Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Tapioka .

3y ago
67 Views
4 Downloads
240.00 KB
7 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Albert Barnett
Transcription

147Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia, 2016Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri TapiokaDi Kabupaten Lampung TimurRifka Noor Azizah, Agus Slamet, Adhi YuniartoJurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, INDONESIAAbstractInstalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri tapioka di Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung menggunakan kombinasi UASB dantangki aerasi. Air limbah kemudian diolah lebih lanjut pada kolam stabilisasi. Pada saat ini seluruh kolam stabilisasi tidak menggunakan pelapismembran ataupun tanah lempung. Hal ini dinilai mencemari air tanah di daerah sekitar pabrik. Air limbah yang dilepas ke badan air juga masihmelebihi baku mutu. Sehingga perlu dilakukan evaluasi unit bangunan eksisting dan memberikan solusi atas hasil evaluasi ini. Evaluasidilakukan dengan melakukan komparasi kondisi eksisting dengan kriteria desain unit IPAL. Hasil study menunjukan bahwa beberapa kriteriaseperti waktu detensi, organic loading rate, velocity, dan dimensi pada beberapa unit tidak sesuai. Solusi yang diberikan atas pencemaran airtanah adalah penutupan kolam stabilisasi dan menggantinya dengan kombinasi unit anaeobic baffled reactor (ABR) - facultative pond. Instalasitersebut dinilai mudah dan murah dalam pengoperasian dan perawatan. Data kualitas dan kuantitas air limbah didapat dari kombinasi dataprimer dan sekunder. Data yang didapat dijadikan acuan untuk perencanaan detail engineering design IPAL pengganti kolam stabilisasi.Perhitungan biaya untuk IPAL dan perpipaan mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan Harga Satuan Pokok Kerja (HSPK) Kota BandarLampung. Setelah dilakukan perhitungan terhadap biaya pembangunan ABR dan kolam fakultatif, diperlukan biaya sebesar Rp. 761.313.124.Keywords: anaerobic baffled reactor; asidifikasi; IPAL; kolam stabilisasi; tangki aerasi; tapioka; UASB1.PendahuluanTepung tapioka saat ini banyak digunakan sebagai bahan utama aneka ragam makanan. Dominasi industri tepung tapiokadipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku berupa singkong, dimana Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi sentrapenghasil singkong di Indonesia. Lebih dari 16 Industri yang tergolong berskala besar di provinsi Lampung.Menurut survey yang dilakukan Central Data Mediatama Indonesia (CDMI), dalam lima tahun terakhir konsumsi tapioka diIndonesia meningkat rata-rata 10,49% tiap tahun. Pada tahun 2000 konsumsi tepung tapioka mencapai 2,25 juta ton, di tahun2001 telah mencapai 3,33 juta ton dan tahun 2002 mencapai 3,7 juta ton. Industri tepung tapioka berskala besar di LampungTimur pada umumnya memproduksi sekitar 88.750 ton tapioka pertahun atau kurang lebih 110 ton tepung tapioka perharidengan bahan baku singkong sebanyak 1250 ton per hari menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/I/1986yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Air bersih yang digunakan dalam produksi tepung tapiokayaitu 700-800 m3 per hari. Rata-rata air limbah yang dihasilkan untuk memproduksi 1 ton singkong adalah 5 m 3 [1].Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, suatukegiatan diwajibkan untuk mengolah dan mengelola limbah hasil kegiatannya dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.Limbah yang akan dilimpahkan ke badan air harus memenuhi baku mutu yang diatur dalam Peraturan Menteri LingkunganHidup nomor 5 tahun 2014 dan Peraturan Gubernur Lampung nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usahadan atau Kegiatan di Provinsi Lampung. Air limbah terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar yang apabila tidak melaluisuatu pengolahan konsentrasi pencemar ini akan melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Di dalam air buangan terdapatkandungan BOD, COD, TSS, dan juga bahan anorganik seperti sianida sehingga dalam pengolahannya membutuhkan kombinasidari beberapa metode dan peralatan.Air buangan industri tepung tapioka masih mengandung bahan-bahan organik dan total solid yang cukup tinggi di atasbatas persyaratan air limbah industri yang diizinkan. Kadar zat pencemar air limbah tapioka yang tinggi dan melebihi ambangbatas mendorong industri tepung tapioka di Provinsi Lampung Timur untuk mengelola air limbah yang diproduksi. Air limbahyang mengandung pencemar, bila langsung dibuang ke badan air penerima tanpa adanya proses pengolahan akan menimbulkanpencemaran. Pencemaran tersebut berupa rasa dan bau yang tidak sedap dan kurangnya oksigen yang terlarut dalam air sehinggamengakibatkan organisme yang hidup didalam air terganggu. Pencemaran yang dilakukan terus menerus akan mengakibatkankematian organisme yang ada di dalam air (Agung dan Hanry, 2009).Sebagian besar industri tepung tapioka menggunakan kombinasi pre-treatment penyisihan sianida yaitu berupa tangkiasidifikasi dengan menambahkan senyawa seperti Ca(OH) 2 atau NaOH. Kemudian air limbah disalurkan ke bangunan denganprinsip anaerobik berupa UASB atau anaerobic biodigester dan dilanjutkan oleh pengolahan berupa kolam [2]. Kombinasi daribangunan dengan prinsip anaerobik dan aerobik dinilai efektif dalam penurunan beban pencemar pada air limbah. Namun padakondisi lapangan, air limbah tapioka masih menjadi masalah pencemaran di Kabupaten Lampung Timur, maka diperlukan* Corresponding author. Tel.: 62-31-5948886E-mail address: suga@its.ac.id

148adanya evaluasi terhadap berbagai aspek pada instalasi yang telah ada. Evaluasi terhadap instalasi pengolah air limbahmemberikan output yang dapat berupa rekomendasi baik berupa penambahan bangunan ataupun evaluasi kerja bangunan.Evaluasi instalasi diharapkan dapat menurunkan konsentrasi pencemar yang akan dibuang ke badan air sesuai dengan syaratsebagai air limbah yang diperkenankan sesuai baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 danPeraturan Gubernur Lampung nomor 7 tahun 2010. Setiap kegiatan yang menimbulkan limbah cair harus dikelola terlebih dahuludalam suatu sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum kemudian dikembalikan ke lingkungan.2.Metodologi PerencanaanIdentifikasi masalah menggunakan tahapan evaluasi dan kemudian diberikan rekomendasi berupa perencanaan ulang.Evaluasi dilakukan terhadap beberapa aspek yang menunjang kinerja bangunan. Aspek yang dibahas pada perencanaan inimeliputi aspek teknis bangunan dan operasional. Menggunakan tahapan pertama yaitu, evaluasi terhadap bangunan IPALeksising yang terdiri atas unit grit chamber, bak ekualisasi, tangki asidifikasi, UASB, tangki aerasi dan bak sedimentasi. Datapenunjang yang digunakan adalah data berupa dimensi bangunan eksisting meliputi data panjang bangunan, tinggi bangunan danlebar bangunan. Data lain yang di gunakan sebagai penunjang penulisan perencanaan yaitu kualitas dan kuantitas air limbahdisetiap bangunan. Unit yang ditentukan untuk pengambilan air influen dan efluen tertera pada tabel berikut:Tabel 1. Lokasi Pengambilan SampleLokasi SamplingGrit ChamberBak EkualisasiTangki AsidifikasiUASBTangki AerasiBak HvvTeknik sampling air limbah menggunakan metode grab sampling. Parameter yang diujikan untuk menunjang datakuantitas dan metode yang digunakan untuk uji sample tertera pada Tabel 2.Tabel 2. Parameter Uji dan Metode mg/L5Sianidamg/LSumber: Baristand Industri Bandar Lampung, 2016Metode UjiSNI 06-6989.11-2004Titrimetric;(SNI 6989.72.2009)Spektrofotometri;(SNI 6989.2-2009)Gravimetri;(SNI 06-6989.3-2004)IK-03/Lc/BRSBL (pyridine pyrazalone)Adapun dilakukannya sampling dengan tujuan yaitu tertera pada Tabel 3 berikut:Tabel 3. Tujuan PengujianParameterTSSBOD5 dan CODpHSianidaTujuanmengevaluasi antara lumpur yang dihasilkan dengan jumlah mikroorganismemenghitung konsentrasi dan beban organik dari setiap unitmenentukan perubahan kondisi lingkungan karena bakteri tidak dapat hiduppada rentang pH, melainkan harus pada pH tertentumenentukan adanya kandungan racun dalam lumpur karena adanya racun atau CN yang kontak dengan ion H akan membentuk HCN sehingga air limbah dalamkeadaan asam membuat mikroorganisme tidak dapat tumbuhUntuk kolam stabilisasi, dilakukan perencanaan ulang terhadap keseluruhan kolam dikarenakan bentuk konstruksi kolamtidak memenuhi kriteria. Kolam stabilisasi tidak dilengkapi dengan tanah penutup. Dasar tanah pada kolam juga bukanmerupakan tanah lempung sehingga, kemungkinan pencemaran terhadap air tanah sangat tinggi. Hal ini menjadi pertimbanganpenting dalam perencanaan mengingat warga seempat masih banyak yang mempergunakan air tanah untuk berbagai kegiatanrumah tangga.Dalam perencanaan digunakan data sekunder yaitu baku mutu sebagai acuan pemenuhan kualitas air limbah yang akandilepas kebadan air. Digunakan juga data kontur lahan sebagai penunjang dalam merencanakan sistem penyaluran air limbah.3. Pembahasan

149Dalam memproduksi tepung tapioca, singkong sebagai bahan dasar akan melewati beberapa proses, yaitu :a. Pembersihan Bahan: Singkong didistribusikan ke dalam hopper yang berguna untuk memindahkan singkong selaludalam jumlah yang sama. Singkong kemudian didistribusikan ke ruang pengupasan untuk dikupas kulitnya.b. Pencucian: Singkong yang telah dikupas kemudian dicuci dengan air yang berasal dari kolam pengolahan limbah.c. Pemarutan: Singkong diparut dengan proses pemotongan menjadi bagian-bagian kecil terlebih dahulu yaitu denganpanjang berkisar 3-12 cm . Bagian yang telah dipotong-potong kemudian diparut menghasikan parutan halus berupapulp sehingga dimungkinkan sel pati terpecah.d. Ekstraksi: Hasil parutan dicampur dengan air yang berfungsi untuk mengekstrak pati. Campuran menghasilkan bubursingkong (air pati). Kemudian dipisah di unit ekstraktor antara ampas onggok dengan patinya.e. Separasi dan Sentrifugasi: Setelah pati terpisah dari onggok, kemudian dilakukan pemisahan lebih lanjut terhadap patiuntuk memekatkan pasta tapioka yang didapat.f. Pengeringan dan Pengemasan: Pati yang basah kemudian dikeringkan dalam oven dan siap untuk dikemas.Singkong yang digunakan adalah pencampuran antara singkong adira 1 dan singkong adira 2. Pencampuran dua jenissingkong dilakukan untuk menghindari kadar sianida yang tinggi pada air limbah yang dihasilkan.Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan limbaha.Kondisi Pengolahan Limbah EksistingAir bersih yang digunakan untuk produksi tepung tapioka perhari mencapai 886 m3. Sekitar 85% air bersih yang digunakanuntuk produksi, menjadi limbah. Limbah tepung tapioka dihasilkan dari proses produksi pada tahapan pencucian danpengendapan pati. Pada proses pengendapan pati air limbah yang dihasilkan, didistribusikan ke IPAL Biogas Plant (IPALinovatif) dan air proses yang dilakukan oleh PT. X dapat dilihat pencucian didistribusikan kedalam kolam stabilisasi yaitu kolam1.Data dimensi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi aspek bangunan pada IPAL inovatif sangat diperlukan karena dimensipada bangunan mempengaruhi kinerja proses pengolahan limbah di dalam bangunan. Pada Tabel 4 disajukan data dimensi IPALyang digunakan pada industri tapioka.Tabel 4. Dimesi IPAL InovatifNoNama Unit Bangunan1 Grit Chamber2 Bak ekualisasi3 Tangki Asidifikasi4 UASB5 Tangki Aerasi6 Bak SedimentasiPanjang (m)Lebar (m)224332410,412Kedalaman (m)5223910,481,51,536,543,5Debit yang digunakan dalam melakukan evaluasi adalah debit dari data primer yang dilakukan langsung dilapangan yaitu ratarata dari 5 hari pengambilan data. Untuk data debit air limbah dari hasil ekstraksi padti adalah 684 m 3 dan dari kegiatanpencucian adalah 63 m3. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap unit bangunan IPAL inovatif yaitu sebagai berikut:b.Grit ChamberPada unit grit chamber ditemukan permasalahan dari evaluasi pada kecepatan pengendapan air limbah. Untuk mengetahuiapakah terjadi scouring pada bangunan maka dihitung kecepatan scouring (vsc) dan kecepatan horizontal (vh). Untukmenghindari scouring maka nilai vh vsc.Kecepatan HorizontalQvh (p x t)

150 684 m3/hari(22 m x 2 m) 15,55 m/hariKecepatan scouringVs Q/As 0,007 m3/ detik /110m2 0,000063 m/ detikdp 0,00018 m/detik1,8 x vs x v 1/2g x (Sg-1)1/21,8 x 0,000063 x 0,000000895KSgФFvsc 9,8 x (2,03 -1) 0,0000031 m 0,0031 mm 0,04 2,03 0,0031 mm 0,03 8 x k x (Sg-1)x g x ф0,5f8 x 0,04 x (2,03-1)x 980 x 0,00310,50,03 5,7 m/hari 0,000065 m/detikPada perhitungan didapat nilai vh vsc hal tersebut secara teoritis menunjukan bahwa terjadi penggerusan partikel pada bangunangrit chamber.c. Bak EkualisasiTerdapatnya efisiensi removal pada parameter BOD dan COD mengindikasikan bahwa adanya pengolahan dalam bakekualisasi. Pada dasarnya didalam bak ekualisasi tidak boleh terjadi pengolahan karena fungsi bak ekualisasi hanya untukmeratakan beban air limbah saja [3]. Untuk volume pada bak ekualisasi berdasarkan perhitungan, volume ideal bak ekualisasidengan rata-rata debit yang telah dihitung sebelumnya adalah 202,8 m3 namun pada kondisi eksisting volume yang dipergunakanyaitu 1419 m3.d.Tanki AsidifikasiDalam tanki asidifikasi proses penurunan pH berjalan maksimum hal ini terjadi karena dosis injeksi lime pada tahap yangoptimal. Pada Gambar 2. Grafik menunjukan dosis lime yang ideal yang dapat diinjekasikan dalam tanki asidifikasi berdasarkankondisi pH yang akan diolah di reator biologis yang tersedia.Gambar 2. Grafik Dosis Injeksi Lime(Sumber : Eckenfelder,1989)First stage dosage (requires 2200 mg/L lime)Dosis 1 Q x 8,34lb million gal/mg/l x 2200mg/L 3317,30 lb/day

151 1504,398 kg/hariSecond stage dosage (requires 300 mg/L lime)Dosis 2 Q x 8,34lb million gal/mg/l x 300mg/L 452,359 lb/day 205,145 kg/harie. Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)Nilai upflow velocity air limbah pada bangunan UASB tidak memenuhi kriteria desain. Naiknya air limbah yang terlalucepat mengakibatkan pollutan tidak mengendap dengan baik dan berpotensi terikut keluar pada outlet UASB sehingga, removaltidak efektif. removal kecil pada UAS

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) industri tapioka di Kabupaten Lampu ng Timur Provinsi Lampung menggunakan kombinasi UASB dan tangki aerasi. Air limbah kemudian diolah lebih lanjut pada kolam stabilisasi. Pa da saat ini seluruh kolam stabilisasi tidak menggunakan pelapis . Kadar zat pencemar air li mbah tapioka yang tinggi dan me lebihi .

Related Documents:

Pengolahan limbah cair 4.1. Pengolahan limbah menurut tingkatannya 4.2. Pengolahan limbah menurut karakteristiknya MODUL 2 . 22 Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012 Koagulan (bahan penggumpar), yaitu bahan kimia yang ditambahkan dalam air limbah sehingga partikel-partikel halus dalam air limbah saling mengikat .

limbah cair rumah sakit dari laundry, pentri/gizi, ruang perawatan, kamar jenazah, ruang operasi, laboratorium, ruang radiologi, dan kamar bersalin. Volume limbah cair yang dihasilkan adalah 18700 liter/hari. Tahapan pengolahan limbah cair meliputi tahap pengolahan utama (secondary

2.3 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pengolahan air limbah Pabrik kelapa sawit (PKS) bertujuan untuk membuang atau mengurangi kandungan limbah yang membahayakan kesehatan serta tidak mengganggu lingkungan tempat pembuangannnya. Proses pengolahan limbah cair PKS terdiri dari perlakuan awal dan pengendalian lanjutan. Perlakuan awal

1 EVALUASI SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR Mary Selintung 1, Mukhsan Putra Hatta 1, Akhmad Ikramuddin 2 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar 90245 Indonesia 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin 90245 Makassar ABSTRAK : Pertumbuhan penduduk yang cepat di Kota Makassar .

2.2 Limbah Cair Domestik (Air Limbah) 14 2.2.1 Pengelolaan Air Limbah 16 . Prediksi Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 dan Proyeksinya s.d 2020 37 . Adapun kontribusi limbah padat domestik atau sampah adalah sebesar 0,022 Gigaton CO 2(eq), limbah

Rumah Sakit. Instalasi yang terpasang di rumah sakit : 1. Instalasi Air 2. Instalasi Mekanikal Elektrikal : Listrik Medik 3. Instalasi Gas Medik 4. Instalasi Uap 5. Instalasi Pengolah Limbah 6. Pencegahan dan Penanggulangan Kebaka

Dalam upaya memaksimalkan kemampuan proses pengolahan air limbah melalui pengolahan biologis dengan sistem anaerob aerob biofilter di fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat optimal dan efisien serta menghasilkan efluen yang memenuhi baku mutu yang berlaku, maka disusun panduan atau buku Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL .

2nd Grade English Language Arts Georgia Standards of Excellence (ELAGSE) Georgia Department of Education April 15, 2015 Page 1 of 6 . READING LITERARY (RL) READING INFORMATIONAL (RI) Key Ideas and Details Key Ideas and Details ELAGSE2RL1: Ask and answer such questions as who, what, where, when, why, and how to demonstrate understanding of key details in a text. ELAGSE2RI1: Ask and answer .