PROPOSAL PENELITIAN A. JUDUL PENELITIAN

2y ago
39 Views
2 Downloads
661.67 KB
26 Pages
Last View : 5d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Julius Prosser
Transcription

PROPOSAL PENELITIANA. JUDUL PENELITIANAnalisis Kemampuan Komunikasi dan Representasi Matematis :Suatu DesignResearch terhadap Siswa SMP di Kota BandungB. BIDANG KAJIANPendidikan MatematikaC. LATAR BELAKANG MASALAHTelah dikenal secara luas bahwa belajar matematika siswa akan efektif jikaterjadi di dalam suatu lingkungan yang mendukung proses negosiasi untukmencapai kebermaknaan. Selain itu lingkungan dan situasi belajar harusmendukung siswa dalam mendiskusikan dan mengelaborasi berbagai startegi dansolusi yang ditawarkan (Cobb & Bauersfeld, 1995). Proses negosiasi dalambelajarpadaumumnyaterjadi pada pembelajaran yangpendekatannyadilandasi oleh hasil-hasil kinerja Vigotsky yang mengadvokasi peran aktif danreflektif guru, dan mempopulerkan pandangan bahwa siswapengkonstruksisebagaipengetahuannya sendiri. Karenanya peran guru dalammembentuk suatu lingkungan yang mengefektifkan belajar merupakan tantanganyang terus berlanjut. Sesuai dengan NCTM (2000) yang menyatakan bahwapengajaran yang efektif mensyaratkan tentang pengetahuan dan pemahamanmatematika, tenang siswa sebagai pembelajar, dan tentang starategi-strategipedagogis.Bagaimana pun keadaannya keradaan guru dalam proses pembelajarantetap berperan sangat penting, salah satunya adalah dalam mengatur danmengembangkan komunikasi yang harus terjadi di dalam kelas. Mengajukanpertanyaan di kelas yang dilakukan oleh guru dan siswa merupakan suatu kegiatan1

yang selalu dan harus muncul dalam pembelajaran yang menekankan pada prosesdi mana siswa dilibatkan aktif dalam proses pembentukan pengetahuan.Pertanyaan yang diajukan atau yang dimunculkan tentunya harus menunjangtercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Jika siswa diharapkan untukberpikir kritis dan kreatif dalam belajar matematika, maka mengajukan pertanyaantantangan ataupun pertanyaan yang bersifat divergen atau yang dapatmenimbulkan konflik kognitif perlu dimunculkan (Sabandar, 2005). Kemampuanguru dalam mengajukan pertanyaan yang menantang bagi siswa dan kemampuansiswa mengkomunikasikan gagasan dalam kerangka menawarkan solusi daripertanyaan guru merupakan salah satu aspek kemampuan komunikasi matematis.Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuanyang dituntut dalam Kurikulum Pelajaran Matematika untuk tingkat SekolahMenengah Pertama, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)(Depdiknas, 2006). Kemampuan ini amat penting dan diperlukan oleh siswa baikdalam pelajaran matematika, pelajaran lain, ataupun untuk bekal mereka dikehidupan kelak. Untuk memenuhi tuntutan tersebut berbagai upaya telahdilakukan pemerintah. Misalnya melalui berbagai kebijakannya, menganjurkanbahwa pembelajaran matematika hendaknya tidak berpusat pada guru (teachercentered) melainkan berpusat pada siswa (student centered), tujuannya adalahagar kemampuan yang dituntut dalam kurikulum (dalam hal ini komunikasimatematis) dapat tercapai.Menyambut tuntutan kurikulum tersebut guru-guru matematika di sekolahberusaha mengimplementasikan kurikulum yang dianjurkan oleh Pemerintah.Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidaklah selalu mulus sesuai harapan.Berdasarkan pengalaman observasi pembelajaran matematika, khususnya ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui kegiatan Lesson Study, dapatdiklasifikasikan dua kelompok guru dalam pengimplementasian KTSP. Pertama,masih ada guru-guru yang proses pembelajarananya lebih cenderung berpusatpada guru. Akibatnya, kemampuan komunikasi matematis siswa, baik komunikasilisan ataupun komunikasi tertulis kurang tampak memuaskan dalam prosespembelajaran. Kelompok kedua, sudah ada sebagian guru matematika yang2

berupaya mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Upaya-upaya yangdilakukan berupa pembelajaran dengan berbagai metode dan pendekatanpembelajaran yang berpusat pada siswa, seperti cooperative learning, hands-ondan minds-on activity, open-ended approach, daily life approach, danpembelajaran berbasis masalah—dalam bentuk Lembar Aktivitas Siswa(Hendayana, 2007).Untuk guru-guru pada kelompok kedua, walau sudah berupayamengaktifkan siswa, tetapi bentuk komunikasi matematis yang tampak dalampembelajaran masih belum memuaskan dan belum variatif. Bentuk komunikasitertulis, yang disampaikan secara lisan oleh para siswa, umumnya masih terbataspada bentuk-bentuk standar yang ada dalam buku paket matematika yangdigunakan. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran matematika,guru belum mampu menciptakan situasi pembelajaran sedemikian sehinggamendorong dan menginspirasi siswa untuk memunculkan ide dan gagasan barudalam proses pembelajaran matematika. Kemampuan yang dimaksud adalahmasih kurangnya kemampuan guru dalam mendorong siswa memunculkan anekarepresentasi matematis dari permasalahan matematika yang dihadapi. Denganmonoton dan terbatasnya representasi matematis yang digagas, maka berakibatmonoton dan terbatas pula komunikasi matematis yang terjadi dalam prosespembelajaran matematika.Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun2000 (dalam As’ari, 2001) kemampuan representasi matematis tak hanyamerupakan bagian dari kemampuan komunikasi matematis tetapi merupakan alatyang dapat digunakan untuk memahami materi matematika. Yang berarti bahwaproses representasi matematika sama pentingnya dengan proses dan materimatematika itu sendiri.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan komunikasi danrepresentasi matematis merupakan dua kemampuan penting yang dituntut olehkurikulum KTSP. Kedua kemampuan ini ibarat dua sisi mata uang yang salingbersinergi. Kemampuan yang satu mendukung kemampuan yang lain dan begitusebaliknya. Namun yang terjadi di lapangan, kedua kemampuan tersebut masih3

belum optimal tampak dalam proses pembelajaran matematika, khususnya ditingkat Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu,dipandang perlu untukmelakukan penelitian mengenai kedua kemampuan tersebut, khususnya di tingkatSMP.D. PERUMUSAN MASALAHPada bagian sebelumnya dikatakan bahwa kemampuan komunikasi danrepresentasi matematis siswa SMP masih belum optimal. Oleh karena itu,dipandang perlu diadakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan keduakemampuan tersebut. Kami berpendapat bahwa untuk dapat meningkatkan keduakemampuan tersebut tidak serta merta langsung diatasi dengan model,pendekatan, atau metode pembelajaran tertentu. Tetapi, pertama perlu diadakanpenelitian yang mengidentifikasi dan menganalisis kemampuan komunikasi danrepresentasi matematis apa saja yang dipandang masih kurang dimiliki siswa SMPdalam prosespembelajaran matematika. Kedua, setelahdiketahuidandiidentifikasi kemampuan-kemampuan siswa dalam kedua kemampuan tersebut,barulah ditawarkan pemecahannya berupa penerapan model, pendekatan ataumetode pembelajaran matematika tertentu.Berdasarkan uraian tersebut, dalam kesempatan ini, diusulkan untukdilakukan penelitia tahap pertama, yakni penelitian untuk mengidentifikasikemampuan-kemampaun komunikasi dan representasi matematis siswa SMP.Secara terperinci, rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaaanpenelitian berikut.1. Bagaimanakah bentuk dan desain bahan ajar matematika yang dapatdigunakan untuk mengungkap kemampuan komunikasi matematis siswaSMP?2. Bagaimanakah bentuk dan desain bahan ajar matematika yang dapatdigunakan untuk mengungkap kemampuan representasi matematis siswaSMP?3. Kemampuan-kemampuan komunikasi matematis apa saja yang tampakdari siswa SMP dalam proses pembelajaran matematika?4

4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi munculnya belajaranmatematika?5. Kemampuan-kemampuan representasi matematis apa saja yang tampakdari siswa SMP dalam proses pembelajaran matematika?6. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi munculnya embelajaranmatematika?E. KETERKAITAN DENGAN PAYUNG PENELITIANBerikut ini bagan yang menggambarkan keterkaitan antara penelitian yangakan dilakukan dengan payung atau roadmap penelitian yang ditetapkan olehProgram Studi Pendidikan Matematika yang mengusung payung penelitianpendidikan matematika berorientasi pada peningkatan dan efektivitaspembelajaran matematika, dengan tema untuk tahun 2010 adalah kompetensimatematik.Penelitian PembelajaranMatematika di TingkatPerguruan TinggiPenelitian PembelajaranMatematika Kerja sama antarProgram Studi PendidikanMatematika, Perguruan TinggiLain, dan Sekolah MitraPenelitian Berbasis hasilriset untuk PengabdianPada MasyarakatPenelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang termasuk kelompokpenelitian kerja sama antara Prodi Pendidikan Matematika dan Sekolah Mitra.5

F. TUJUAN PENELITIANPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisiskemampuan komunikasi dan representasi matematis siswa SMP. KegiatanPenelitian ini dilakukan dengan kerjasama antara dosen Program Studi PendidikanMatematika dan guru-guru Matematika Sekolah Mitra. Sehingga dapat dikatakanbahwa penelitian ini sebagai jalinan yang mesra untuk saling bahu membahudalam mengidentifikasi, menganalissi kemampuan siswa dalam pelajaranMatematika.G. MANFAAT PENELITIANManfaat hasil penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi beberapabagian. Pertama, bagi pengembangan teori, hasil penelitian ini akan dapatdigunakan sebagai landasan untuk pengembangan bahan ajar, model ataupendekatan pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan kemampuankomunikasi dan representasi matematis siswa SMP. Kedua, penerapan model,pendelatan atau metode pemebelajaran matematika tertentu akan lebih efektif,efisien, dan jelas arahtindakananya karena berdasarkan hasil penelitian dananalisis pendahuluan. Ketiga, bagi pemegang kebijakan, hasil penelitian ini dapatdijadikan landasan dalam menerapkan kebijakan tertentu dalam rangkameningkatkan kemampuan siswa dalam hal komunikasi dan representasimatematis.H. TINJAUAN PUSTAKASesuai uraian sebelumnya, dalam bagian ini akan diuraikan tentangkomunikasi dan representasi matematis, sekaligus dengan beberapa temuan darihasil penelitian yang relevan dengan kedua kemampuan yang akan diteliti.a. Komunikasi MatematisSeperti dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa kemampuankomunikasi matematis itu penting dimiliki siswa, tak hanya dalam matematikaatau pelajaran lain, tapi juga untuk kehidupan kelak. Adapun pentingnya adalah6

untuk dapat mengemukakan gagasan dan menyelesaikan masalah, daripermasalahan biasa hingga permasalahan yang kompleks dalam kehidupan makaperluditumbuhkembangkan dalam proses pembelajaran. Kemampuan komunikasimatematis yang perlu dikembangkan menurut NCTM (1989) adalah: (1)memodelkan situasi secara lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar; (2)merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasanmatematis termasuk peranan pengertian istilah-istilah dalam matematika; ihatuntukmenginterpretasi dan mengevaluasi gagasan matematika; (5) mengkaji gagasanmatematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan; serta (6) memahaminilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematis.Dengan berkembangnya kemampuan komunikasi matematis tersebut,siswa diharapkan dapat lebih menghargai dan memaknai matematika. Matematikatidak hanya dianggap sebagai bahasa simbol tanpa makna, melainkan dapatberguna untuk membantu memudahkan permasalahan yang dihadapi baik dalamdunia sekolah atau kehidupan sehari-hari siswa. Untuk mengetahui kemampuankomunikasi matematis siswa, perlu adanya indikator untuk mengukurnya.Indikator kemampuan komunikasi lisan menurut Djumhur (dalam Al Jupri,2007) adalah siswa dapat melakukan hal-hal berikut:-Menyajikan suatu penyelesain dari suatu masalah-Menggunakan tabel, gambar, model, dan lain-lain untuk menyampaikanjawaban sari suatu masalah.-Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan jawaban dari suatumasalah.-Memberikan saran atau pendapat lain untuk menjawab dari suatupertanyaan yang lebih mudah.-Merespon suatu pernyataan atau persoalan dari audiens dalam bentukargumen yang meyakinkan.-Mampu menginterpretasi dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, sertainformasi matematis.7

Sedangkan indikator komunikasi lisan dalam bentuk diskusi adalah siswa dapat:-Ikut menyampaikan pendapat tentang masalah yang dibahas-Berpartisipasi aktif dalam menanggapi pendapat siswa lain-Mau mengajukan pertanyaan bila ada sesuatu yang belum dapat dimengerti.-Mendengarkan secara serius ketika siswa lain mengemukakan pendapatsehingga dapat mengerti pendapat tersebut.Selanjutnya, indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurutRoss (dalam Al Jupri, 2007) dalam bentuk komunikasi tertulis adalah sebagaiberikut:1. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalahmenggunakan gambar, tabel, bagan, secara aljabar.2. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.3. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan suatu konsepmatematika dan solusinya.4. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangandalam bentuk tertulis.5. Menggunakan bahasa dan simbol matematika dengan tepat.Dalam penelitian ini, kedua indikator inilah yang digunakan untuk melihatbagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswab. Representasi MatematisMenurut http://www.learner.org, representasi matematis mencakup simbol,persamaan, kata-kata, gambar, tabel, benda-benda manipulative (alat peraga),tindakan dan mental, serta cara berpikir internal tentang ide matematis tertentu.Dari cakupan ini, dapat dikatakan bahwa representasi merupakan alat yang dapatmembantu berpikir dalam proses pembelajaran matematika. Namun demikian,untuk kebanyakan siswa, alat bantu berpikir ini tidak akan dapat dicapai tanpaadanya bimbingan yang memadai oleh guru.Tindakan dalam merepresentasikan sebuah konsep atau hubunganmatematis dapat menggunakan benda-benda manipulative (alat peraga), grafik8

atau diagram, kalimat, atau presentasi hasil tertulis secara lisan. Saatmenggunakan representasi untuk menyelesaikan masalah atau untuk memahamikonsep tertentu, para siswa umumnya perlu berulang-ulang menggunakan bentukbentuk representasi tadi, untuk membantu mereka memahami masalah dan untukmemperluas pemahaman mereka tentang representasi. Mengapa demikian? Sebabmenurut NCTM (2000, dalam http://www.learner.org/) ‘Representasi tidakmempertontonkan matematika pada siswa. Melainkan, siswa perlu bekerja dengantiap representasi secara ekstensive dalam banyak konteks dan juga perlu mencobaberbagai bentuk representasi untuk dapat memahami penggunaannya dalammemodelkan ide-ide dan hubungan er4/index.htm) pentingnya penggunaanrepresentasi bagi siswa adalah bahwa representasi dapat digunakan untukmengkomunikasikan ide-ide matematis, argumen, dan pemahaman matematispada siswa lain. Representasi juga memungkinkan siswa untuk mengetahui kaitanantar berbagai konsep dan menerapkannya dalam menyelesaiakn masalah-masalahrealistik. Sebagai contoh, untuk memahami konsep pecahan, siswa perlumengetahui berbagai bentuk representasi dari pecahan, seperti rasio, persentase,pembagian, pecahan dari suatu bilangan, dan titik pada garis bilangan.Beberapa bentuk representasi—seperti diagram, grafik, dan ekspresisimbolik—sudah sejak lama merupakan bagian tak terpisahkan dalampembelajaran matematika di sekolah. Sayangnya, bentuk-bentuk representasi inidiajarkan secara langsung, seolah-olah merupakan sebuah tujuan pembelajaran.Pendekatan ini membatasi kekuatan dan kegunaan representasi sebagai alatbelajar, bekerja, dan berpikir matematis.Melihat begitu pentingnya representasi dalam pembelajaran matematika,maka adalah penting untuk mendorong siswa untuk merepresentasikan ide-idematematis mereka dalam cara yang mereka pahami, bahkan walau representasi itutidak umum, tidak konvensional (berbeda dari yang lain). Pada saat yang sama,siswa juga perlu belajar bentuk representasi yang sudah umum (konvensional)untuk dapat memfasilitasi mereka dalam belajar matematika dan komunikasi9

mereka dengan siswa lain dalam ide-ide matematis, mereka pun perlu belajarmenggunakan bentuk-bentuk representasi yang konvensional. Selain itu, untukjaman sekarang, pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran matematika lebihlanjut dapat meningkatkan perlunya siswa beradaptasi secara nyaman dalammenggunakan representasi-representasi matematis yang baru.Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa indikator-indikator representasimatematis meliputi: penggunaan diagram, grafik, ekspresi matematis (persamaan),kata-kata atau kalimat baik lisan atau tertulis, dan benda-benda manipulative (alatperaga). Hal ini sesuai dengan pendapat Lesh, Posh, dan Behr (dalam As’ari,2001). Indikator-indikator inilah yang akan digunakan dalam menganalisiskemampuan representasi matematis siswa dalam penelitian ini.I. METODE PENELITIANMetode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahmerupakan jenis penelitian pengembangan (developmental research) dalambentuk design research. Menurut Gravemeijer & Cobb (2006); Gravemeijer(2004); serta Cobb, et al (2003) dalam Al Jupri (2008), design research terdiri daritiga fase, yakni: preliminary design, experiment, dan retrospective analysis.a. Preliminary design (Desain permulaan)Pada fase ini, dibuat hypothetical learning trajectory (HLT) atau lintasanbelajar (proses berfikir) hipotesis. Dalam hal ini HLT yang dibuat merupakanantisipasi-antisipasi tentang apa-apa yang mungkin akan terjadi pada siswa yangakan mendapat bahan pembelajaran matematika yang mengungkap kemampuankomunikasi dan representasi matematis siswa, baik proses berpikir siswa maupunhal-hal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran. Untuk membuat HLT ini,yang perlu dilakukan bisa berupa telaah literatur yang relevan, diskusi denganguru-guru yang sudah berpengalaman dalam pembelajaran, guru-guru yangterlibat dalam penelitian ini dan diskusi dengan peneliti yang ahli dalam bidang10

terkait, khususnya tentang pembelajaran matematika yang dapat mengungkapkemampuan komunikasi dan representasi matematis siswa.HLT itu sendiri terdiri dari tiga bagian (Simon, 1995; Bakker 2004), yaitu:tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran (praktik proses pembelajaranmisalnya), dan hipotesis proses pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fasepertama ini, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam mendesain panduanpembelajaran yang mengungkap komunikasi dan representasi. Maksudnya,petunjuk agar terfokus dalam hal bagaimana menyampaikan materi ajar, petunjukbagaimana mengamati proses pembelajaran (yang terjadi di lingkungan kelas),dan petunjuk dalam melakukan wawancara baik dengan guru atau pun siswa danjuga pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.b. Experiment (Eksperimen)Di fase ini, desain yang sudah dirancang diujicobakan di lapangan (diruang-ruang kelas). Ujicoba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yangsudah diantisipasi dalam fase preliminary design sesuai atau tidak dengankenyataan yang terjadi. Pengalaman-pengalaman yang terjadi pada fase ini akanmenjadi dasar untuk pendesainan ulang atau modifikasi HLT untuk proses-prosespembelajaran berikutnya. Fungsi HLT dalam fase ini adalah untuk memfokuskanpada aktivitas proses pembelajaran, observasi, dan wawancara.c. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)Pada fase ini, semua data yang diperoleh dari fase kedua dianalisis. Prosesanalisisnya berupa perbandingan antara HLT yang diantisipasi sebelumeksperimen pembelajaran dan aktivitas yang benar-benar nyata terjadi, yangdilanjutkan dengan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan penyebabnya,dan sintesis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bakal dapat dilakukanuntuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus berikutnya(preliminary design, experiment, dan retrospective analysis selanjutnya).Secara diagram, alur penelitian tiap siklusnya dengan menggunakanmetode design research adalah sebagai berikut.11

Preliminary design (Desainpermulaan )- telaah literature- diskusi dengan guru yangberpengalaman- diskusi den

matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan; serta (6) memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematis. Dengan berkembangnya kemampuan komunikasi matematis tersebut, siswa diharapkan dapat lebih menghargai dan memaknai matematika. Matematika

Related Documents:

Panduan Laporan Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif 1 Pelatihan Menulis Laporan Penelitian Kualitatif Transformatif Oleh Dr. Mohammad Mahpur, M. Si Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif JUDUL PENELITIAN Judul merupakan gambaran dari fokus penelitian yang sudah ditentukan

judul penelitian perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya. Judul karya ilmiah berbeda dengan judul novel atau semacamnya dalam hal kejelasan kaitann

METODE PENELITIAN A. Penelitian Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Seperti yang dijelaskan dalam sugiyono (2010, hlm.11) bahwa metode penelitian eksperimen meruoakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh . Penelitian ini dilaksakan pada semester II atau genap tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada pertengahan bulan mei. Waktu penelitian mengacu pada

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, artinya sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan .

Halaman sampul depan memuat antara lain judul skripsi, jenis laporan, lambang Universitas Muslim Indonesia Makassar, nama dan nomor penulis/penyusun, nama perguruan tinggi dan tahun dipertahankan (contoh terlampir). 3.1.1.1 Judul Skripsi Judul skripsi hendaknya singkat dan jelas menunjukkan masalah penelitian, diketik dengan huruf

A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan yaitu data responden dan data penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi minat wirausaha pada mahasiswa. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengann teknik survey. Menurut Sugiyono (2014, h.8), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif, yang artinya pendekatan yang berangkat dari .