AKHLAK TASAWUF - UIN BANTEN

3y ago
78 Views
16 Downloads
1.32 MB
208 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Elisha Lemon
Transcription

AKHLAK TASAWUFPenulis: Dr. H. Badrudin, M.Ag.Hak Cipta Dilindungi Undang-undangAll Rights ReservedISBN: 978-602-1708-02-6Cetakan II, September 2015viii 200 halaman, 15 x 21 cmDiterbitkan olehIAIB PRESSAlamat:Jl. Ki Fathoni No. 12/51 Pegantungan Serang 42111Telp. / Fax: (0254) 201537Editor: Dr. Syafi’in Mansur, MADesain Sampul & Tata Letak: Agus Ali Dzawafi

KATA PENGANTARREKTOR IAIN SULTAN MAULANA HASANUDDINBANTENAkhlak yang luhur dalam kehidupan keseharian merupakansuatu keniscayaan bagi seorang Muslim yang muttaqin, sedangkantasawuf menjadikan agama tidak saja dimengerti atau dipahamitetapi juga dihayati serta dirasakannya sebagai suatu kebutuhan,bahkan lebih dari itu suatu kenikmatan berhadapan dengan sangKhalik (pencipta alam semesta). Rasa muraqabah dan muqarabahseorang hamba merupakan bukti kedekatan hamba denganTuhannya sehingga akan terhindar dari perbuatan-perbuatan terceladan menghinakan.Eksistensi manusia yang berkecenderungan mencari nilainilai Ilahiyah merupakan bukti bahwa manusia itu pada dasarnyamakhluk rohani di samping sebagai makhluk jasmani. Sebagaimakhluk jasmani, manusia membutuhkan hal-hal yang bersifatmateri, dan sebagai makhluk rohani manusia membutuhkanterhadap hal-hal yang bersifat immateri atau rohani (Sahabuddin:2002). Demikian pula dalam ajaran Islam esensinya dibagi dalamdua aspek, yaitu aspek eksoteris (lahiriyah) dan aspek esoteris(batiniyah). Sebagaimana disebutkan oleh Sudirman Tebba, selamaini nampaknya dalam pendidikan Islam masih banyak yangmenekankan aspek eksoteris dari pada aspek esoteris.Buku Akhlak Tasawuf yang ditulis oleh Saudara H.Badrudin ini nampaknya mengarahkan pada keseimbangan antaraaspek eksoteris dan aspek esoteris. Dalam akhlak menekankan padaimplementasi dalam kehidupan tidak hanya bersifat teori belaka.Sedangkan dari sisi tasawuf mengarah pada nilai-nilai spiritual dalamrangka menjadi manusia yang dekat dengan Tuhannya. Oleh karenaiii

itu faidah dalam memahami buku ini merupakan sebuah pengantardalam membina pola hidup lahir dan batin menuju ridha Ilahi.Mudah-mudahan buku yang dihadapan para pembaca inibermanfaat bagi pembinaan mental spiritual dan semoga buku inimenjadi bekal amal shalih sebagai ilmu yang bermanfaat baik sebagaibahan kajian maupun sebagai informasi keilmuan. Amin.Serang, 11 Maret 2013Prof. Dr. H.E. Syibli Sarjaya, LML, MM.iv

KATA PENGANTARSegala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telahmemberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Shalawatdan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,para keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya hingga akhirzaman.Perlu diketahui, bahwa buku “Daras” ini disusun untukmenjadi salah satu bahan referensi bacaan mata kuliah AkhlakTasawuf. Akhlak Tasawuf diharapkan dapat memberi sumbangsihyang besar guna memperbaiki kemerosotan akhlak (dekadensimoral) yang tengah melanda bangsa Indonesia dewasa ini. Tak adagading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam penulisanbuku ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulismengharapkan saran-saran yang membangun ke arah yang positifdemi perbaikan selanjutnya.Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulismengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. E. SyibliSarjaya, LML, MM. Sebagai Rektor IAIN Sultan MaulanaHasanuddin Banten (SMHB). Demikian juga kepada Bapak Drs.Wazin Baihaqi, M.Si. sebagai ketua Lembaga Penelitian IAIN“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, semua kolega (dosen) diFakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab IAIN “SMH” Banten dantak lupa kepada semua pihak yang turut membantu dalampenyelesaian penulisan buku “Daras” ini, penulis ucapkan banyakterima kasih. Semoga amal baik mereka senantiasa diterima di sisiAllah SWT. Amiin.Akhirnya penulis mohon maaf dan maklum yang sebesarbesarnya apabila dalam menyusun dan menyajikannya kurangberkenan. Dengan mengharap ridha Allah, mudah-mudahan bukuv

ini menjadi wasilah sebagai amal shalih (‘ilmun yun tafa’u bihi). Danhanya kepada Allah SWT kita mengharapkan hidayah dan taufikNya. Amin.Serang, 13 Agustus 2012Penulisvi

DAFTAR ISIHALAMAN COVER---iKATA PENGANTAR---iiiKATA PENGANTAR---vDAFTAR ISI---viiBAB I PENDAHULUAN---1BAB II AKHLAK, MORAL DAN ETIKA---7A. Pengertian Akhlak, Moral dan Etika---7B. Sumber Akhlak, Moral dan Etika---12C. Manfaat Mempelajari Akhlak, Moral dan Etika---13D. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Akhlak, Moral, danEtika---14BAB III SEJARAH, RUANG LINGKUP DAN NILAINILAI ILMU AKHLAK---19A. Garis Besar Pertumbuhan Ilmu Akhlak---19B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak---37C. Dasar-dasar Akhlak Islami---40D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak---45E. Nilai-nilai Akhlak dan Pembentukannya---47BAB IV NILAI-NILAI ILMU TASAWUF---57A. Makna Tasawuf, Ruang Lingkup, dan Tujuannya---57B. Manfaat Ilmu Tasawuf dalam Kehidupan---62C. Dasar-dasar Ilmu Tasawuf dalam Al-Qur’an---66D. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf---78E. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam, Filsafat, Fikih, danPsikologi Agama---84F. Kaitan antara Tasawuf dan Tarekat---89vii

BAB V AJARAN-AJARAN DALAM ILMU TASAWUF---93A. Syari’at, Thariqat, Hakikat, dan Ma’rifat---93B. Maqamat dan Ahwal---107C. Takhalli, Tahalli, dan Tajalli---112D. Riyadhah, Muqorobah, dan Muroqobah---114E. Fana, Baqa, dan Ittihad---124F. Mahabbah, Al-Hulul, dan Wahdatul Wujud---132G. Insan Kamil dan Waliyullah---158BAB VI PENUTUP---185DAFTAR PUSTAKA---187viii

BAB IPENDAHULUANAkhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalamkehidupan. Dalam kaitan ini pula peranan pendidikan agama Islam dikalangan umat Islam termasuk kategori manifestasi dari cita-cita hidupIslam dalam melestarikan dan mentransformasikan nilai-nilai Islamkepada pribadi generasi penerusnya. Moral yang terbimbing dalamnaungan Ilahiyah akan melahirkan etika yang lurus dan terarah. Untukitu nilai-nilai Islam yang diformulasikan dalam cultural religious tetapberfungsi dan berkembang di masyarakat dari masa ke masa.1 Untuk itupendidikan yang mengarah kepada pembinaan akhlak sangat perludiberikan dalam pengajaran dan pendidikan baik yang formal,nonformal maupun informal.Dalam fenomena kehidupan di masyarakat, setiap wargamasyarakat wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya menurut situasiaktual yang ada di hatinya dan mengadaptasikan dengan situasilingkungan tempat ia berada. Peranan yang paling tepat ialah bilamanaia mampu bertindak multi peranan, peranan silih berganti, ia harusmampu memerankan diri sebagai individu dan juga sebagai anggotamasyarakat. Keberhasilan seseorang dalam mempertemukan titikoptimum, yakni peran individu dan peran sosial, telah sampai padatingkat “matang” atau “dewasa”.2 Matang atau dewasa dalam arti sosial1Encep Safrudin Muhyi, dalam Dinamika Umat, edisi 52/VI/Maret 2007, h.16.2Dalam tasawuf, memang ada ajaran tentang uzlah (pengasingan diri daripergaulan masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah), tetapi hal ini tidakbermaksud untuk menjauhkan orang yang menempuh jalan sufi dari urusan duniawi.Demikian juga uzlah tidak harus dilakukan secara terus menerus sepanjang hidupseseorang. Lihat Sudirman Teba, Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari, (Ciputat:Pustaka Irvan, 2008), cet. II, h. 5.1

2 Akhlak Tasawuftidak diukur dari tingkat usia dan tinggi besar fisik, tetapi dilihat dari“tingkat berpikir”. Pengalaman menunjukkan bahwa ada saja seseorangyang tingkat usianya sudah tinggi, tetapi cara berpikirnya sangatkekanak-kanakan. Sebaliknya, ada orang yang relatif muda, tetapi dalamcara berpikir sudah matang.Sebenarnya telah banyak penelitian dijalankan untukmendapatkan jawaban atas pertanyaan “Mengapa manusia itu selaluhidup bermasyarakat?”. Beberapa kesimpulan yang didapat adalahmanusia itu tidak dapat hidup sendiri, misalnya hidup di gua atau didalam hutan yang sunyi. Ia selalu tertarik untuk hidup bersama ataubermasyarakat. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya manusiaadalah mahluk sosial yang memiliki dorongan atau hasrat, danmempengaruhi hidup manusia dalam bergaul dengan manusia lainnyadi dalam hidup bermasyarakat. Semua tingkah laku dan perbuatanmanusia ditimbulkan karena ada hasrat-hasrat pada manusia. Hidupbermasyarakat bentuk dan coraknya banyak dipengaruhi olehperbuatan dan tingkah laku manusia sebagai realisasi dari hasrat-hasratyang ada pada manusia. Dalam hal ini manusia perlu memiliki akhlakdan perangai yang mulia melalui pendidikan dan pengajaran.Dalam kaitan ini, menurut Manna’ al-Qatthon3 bahwa sistembelajar-mengajar yang tidak memperlihatkan tingkat pemikiran yangdiajar/dididik (thullab) dalam tahapan-tahapan pengajaran, bentukbentuk bagian yang bersifat menyeluruh dan perpindahan dari yangumum menuju yang khusus atau tidak memperhatikan pertumbuhanaspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani,maka ia adalah sistem pendidikan yang gagal yang tidak memberi hasililmu pengetahuan kepada umat, selain hanya menambah kebekuandan kemunduran.3Manna’ al-Qatthon, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al-‘AshrilHadits, tt.), cet. III, h. 117.

Pendahuluan 3Kekuatan batin seseorang bisa mapan bilamana diiringi dengankekuatan iman dari nur Ilahi. Dalam kehidupan tidak lepas dengansuka dan duka, maka dengan adanya batin yang suci akan dihadapinyadengan penuh ketenangan. Orang yang batinnya diisi dengan spiritualiman yang kokoh akan menimbulkan kedamaian, maka tercapailahkebahagiaan dan keserasian. Tanpa keseimbangan antara material danspiritual mendatangkan kegoncangan jiwa, karena material merupakanunsur jasmani dan spiritual merupakan unsur batin. Sedangkankeduanya itu tidak terpisahkan bila ingin tercapai kekuatan dankeseimbangan hidup.Ada suatu cerita bahwa Dr. Husain Haikal Pasya, seorangintelektual Islam di Mesir, yang telah berkecimpung di dalam suasanaberfikir kebendaan mempergunakan rasio dengan sebebas-bebasnya, dihari mulai tuanya ia merasa bahwasanya hidup kebendaan perludiimbangi dengan kerohanian. Maka pergilah ia mengerjakan rukunIslam kelima (haji) ke Mekkah dan keluarlah bukunya yang terkenalFimanzilli al-Wahyu (di tempat wahyu diturunkan). Dan di pasal yangakhir dari buku itu ia menulis tentang perlunya manusia untukmengimbangi hidup kebendaan dengan hidup kerohanian.4 Hal inilahyang mendasari arti penting diajukannya buku ajar mata kuliah AkhlakTasawuf.Diantara tujuan mempelajari Tasawuf adalah untukmembentuk akhlak yang baik, hati yang bersih, berbuat ikhlas, bersikapkhusyu’, sabar, tawakkal, muqorobah, muroqobah, dan seluruh sifatyang terpuji.5 Lebih dari itu, Tasawuf harus dipahami dihayati sertadirasakannya sebagai suatu kebutuhan dan kenikmatan.6 Itu semua4Hamka, Tasauf perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1993), cet. XVIII, h. 16.5K. Permadi, Pengantar Ilmu Tasawwuf, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. II, h.4.6Ibid., h. 3.

4 Akhlak Tasawufmerupakan bagian dari nilai-nilai urgensi mempelajari Akhlak danTasawuf.Pendidikan akhlakul karimah perlu diberdayakan melaluiproses pembelajaran. Dalam hal proses belajar-mengajar tentunyaberlandaskan dua asas, yaitu: 1) Dengan menjaga (memperlihatkan danmemperhatikan) terhadap tingkat kemampuan atau pemikiran yangdiajar (peserta didik), 2) Pengembangan potensi akal, jiwa, danjasmaninya dengan apa-apa yang mengarahkannya kepada kebaikandan petunjuk/kebenaran.7Dalam hal ini antara kekuatan akal dan hati mesti adakeserasian yang mapan, akal untuk berfikir dari sesuatu yang nyata,sedangkan hati untuk mengiyakan dari sesuatu yang tidak nyata (ghaib).Seseorang yang hanya mementingkan rasio nanti pada akhirnya tidaktercapai kepuasan, dan seseorang yang hanya mementingkan hatimenimbulkan kebekuan dan bisa jadi keterbelakangan dalam halkeduniaan. Untuk itu hasil kajian Akhlak Tasawuf secara konseptualmemiliki signifikansi ilmiah dalam menghampiri nilai-nilai akhlak8 danprinsip-prinsip tasawuf dalam kehidupan. Oleh karena itu di kalanganmahasiswa nampaknya sangat signifikan untuk dikaji materi-materiakhlak dan tasawuf, yaitu: (1) Menjadi faktor pendukung pembentukanpribadi yang berakhlakul karimah; (2) Membentuk pribadi yangtangguh dan sabar dalam menjalani hidup; (3) Mengimplementasikankonsep-konsep akhlak dan tasawuf dalam kehidupan; (5) Memadukankonsep akhlak dan tasawuf dalam menghadapi masalah sosial dankehidupan; (6) Menghubungkan akhlak dan tasawuf dengan disiplin7Manna’ al-Qatthon, Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an, (ttp.: Masyurot al-’AshrilHadits, tt.), cet. III, h. 116.8Pada dasarnya tujuan pokok dipelajari ilmu akhlak yaitu agar setiap orangmempunyai kepribadian mulia dan berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku(tabi’at), dan berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan prinsip-prinsipajaran Islam.

Pendahuluan 5ilmu lainnya; dan (7) Diupayakan adanya perubahan tingkah lakumenuju akhlak Qur’ani dan nilai-nilai tasawuf Islami.Di dalam kerangka teoritis yang dijadikan bahan untukpenelitian ini diantaranya teori-teori akhlak dan tasawuf dalammenempuh perjalanan syari’at, thariqat, hakikat, dan makrifat. Orangyang berhasil dalam menempuh empat hal itu denganmenyeimbangkan diri antara syari’at lahir dan batin akanmendapatkan anugerah dari Allah menjadi insan kamil.

6 Akhlak Tasawuf

BAB IIAKHLAK, MORAL DAN ETIKAA. Pengertian Akhlak, Moral dan EtikaJika dikaji lebih mendalam dan dihubungkan dengan kontekskalimat, kata moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yangberbeda. Moral artinya ajaran tentang baik buruk yang diterima umummengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti. Moral adalahistilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakanbenar, salah, baik, buruk.1 Yang dimaksud penilaian benar atau salahdalam moral, adalah masyarakat secara umum. Sedangkan akhlak,tingkah laku baik, buruk, salah, dan benar adalah penilaian dipandangdari sudut hukum yang ada dalam ajaran agama. Sesuai dengan maknaaslinya moral berasal dari bahasa latin yaitu mores kata jama’ dari mos,artinya adalah adat kebiasaan2 yang menjadi dasar untuk mengukurapakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Oleh karena itu, untukmengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk dapat dilihat apakahperbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima kesatuansosial atau lingkungan tertentu. Karena itu dapat dikatakan baik buruksuatu perbuatan secara moral, bersifat lokal.31Dalam hal ini, moral sekuler bersumber dari pikiran dan prasangka manusiayang beraneka ragam. Sedangkan moral Islam bersandar kepada bimbingan danpetunjuk Allah dalam Al-Qur’an. Lihat Hamzah Ya’kub, Etika Islam, (Bandung:Diponegoro, 1996), cet. VII, h. 15.2Ibid., h. 14.3Sebagai bahan kajian lihat Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan AkhlakulKarimah (Suatu Pengantar), (Bandung: Diponegoro, 1996), cet. VII, h. 12-14. Daud Ali,1998 : 354.7

8 Akhlak TasawufDalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagaiilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).4 Jadi, etika yaituilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dankewajiban moral. Kata “akhlak” dapat diartikan sebagai perangai. Katatersebut memiliki arti yang lebih mendalam karena telah menjadi sifatdan watak yang dimiliki seseorang. Sifat dan watak yang telah melekatpada diri pribadi akan menjadi kepribadian. Dapat juga dikatakanbahwa perangai adalah sifat dan watak yang merupakan bawaanseseorang. Pembentukan perangai ke arah baik atau buruk, ditentukanoleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitulingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terdekatbagi seseorang. Melalui keluarga dapat terbentuk kepribadian. Perangaidalam penerapannya mungkin menimbulkan penilaian positif ataunegatif tergantung pada perilaku orang yang melakukan.Secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk jamak dari khilqunatau khuluqun yang artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atautabi’at.5 Istilah akhlak mempunyai sinonim dengan etika dan moral;etika dan moral berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata etosmaknanya kebiasaan, dan mores artinya kebiasaannya. Kata akhlak64W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1985), cet. VIII, h. 278.5Isim mashdar dari kata Akhlaka bukan Akhlak tetapi ikhlaq. Berkenaan denganini, ada yang berpendapat bahwa secara bahasa kata Akhlak merupakan isim jamid atauisim ghair musytaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebutmemang sudah demikian adanya. Dalam hal ini perhatikan QS. 68:4 dan QS. 26:137.Lihat Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 1-2.6Akar katanya dari Akhlaka-yukhliqu-ikhlaqan mengandung makna perangai,kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan (adat), fitrah (naluri atau pembawaan), almuru’ah (keprawiraan, kejantanan, dan kekesatriaan), kepatutan atau pantas, dan al-din.Ibid., h. 1. Lihat Luis Ma’luf, Kamus al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah al-Katulikiyah, tt.),h. 19; Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 19; lihat pula A.W.Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),edisi II, cet. XIV, h. 363-364.

Akhlak, Moral dan Etika 9berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya menciptakan. Khaliqmaknanya pencipta atau Tuhan dan makhluq artinya yang diciptakan,sedangkang khalaq maknanya penciptaan. Kata khalaqa yangmempunyai kata yang seakar diatas mengandung maksud bahwa akhlakmerupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan dan manusia.Pada makna lain kata akhlak dapat diartikan tata perilaku seseorangterhadap orang lain. Jika perilaku ataupun tindakan tersebut didasarkanatas kehendak Khaliq (Tuhan) maka hal itu disebut sebagai akhlak hakiki.Oleh karena itu, akhlak dapat dimaknai tata aturan atau normakepribadian dan prilaku yang mengatur hubungan antara sesamamanusia (hablumminannas), manusia dengan Tuhan (hablumminallah),serta manusia dengan alam semesta (lingkungannya).Pengertian akhlak secara terminologis menurut:a) Imam Ghozali:7”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkanperbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupunpertimbangan?”b) Ibnu Maskawaih:87Imam Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Beirut: Darul Fikr, tt.), jilid III, h. 56. LihatAbuddin Nata, Op.cit., h. 3. Imam Ghazali (1059-111 M.) merupakan Hujjatul Islam(pembela Islam) karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yangdianggap menyesatkan.8Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: Al-Mathba’ah alMishriyyah, 1934), cet. I, h. 40. Ibnu Miskawaih (w. 421 H./1030 M.) adalah seorangpakar dibidang akhlak.

10 Akhlak Tasawuf”Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatandengan tidak membutuhkan pikiran dan pertimbangan.”c) Menurut Ahmad Amin:9”Khuluq (akhlak) adalah membiasakan kehendak.”Dari berbagai definisi di atas, definisi yang disampaikan olehAhmad Amin lebih jelas menampakkan unsur yang mendorongterjadinya akhlak yaitu kebiasaan dan iradah (kehendak). Jikaditampilkan satu contoh proses akhlak dapat disebutkan berikut ini:1) Dalam iradah harus ada kecenderungan untuk melakukansesuatu, kemudian terdapat pengulangan yang seringdikerjakan sehingga tidak memerlukan pikiran.2) Dalam iradah menampakkan hal-hal berikut: (a) lahirkeinginan-keinginan setelah ada rangsangan (stimulan) melaluiindra, b) muncul kebimbangan, mana yang harus dipilihdiantara keinginan-keinginan itu Padahal harus memilih satudari keinginan tersebut, dan (c) mengambil keputusan denganmenentukan keinginan yang diprioritaskan diantara banyakkeinginan tersebut.10Contoh, pada jam 2 siang seorang berangkat ke pasar mencaribengkel motor untuk membeli kampas rem. Di saat memasuki loronggang, ketika menoleh ke arah kanan ia melihat warung makan yangpenuh dan sesak ada kepulan bau nikmat yang ia hirup. Sesaatkemudian melihat arah kiri, terdapat es cendol yang laris dibeli orang.Padahal orang tersebut sudah lapar dan haus. Sementara di arah depan9Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) terj., (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. VII,h. 62.10Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa, orang yang baik adalah

A. Makna Tasawuf, Ruang Lingkup, dan Tujuannya---57 B. Manfaat Ilmu Tasawuf dalam Kehidupan---62 C. Dasar-dasar Ilmu Tasawuf dalam Al-Qur’an---66 D. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf---78 E. Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam, Filsafat, Fikih, dan Psikologi Agama---84 F. Kaitan antara Tasawuf dan Tarekat---89

Related Documents:

20 Zahrudin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persda, 2004), hlm. 14. 27 Islam memandang bahwa akhlak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Islam menegaskan akhlak merupakan misinya yang paling utama. Rasulullah saw. b

Kata kunci: Pendidikan Akhlak Tasawuf dan Kitab Sullam Taufiq Akhlak yang ditunjukkan oleh para pelajar semakin lama semakin merosot. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerhati pendidikan di Indonesia. Demi terwujudnya pela

digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—by.ac.id digilib.uin—byKac.id digilib.uin—by.ac.id

Tabel 4.12 : Analisis Data Tentang Pengaruh Pemahaman Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Akhlak Terpuji Terhadap Perilaku Filantropi Siswa Kelas X Yang Berasal Dari SMP Tabel 4.13 : Rumus Product Moment Tabel 4.14 : Signifikansi Hubungan Antara Variable X (Pemahaman Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Akhlak Terpuji) dengan Variable Y

penetian dengan Judul “Konsep Tasawuf Modern dalam Pemikiran Nasaruddin Umar”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep Tasawuf Modern menurut Nasaruddin Umar? 2. Bagaimana implikasi Tasawuf perspektif Nasaruddin Umar di era modern ini? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peniliti memiliki tujuan

KONSEP TASAWUF SOSIAL PROF. DR. H. M. AMIN SYUKUR, M.A., DAN RELEVANSINYA . tujuan pendidikan Islam dan pemikiran tasawuf sosial Amin Syukur, serta mencari tahu relevansi diantara keduanya. Adapun jenis . kesempatan bagi tasawuf untuk ikut andil bersama dalam rangka membentuk manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial.

tentang pemikiran tasawuf KH. Mahmud Hasil dalam kitab Simpanan Berharga. Buku ini berupaya untuk memaparkan dua hal yakni pemikiran tasawuf KH. Mahmud Hasil dan corak pemikiran tasawuf seperti apa yang menjadi penekanannya. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang hazanah

Architectural Graphic Standards , American Institute of Architects, Mar 30, 2007, Architecture, 1080 pages. Since 1932, the ten editions of Architectural Graphic Standards have been referred to as the "architect's bible." From site excavation to structures to roofs, this book is the. Basic construction blueprint reading , Mark W. Huth, 1980, Architecture, 131 pages. Discusses the use of .