Keanekaragaman Hayati, Lansekap Dan Sumber Penghidupan .

2y ago
43 Views
6 Downloads
456.24 KB
27 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Sabrina Baez
Transcription

4Keanekaragaman Hayati, Lansekapdan Sumber Penghidupan:Sebuah perspektif lokalDouglas Sheil, Miriam van Heist, Nining Liswanti, Imam Basuki,Meilinda Wan, dibantu oleh masyarakat dari Paya Seturan, LongLake, Punan Rian, Langap, Laban Nyarit,Long Jalan, Liu Mutai dan Gong SolokPerlunya upaya konservasi di KalimantanMasyarakat di seluruh dunia memprihatinkan hilangnya hutan di Kalimantan besertaisinya yaitu berbagai spesies unik satwa dan tumbuhan. Hutan hujan tropis itu secaraglobal sangat penting bagi berlimpahnya jenis dan endemisme (spesies yang tidak ada ditempat lain) (Whitmore, 1986). Beberapa kajian global mutakhir memperkirakan hutanKalimantan menyimpan lebih banyak spesies tumbuhan dibanding kan kawasan lain (Kierdkk, 2005). Meskipun dengan terbatasnya data di kebanyakan kawasan Kalimantan,setidaknya terdapat 37 spesies burung, 44 mamalia darat dan lebih dari sepertiga dariperkiraan seluruh tumbuhan sebanyak 10,000 sampai 15,000 spesies hanya terdapat dipulau ini (MacKinnon dkk, 1996). Dengan semakin banyaknya kawasan hutan yang rusakdan bahkan hilang, semakin besar pula ancaman bagi spesies-spesies tersebut.Sampai saat ini eksplorasi biologi di Malinau masih sedikit, seperti kebanyakan wilayahKalimantan Timur lainnya. Para konservasionis menduga lansekap perbukitan berhutandi dekat Taman Nasional Kayan Mentarang (Sorensen dan Morris, 1997; Wulffraat danSamsu, 2000) juga memiliki nilai konservasi biologi yang tinggi – kaya dengan berbagaipopulasi spesies yang statusnya terancam di tempat lain,1 seperti Beruang madu (Ursusmalayanus) dan macan dahan (Neofelis nebulosa). Namun informasi dari luar kawasan

58Latar Belakang Teori dan KontekstualTaman Nasional relatif jarang dan terlokalisasi (Puri, 1998, 2001; Fimbel dan O’Brien,1999; Gomez Gonzalez, 1999).Daerah Malinau merupakan bagian dari ekosistem hutan yang relatif masih utuh bagibanyak spesies Kalimantan. Meskipun berpenduduk, populasi di kawasan ini umumnyakecil dan tersebar (kepadatan kurang dari 1 orang per kilometer persegi). Hutan primermendominasi lansekapnya, dengan beberapa bekas peladangan gilir-balik dan pertumbuhansekunder. Sama seperti daerah lainnya di Kalimantan, lansekap di Malinau mengalamiperubahan sangat cepat. Hal ini sangat mempengaruhi nilai daerah ini bagi masyarakatlokal dan para konservasionis dunia. Pandangan para konservasionis, pembalak, danpemodal perkebunan kelapa sawit sudah banyak diketahui, namun pendapat dan keinginanmasyarakat lokal yang seringkali terlewatkan. Tulisan ini akan mengulas hal-hal tersebut.Pelimpahan wewenang ke tingkat kabupaten telah memperbesar kendali pemerintahlokal atas tata guna lahan, dan kondisi lokal pun berubah seketika (Barr dkk, 2001; Sheildkk, 2006). ‘Malu’ yang berasal dari prasangka umum tentang ‘primitif ’-nya kehidupanmasyarakat hutan masih menghambat komunikasi dalam topik-topik semacam ini (Sheildkk, 2006).Dengan berkembangnya demokrasi lokal, terbukalah peluang baru cara mengendalikandan mengelola lahan dan sumberdaya. Namun pola pikir yang ada mungkin tidak bisamengikuti perubahan – contohnya, perencanaan tataguna lahan masih belum berupa proseskonsultatif yang efektif. Tidak hanya para politisi dan pegawai pemerintah saja, semuapihak yang terlibat dalam kebijakan konservasi perlu didorong untuk lebih berkonsultasidengan masyarakat lokal.Perlunya menggali persepsi masyarakat lokalAdakah cara agar upaya konservasi bisa memberi manfaat, bukannya hambatan bagi wargaMalinau? Bagaimana caranya dan apa yang perlu kita ketahui serta lakukan? Yang diperlukanadalah pemahaman terhadap kebutuhan lokal serta dasar-dasar ekologi konservasi, dancara-cara agar hal itu bisa lebih mempengaruhi pembuatan kebijakan yang berdampakpada kehidupan masyarakat Malinau dan hutannya yang kaya dengan keragaman hayati.Mengungkap jasa-jasa dan manfaat yang ada dalam lansekap tropis, serta analisa biayalokal yang disebabkan kesalahan kebijakan ataupun strategi manajemen merupakan awalanpenting untuk memunculkan pilihan yang lebih berwawasan. Mengungkapkan keinginanlokal akan membuatnya lebih sulit diabaikan. Prinsip yang melandasi upaya kami adalahkeyakinan bahwa hasil konservasi tidak hanya berasal dari luasnya wilayah lindung,ataupun hanya bagi kaum konservasionis profesional saja; namun keanekaragaman hayatiperlu dijaga di kawasan peruntukan lain. Hal itu menuntut kerjasama masyarakat lokaldan pengusaha kayu serta para pemangku kepentingan lainnya yang juga mencerminkanragam persepsi serta pilihan mereka.Bab ini mengulas persepsi masyarakat lokal atas keanekaragaman hayati dan pendekatanpenelitian kami yang memberikan struktur kerangka kerja membangun pemahamanbersama sebagai landasan kegiatan. Pemahaman bersama itu akan mendorong diskusi lebihmendalam di antara para praktisi pembangunan, pembuat kebijakan maupun masyarakatkehutanan. Sasaran utamanya adalah kebijakan yang lebih berwawasan tentang tatagunalahan, untuk meningkatkan konservasi hutan dan melindungi kepentingan masyarakatlokal, serta menyiapkan penggunaan dan konservasi hutan tropis secara lebih bijaksana.

Keanekaragaman Hayati, Lansekap dan Sumber Penghidupan59Penelitian ini mencatat lansekap dan keanekaragaman hayati di hulu Daerah AliranSungai (DAS) Malinau untuk menjelaskan kebutuhan dan prioritas masyarakat lokal.Penelitian ini terdiri dari tiga komponen:123mengenali spesies, habitat dan lokasi khusus apa, terdapat di mana;mengenali siapa penggunanya dan seberapa dibutuhkannya; sertamengenali cara mempertahankan nilai tersebut di masa depan.Setelah dirangkum, ketiga elemen tersebut menjelaskan berbagai prioritas lokal tentangkeanekaragaman hayati dan implikasinya yang lebih luas.Kami mengamati tujuh kelompok suku Merap dan Punan (lihat Tabel 4.1); yangmewakili perbedaan budaya di DAS Malinau. Perbedaan paling mencolok di antarakedua kelompok itu adalah adanya penguatan sejarah atas kebiasaan suku Merap dibidang perladangan, sementara suku Punan yang semi-nomadik lebih sebagai pemburudan pengumpul. Secara politik suku Merap lebih aktif, sedangkan suku Punan kurangmenonjol. Pada beberapa dekade ini pemerintah berusaha memukimkan suku Punandengan mendorong kegiatan pertanian mereka.Pertemuan pendahuluan dengan setiap komunitas dilakukan bersama seluruh anggotatim, namun pada sebagian besar kegiatan para peneliti dibagi dalam dua kelompok. Tim desa,didampingi beberapa asisten lokal, melaksanakan pertemuan komunitas untuk melakukandiskusi kelompok, survei rumah-tangga dan wawancara. Mereka mengumpulkan berbagaiinformasi tentang penilaian, kebutuhan, budaya, kelembagaan dan aspirasi komunitaslokal, serta mengamati pengetahuan dan persepsi serta keterkaitan warga dengan lansekap.Beberapa informan kunci dilibatkan untuk mengidentifikasi dan menunjukkan hasil-hasildan satuan luasan hutan lokal.Tabel 4.1 Survei pengukuran persepsi masyarakat tentang keanekaragaman hayatiMasyarakatGong Solok IWilayah adat(km2)b324Jumlah KepalaKeluarga/KK44Jumlah penduduk Etnis utamad208MerapPaya Seturana22c13116MerapPunan Riana22c939PunanLangap46999415MerapLaban Nyarit25629138Merap dan PunanLiu Mutai3701153PunanLong Jalan74831114PunanCatatan:a Kedua komunitas ini diteliti paling awal. Karena adanya perbaikan metodologi, tidak semua data yang diperoleh bisadibandingkan dengan hasil penelitian selanjutnya.b Ini adalah angka perkiraan tidak resmi, beberapa batas wilayah masih dalam sengketa.c Kawasan ini dipakai bersama oleh suku Paya Seturan dan Punan Rian, meskipun sebenarnya menggunakan kawasan lebihluas (lahan klaim kelompok Langap jarang mereka kunjungi)d Secara umum, dilakukan berbagai upaya untuk tetap membedakan identitas etnis pada pengumpulan data, meskipunterkadang hal ini sulit dilaksanakan, misalnya pada pertemuan komunitas.Sumber: Survei CIFOR yang dilaksanakan pada tahun 1999 dan 2000 (cifor.cgiar.org/mla)

60Latar Belakang Teori dan KontekstualTabel 4.2 Kategori-guna yang digunakan untuk mengkuantifikasi tingkat kepentingan lansekapKategoriPenjelasan (berdasarkan uji coba)PanganMakanan utama dan sekunder, termasuk untuk masa paceklikObatBerkaitan dengan pengobatan dan kesehatanKonstruksi ringanTiang dan kayu untuk pondok, kemah dan pagarKonstruksi beratTiang dan kayu untuk rumah tinggalKonstruksi perahuKayu untuk perahu (tidak termasuk dayung dan galah)PeralatanBagian tumbuhan untuk peralatan bertani, berburu, berperahu, termasuksumpit, tombak, dayung, galah, penumbuk gabah, dan gagang peralatanKayu bakarBahan bakarKeranjang/anyamanTali, anyaman tikar, dan lain-lain.Ornamen/upacaraUpacara, pakaian, perhiasanBarang daganganHasil-hasil hutan yang dijual atau dipertukarkanPeralatan berburuRacun, umpan, dan perekat untuk menangkap satwaTempat berburuTumbuhan sebagai pemikat satwa berharga tinggi yang secara tidaklangsung meningkatkan nilai lokasi perburuan.Rekreasi, mainan danperalatan bermainKawasan atau hasil hutan yang dimanfaatkan untuk kesenangan dan tempatbermainMasa depanUmum (tidak dijelaskan secara rinci)LainnyaKolom ini untuk manfaat lain yang belum terkategorikan (responden bisamenambahkan hal-hal yang sebelumnya terabaikan) (hal-hal yang tidaktergolong dalam kategori 1 sampai 14)Sumber: Sheil dkk, 2002Pemberian skor, dikenal sebagai Pebble Distribution Methods (PDM), digunakan untukmengkuantifikasi nilai penting berbagai produk dan satuan lansekap. Pengkategorian dalamPDM ini, dan juga dalam penilaian penggunaan tumbuhan maupun lokasi lapangan,disajikan di Tabel 4.2. Pengkategorian ini merupakan karya bersama para peneliti dengandua komunitas yang diteliti paling awal, dan terbukti bisa diterima dan diterapkan disemua komunitas lainnya. Untuk selanjutnya di bab ini kami akan merujuk nilai-nilai inisebagai ‘kategori-guna’.Pemberian penilaian dilakukan untuk mengukur nilai kepentingan relatif berbagaiunit lansekap (lahan dan jenis hutan) dan penggunaan khususnya. Tiap komunitasdiwakili oleh empat sub kelompok berdasarkan usia; kecuali di desa campuran etnis LabanNyarit, pengelompokannya menjadi Merap dan Punan, laki-laki dan perempuan, tidakberdasarkan usia. Penilaian didasarkan pada persepsi ‘tingkat penting relatif secara umum’yang dinyatakan melalui pembagian 100 biji penghitung (manik-manik, kancing baju, bijijagung atau korek api). Pengukuran ini bersifat subyektif dan penilaiannya tidak diukurdalam satuan standar ekonomi atau mata uang. Dengan metode ini kami menganggapbahwa ‘kepentingan’ dapat dinyatakan dalam suatu pemeringkatan holistik kecenderunganrelatif, tanpa terkaitkan dengan karakteristik finansial ataupun ekonomi tertentu, untukmenghindari kerancuan antara nilai tunai dengan nilai kepentingan. Istilah harga, ongkos,uang, mahal, dan murah, misalnya, akan bisa dihindari, dan lebih menekankan konsep‘nilai’ (general value), ‘manfaat’ (usefulness), dan ‘arti penting’ (importance).Pada setiap pemberian penilaian, skor (atau rata-rata skor) dijumlahkan menjadi100 sehingga bisa dipandang sebagai persentase relatif dari seluruh kepentingan yang

Keanekaragaman Hayati, Lansekap dan Sumber Penghidupan61meliputi berbagai hal. Untuk memudahkannya maka skor tersebut disebut sebagai ‘tingkatkepentingan’.Tim lapangan mengunjungi dan menilai lokasi-lokasi sampel dan mencatat berbagaisifat lokasi, termasuk tumbuhan dan kondisi tanah, dengan cara ilmiah maupun menurutpersepsi warga lokal. Keterbatasan logistik membuat kami tidak bisa mensurvei lokasi yangsangat jauh dari desa. Faktor-faktor pemilihan lokasi antara lain meliputi penutupan lahan,pemanfaatan, kondisi topografi, ketinggian, serta adanya karakteristik khas tanah dantempat-tempat khusus (seperti bekas desa, mata air asin, dan tumbuhan batuan kapur).Kami berupaya memasukkan tempat-tempat yang dianggap penting oleh masyarakatlokal, yang mungkin memiliki biota terbatas. Untuk itu dilakukan pemetaan bersamauntuk menentukan lahan-lahan khusus dan mengunjunginya. Diperoleh 200 titik dengankoordinat geografis, mencerminkan lingkungan lokal dalam rentang yang luas, terutamatentang berbagai tipe hutan (lihat gambar 4.1).Deskripsi lengkap tentang metode, beberapa panduan tentang latar belakang penelitian,analisa dan pengolahan data, telah diterbitkan (Sheil dkk, 2002, 2003a, 2003b, 2004) dandapat diperoleh secara gratis atau on-line melalui website Center for International ForestryResearch (CIFOR) dalam bahasa Indonesia, Inggris, Spanyol dan Perancis (http://www.cifor.cgiar.org/mla/ ref/ina/publications/index.htm).Guna membangun pemahaman lebih lengkap tentang berbagai spesies di Malinauserta dampaknya terhadap pengelolaannya, kami mengkaji sangat banyak informasi dariTempat khususdi hutan sekunderHutan primer14%Tempat khususdi hutan alamiPerkebunan28%11%6%15%5%Pertanian14%7%Bekas ladangmudaBekas ladangtuaSumber: Sheil dkk, 2002Gambar 4.1 Penyebaran sample menurut kelas keadaan lahanHutan

62Latar Belakang Teori dan Kontekstualberbagai sumber lain. Proses ini banyak membantu penyusunan prinsip-prinsip pengelolaanlahan dan hutan yang ‘ramah kehidupan-liar’ dan mengungkap celah pengetahuan yangmasih perlu diteliti lebih dalam (Meijaard dkk, 2005, 2006). Kegiatan kami di Malinaujuga menggunakan berbagai cara untuk bisa menyajikan hasil-hasil yang penting kepadasemua pihak yang berkepentingan (lihat sub-bab ‘Pilihan lokal bagi tindakan lokal’)Persepsi lokalSub-bab berikut ini berfokus pada persepsi lokal, pemberian skor berbasis-desa danbeberapa aspek kegiatan lapangan yang berkaitan dengan pandangan lokal, serta sintesadan rangkuman atas perbedaan hasil-hasilnya. Rincian lebih jauh dapat diperoleh diwebsite CIFOR (www.cifor.cgiar.org/mla/ ref/result/index.htm) dan di buku Sheil dkk(2006), Sheil dan Liswanti (2006) dan Liswanti dkk (2004).Mata pencaharian dan perilakuWawancara terhadap setiap tumah-tangga dan berbagai informan kunci memberikanbanyak informasi tentang masyarakat di tujuh komunitas serta pandangan dan aspirasimereka; beberapa hasil utamanya dirangkum dalam Tabel 4.3. Kebanyakan rumah-tanggamenganggap diri mereka sebagai ‘petani’ (353 dari 576 rumah-tangga); ‘pengumpulgaharu’2 (85 dari 576) dan ‘buruh’ (kehutanan/pertambangan; 46 dari 576). Meski banyakkesulitan, kebanyakan warga menilai kehidupan mereka membaik dalam lima sampaisepuluh tahun terakhir ini (87 menyatakan meningkat, 22 menyatakan memburuk, dan28 menyatakan tidak meningkat ataupun memburuk).Sejarah komunitas seringkali cukup rumit. Masing-masing kelompok beberapa kaliberpindah lokasi dalam beberapa dekade lalu, sering kali disebabkan oleh peperangan antaretnis, namun sudah mereda dalam setengah abad terakhir. Banjir, penyakit dan kegagalanpanen masih menjadi penyebab umum perpindahan wilayah. Beberapa dasawarsa terakhir,pemerintah telah berhasil mendorong beberapa kelompok masyarakat (ataupun sebagiandi antaranya) untuk meninggalkan wilayahnya yang terpencil dan menetap lebih dekatdengan Kota Malinau.Unit lansekapBagaimana penilaian warga atas berbagai tipe lahan dan hutan (selanjutnya disebut sebagai’unit lansekap’) mereka? Tabel 4.4 merangkum skor penilaian mereka terhadap berbagaitipe dan unit hutan, menunjukkan rata-rata skor tertinggi per penilaian. Untuk sebagianbesar kegunaan, tidak hanya para pengguna kayu, semua responden menganggap hutanpaling penting. Sungai lebih dinilai sebagai tempat untuk ‘rekreasi’ (kebanyakan untukmemancing) dan hutan sekunder untuk sumber kayu bakar; namun hutan primer yangbelum ditebang (rimba) dianggap paling penting. Hasil kajian tidak selalu intuitif; namunakan terjelaskan lebih rinci melalui diskusi dengan warga komunitas. Warga Langap yangpetani handal pun menilai hutan lebih tinggi daripada lahan pertanian. Bagi mereka, hutanadalah sumber terpenting bahan baku obat-obatan dan kayu, dan bahwa lahan hutan jugabisa menjadi ladang sementara.

Keanekaragaman Hayati, Lansekap dan Sumber Penghidupan63Tabel 4.3. Saran masyarakat tentang tindakan untuk mengatasi masalah lingkunganRespon dari penduduk lokal /jumlah total respondendi setiap komunitasan LgLNLJLMGS I3032301431Tindakan yang akan dilakukan jika sumberdaya hutan rusak atau terkuras habisPenanaman kembali143–1Perlindungan terhadap pohon – laranganmenebang pohon43742Melarang orang luar memasuki kawasanmilik komunitas––2––Menjaga hutan sebagai kawasan lindungatau hutan adat12219Membatasi areal tebang perusahaan371–8Menanam tanaman pangan1613–33Tidak tahu651366Faktor-faktor penting untuk mempertahankan nilai hutanBurung, karena menyebarkan benih hutan4–1714Kelelawar, karena menyebarkan benih hutan––1––Satwa liar sebagai warisan bagi keturunan123–1Pohon buah sebagai warisan bagi keturunan4115–13Pohon beringinb (Ficus spp) terkait denganmitologi––2––Pohon gaharu (Aquilaria spp), Sagu(Eugeissona utilis), kayu merantib (Shoreasp), pohon damarb (Agathis borneensis), dll,karena nilainya bagi masyarakat lokal213–1bPohon Kempasb (Koompassia excelsa)45113Pohon di kawasan hutan adat–1––2Tidak tahu171391211Catatan:Lg Langap; LN Laban Nyarit; LJ Long Jalan; LM Liu Mutai; GS Gong Solok.Karena adanya perubahan kuesioner, data dari Paya Seturan dan Punan Rian tidak dapat diperbandingkan.a Setiap responden diperbolehkan memberikan respon sebanyak mungkinb nama Indonesia.Sumber: Hasil kajian tim peneliti Botani dan Ekologi HutanJika diamati lintas komunitas, akan diperoleh hasil yang sama. Dari sisi kepentingansecara umum, ada sedikit variasi di antara komunitas dalam penilaian terhadap hutan ataulahan pertanian. Semuanya setuju bahwa hutan layak memperoleh skor tertinggi.Kepentingan berdasarkan waktuPemberian penilaian lainnya adalah untuk mengukur tingkat kepentingan hutan di masalalu, kini, dan masa depan, serta kepentingan relatif setiap kategori-guna. Ada variasi besardi antara responden namun hasil rata-rata (lihat Tabel 4.5) menunjukkan meningkatnyaperan relatif hutan dari hasil kayu, hasil yang bisa dijual dan rekreasi, serta berkurangnyaperan relatif sebagai sumber obat-obatan, kayu bakar dan konstruksi ringan. Hal ini bisa

5.911.413.47.413.56.68.021.1100Lokasi bekaskampungKebunSungaiRawaLadangJekau mudaJekau tuaHutanTotal10.115.818.923.8100Hutan bekastebanganHutansekunderHutan rawaHutanpegununganTotalSumber: Hasil kajian tim penelitiCatatan:jekau bekas ladang31.4Hutan alamTipe hutan:12.7KampungUnit 021.510.58.010.47.28.515.94.913.0Kategori Nilai TotalMakanan Obat- Konstruksi Konstruksi Konstruksi Peralatan Kayu Anyaman/ Hiasan/ Benda Peralatan Tempat Rekreasi Masakeseluruhanobatan ringanberatperahubakar taliadat/yangberburu berburudepanritualbisadijualTabel 4.4 Nilai tengah kategori-guna per unit lansekap dan per tipe hutan untuk semua kelompok di ketujuh kelompok masyarakat64Latar Belakang Teori dan Kontekstual

Keanekaragaman Hayati, Lansekap dan Sumber Penghidupan65dipandang sebagai pergeseran dari mengantisipasi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhantradisional, menjadi sasaran materi dan ekonomi. Yang menarik adalah peran hutan dimasa lalu yang dinilai lebih rendah daripada masa depan. Para informan menjelaskan halitu karena di anggapan masa lalu bahwa ‘hutan sudah ada sejak dulu’ tanpa menyadariketergantungan mereka terhadapnya, sebuah pengakuan terhadap subyektivitas pengukuranini.Sumber alternatif bagi tumbuhan dan satwa bernilai tinggiPenilaian PDM berikutnya adalah menanyakan bagaimana penilaian warga terhadapsumberdaya tumbuhan dan satwa liar dibandingkan dengan

adalah pemahaman terhadap kebutuhan lokal serta dasar-dasar ekologi konservasi, dan cara-cara agar hal itu bisa lebih mempengaruhi pembuatan kebijakan yang berdampak pada kehidupan masyarakat Malinau dan hutannya yang kaya dengan keragaman hayati. Mengungkap jasa-jasa dan manfaat yang ada dalam lansekap tropis, serta analisa biaya

Related Documents:

Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan dan tumbuhan endemik ( penyebaran terbatas ). Hewan – hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental / Asia ( Kawasan Barat Indonesia ) dan Australia ( Kawasan Timur Indonesia) serta Peralihan. Diantara kawasan barat dan peralihan dibatasi oleh garis Wallace sedangkan antara kawasan .

KD 4 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian hewan dan . Menjelaskan upaya pelestarian biodiversitas (hewan, tumbuhan) langka. OBSERVASI Amati ciri-ciri berbagai tumbuhan di sekolah Catat Ciri: –DAUN, BATANG, BUNGA. Apa pendapatmu .

1.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan ilmu dan seni dalam mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk encapai tujuan tertentu, Hasibuan (2008). menurut penjelasan tersebut dijelasan bahwa sumber daya manusia haruslah .

ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antarspesies, dan ekosistem. Soerianegara (1996) mengatakan bahwa indeks keanekaragaman merupakan tinggi rendahnya suatu nilai yang menunjukkan tinggi rendahnya keanekaragama

berjudul manajemen Sumber Daya Manusia adalah, bahwa sumber daya manusia terdiri dari empat suku kata, yaitu manajemen, sumber, daya, dan manusia, keempat suku kata terbukti tidak sulit untuk dipahami artinya. Dimaksudkan dengan manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia.2 Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia . 2. 1.1. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola

tetapi penelitian dan publikasi dari etnobotani di propinsi Sulawesi tengah masih sangat terbatas (Pitopang et al., 2012 . bidang taksonomi, ekologi, konservasi keanekaragaman hayati dan etnobotani untuk mempelajarinya sekaligus . persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap

The mission of The American Board of Radiology is to serve patients, the public, and the medical profession by certifying that its diplomates have acquired, demonstrated, and maintained a requisite standard of knowledge, skill and understanding essential to the practice of diagnostic radiology, radiation oncology and radiologic physics Six Competencies 1. Professional & Medical Knowledge 2 .