ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN DAN .

3y ago
24 Views
2 Downloads
815.29 KB
18 Pages
Last View : 2d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Oscar Steel
Transcription

ANALISIS HUBUNGAN PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGANDAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA(PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE DISTRIBUTED LAG)Iskandar1 dan Dr. Sugiharso Safuan2ABSTRAKPenelitian ini meneliti hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan fokus kepada adanya fenomena “demand following” dan “supply leading”.Penelitian menggunakan data triwulanan tahun 1990:Q1-2009:Q4. Dengan menggunakan pendekatan Autoregressive Distributed Lag (ARDL), penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubunganperkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengikuti fenomena“supply-leading” atau “demand-following”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan rasio kredit kepada sektor swasta terhadap PDB sebagai proksi perkembangan sektor keuangan, terjadi fenomena “demand-following” dimana pertumbuhan ekonomi mendorong perkembangan sektor keuangan di Indonesia pada periode penelitian.Kata kunci: perkembangan sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi, demand-following, supplyleadingI.PendahuluanPemahaman yang baik terhadap hubungan antara perkembangan sektor keuangandan pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan mengingat pentingnya peran sektorkeuangan, khususnya intermediasi sektor keuangan, dalam perekonomian Indonesia. Hal inidapat dicermati dari pengalaman indonesia mengalami krisis keuangan tahun 1998. Krisistahun 1998 mengakibatkan kegiatan intermediasi sektor keuangan, terutama perbankan,terganggu sehinggga aliran dana untuk membiayai kegiatan investasi dan produksimengalami berbagai hambatan. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalamikontraksi yang tajam sehingga secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada tahun 1998merosot tajam dikisaran minus 13% jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.Adanya hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhanekonomi dapat dilihat pula pada pengalaman indonesia pada periode sebelum tahun 1983.Dalam rangka mengendalikan laju inflasi yang tinggi pada awal orde baru dan penerimaannegara yang besar dari sektor minyak pada pertengahan dekade 1970-an, pemerintahmengambil kebijakan dengan menjalankan kebijakan penyaluran kredit yang sangat ketatmelalui menetapkan tingkat suku bunga, dan penyaluran kredit yang sangat selektif,12Iskandar merupakan pegawai pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen KeuanganDr. Sugiharso Safuan merupakan pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

menetapkan pagu kredit dan menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib. Kebijakan sektor keuangan yang diambil pemerintah menyebabkan pesan sektor keuangan menjadi tidakoptimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada dekade 1980an perekonomian Indonesia mengalami resesi sebagai dampak dari resesi dunia. PDBindonesia turun drastis dari rata-rata 7,7% pada tahun-tahun sebelumnya menjadi hanya2,2%. Untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah berupaperubahan kebijakan di bidang ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah denganmelakukan deregulasi sektor keuangan kearah liberalisasi sektor keuangan, berupapemberlakuan berbagai paket kebijakan secara bertahap mulai tahun 1983, antara lainpenghapusan ketentuan pagu kredit dan penetapan tingkat suku bunga.Dalam melihat hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhanekonomi, Patrick (1966) menyebutkan bahwa terdapat dua fenomena berkaitan denganbentuk hubungan antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi, yaitufenomena “demand following” dan “supply leading”. Fenomena “demand following”menyatakan bahwa seiring dengan pembangunan pada sektor riil, permintaan terhadappelayanan sektor keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi akan mengalamipeningkatan. Fenomena “supply leading” menyatakan bahwa perkembangan sektorkeuangan meningkatkan penawaran pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil.Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara perkembangansektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1990:Q1-2009:Q4.Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk hubungan perkembangan sektorkeuangan, utamanya fungsi intermediasi, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan fenomena “demand following” atau “supply leading” seperti yang dikemukan olehPatrick (1966). Bentuk hubungan yang berbeda akan membuat kebijakan yang dapat ditetapkan guna mempengaruhi perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik menjadi berbeda pula.Hipotesa yang dapat diambil sebelum penelitian ini dilakukan adalah bahwa terdapathubungan jangka panjang antara perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhanekonomi. Terdapat dua fenomena dalam menjelaskan hubungan antara perkembangan2

sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi yaitu fenomena “demand following” dan“supply leading”.Pada bagian II disampaikan tinjauan pustaka yang berisi kerangka teoritis danpenelitian terdahulu terkait hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhanekonomi yang dijadikan landasan logis pengembangan hipotesa dan model penelitian.Metode penelitian dan data akan diuraikan pada bagian III sementara hasil analisis databeserta pembahasannya dijelaskan pada bagian IV. Sebagai penutup, pada bagian Vdisampaikan kesimpulan dan beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti dari hasil penelitianini.II. Tinjauan PustakaRay (1998) berpendapat bahwa adanya tabungan merupakan titik awal dari semuateori pertumbuhan ekonomi. Untuk menjelaskan pendapatnya tersebut Ray croeconomicbalance).Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dari perusahaan dalam bentuk pembayaranfaktor produksi dan bagian laba, akan kembali masuk ke perusahaan dalam bentukpermintaan terhadap konsumsi barang dan jasa seperti yang terlihat pada gambar berikut.Tabungan dianggap sebagai sebuah “kebocoran” dari sistem, dimana permintaan konsumsibarang dan jasa rumah tangga lebih kecil dari pendapatan yang diterima. Investor menutup“kebocoran” ini dengan permintaan terhadap modal (investasi). Keseimbangan ekonomimakro tercapai pada saat permintaan investasi sama dengan tabungan yang tersedia.Pertumbuhan ekonomi yang positif akan tercapai apabila investasi melebihi nilai yangdiperlukan untuk menggantikan penyusutan modal. Jika tidak, maka pertumbuhan ekonomiakan tetap bahkan bisa negatif. Hal ini menunjukkan pentingnya volume tabungan daninvestasi dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.3

InvestasiDana KeluarPerusahaanUpah, Sewa, LabaDana MasukDana MasukPengeluaran KonsumsiRumahTanggaDana KeluarTabunganSumber: Ray (1998)Gambar 1. Keseimbangan Ekonomi Makro (Macroeconomic Balance)Menurut Mishkin (2004) salah satu mekanisme transmisi kebijakan moneter adalahmelalui jalur kredit sektor keuangan. Jalur kredit sektor keuangan didasari oleh peran perbankan dalam sistem keuangan yang sesuai dalam mengantisipasi masalah informasi asimetrik pada pasar kredit. Masalah informasi asimetrik yang dimaksud adalah masalah tentanginformasi terkait penyediaan dana dan penyaluran kredit yang tidak dapat disediakan olehpemilik dana disatu pihak dan yang membutuhkan dana dipihak lain secara efisien. Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah melalui jalur kredit sektor keuangan bekerja sebagai berikut:M bank deposits bank loans I Y Kebijakan moneter yang dapat meningkatkan dana masyarakat yang disimpan pada sektorkeuangan akan meningkatkan ketersediaan dana bagi penyalutan kredit. Karena peminjambergantung pada kredit dari sektor keuangan untuk membiayai kegiatan usahanya, makakenaikan pada kredit akan meningkatkan investasi yang pada gilirannya akan meningkatkanoutput.Levine (2005) membagi sektor keuangan ke dalam lima kategori pelayanan, gunamenjelaskan peran sektor keuangan dalam pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sektorkeuangan dapat meningkatkan kualitas dari fungsi pelayanan sektor keuangan kepadaperekonomian, dalam hal:1. Memberikan informasi tentang kemungkinan investasi.4

2. Pemantau investasi dan pelaksanaan tata kelola perusahaan.3. Perdagangan, diversifikasi dan manajemen resiko.4. Mobilisasi dan menghimpun tabungan.5. Pertukaran barang dan jasa.Masing-masing fungsi tersebut dapat mempengaruhi tingkat tabungan, keputusan untukmelakukan investasi dan selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.McKinnon (1973) dan Shaw (1973) menjelaskan bahwa pembatasan yang dilakukanoleh pemerintah pada sektor perbankan, seperti kontrol terhadap suku bunga, danacadangan bank yang tinggi dan alokasi kredit yang ketat, menghambat perkembangansektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut McKinnon dan Shaw menjelaskanbahwa fungsi tabungan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat suku bunga simpanan riil dan tingkat pertumbuhan output perekonomian. Sementara itu penetapan tingkatsuku bunga nominal yang bersifat administratif (ditetapkan oleh pemerintah) membuattingkat suku bunga riil berada di bawah tingkat keseimbangan. Oleh karena itu McKinnondan Shaw menyarankan liberalisasi sektor keuangan dimana tingkat suku bunga nominaltidak lagi dikontrol sehingga dapat meningkatkan tingkat suku bunga riil ke arah titikkeseimbangan. Peningkatan tingkat suku bunga simpanan riil akan meningkatkan tingkattabungan dan tingkat pertumbuhan output perekonomian (Fry, 1997).Terdapat dua bentuk hubungan antara perkembangan sektor keuangan danpertumbuhan ekonomi yang disampaikan oleh Patrick (1966), yaitu “demand following” dan“supply leading”. Fenomena “demand following” terjadi pada saat perkembangan sektorkeuangan merupakan respon terhadap permintaan pelayanan sektor keuangan olehinvestor dan pemilik dana tabungan pada sektor riil. Dalam hal ini perkembangan sistemkeuagan dipandang sebagai konsekuensi lanjutan dari berkembangnya pembangunanekonomi. Secara alamiah, permintaan terhadap pelayanan sektor keuangan bergantungpada pertumbuhan output riil. Semakin cepat pertumbuhan output riil, semakin besarpermintaan perusahaan terhadap sumber pendanaan dari luar yang berasal dari tabunganpihak lain. Hal ini meningkatkan peran intermediasi sektor keuangan, karena pada banyaksituasi, kemampuan perusahaan akan semakin berkurang untuk membiayai ekspansi usahadengan menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan.5

Fenomena “supply leading” terjadi apabila perkembangan sektor keuanganmeningkatkan penawaran pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil. Berdasarkanfenomena “supply leading”, perkembangan sektor keuangan memberikan akses kepadapara pengusaha terhadap berbagai sumber pendanaan baru yang dapat dimanfaatkan olehpengusaha untuk mengembangkan usahanya. Intermediasi sektor keuangan melakukantransfer sumber daya dengan mengumpulkan dana dan tabungan untuk dipergunakan bagipenawaran berbagai pelayanan sektor keuangan terhadap sektor riil.Penelitian tentang hubungan antara perkembangan sektor keuangan danpertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya memfokuskanpenelitian pada bentuk/arah kausalitas hubungan antara perkembangan sektor keuangandan pertumbuhan ekonomi disajikan pada tabel 1.Tabel 1. Beberapa Penelitian Tentang Hubungan antaraPerkembangan Sektor Keuangan dan Pertumbuhan EkonomiPenelitiPeriode PenelitianObjek PenelitianHasilKar dan Pentecost (2000)1963-1995Turkidemand-followingWaqabaca (2004)1970-2000Fijidemand-followingAng dan McKibbin (2007)1960-2001Malaysiademand-followingOdhiambo (2008)1969-2005Kenyademand-followingOdhiambo (2009)1960-2006Afrika Selatandemand-followingAkinlo dan Egbetunde (2010)1980-200510 negara di wilayah demand-followingsub-Sahara Afrikadan supply-leadingSiamat (2001) membahas tentang Perkembangan Sektor Keuangan di Indonesia padaperiode sebelum dan sesudah deregulasi kebijakan sektor keuangan. Diawal era orde barukondisi perekonomian sangat memprihatinkan, meski tidak ada angka inflasi yang pasti dandisepakati namun berbagai pengamat memperkirakan tingkat inflasi berkisar 650% pertahun. Dalam rangka mengendalikan laju inflasi tersebut pemerintah mengambil duakebijakan pokok. Pertama mengubah kebijakan anggaran defisit menjadi anggaranberimbang. Kedua, menjalankan kebijakan kredit yang sangat ketat dan kualitatif yang6

dimaksudkan untuk membatasi penambahan jumlah uang beredar. Kebijakan kredit yangketat dan kualitatif dilakukan dengan cara menetapkan tingkat suku bunga dan penyalurankredit yang sangat selektif.Pada pertengahan dekade 1970-an bisa dibilang perekonomian indonesia ditopangoleh besarnya penerimaan dari hasil ekspor minyak, penerimaan tersebut dipergunakanuntuk penyedian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Kebijakan pemerintah dalam upayamobilisasi dana masyarakat sebagai sumber pembiayaan pembangunan disertai denganpenyediaan KLBI, mendorong tingginya kembali tingkat inflasi. Kebijakan yang diambilpemerintah antara lain: menetapkan pagu kredit, menaikkan bunga kredit, menaikkanbunga deposito dan tabungan, menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib.Memasuki dekade 1980-an perekonomian Indonesia mengalami resesi sebagaidampak dari resesi dunia. PDB indonesia turun ke angka 2,2% di barengi dengan neracapembayaran yang terus memburuk bahkan terjadi defisit sebesar US 1,930 juta pada tahun1982. Untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah melakukan deregulasi sektor keuangandengan berbagai paket kebijakan secara bertahap mulai tahun 1983, antara lainpenghapusan ketentuan pagu kredit dan pembebasan bagi perbankan untuk menentukantingkat suku bunga.Tahun 1997/1998 perekonomian Indonesia mengalami krisis yang terberat dalampelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Diawali oleh krisis nilai tukar yang terjadipada pertengahan tahun 1997. Sejak itu, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajamdan berubah menjadi krisis yang berkepanjangan di berbagai bidang. Untuk mengatasi krisisyang semakin mendalam, pemerintah telah menempuh berbagai upaya. Akan tetapi upayaupaya tersebut tidak begitu menunjukkan hasil karena adanya krisis kepercayaan terhadapkemampuan pengelolaan dan prospek perekonomian semakin melemah. Dengan semakinparahnya krisis yag terjadi, kegiatan intermediasi sektor keuangan, terutama perbankan,terganggu sehinggga aliran dana untuk membiayai kegiatan investasi dan produksimengalami berbagai hambatan. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalamikontraksi yang tajam sehingga secara keseluruhan pertumbuhan PDB pada tahun 1998merosot tajam dikisaran minus 13% jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.7

III. Metode Penelitian dan DataUntuk menjelaskan hubungan antara perkembangan sektor keuangan denganpertumbuhan ekonomi, penelitian ini menggunakan spesifikasi model berdasarkan kerangkaberfikir King dan Levine (1993) dan Khan dan Senhadji (2000) sebagai berikut:𝐿𝑌𝑡 𝛼0 𝛼1 𝐷 𝛼2 𝐿𝐷𝑡 𝛼3 𝑅𝑡 𝜀𝑡dimana,𝐿𝑌 Produk Domestik Bruto Riil (dalam bentuk logaritma natural)𝐿𝐷 rasio kredit ke sektor swasta terhadap PDB (dalam bentuk logaritmanatural)𝑅 Tingkat Suku Bunga Simpanan Riil𝐷 Variabel Dummy𝜀𝑡 eror termPenelitian ini menggunakan data triwulanan Indonesia periode 1990:Q1-2009:Q4bersumber dari International Financial Statistic, International Monetary Fund. VariabelDummy digunakan untuk melihat pengaruh krisis ekonomi tahun 1998 terhadap hubunganperkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode penelitian.Untuk melihat hubungan perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, penelitian ini melakukan pengujian hubungan jangka panjang (kointegrasi)menggunakan metode Autoreggresive Distributed Lag (ARDL). Metode ARDL memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode pengujian kointergasi lainnya. Tidak seperti metodeEngel-Granger (1987) dan metode Johansen (1988) dan Johensen dan Juselius (1990) yangmenyaratkan variabel terintegrasi pada ordo yang sama, metode ARDL dapat dipergunakanpada variabel dengan ordo integrasi yang berbeda. Metode ARDL dapat pula menentukanarah kausalitas dari variabel yang dipergunakan dalam model.Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:8

1. Melakukan pengujian stasioneritas data melihat untuk melihat apakah data terintegrasi pada ordo yang sama atau tidak. Jika ternyata data terintegrasi pada ordo yangsama, maka penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan metode kointegrasilainnya, seperti metode Engel-Granger (1987) dan metode Johansen (1988) dan Johensen dan Juselius (1990). Jika data tidak, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ARDL.2. Melakukan ARDL bounds test untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan jangkapanjang (kointegrasi) dan kausalitas diantara variabel yang dipergunakan dalammodel. ARDL bounds test dilakukan dengan cara mengestimasi persamaan umumARDL dengan secara bergantian menempatkan masing-masing variabel yang dipergunakan dalam model sebagai variabel terikat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel mana yang menjadi penjelas bagi variabel lainnya atau dengan kata lainuntuk mengetahui arah kausalitas variabel di dalam model.3. Melakukan pemilihan model ARDL yang akan dipergunakan sebagai dasar estimasikoefisien jangka panjang dan dinamika jangka pendek. Pemilihan model ARDL dapatdipilih berdasarkan Schwarz Bayesian Criterion (SBC) atau Akaike Information Criterion (AIC), dimana SBC dikenal dapat memilih panjang lag terkecil sementara AICmemilih panjang lag maksimal yang relevan. Model ARDL yang dipilih adalah modeldengan nilai simpangan baku (standard eror) yang paling kecil (Pesaran dan Pesaran,1997)4. Melakukan estimasi jangka panjang dan dinamika jangka pendek berdasarkan modelARDL yang terpilih.5. Melakukan pengujian kesesuaian model untuk memastikan bahwa model ARDL yangdipilih dan hasil estimasi yang diperoleh tidak melanggar kaidah ekonometrika yangumum digunakan.IV. Hasil Penelitian dan PembahasanHasil pengujian stasioneritas variabel yang dipergunakan dalam model yangterangkum dalam tabel 2 dapat diambil kesimpulan bahwa untuk variabel LY dan LDstasioner pada 1st difference atau terintegrasi pada orde satu I(1) dan untuk variabel R9

stasioner pada level atau I(0). Hasil pengujian stasioneritas tersebut mendukung pemilihanmetode ARDL dalam melihat hubungan antara perkembangan sektor keuangan danpertumbuhan ekonomi.Tabel 2. Hasil Pengujian StasioneritasNo.VariabelADF Stat.PP 30649510.92644***3R-2.931344**-3.270830** 6.024772***Keterangan: *, ** dan *** menunjukkantingkat signifikansi 10%, 6.386715***5% dan 1%8.924676***Prosedur ARDL Bounds Test memiliki dua tahapan. Langkah pertama didalam ARDLbounds test adalah menentukan panjang lag yang dipergunakan dalam mengestimasipersamaan umum ARDL. Pemilihan lag pada penelitian ini berdasarkan unrestricted vectorautoregression (VAR) pada first-difference. Untuk data triwulanan, Pesaran dan Pesaran(1997) menyarankan panjang lag maksimal yang dipergunakan adalah 4 lag. Dari Tabel 3.dapat dilihat bahwa semua kriteria pemilihan lag yang ada memilih lag 4 sebagai lag yangoptimal untuk dipergunakan dalam estimasi terhadap persamaan umum ARDL.Tabel 3. Hasil Pemilihan Panjang Lag 3769460.4696460.413960-0.3016230.069175 6 -0.338850-2.716375* -1.511281* -2.235194** menunjukkan panjang lag yang dipilihLR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)FPE: Final prediction errorAIC: Akaike information criterionSC: Schwarz information criterionHQ: Hannan-Quinn information criterionARDL Bounds Test dilakukan dengan cara mengestimasi persamaan umum ARDLdengan menggunakan setiap variabel sebgi variabel terikat secara bergantian. Dari hasil10

estimsi tersebut diperoleh nilai F-statistik uji siknifikansi bersama, dengan hipotesa null“tidak terdapat hubungan jangka panjang”, dibandingkan dengan dua set nilai kritis yangdiberikan oleh Pesaran dan Pesaran (1997). Dapat dilihat pada tabel 4. bahwa pada ti

an perekonomian Indonesia mengalami resesi sebagai dampak dari resesi dunia. PDB indonesia turun drastis dari rata-rata 7,7% pada tahun-tahun sebelumnya menjadi hanya 2,2%. Untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah berupa perubahan kebijakan di bidang ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan

Related Documents:

Sektor perikanan - - Sektor kehutanan - - Sektor pertambangan - - Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga 122 4.18 Sektor industri menengah dan besar 88 3.01 Sektor perdagangan - - Sektor jasa - - Jumlah 2.916 100 Sumber : Data Poten

kinerja keuangan ada beberapa analisis rasio keuangan yang digunakan yaitu: analisis likuiditas perusahaan, analisis struktur keuangan, analisis penilaian pasar, analisis kesehatan keuangan perusahaan, dan analisis dengan metode EVA. 1. Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan p

Berkaitan dengan analisis laporan keuangan, analisis rasio keuangan digunakan dalam proses analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam bidang keuangan. Analisis rasio keuangan dapat menentukan seberapa besar pertumbuhan dan/atau penurunan yang terjadi

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif sering diidentikkan dengan perkembangan kecerdasan. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Pada anak usia dini, pengetahuan masih bersifat subjektif, dan akan berkembang menjadi objektif apabila sudah .

perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan anga-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Perbandingan ini kita kenal dengan analisis rasio keuangan. (Kasmir : 2016). Menurut James.C, van Horne dalam Kasmir 2016, rasio keuangan

standar laporan keuangan 4.20 Membuat laporan keuangan 3.20.1 Menjelaskan standard laporan keuangan 3.20.2 Menganalisis standard laporan keuangan usaha produk barang/ jasa 4.20.1 Menyusun laporan keuangan Penyususnan laporan keuangan - Mengamati untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyusunan laporan keuangan usaha

Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) telah menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam bentuk kegiatan LKD (Latihan Keuangan Daerah), KKD (Kursus Keuangan Daerah) dan KKDK (Kursus Penatausahaan/Akutansi Keuangan Daerah) yang bekerja sama

Modul dan bahan ajar pendukung ini terdiri dari enam seri yang terdiri atas: 1).Mengelola keuangan UPT Sekolah, 2). Mengelola keuangan UPT Puskesmas, 3). Pengantar mengelola keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), 4). Mengelola keuangan BLUD, 5). Mengelola keuangan kecamatan, 6).