PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA TERPADU .

3y ago
105 Views
3 Downloads
351.17 KB
21 Pages
Last View : 9d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mariam Herr
Transcription

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA TERPADUDadan RosanaPendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, email:danrosana.uny@gmail.comABSTRAKKurikulum 2013, yang menekankan pada penerapan pendekatan saintifik, menuntutpembelajaran IPA yang menekankan pada pembelajaran terpadu juga menerapkanpendekatan saintifik. Hal ini tidak menjadi kendala karena hakikat IPA memangmempersyaratkan pendekatan saintifik dalam setiap tahapan pembelajarannya. Meskipunpembelajaran terpadu yang saat ini baru dapat dilakukan, adalah pembelajaran terpadu dalamsatu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran (Fisika, Biologi dan Kimia). Untuk materiyang saling umpang tindih dan menyebabkan pemahaman yang tidak utuh bila dipisahkan,maka sesuai apabila menggunakan model terintegrasi (integrated), untuk materi yang konsepkonsepnya saling bertautan dapat dikembangkan menggunakan model terhubung(connected),sedangkan untuk materi yang tidak beririsan akan tetapi bila dipadukan ke dalam satu temadapat memberikan pemahaman yang lebih utuh dapat menggunakan model jaring laba-laba(webbed). Kegiatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran terpadu dilakukan melaluiproses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Limapengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran,metode, teknik, maupun taktik yang digunakan.Kata Kunci: Pendekatan saintifik, pembelajaran terpadu, Kurikulum 2013PENDAHULUANPembelajaran IPA secara terpadu, sebagaimana dituntut dalam pembelaran IPA ditingkat sekolah menengah pertama, merupakan pembelajaran IPA yang disajikan sebagaisatu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu fisika, biologi, dankimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua di desaindalam satu kesatuan. Menurut Fogarty (1991) pembelajaran terpadu meliputi pembelajaranterpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintaspeserta didik. Fogarty (1991) mengemukakan beberapa model pembelajaran terpadu sepertimodel jaring laba-laba (webbed), model terhubung (connected), dan model terintegrasi(integrated). Ketiga model tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk materi yangsaling umpang tindih dan menyebabkan pemahaman yang tidak utuh bila dipisahkan, makasesuai apabila menggunakan model terintegrasi, untuk materi yang konsep-konsepnya salingbertautan dapat dikembangkan menggunakan model terhubung, sedangkan untuk materi yangtidak beririsan akan tetapi bila dipadukan ke dalam satu tema dapat memberikan pemahamanyang lebih utuh dapat menggunakan model jaring laba-laba. Agar pembelajaran dapatberlangsung efektif, pemilihan model pembelajaranSeiring dengan diterapkannya Kurikulum 2013, yang menekankan pada penerapanpendekatan saintifik, maka pembelajaran IPA semestinya tidak mengalami kendala yangberarti, karena hakikat IPA memang mempersyaratkan hal itu. Permendikbud No. 65 Tahun2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang

perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatansaintifik/ilmiah. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. PenerapanPendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini akan menghasilkan pembelajaranyang lebih bermakna bila diterapkan dalam pembelajaran secara terpadu.Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar inidiimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupuntaktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar. Melaluipendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksipengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukanpenyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian.HAKIKAT PENDEKATAN SAINTIFIKPendekatan saintifik bukanlah hal baru, pendekatan ini telah dilakukan oleh parailmuwan, para penemu, bahkan para Nabi jauh sebelum istilah pendekatan saintifikdigunakan. Salah satu contoh adalah kisah yang sangat populer bagaimana prosesmengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan, ditunjukkan padasaat Nabi Ibrahim AS menemukan hakikat ketuhanan, sebagaimana diabadikan dalam Qur,anSurat Al-'An am [6] : 75-78.Ketika nabi Ibrahim beranjak dewasa, ia pun mulai melakukan observasi terhadaphakikat dirinya dan lingkungannya, ia kemudian bertanya-tanya termasuk kepada orangtuanya, tentang siapakah yang menciptakan alam semesta dan manusia."Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah menjadikan aku ini?”Ayahnya menjawab, ''Ayah dan Ibu yang menjadikan kamu, karena kamu lahirdisebabkan kami!".Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu?”Orang tuanya menjawab,"Ya Kakek dan nenekmu."Naluri ilmiah nabi Ibrahim mendorongnya untuk terus mengajukan pertanyaan,"Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini?”Sampai pada titik ini orang tuanya tidak bisa menjawab, karena mereka tidak tahukepada Tuhan. Ibrahim kemudian bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidakbisa memberikan jawaban yang memuaskan.Nabi Ibrahim kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk melakukaneksperimen gedanken (eksperimen dalam alam pikiran) untuk mencari Tuhan Sang Peciptaalam semesta ini. Namun, dengan keterbatasan akal manusia, Nabi Ibrahim berupaya terusuntuk melakukan observasi, menanya, menalar, menyimpulkan dan mengkomunikasikanuntuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini. Hal ini diabadikan dalam Firman Allah Swt."Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: Inilah Tuhanku.? Makasetelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yangterbenam. Kemudian ketika melihat bulan purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku.?Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, serayaberkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka

ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: InikahTuhanku yang sebenarnya.? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapunberkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanyaberTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak maumenyekutukan-Nya." (QS. Al-An'am: 75-78)Pendekatan ilmiah seperti yang dilakukan oleh nabi Ibrahim AS di atas diyakini sebagaititian emas perkembangan dan pengembangan sikap (religius dan sosial), keterampilan, danpengetahuan peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah prosespembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstrukkonsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi ataumenemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan danmengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwanlebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menariksimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasispesifik untuk kemudian aninduktifmenempatkan bukti-bukti spesifikke dalam relasi idea yang lebih gan kajian spesifik dan d,2013).Metode ilmiah merujuk padateknik-teknikinvestigasiatasfenomena atau gejala, memperolehpengetahuan baru, atau mengoreksidan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metodeilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen,kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis.PENDEKATAN ILMIAH DAN NONILMIAH DALAM PEMBELAJARANDalam modul Diklat guru Dalam rangka implementasi kurikulum 2013, mata diklat:Konsep pendekatan saintifik, dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itulebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitianmembuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10%setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%. Pada

pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90%setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50%-70%.Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatanini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, danpenjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harusdilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Prosespembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini (Kemdikbud, 2013).1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapatdijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,legenda, atau dongeng semata.2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebasdari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpangdari alur berpikir logis.3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepatdalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikansubstansi atau materi pembelajaran.4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihatperbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, danmengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi ataumateri pembelajaran.6. ipertanggungjawabkan.7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistempenyajiannya.Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah.Pendekatannonilmiah dimaksud meliputisemata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prangka, penemuanmelalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemdikbud, 2013).1. Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifatirasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimilikioleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahamisebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat danberjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpamelalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekalimenafikan dimensi alur pikir yang sistemik dan sistematik.2. Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama prosespembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, danpengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses danpencapaian tujuan pembelajaran.3. Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atasdasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan orang (guru,peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuatdidompleng kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus

4.5.menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubahmenjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memangpenting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atausikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atautemuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yangditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memilikikepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu adamanfaatnya dan bernilai kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba iniakan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai denganmenemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-rabatombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala.Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itumenyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawabanatas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptopitu bisa menyala.Berpikir kritis.Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya merekayang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis ituumumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanyapemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidaksemuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel,karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN TERPADU DENGAN PENDEKATANSAINTIFIKIlmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melaluipengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatupenjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPAyaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untukmemprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasileksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakuppengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahamijawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentanggejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akanditerapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatanilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itusendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yangmeliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi darihipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umumyang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untukmengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konseppengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut (Newton H.C.,

dkk.,2012). Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan seharihari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap danmemahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasaberpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebihtermotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, danbila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi pesertadidik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPAdi sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirisendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannyadalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA secaraterpadu menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi antardisiplin ilmu agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencaritahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahamanyang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakandengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati,mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakaneksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisisdata, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana sertamengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dansebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasaingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin,peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama denganorang lain.Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar inidiimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik, maupuntaktik yang digunakan. Berikut akan dijabarkan masing-masing pengalaman belajar.1.Mengamati/Mengobservasi. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitanerat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Prosesmengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar,membaca, dan atau menyimak.Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secaraluas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak,mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukanpengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) halyang penting dari suatu benda atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepadapeserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkahseperti berikut ini (Kemdikbud, 2013).a. Menentukan objek apa yang akan diobservasib. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasic. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupunsekunderd. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasie. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkandata agar berjalan mudah dan lancar

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, sepertimenggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulislainnya.Kegiatan mengamati/mengobservasi dalam proses pembelajaran meniscayakanketerlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentukketerlibatan peserta didik dalam observasi tersebut (Kemdikbud,2013).a. Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentinganpembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukanobservasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkandiri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.b. Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksamasekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepajuga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yangdiamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasiterkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasiyang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendalitermuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA SECARA TERPADU Dadan Rosana Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, email:danrosana.uny@gmail.com ABSTRAK Kurikulum 2013, yang menekankan pada penerapan pendekatan saintifik, menuntut pembelajaran IPA yang menekankan pada pembelajaran terpadu juga menerapkan

Related Documents:

implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran PPKn era daring di MAN Kota Batu (2) hasil pendekatan saintifik pada pembelajaran PPKn era daring di MAN Kota Batu. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif diskriptif dengan pendekatan saintifik yang dilakukan di MAN Kota Batu pada September 2020.

pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses

“Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPA di SDN Cepit, Bantul” hasil penelitiannya adalah pemahaman guru mengenai kurikulum 2013 masih rendah. Sehingga guru lebih nyaman menerapkan kurikulum 2006 (KTSP), namun guru tetap menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Implementasi pendekatan

Negeri 25 Medan. 3) Penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 25 Medan. 4) Daya . Daya Dukung Sekolah Terhadap Proses Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Model Inkuiri Dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 25 Medan 70 5. Pandangan Guru dan Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Saintifik dalam

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi aktivitas mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Sehingga implementasi pendekatan saintifik akan dapat memberikan makna-makna berikut ini. 1. Meningkatkan rasa keingintahuan Pada pembelajaran IPA dapat difasilitasi melalui kegiatan penayangan video .

Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Fiqih di MAN 4 Aceh Besar. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru 4 Aceh besar. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunujukan bahwa implementasi pendekatan saintifik yang

Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi dan Persentase Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Akidah Akhlak. 67 Tabel 4.6: Kategorisasi Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran . Pada perubahan dan implementasi kurikulum 2013 harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran .

An introduction to Russian Language § ª« Information for teachers Over 150 million people speak Russian, making it the 8th most commonly spoken language in the world. In the UK, about 65,000 people speak Russian as one of their main languages. It is also spoken in many other countries, such as Uzbekistan, Belarus, Latvia,