A. Biografi Sosial Tan Malaka

3y ago
40 Views
4 Downloads
754.43 KB
65 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Oscar Steel
Transcription

BAB IIISEJARAH HIDUP DAN PEMIKIRAN TAN MALAKAA. Biografi Sosial Tan MalakaTan Malaka, Bapak Madilog, adalah salah satu sosok yang “misterius”dalam sejarah indonesia. Dia merupakan salah satu tokoh faunding fathers bangsaIndonesia. Bertahun-tahun begerilya dan melakukan gerakan bawah tanah dalamperjuangan revolusi melawan penjajah asing yang telah lama mencengkramkankuku penjajahannya di bumi Nusantara.Selain sebagai tokoh pergerakan, Tan Malaka juga dikenal sebagai tokohpemikir dan filosof kiri-revolusioner. Dialah yang tak henti-hentinya turutmendesain program-program aksi massa revolusi untuk melawan kaum kolonial.Hampir seluruh tokoh pergerakan revolusi untuk melawan kolonial, tak terkecualiBung Karno, pernah “berguru” kepada soal gerakan revolusi. Namun, anehnyanasibnya justru berakhir tragis: mati diujung bedil tentara republik yang dia belasendiri.Bukan hanya itu, salah satu sosok legendaris dalam perjuangan kiriIndonesia dan banyak menghabiskan umurnya untuk memperjuangkan Indonesiamenjadi negara merdeka 100% dari imperialisme asing itu, namanya pernahdiusahakan untuk dihapus dari lembaran sejarah Indonesia oleh penguasa ordebaru. Namun, meski pernah dicap berbahaya bagi politik Indonesia, tokoh ini juga51

52dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional Indonesia. Dari sini kemudian terlihatbagaimana sosok Tan Malaka.1Seperti ditulis oleh majalah Tempo (edisi 11-17 Agustus 2008), bahwaorde baru telah melebur hitam peran sejarah Tan Malaka. Tetapi, harus diakuibahwa dimata anak muda Indonesia, Tan Malaka mempunyai karisma dan dayatarik sendiri. Hal ini menjadi bukti bahwa meski berusaha dimusnahkan olehrezim kekuasaan, nama tokoh satu ini tetap gerakanrevolusioner?. Tan Malaka yang nama lengkapnya Sutan Ibrahim Datuk TanMalaka lahir di Nagari Pandang Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 danmeninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Tiimur, 21 Pebruari 1949 padauur 51 tahun. Dia adalah seorang aktivis kemerdekaan Indonesia, Filsuf kiri,pemimpin partai Komunis Indonesia, Pendiri parta Murba, dan PahlawanNasional Indonesia.Bukan hanya itu, Tan Malaka juga dikenal sebagai tokoh pertama yangmenggagas secara tertulis konsep tentang Indonesia sebagai negara Republik. Iaterbukti telah menulis Naar de Republike Indonesia (Menuju Republik Indonesia)pada tahun 1925, jauh lebih dahulu dibandingkan dengan Mohammad Hatta yangtelah menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) sebagai Pledoi di depan1Badruddin, Kisah Tan Malaka Dari Balik Penjara dan Pengasingan, (Yogyakarta: Araska,2014),cet.Ke-1,h.13-14

53pengadilan Belanda di Den Haag pada 1928 dan Bung Karno yang menulisMenuju Indonesia Merdeka pada tahun1933.2Dalam sejarahnya, tulisan Naar de Republiek (1925) dan Massa Actie(1926) yang ditulis oleh Tan Malaka dalam persembunyiannya telahmenginspirasi para tokoh aktivis pergerakan Indonesia yang salah satunya adalahSayuti Melik (tokoh yang dikenal sangat radikal dan pengetik naskah teksproklamasi). Dalam kesaksian Sayuti Melik, bahwa Bung Karno, yang saat itumenjadi pimpinan klub debat Bandung dan Ir. Anwari sering terlihat menentengdan mencoret-coret buku Massa Actie. Bahkan Bung Karno pernah diseret dimeja pengadilan Belanda di Bandung lantaran menyimpan buku terlarangtersebut.Jika saja Tan Malaka tidak menulis otobiorafinya sendiri, yaitu dalambuku “Dari Penjara Ke Penjara” jilid I sampai III, maka sumber sejarah yangpenting bagi referensi kepenulisan penelitian ini akan mengalami kesulitan.Terlebih untuk mendapatkan catatan harian perjalanan Tan Malaka. Sejarah hidupyang dituliskan Tan Malaka bukanlah sejarah hidup dalam arti kata yangsebenarnya, melainkan hanya sebagaian saja tentang perjalanan atau sejarahhidupnya. Sejarah hidup yang penuh diliputi kabut misteri, sejarah hidup yangerat kaitannya dengan perjuangan meraih kemerdekaan. 323Tim Majalah Tempo, Edisi Khusus Kemerdekaan (11-17 Agustus,2008,h.24Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara I, ( Jakarta: Teplok Press,2000),h.viii-ix

54Perjalanan sejarah hidupnya yang penuh terselimuti kabut misterius itu,menjadikan banyak sejarawan tak bisa menyembunyikan decak kagumnya.Alfian, sejarawan Indonesia menyebutnya sebagai seorang revolusioner yangkesepian.4 Sedangkan Oshikawa sendiri memilih kata yang tepat bagi Tan Malakasebagai pemikir yang brilian tapi kesepian. Brilian karena orisinalitas gagasanpolitiknya, dan kesepian karena idenya itu tidak pernah terwujud.1. Masa Pendudukan Belanda (1898 – 1942)a. Sang Hafidz dari MinangkabauAyah Tan Malaka adalah seorang mantri kesehatan yang pernahbekerja untuk pemerintah daerah setempat dan mendapatkan gaji beberapapuluh gulden setiap bulannya. Dikantornya ayah Tan Malaka termasukpegawai biasa-biasa saja, Tan Malaka lahir dalam lingkungan keluarga yangmenganut agama secara puritan, taat pada perintah Allah serta senantiasamenjalankan ajaran Islam. Sejak kecil Tan Malaka dididik oleh tuntunanIslam secara ketat, suatu hal lazim dalam tradisi masyarakat Minangkabauyang amat religius.Sejak kecil Tan Malaka tumbuh bersama bocah-bocah sebaya dikampung-nya dan telah menampakkan bakatnya sebagai seorang anak yangcerdas, periang dan berkemauan keras. Saat menginjak usia remaja Tan4Tim Majalah Tempo,Edisi Khusus Kemerdekaan,(11-17 Agustus 2008), h.72

55Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di suraukampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri TanMalaka sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalamcorak pemikiran Tan Malaka. 5Masalah pendidikan, tidak diragukan lagi kalau tentunya Tan Malakamendapat pendidikan yang sangat religius. Penempaan agama yangdilakukan orang tuanya, menyebabkan Tan kecil sudah hafal al-Quran dania pun dapat menafsirkannya, sehingga ia dijadikan guru muda di desanya.Ibunya sering menceritakan kisah-kisah kehidupan para Nabi, mulai dariNabi Adam hingga Nabi Muhammad bin Abdullah, mendengarkan ceritatersebut, mata Tan kecil berkaca-kaca. 6 Pendidikan agama Islam yangmendalam tersebut sangat membekas dalam benak Tan kecil, sehinggamemberikan corak pemikiran tersendiri yang tidak lekang ditimpa panas danhujan.“ Sumber yang saya peroleh dari agama Islam inilah sumber yanghidup dalam diri saya . Meskipun berbagai angin taufan pengaruhdari derasnya pemikiran dan berbagai kejadian di Eropa mengadukaduk, menyeret sampai menghilirkan saya keperistiwa 1917, minatsaya terhadap Islam terus hidup . Kejiwaannya masih tersimpandalam subconscious ,”75Lihat di http://www.Biografi Terbesar Pahlawan Terlupakan dalam Sejarah Indonesia ygDihargai di Eropa.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 20156Tan Malaka, Islam Dalam Tinjauan Madilog, (Jakarta: Penerbit Widjaja, 2000), h.117Ibid.,h.12

56Sejak kecil ia tumbuh bersama anak-anak lain di kampunghalamannya dan menampakkan sebagai anak kampung yang riang dancerdas. Selazimnya anak-anak Muslim, ia pun mendapatkan nama yangdiambil dari khasanah nama-nama Islam, Ibrahim, nama seorang Nabi. 8Pada tahun 1908, Tan Malaka menjadi murid Kweekschool. Selamamenjadi murid Kweekschool, Tan Malaka sangat menikmatinya, karenadisana terdapat fasilitas yang sangat memadai juga menerapkan disiplintinggi. Masuk sekolah Eropa yang membawakan gagasan-gagasanpencerahan, tentunya hal ini membuat Tan Malaka mengenali seperangkattata cara berpikir yang lebih maju untuk menggapai pencerahan akal budi.Di sekolah ini, ia sangat menyukai pelajaran Bahasa Belanda, sehinggaHorensma menyarankan agar menjadi seorang guru disekolah Belanda. 9Dalam hal olahraga, Tan Malaka juga dikenal sebagai jago sepak bola.Ia lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, setelah lulus, ia dianugerahi gelardatuk dan ditawari seorang gadis untuk menjadi tunagannya. Namun, iahanya menerima gelar datuk saja dan menolak gadis yang ditawarkankepadanya. Ia menerima gelar tersebut dalam sebuah upacara tradisional8Rudolf Mrazeck, Semesta Tan Malaka, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1994), h.13Syaifuddin, Tan Malaka: Merajut Masyarakat dan Pendidikan IndonesiaSosialistis,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),h.559yang

57pada tahun 1913. Sehingga nama lengkapnya Sutan ibrahim gelar DatoekTan Malaka. 10Dilihat dari sisi sosio - kultural, Minangkabau saat itu merupakansalah satu daerah di Indonesia yang pendidikannya sudah lumayan maju.Selain tradisi keagamaanya kuat, Minangkabau juga dikenal sangat kuatiklim pendidikannya.Dengan kondisisosial semacam ini,makaMinangkabau sejak zaman kemerdekaan dikenal sebagai lumbungnya paraintelektual aktivis. Para tokoh pergerakan banyak yang lahir dari bumiMinang ini. Misalnya Hamka, M.Natsir, Moh.Yamin, Sutan Syahrir, AgusSalim, Abdul Muis.11Di samping itu, selain kawah lahirnya tokoh-tokoh pergerakankemerdekaan, Minangkabau juga menjadi basis pertarungan ideologi.Berbagai ideologi dari yang berbasis agama (Islam) hingga sekulersemacam sosialisme dan komunisme banyak bermunculan di tanah Minang.Meski dikenal sebagai basisnya islam, Minangkabau juga dikenal lahirnyagerakan kiri radikal yang berpusat disekolah menengah dipandang panjangyakni Sumatera Thawalib dan Diniyah. 1210Harry A. Poeze, Tan Malaka,Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia,(Jakarta :Yayasan OborIndonesia dan KITLV,2008),h.xv11Badruddin, Kisah Tan Malaka Dari Balik Penjara dan Pengasingan,(Yogyakarta: Araska,2014),cet,Ke-1,h.1712Susilo dan Taufik Adi, Tan Malaka: Biografi Singkat, (Yogyakarta: Garasi, 2008),h.13

58Dalam sejarahnya pemberontakan PKI bukan hanya meletus di Jawa,tetapai juga di Sumatera Barat, yang dikenal sebagai basisnya Islam. Sepertidalam tulisan Soe Hok Gie bahwa sebelum terjadi di Madiun pada tahun1948 , jauh sebelumnya pemberontakan PKI pernah terjadi di Jawa Barat,tepatnya pada 12 November 1926dan setahun berikutnya , 1927pemberontakan PKI terjadi di Sumatera Barat.13Sebagaimana di daerah- daerah lain, munculnya beragam ideologi dariyang kanan hingga yang kiri itu dilatarbelakangi oleh motif yang samayakni perjuangan untuk meraih kemerdekaan dari kaum penjajah.Lingkungan seperti inilah yang kemudian turut membentuk diri TanMalaka. Karena itu kata Harry Poeze asal usul Tan Malaka yang berbackground tradisi minangitu memainkan peranan penting dalamperjalanan dan juga pemikiran politiknya. 14 Dari sini kemudian bisadiketahui bahwa kalau kelak Tan Malaka kemudian muncul sebagai tokohkiri itu bukan semata-mata karena dirinya pernah mengenyam pendidikan diBelanda. Tetapi sejak awal di kampungbermunculanberbagaialiranideologihalamannya memang sudahyangturutmembentukkepribadiannya, termasuk ideologi yang beraliran kiri.13Soe Hok Gie, Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan,(Yogyakarta : Bentang,2005)h.12Harry A. Poeze, Tan Malaka,Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia,(Jakarta :Yayasan OborIndonesia dan KITLV,2008),h.xv14

59b. Dari Minang ke BelandaTan Malaka mampu menjalani pendidikannya disekolah Guru dengansukses, Ia lulus dari institusi pendidikan ini tahun 1913. Dengan kelulusanini, Tan Malaka kemudian melanjutkan studinya ke Belanda negeri yangmenjajah tanah airnya. Kepergiannya ke Belanda dalam rangka studi inimendahului tokoh-tokoh Indonesia lainnya yang juga sama-sama pernahmerasakan studi di negeri itu, misalnya Mohammad Hatta, Sutan Syahrir,Abdul Muis, Abdul Rivai. 15 Studinya ke Belanda ini juga tidak lepas darijasa gurunya yang sangat menyayaginya, G.H.Horensma.Horensma menaruh harapan besar pada Tan Malaka untuk berhasilmeraih ijazah guru mengingat muridnya yang satu itu dikenal cerdas.Karenanya, Horensma kemudian mengusahakan tempat yang efektif danstrategis untuk belajar bagi Tan Malaka di Belanda, Harleem. Selain ituHorensma juga yang menguruskan dana perjalanan dan belajar Tan Malakadi negeri kincir angin itu, selain menyumbangkan dana secara khusus darisuliki. 16Belanda, adalah Negara Eropa dengan iklim dingin. Hal ini membuatTan Malaka harus melakukan ekstra penyesuaian. Disamping ia harusmenyesuaikan diri sebagai orang kampung dari negeri jajahan yang datangke negeri penjajahnya, ia juga harus berjuang menghadapi dinginya iklim di1516Susilo dan Taufik,Tan Malaka, Biografi,Ibid., h.13Harry A. Poeze, Tan Malaka,Gerakan Kiri,Ibid., h.xv

60negeri kincir angin yang tidak bersahabat dengannya. Dalam waktu singkat,ketidaksesuaian iklim tersebut membuat kesehatan Tan Malaka merosot danmenyerang paru-parunya.Dalam otobiografi yang ia tulis sendiri, Dari Penjara Ke Penjara(DPKP), ia menuturkan, 3 bulan sebelum ujian guru, Tan Malaka jatuh sakitpleuritus. Sehingga pada tahun 1916,17 kesehatannya semakin parah, dokterdidatangkan untuk mengobati sakitnya. Dengan surat keterangan dari hdirekturRijkskweekschool. Namun sayang, ia tidak berhasil lulus semuanya. Malahkeadaannya semakin memburuk. Sementara itu hutangnya semakinmenumpuk.Selama Tan Malaka berada di Belanda, ia banyak bergaul, dan daripergaulannya terutama dengan keluarga induk semangnya –sebuah keluargaburuh– yang hidup agak kekurangan, membuatnya semakin respek padaperjuangan buruh, di samping bacaannya sendiri tentang perkembangandunia saat itu. Pertemuannya dengan Snouck Hourgronje membuat TanMalaka bimbang menjadi guru untuk anak-anak Belanda. Meski profesortersebut ahli dan besar di negeri Jerman tapi ia tidak akan pernah maumengajar anak-anak Jerman yang sudah pasti keadaan maupun logatnyaberbeda. Tapi ia lebih senang mengajar anak-anak Belanda sendiri. Usai17Tim Majalah Tempo, Edisi Khusus Kemerdekaan, (11-17 Agustus 2008), h.82-84

61pertemuan tersebut Tan Malaka ragu melanjutkan pendidikannya. Hanyasaja saat ia teringat perjuangan guru Horensma memberangkatkannya keBelanda, akhirnya ia urungkan niatnya itu.Apa yang dialami Tan Malaka di Belanda sangat mempengaruhiperkembangan pemikirannya. Di sana ia juga mulai mendatangi diskusidiskusi perdebatan tentang perjuangan pembebasan bangsa tertindas danmembaca brosur terbitan tentang kemenangan revolusi Rusia 1917. Ia jugabertemu dengan Suwardi Suryaningrat –sekarang dikenal dengan Ki HajarDewantara yang memintanya untuk mewakili Indische Vereeniging dalamkongres pemuda Indonesia dan pelajar Indologie di Deventer, Belanda.Namun yang paling membuatnya berkesan adalah pertemuannya dengantokoh-tokoh komunis Belanda seperti Henk Snevliet dan Wiessing, saatdiskusi politik serta perjuangan kelas. Keinginan membebaskan danmemerdekakan bangsanya dari jajahan Belanda pun muncul.Setelah mengenyam pendidikan di Belanda selama enam tahun,akhirnya pada akhir tahun 1919, datang tawaran dari Dr. CW Janssen untukmenjadi guru sebuah perkebunan kuli kontrak di Tanjung Morawa, Deli.Terdorong melunasi hutangnya dengan guru Horensma, serta pertimbangandapat mengajar anak bangsanya sendiri maka Tan Malaka dengan senanghati menerima tawaran tersebut. Maka berlayarlah Tan Malaka keIndonesia.

62c. Kembali ke IndonesiaSetelah lulus sekolah di Belanda Tan Malaka kemudian kembali keIndonesia, tepatnya ke Sumatera timur. 18 Kepulangannya ke Indonesia itu iagambarkan agak puitis dalam bukunya Dari Penjara ke Penjara. Dalamkenagannya itu, dia cerita bahwa November 1919 dia mulai meninggalkannegeri yang selama enam tahun dia tinggal didalamnya untuk belajar. Hujanrintik-rintik dan angin spoi-spoi turut mengiringi dirinya bertolak dengannegeri yang menjadi penjajah tanah airnya tersebut.Tan Malaka pergi ke Belanda untuk sekolah guru, namun ia gagalmendapatkan ijazah diploma guru kepala (Hufdacte), ia hanya mendapatkanijazah diploma guru (Hulpace). Meskipun demikian, isi kepalanya berbedadengan Tan Malaka enam tahun silam. Pemikirannya sudah tidak lagi seluaslembah, rawa dan bukit-bukit di tanah Minang, namun telah menembushorizon seantero Eropa. Ia membawa satu tekad, perubahan untukIndonesia.Sesampainya di Deli, Tan Malaka menemukan situasi yangberkebalikan dalam angannya. Ia melihat buruh-buruh di perkebunan ituhidup tidak layak. Ia menganggap betapa kejamnya sistem kapitalis,sehingga Tan Malaka menyebutnya sebagai “tanah emas,” surga buat kaumkapitalis tapi tanah keringat air mata maut, neraka, buat kaum proletar. Ia18Harry A. Poeze, Tan Malaka,Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia,(Jakarta :Yayasan OborIndonesia dan KITLV,2008),h.xvi

63melihat bangsanya sebagai golongan yang paling terhisap, tertindas danterhina. Sistem kapitalis yang dipraktekkan di Deli, di perkebunan itu,memperlakukan kuli kontrak dengan tidak wajar. Mereka mengadakanperjudian dan pelacuran sehingga sistem kapitalis itu membelenggu danmelilit para kuli kontrak yang pasrah pada nasib yang buruk, tidak berdayadan tidak ada yang membela.Tan Malaka, sebagai seorang Inlander yang berpendidikan berniatmelakukan perubahan-perubahan. Selama ia bekerja diperkebunan itu(Desember 1919 - Juni 1921) ia banyak berselisihan paham dengan orangorang Belanda, khususnya tentang sistem pendidikan dan perlakuan yangditerapkan bagi anak-anak kuli kontrak di Tanjung Morawa. Tan Malakamencatat, pertentangannya dengan orang-orang Belanda itu berpusat padaempat permasalahan. Pertama; adalah perbedaan warna kulit, kedua;masalah pendidikan terhadap anak para kuli, Ketiga; masalah tulis menulisdalam surat kabar di Deli, serta keempat; adalah hubungannya sendiridengan kuli-kuli perkebunan itu.19Melihat realita seperti itu, Tan Malaka berkeinginan untukmemberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak kuli kontrak perkebunantersebut, namun Tan Malaka malah dianggap melakukan penghasutankepada para kuli perkebunan. Begitu pula dengan risalah-risalahnya yang19Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara I,(Jakarta : Teplok Press,2000),h.85

64terbit pada koranSumatera Post. Sebenarnya Tan Malaka menyadariposisinya yang serba tanggung. Jika ia terlalu dekat dengan Belanda maka iabisa dianggap sebagai pengkhianat oleh kaum buruh. Sedangkan kalau iaterlalu dekat kepada kuli-kuli perkebunan, maka ia selalu dicurigai olehBelanda. Apalagi ia dianggap mempunyai hubungan khusus denganpemimpin pemogokan Deli Spoor.d. Mendirikan SekolahTatkala meninggalkan Deli menuju Semarang, Tan Malaka telahmembulatkan tekadnya untuk mendirikan sebuah perguruan yang cocoksesuai keperluan rakyat Indonesia saat itu. Pengalamannya di Deli selamahampir 2 tahun, membuatnya semakin mantap.Setibanya di Jawa pada Juni 1921, Tan Malaka mampir ke rumah guruHoresnma, yang sudah naik pangkat menjadi Inspektur Sekolah RendahIndonesia, di Jakarta. Melihat kedatangan murid kesayangannya, iamenawari Tan Malaka pekerjaan di Jakarta, namun tawaran dari guruHorensma untuk menjadi pegawai di Jakarta ditolak Tan Malaka, ia hanyamengatakan kalau ia akan tetap melanjutkan niatnyauntuk membuatperguruan.20 Tidak bisa menghalangi, Horesnma hanya berkata “ge je gangmaar,” (teruskan saja).20Ibid.,h.105

65Sebelum ke Semarang, terlebih dahulu Tan Malaka ke Yogyakarta. Disini ia mengikuti kongres Sarekat Islam selama 4 hari (2-6 Maret 1921). Dikongres inilah Tan Malaka bertemu dengan HOS Tjokroaminoto, AgusSalim, Semaun, dan tokoh lain SI. Di Yogyakarta, Tan Malaka sempatdijanjikan oleh Sutopo, mantan pemimpin surat kabar Budi Utomo. Akantetapi tawaran itu pun ditolaknya, dan ia tetap memilih melanjutkanperjalanan ke Semarang, karena di sana Semaun telah mempersiapkansebuah bangunan untuk Sekolah Rakyat.Menurut Noriaki Oshikawa, di Semarang itulah Tan Malakamendirikan sekolah rakyat yang mulanya diperuntukkan bagi anak-anakSarekat Islam (SI) di Semarang. Meski dalam biografinya Malaka sempatmampir ke Yogya dan ditawari pula oleh seorang kenalan barunya untukmemimpin sebuah perguruan pendidikan sebelum mendapat tawaran dariSemaun, namun akhirnya Tan Malaka lebih memilih ke Semarang. Dengangedung yang juga dijadikan sebagai tempat rapat pengurus SI, pendidikanrakyat dimulai. Tercatat anak didik Tan Malaka angkatan pertama sebanyak50 orang.Dalam sebuah brosur kecil yaitu tentang SI Semarang dan Onderwijs,Tan Malaka menguraikan dasar dan tujuanperguruan yang hendakdibangunnya, dan caranya mencapai tujuan tersebut. Tujuan perguruantersebut adalah mendidik murid tidak untuk menjadi juru tulis seperti

66tujuannya sekolah gupernemen. Melainkan selain buat mencari nafkah buatd

4 Tim Majalah Tempo,Edisi Khusus Kemerdekaan,(11-17 Agustus 2008), h.72 . 55 Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan Malaka. 5 Masalah pendidikan, tidak diragukan lagi kalau tentunya Tan Malaka mendapat pendidikan .

Related Documents:

A. Pemikiran Pendidikan Tan Malaka Pemikiran-pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan kaum tertindas, menjadi perenungan masyarakat dewasa ini. Minimnya ulasan mengenai aktivitas politik Tan Malaka dalam dunia pendidikan, menjadi suatu ironi tersendiri dalam perkembangan sejarah pendidikan Indonesia modern.

Rohman,Darmawan. 2014.Konsep Pendidikan Kerakyatan Ibrahim Datuk Tan Malaka Dalam Pandangan Islam.Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang. Dosen Pembimbing:AbdulAziz, M. Pd. Kata Kunci: Pendidikan Kerakyatan, Tan Malaka, Islam

Pendidikan yang digagas Tan Malaka dilakukan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan, ketertindasan, danketidaktahuan, menjadikan hidup lebih bermanfaat bagi diri sendiri dansekitarnya, tidak ada lagi kasta dan pembeda kelas-kelas. Berikut analisa penulis terhadap corak dan ciri khas pemikiran pendidikan Tan Malaka.

PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB . Dan data-data lainnya yang berkaitan dengan Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Konsep Kemerdekaan Indonesia. . Adapun riwayat pendidikan adalah sebagai berikut: 1. SDN 2 Tanjung Baru (Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung .

May 19, 2015 · 472 Chapter 12 Skills Practice 12 8. 2 2 m 15 m D tan D 9. 5 5 ft 3 ft D tan D 10. 7 yd 15 yd F tan F 11. 2 6 yd 6 yd F tan F Use a calculator to evaluate each tangent ratio. Round your answers to the nearest hundredth. 12. tan 30 13. tan 45 14. tan 60 15. tan 15 16. tan 90 17. tan 180

pendidikan Tan Malaka juga mempunyai relevansi dengan tujuan pendidikan Islam, baik tujuan tertinggi atau terakhir, yaitu ma’rifatullah, ataupun tujuan secara umum, yaitu bersifat empirik dan realistis, atau realisasi diri (self realization). 2. Konsep Politik Pendidikan berkarakter Tan Malaka dengan Dasar Pendidikan Islam

pendidikan. Tan Malaka yang kini berlatar belakang seorang guru dan seorang pejuang yang revolusioner kesepian menawarkan sebuah konsep pendidikan yang bersifat kerakyatan. Tujuan pendidikan kerakyatan yang Tan Malaka tawarkan ialah perlunya pendidikan keterampilan dan pengetahuan ( seperti berhitung menulis, ilmu bumi dan bahasa ). Hal

the American Board of Radiology (ABR) Core and Certifying examinations administered between January 1 – December 31, 2018. The guide has undergone a few minor changes compared to the 2018 version, which was significantly revised com- pared to earlier versions, reflecting changes in NIS content on the examinations. The primary change in this study guide is the addition of Core Concepts of .