mana tadinya?" "Dari MULO Padang." "Eh, pantaslah!"Pertanyaan itu singkat tapi terasa meleceh-kan. Hal itu selalu dita-nyakanmeneer Belanda di sekolah saat bercakap dalam bahasa Belanda denganMohammad Natsir. Karena terkesan mengejek, anak muda itu menyimpankesumat.Meski sama-sama dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO),kemampuan bahasa Belanda Natsir tak sefasih teman-teman dari Jawa.Bahasa Belanda Natsir tak parah-parah amat: menulis dia oke, tapi kalaubercakap-cakap, dia tak lancar. Sekolah Natsir di Padang memang memakaibahasa Indonesia sebagai pengantar.Padahal, layaknya sekolah Hindia Belanda di masa itu, hampir- semuanyaberbahasa pengantar Belanda. Begitupun di Algemene Middelbare School(AMS) di Bandung. Pada 1927, saat Natsir masuk sekolah ini, AMS, sekolahmenengah umum setingkat sekolah menengah atas sekarang tergolongsekolah elite dan mahal.Berdiri pertama kali pada 1919, AMS diperuntukkan bagi lulusan MULOyang ingin melanjutkan sekolah tapi tak mungkin ditampung di HogereBurger School, yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda, Eropa,atau elite pribumi. Sekolah

SERI BUKU TEMPO: TOKOH ISLAM DI AWAL . Laporan Khusus Sebuah Pemberontakan tanpa Drama DIA, Mohammad Natsir (17 Juli 1908 -6 Februari 1993), orang yang puritan. Tapi kadang kala orang yang lurus bukan tak menarik. Hidupnya tak berwarna-warni seperti cerita tonil, tapi keteladanan orang yang sanggup menyatukan kata-kata dan perbuatan ini punya daya tarik sendiri. Karena Indonesia sekarang .

Related Documents:

kedua teks edisi khusus majalah Tempo dan Gatra berkelindan dalam dua kutub yakni antara gagasan modernisme dan tradisionalisme. Gagasan tentang modernisme tertuang baik dalam teks edisi khusus majalah Tempo maupun Gatra. Sementara itu gagasan tentang tradisionalisme secara khusus tertuang dalam teks edisi khusus majalah Gatra melalui narasi-narasi sejarah perjuangan kemerdekaan yang termuat .

(Edisi Khusus Majalah Tempo Oktober 2009) (Edisi Khusus Majalah Tempo Oktober 2009) IA berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu ” pro-rakyat” dan menggelorakan ”semangat perjuangan”.

Edisi 'Biografi' Muhammad Hatta Majalah TempoEdisi 'Biografi' Muhammad Hatta Majalah Tempo Seabad Bung Hatta PADA saat orang sibuk membicarakan amandemen UUD 1945 dan pro- kontra tentang Komisi Konstitusi, kami sibuk menyiapkan laporan panjang tentang Bung Hatta. Bukannya amandemen UUD itu tidak penting, tapi Bung Hatta tidak boleh dilupakan begitu saja oleh generasi masa kini. Hari-hari ini .

Double-press the bottom-right footswitch to engage the Tap Tempo feature. Keep pressing to modify the tempo value. Preset Scene Global TYPE 110 TEMPO [BPM] The Tempo BPM is saved when the preset is saved. Each preset can have its own tempo BPM. Preset tempo Tap Tempo Done 110 Tuner Done-50 0 50 Ab A Bb 0 INPUT Input 1 440 FREQ [Hz] Tap Tempo

Biografi Imam Abu Daud الله همحر Publication: 1435 H_2014 M Biografi Imam Abu Daud الله هحمر Disalin dari as-Sunnah Edisi 06/Th.IV/1420H_2000M hal. 12-13 Download 750 eBook Islam di www.ibnumajjah.com

Dua berita pada edisi ini merupakan liputan khusus yang fokus utamanya mengedepankan liputan berita investigasi. Secara lebih rinci, berita-berita yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: No. Majalah Judul Berita 1. Tempo Edisi 30 November – 6 Desember 2015 Gerilya Setya Menjaga Singgasana 2. Tempo Edisi 7 Desember – 13 Desember 2015 Balik Kanan Pendukung Komandan 3 .

Tempo Edisi Khusus Soeharto 3 Legasi Tak Berujung akarta, 1966. Soekarno yang memerintah enam tahun dengan Demokrasi Terpimpin yang gegap-gempita itu digantikan seorang tentara pendiam. Ia tampan, di tangannya ada selembar surat mandat berkuasa: Supersemar. Sejak itu, bahkan berpuluh-puluh tahun berselang, setelah jenazahnya dikebumikan

business-related human rights abuses when they do occur, the State duty to protect can be rendered weak or even meaningless. Access to effective remedy has both procedural and substantive aspects. The remedies provided by the grievance mechanisms discussed in this section may take a range of substantive forms the aim of which, generally speaking, will be to counteract or make good any human .