HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT DHF .

3y ago
78 Views
20 Downloads
2.00 MB
11 Pages
Last View : 23d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ophelia Arruda
Transcription

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANGPENYAKIT DHF DENGAN PREVALENSI DHFNorma Anugerahwati1, Imroatul Farida2Abstract: DHF disease have long axisted in Indonesia. Until now DHF disease isstill a serious problem for thegovernment or the people at Indonesia. The purposeof this research is to analyze corelation level of mother knowwledge about DHFdisease with prevalence of DHF diseases.This research design is correlational analytic. The population used to 842 housewifes. A sample taken using a purpotive sampling of 271 house wifes. TheIndependent Variables in this research is level of Mother Knowledge about DHFdisease. While dependent variable is prevalence of DHF disease. Data was takenusing quesionare, documentation study, and sheet interview, after data weretabulated then tested using SPSS with the statistical wilcoxon test.The results showed that the good of knowledge with occurence of DHF 6 (2,2%)mothers good level of knowledge but nooccurence of 83 (30,6%) mothers,sufficient level of knowledge with occurence of DHF 9 (3,3%) mothers, sufficientlevel of knowledge but no occorence 125 (46%) mothers, less level of knowledgewith occurence or DHF disease 6 (2,2%) mothers, less level of knowledge but nooccurance 42 (15,5%) mother. From the statistical results of significant valuep 0,000 ( 0,05) meaning H0 refused and H1 accepted.The research result showed the correlation between level of mother knowledgeabout DHF disease with a prevalence of DHF disease in Kedung Kendo CandiSidoarjo. Society the result of this research is the need to increase motherknowledge about DHF disease conducted to reduce the incidence of DHF disease.Keyword : Knowledge, prevalence, DHFLatar BelakangDHF atau DBD (Demam BerdarahDengue) merupakan penyakit yangberbasis lingkungan artinya kejadiandan penularannya dipengaruhi olehberbagai faktor lingkungan. PenyakitDHF hingga kini masih merupakanmasalah serius bagi pemerintah maupunmasyarakat di Indonesia. MelaluiprogramIndonesiaSehat2010diharapkan masyarakat Indonesia hidupdalam lingkungan yang sehat danmempraktekkan perilaku hidup bersihdan sehat. Tapi kenyataannya masihbanyak selokan yang airnya tidakmengalir dikarenakan banyak sampahterutama sampah plastik, selain itu diwilayah Desa Kedung Kendo terdapatbanyak tanaman yang rimbun sehinggadapat menjadi sarang nyamuk, dimananyamuk tersebut suka tinggal di kebun.Melihat kasus DBD di Desa KedungKendo yang relatif tinggi meskipuntidak ada kasus kematian dan sudahdilakukan fogging atau pengasapansebanyak 2 kali pada bulan April 2009

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012tetap masih banyak anggota keluargayang terjangkit penyakit ini.Kasus DBD pertama kali dilaporkanterjadi di Surabaya dan Jakarta denganjumlah kematian sebanyak 24 orang.Data di Indonesia menunjukkan bahwaangka kejadian DBD di Indonesiamencapai lebih dari 50 kasus per100.000 penduduk dengan angkakematian sekitar 1-2 persen (Kompas,2010). Berdasarkan data yang di dapatdari Departemen Kesehatan, 2005jumlah penderita atau prevalensipenyakit DBD di Indonesia pada tahun2000 sebanyak 21.134 penderita, tahun2001 sebanyak 33.443 penderita, tahun2002 sebanyak 40.377, dan pada tahun2003 sebanyak 51.516 penderita. Padatahun 2000 Jawa Timur jumlahpenderita penyakit DBD tertingginomor dua setelah DKI Jakarta yaitusebanyak 3.247 orang, tahun 2001meningkat sebanyak 4224 orang, tahun2002 menjadi 5.308 penderita, padatahun 2003 jumlah penderita DBD turunmenjadi 4.216. Berdasarkan data yangdidapatdariDinasKesehatanKabupaten Sidoarjo pada tahun 2008terdapat 516 penderita dengan jumlahkematian 10 orang dan pada tahun 2009jumlah penderita DBD meningkatmenjadi 526 orang. Sedangkan diPuskesmas Candi pada tahun 2008terdapat 46 penderita dengan jumlahkematian 1 orang dan pada tahun 2009terdapat 52 penderita. Dari hasil studipendahuluan melalui wawancara yangdilakukan kepada 10 ibu di dapatkandata 60 % pengetahuan Ibu tentangpenyebab dan cara penularan dan 40 %pengetahuan Ibu baik. Sedangkan untuktindakan pencegahan 50 % pengetahuanIbu kurang, 30 % cukup, dan 20 % baik.Penyebaran dan penularan virusdengue dipengaruhi oleh sistemketahanan tubuh dan faktor lingkungan.Jika seseorang memiliki daya tahantubuh yang bagus maka orang tersebut68tidak akan mudah terserang DBD.sementara itu, faktor lingkunganmeliputikondisigeografisdankependudukan. Kondisi geografis yangmempengaruhipenyebaranDBDmisalnya ketinggian suatu daerah daripermukaan laut, curah hujan, angin,kelembaban,dan musim. Epidemi DBDmencapai angka tertinggi pada satubulan setelah curah hujan mencapaipuncak tertinggi untuk kemudianmenurun sejalan dengan menurunnyacurahhujan.Sedangkanfaktorkependudukan yang ikut mempengaruhipenyebaran DBD, misalnya kepadatanpenduduk, perilaku, adat-istiadat, dankondisi sosial ekonomi masyarakat.Daerah yang terjangkit DBD padaumumnya adalah kota atau wilayahyang padat penduduk (Susanto, 2007 :7).Rumah-rumahyangsalingberdekatan memudahkan penularannyamuk aedes aegypti mengingat dayaterbangnya maksimal 100 meter(Nadesul, 2007 : 14). Melihat kondisimasyarakat Indonesia dan warga DesaKedung Kendo yang memiliki perilakuatau kebiasaan menampung air bersihyang digunakan untuk kebutuhansehari-hari misalnya mandi atau untukairminum,dimanatempatpenampungan tersebut dapat menjadisarang nyamuk aedes aegypti. Salahsatu faktor yang mempengaruhi perilakuadalah pengetahuan masyarakat. Bilapengetahuanmasyarakatbaikdiharapkan masyarakat dapat mengubahperilakunya dan melakukan tindakanpencegahan penyakit DBD. Melihatbahwa di Indonesia merupakan daerahyang padat penduduk dan perilakumasyarakatnya yang suka menampungair bersih, maka masalah penyebarandan angka kejadian penyakit DHF inisemakin meningkat. Jika penyakit DBDini terlambat ditangani, akibat yangmungkin ditimbulkan bisa lebih dahsyatdari kasus AIDS (Acquired Immuno

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF(Norma A, Imroatul F)Deficiency Syndrome). Akibat yangpaling utama dari penyakit DBD dapatmerenggut nyawa, tanda dan gejalaselalu tidak tampil nyata, cara jitumencegahDBDhanyadenganmemberantas vektornya (Nadesul, 2007: xix). Untuk itu diperlukan tindakansegera untuk mencegah terjadinyapenyebaran dan peningkatan angkakejadian penyakit ini.Mengatasi penyakit DBD tidakcukup hanya bergantung pada paratenaga kesehatan akan tetapi partisipasimasyarakat dalam hal pencegahan danpenatalaksanaan awal sangat penting.Untuk itu diperlukan pengetahuan yangcukup bagi masyarakat mengenaipencegahan dan penatalaksanaan awalDBD.Dalammeningkatkanpengetahuan masyarakat peran perawatkomunitas adalah sebagai educator ataupendidik. Dimana peran tersebut ameningkatkankesehatan,gejalapenyakitnya sesuai kondisi dan tindakanyang spesifik (Mubarak, 2005 : 78).Untukmeningkatkanpengetahuanmasyarakat dapat dilakukan denganpenyuluhan kesehatan, selain itu kitadapatmendemonstrasikancarapencegahan dan penularan DHF kepadamasyarakat. Sampai saat ini obat danvaksindemamberdarahbelumditemukan dan masih dalam tahappenelitian. Oleh karena itu, diperlukancara-cara pencegahan agar penyakit initidak menyebar. Pencegahan penyakitDBD sangat tergantung vektornya.Pengendalian vektor ini dapat dilakukandenganmemperhatikankondisilingkungan dengan cara PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) melalui program3M yaitu menutup rapat-rapat tempatpenampungan air, menguras tempattempat penampungan air, dan menguburatau menyingkirkan barang-barangbekas yang dapat menampung air sdenganmenggunakan ikan pemakan jentik danpengendaliankimiawimelaluipengasapan (fogging) dan pembubuhanbubuk abate (temephus) pada tempattempat penampungan air (Susanto, 2007: 12).Bahan Dan Metode PenelitianPenelitian ini menggunakandesain penelitian analitik korelasionalmenggunakan metode case control,besar sampel sebanyak 271 respondenyang di ambil secara purposivesampling dengan kriteria Ibu rumahtangga yang tinggal di desa kedungkendo, pendidikan minimal SMP,berusia 30-50 tahun dan tidak sedangsakit.Hasil Penelitian1. Data Umuma. Umur0;0%0;0% 30 th26;10%69;25%89;33%87;32%30 th - 35th36 th - 40th41 th - 45th46 th - 50th 50 thBerdasarkan gambar 1 terlihatdistribusi ibu berdasarkan umur, antaraumur 30 th-35 th dengan jumlah 89orang (33 %), antara umur 36 th-40 thdengan jumlah 87 orang (32 %), antaraumur 41 th - 45 th dengan jumlah 6969

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012orang (25 %), dan antara umur 46 th-50th dengan jumlah 26 orang (10 %).b. Pendidikan0;0%0;0%92;34%19;7%tidaksekolah/tidak lulus SDlulus SDlulus SLTP160;59%dengan penghasilan Rp. 500.000 - Rp.1.000.000/bulan dengan jumlah 90keluarga (33 %), keluarga denganpenghasilanlebihdariRp.2.000.000/bulan dengan jumlah 36keluarga (13 %), dan keluarga denganpenghasilan kurang dari Rp.500.000/bulan dengan jumlah 21 keluarga (8 %).d. Pekerjaanlulus SLTA0; 0% 0; 0%271;10 0; 0%0%0; 0%Berdasarkan gambar 2 terlihatdistribusi ibu berdasarkan pendidikan,sebagian besar pendidikan Ibu denganlulusan SLTA sebanyak 160 orang (59%), pendidikan Ibu dengan lulusanSLTP sebanyak 92 orang (34 %),pendidikanIbudenganlulusanPerguruan Tinggi sebanyak 19 orang (7%).c. Penghasilan RpiburumahtanggaburuhpabrikBerdasarkan gambar 4 terlihatdistribusi ibu berdasarkan pekerjaanIbu, seluruhnya pekerjaan sebagai Iburumah tangga dengan jumlah 271 orang(100 %).e. Pengetahuan500.000/bulan36;13%80;29%21;8%Rp 124;46%2.000.000/bulanBerdasarkan gambar 3 terlihatdistribusi ibu berdasarkan penghasilan,keluarga dengan penghasilan Rp.1.000.000-Rp. 2.000.000/bulan denganjumlah 124 keluarga (46 %), keluarga70televisiRp dasarkan gambar 5 terlihatdistribusi ibu berdasarkan sumberinformasipengetahuanhampirsetengahnya informasi tentang penyakit

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF(Norma A, Imroatul F)DHF didapat dari televisi sebanyak 110ibu (41 %), dari koran atau majalahsebanyak80 ibu (29 %), dari penyuluhanpetugas kesehatan sebanyak 40 ibu (15%), dan dari media leaflet atau postersebanyak 41 ibu (15 %).(92 %) dan kejadian penyakit DHFsebanyak 21 orang (8 %).3. Hubungan antara tingkat pengetahuandengan prevalensiTabel32. Data KhususTabel1DistribusiTingkatPengetahuan Ibu di DesaKedung Kendo KecamatanCandi, Juni 2010NoTingkat PengetahuanJumlahprosentase1Baik89 ibu33 %2Cukup134 ibu49 %3Kurang48 ibu18 %271 ibu100 %TotalBerdasarkan tabel 1 didapatkanbahwa tingkat pengetahuan ibu tentangpenyakit DHF adalah 134 (49 %) Ibudengan tingkat pengetahuan cukup, 89(33 %) Ibu dengan tingkat pengetahuanbaik, dan 48 (18 %) Ibu dengan tingkatpengetahuan kurang.1. Prevalensi penyakit DHFTabel 2 Prevalensi Penyakit DHF diDesaKedungKendoKecamatan Candi, Juni 2010NoPrevalensi penyakitDHFJumlahProsentase1Ada kejadian21 orang8%2Tidak ada kejadian250 orang92 %271 orang100 %TotalBerdasarkan tabel 2 didapatkanbahwa prevalensi penyakit DHF adalahsebagian besar tidak ada angka kejadiandengan jumlah 250 orang dari 271 ibuTingkatPengetahuantentangpenyakitDHFHubungan antara tingkatpengetahuan Ibu tentangpenyakitDHFdenganprevalensi penyakit DHF diDesaKedungKendoKecamatan Candi, Juni 2010Prevalensi penyakit DHFAda KejadianTidak adakejadianTotalN%N%Baik62,2 %8330,6%89Cukup93,3 %12546,1%134kurang62,2 %4215,5%48total217,7 %25092,3%271Hasil uji statistic Wilcoxon z -12,456 dengan ρ 0.000Hasil data diatas terlihat bahwajumlah keseluruhan responden dalampenelitian ini yaitu 271 ibu yang tinggalmenetap di desa Kedung kendo. Dimanaibu yang memiliki tingkat pengetahuanbaik dengan kejadian penyakit DHFsejumlah 6 (2,2 %) ibu dan tingkatpengetahuan baik dengan tidak adakejadian sejumlah 83 (30,6 %) ibu,tingkat pengetahuan cukup dengankejadian penyakit DHF sejumlah 9 (3,3%) ibu dan tingkat pengetahuan cukupdengan tidak ada kejadian sejumlah 125(46,1%) ibu, tingkat pengetahuankurang dengan kejadian penyakit DHFsejumlah 6 (2,2 %) ibu dan tingkatpengetahuan kurang dengan tidak adakejadian sejumlah 42 (15,5 %) ibu.71

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012Setelah dilakukan analisa datadengan menggunakan SPSS 16,0 forwindows didapatkan hasil dengan ρ 0,000 (ρ tabel 0,05) yang berarti H0ditolak dan H1 diterima. Hal inimenyatakan bahwa ada hubungan yangerat dan bersifat positif antara tingkatpengetahuan dengan prevalensi kejadianpenyakit DHF di desa Kedung Kendokecamatan Candi Sidoarjo sejak 16April – 13 Juni 2010.Pembahasan1. Tingkat pengetahuan Ibu tentangpenyakit DHFHasil analisa data tabel 1 di atasdapat diketahui pengetahuan Ibu tentangpenyakitDHF didapatkanhasilpengetahuanrespondenterbanyakadalah berpengetahuan cukup berjumlah134 (49 %) ibu, diikuti dengan tingkatpengetahuan baik berjumlah 89 (33 %)ibu,danyangpalingsedikitpengetahuan kurang berjumlah 48 (18%) ibu.Faktorpendidikansangatberpengaruh terhadap pengetahuanseseorangsepertihalnyayangdiungkapkan oleh Mubarak (2007 : 3031) menyatakan bahwa makin tinggipendidikan seseorang semakin mudahpula mereka menerima informasi, danpada akhirnya makin banyak pulapengetahuanyangdimilikinya.Sebaliknya rendahnya pendidikan ibumaka semakin rendah pula engetahuanterhadap masalah kesehatan dalampenelitian ini adalah pengetahuantentang penyakit DHF. Berdasarkangambar 5.2 bahwa sebagian besarresponden berpendidikan lulusan SLTAsebanyak 160 orang (59 %). Respondenyang berpendidikan tinggi akancenderung memiliki wawasan yang luasdan mudah untuk menerima informasi72dari luar misalnya radio, televisi,majalah atau Koran, ataupun dari oranglain. Pengetahuan juga dipengaruhi olehfaktor umur sesuai dengan pernyataanMubarak (2007 : 30-31) yaitu Denganbertambahnya umur seseorang akanterjadi perubahan pada aspek fisik danpsikologis (mental). Pada aspekpsikologis atau mental taraf berfikirseseorang semakin matang dan dewasa.Berdasarkan gambar 1 bahwa respondenrata-rata berusia antara 30-35 tahundengan 89 orang (33 %), antara umur36-40 tahun dengan jumlah 87 orang(32 %), antara umur41-45 tahundengan jumlah 69 orang (25 %), danantara umur 46 th-50 th dengan jumlah26 orang (10 %). Selain dipengaruhioleh pendidikan dan usia, pengetahuanjuga dipengaruhi oleh status ekonomi.Berdasarkan gambar 5.3 penghasilankeluarga terbanyak adalah berkisarantara Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000/bulan sebanyak 124 (46 %) ibu. Statusekonomiseseorangjugaakanmenentukan tersedianya suatu fasilitasyang diperlukan untuk kegiatan tertentu,sehingga status sosial ekonomi ini akanmempengaruhi pengetahuan seseorang(Sumantini, 2009). Semakin besarpenghasilan seseorang atau statusekonomisemakinmudahpulamendapatkan fasilitas yang didapatuntuk memperoleh suatu pengetahuan.Hasil penelitian menunjukkanbahwa tingkat pengetahuan dariresponden tidak hanya dari pendidikanatau usia juga diperoleh daripengalaman sebelumnya. Pengalamanmerupakan Suatu kejadian yang pernahdialami seseorang dalam berinteraksidengan lingkungannya (Mubarak, 2007: 30-31). Apabila keluarga sebelumnyasudah pernah menderita penyakit DHFsecaratidaklangsungdapatmeningkatkan informasi mengenaipenyakit ini dan untuk tindakanselanjutnya apabila ada anggota

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit DHF Dengan Prevalensi DHF(Norma A, Imroatul F)keluarga terkena kembali, diharapkanibu dapat mencegah dan mengatasiuntuk penanganan awal penyakit DHF.Oleh sebab itu petugas kesehatansebaiknya memberikan penyuluhanlebih banyak tentang penyakit DHFagar pengetahuan ibu lebih meningkat.2. Prevalensi penyakit DHFHasil analisa penelitian padatabel 2 tentang prevalensi penyakit DHFdidapatkan 250 (92 %) tidak mengalamikejadian DHF selama periode padabulan Januari-Juni 2010 dan 21 (8 %)orang mengalami kejadian DHF selamaperiode bulan Januari-Juni 2010.Prevalensi merupakan frekuensipenyakit lama dan baru yang terjadipada suatu masyarakat pada waktutertentu. Prevalensi rate ini merupakanindikator atau tolak ukur untukmengetahui kejadian dan pola suatupenyakit. Prevalensi rate ini bergantungpada dua faktor yaitu jumlah orang yangsakit pada waktu yang lalu dan lamanyamenderita sakit. Penyakit DHF atausering dikenal dengan sebutan demamberdarah merupakan penyakit yangberbahaya karena dapat menyebabkankematian dalam waktu yang relatifsingkat. Hal ini dikarenakan bahwatanda dan gejala penyakit DHF ini sukaruntukdikenalisehinggaseringterlambat dalam penanganannya. Untukitu diperlukan pengetahuan yang baiktentang pencegahan dan penangananawal penyakit serta mengenali tandadan gejala penyakit DHF.Sebagian besar keluarga di DesaKedung Kendo tidak pernah mengalamikejadian penyakit DHF selama periodebulan Januari-Juni 2010. Hal ini dapatdisebabkan pengetahuan ibu di DesaKedung Kendo cukup baik dan kondisifasilitas TPA yang baik yaitupengurasannya satu minggu sekali.Menurut WHO (1998) bahwa salah satuyang mempengaruhi meningkatnyawabah penyakit DHF adalah kejenuhannyamuk penular penyakit DHF yangartinya semakin banyak nyamukpenular, semakin banyak virus dengueyang ditularkan sehingga angkakejadian penyakit DHF ini meningkat.Hal ini dapat ditekan dengan carapemberantasan vektor nyamuk denganpenatalaksanaan lingkungan terpadudan pengendalian kimiawi sertabiologis. Pengendalian vektor nyamukdiharapkan dapat memutuskan rantaipenularan penyakit DHF sehingga tidakada kejadian penyakit DHF. Menuruthasil penelitian Nugroho (1999)Kepadatan nyamuk dipengaruhi olehadanya kontainer baik itu berupa bakmandi, tempayan, vas bunga, kalengbekas yang digunakan sebagai tempatperindukannyamuk.Untukitudiperlukan pengurasan secara rutinsetiap satu minggu sekali danpenguburan barang bekas agar tidakmenjadi tempat perindukan nyamuk.Dari kuisioner yang sudah disebarkandidapatkan hasil bahwa ibu kadangkadang menguras bak mandi satuminggu sekali sebanyak 82(30 %) ibu,sering sebanyak 81 (30 %) ibu, selalusebanyak 79 (29 %) ibu, dan tidakpernah sebanyak 29 (11 %) ibu. Hal iniberarti frekuensi ibu menguras bakmandi setiap satu minggu sekali sudahcukup bagus, akan tetapi perlupeningkatan kesadaran bagi ibu yangkadang-kadang dan tidak pernahmenguras bak mandi setiap satu minggusekali. Untuk itu peranan petugaskesehatan sangat penting yaitu untukmeningkatkan kesadaran ibu denganmeningkatkan pengetahuannya yangdapat melalui penyuluhan kesehatantentang pencegahan dan tatalaksanaPSN.Menurut penelitian Fathi, et al(2005) ada peranan faktor lingkungandan perilaku terhadap penularan DBD.73

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012Salah satu faktor lingkungan adalahkepadatan penduduk atau kepadatanrumah. Rumah-rumah yang salingberdekatan memudahkan nyamuk aedesaegypti berpindah dari satu rumah kerumah yang lainnya. Dari hasil studidokumentasi data tentang jumlahkejadian penyakit DHF di PuskesmasCandi didapatkan hasil jumlah kasuspenyakit DHF banyak menyerang dilingkungan perumahan, dimana jarakantara satu rumah dengan rumah yanglainnya saling berdekatan bahkan tidakada jarak atau saling berdempetan. Halini berarti dapat meningkatkan resikopenyebaran penyakit DHF dimananyamuk aedes aegypti sangat aktifmencari makan dan dapat menggigitbanyak orang dalam waktu yang pendekmengingat daya terbangnya maksimal100 meter.Selain dari kontainer kepadatannyamuk juga dipengaruhi oleh tempatberistirahatnya, nyamuk aedes aegyptisukabersembunyidibawahkerindangan pohon ataupun pakaianyang tergantung. Melihat kondisilingkungan di Desa Kedung Kendomasih banyak terdapat pohon-pohonyang tinggi dan rindang baik itu dihalaman rumah ataupun di dekat sungai.Melihat jawaban ibu pada lembarkuisioner didapatkan data bahwakadang-kadang memiliki kebiasaanmenggantungpakaiansejumlah83(31%) ibu, sering menggantungpakaian sejumlah 70(26%) ibu, selalumenggantungpakaiansejumlah63(23%) ibu, dan tidak pernahmenggantungpakaiansejumlah55(20%) ibu. Menurut hasil penelitianDuma et al (2007) tentang analisisfaktor yang berhubungan dengankejadian DBD di Kecam

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan prevalensi Tabel 3 Hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang penyakit DHF dengan prevalensi penyakit DHF di Desa Kedung Kendo Kecamatan Candi, Juni 2010 Tingkat Pengetahuan penyakit Prevalensi penyakit DHF Ada Kejadian Tidak ada kejadian N % N % Baik 6 2,2 % 83 30,6 .

Related Documents:

tingkat pendidikan responden sebagian besar rendah 56,1%. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,02), tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar (p value 0,1) dan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

3. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan keteraturan melaksanakan antenatal care Tabel 3. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan keteraturan melaksanakan antenatal care Hasil pengamatan dari 46 responden dengan uji korelasi Chi- Square diperoleh

antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Gedangan, Sukoharjo. Tujuan yang ingin dicapai dalam peneltian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.

terhadap kecemasan ibu hamil. Berdasar semua faktor yang mempengaruhi kecemasan, peneliti fokus pada pengetahuan tentang kehamilan dan dukungan keluarga untuk menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Karena ibu primigravida yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kondisi kehamilannya akan menurunkan

Tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bahaya kehamilan sesudah diberika penyuluhan . Tingkat pengetahuan post-test responden tentang tanda bahaya kehamilan dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 1.3 Nilai . Post-test . dengan menggunakan uji wilcoxon . Berdasarkan tabel 1.2 dan 1.3 tingkat pengetahuan ibu primigravida

ibu. Hubungan antar variabel yang diteliti serta pengaruh variabel perancu dianalisis dengan model analisis regresi logistik ganda, dengan menggunakan program SPSS v. 15. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi anak balita dengan pengetahuan, sikap, maupun perilaku ibu (pengetahuan OR 17.02,

Pengetahuan Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Jumlah Frekuensi % Frekuensi % Baik Cukup Kurang 33 9 1 46,5 12,7 1,4 16 11 1 22,5 15,5 1,4 49 20 2 Jumlah 43 60,6 28 39,4 71 Tabel 5. Analisis Korelasi Spearman Rho Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Multigravida Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Variabel Spearman Rho

Adventure Tourism has grown exponentially worldwide over the past years with tourists visiting destinations previously undiscovered. This allows for new destinations to market themselves as truly .