IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN TINGKAT KEKRITISAN DAERAH .

2y ago
47 Views
9 Downloads
406.89 KB
8 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Xander Jaffe
Transcription

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN TINGKAT KEKRITISAN DAERAH ALIRANSUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT DAN ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK DI KABUPATEN HALMAHERA UTARAAgustinus Kastanya* dan Philipus Kastanya*** Staf Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon** Staf Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera TobeloABSTRAkPengelolaan DAS saat ini berdasar pada pemahaman DAS secara sempit sehinggamemberi dampak yang sangat besar pada pulau-pulau kecil. Karakteristik pulau-pulaukecil adalah rentan terhadap gangguan atau mudah mengalami kerusakan, memilikidaya dukung yang rendah, terjadi kekeringan dan banjir, tingkat erosi tinggi, kekurangan air bersih dan kualitasnya, kehancuran ekosistem dan kepunahan keanekaragamanhayati, penurunan produktivitas dan timbul kemiskinan, dan ancaman iklim global.Identifikasi kondisi DAS merupakan langkah penting dalam menghasilkan data baseyang bermanfaat bagi perencanaan pengelolaan DAS, sehingga dapat diantisipasikemungkinan terjadinya kerusakan dan bencana, serta mengkaji perubahan penggunaan lahan ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik perubahan yangterjadi seperti luas, jenis, arah, dan kecenderungan perubahan serta dapat diketahuihubungannya dengan faktor-faktor penyebab perubahan.Keywords: watershed, sustainability, hidrografPENDAHULUANPengelolaan DAS saat ini berdasar padapemahaman DAS secara sempit sehingga memberi dampak negatif yang merugikan pada pulau-pulau kecil. Karakteristik pulau-pulau keciladalah rentan terhadap gangguan atau mudahmengalami kerusakan, memiliki daya dukungyang rendah, mudah mengalami kekeringan, banjir, tingkat erosi tinggi, kekurangan air bersih,,ekosistem mudah hancur, kepunahan keaneka ragaman hayati, penurunan produk tivitas, timbulkemiskinan, dan adanya ancaman iklim global.Atas sifat ini maka, pengelolaan daerah Malukusecara optimal bagi pengembangan dan pelestarian DAS yaitu pengelolaan seluruh ekosistemdengan mempertimbangkan kendala yang ada.Pengintegrasian seluruh ekosistem teresterialdalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)pada gilirannya akan memberikan dampak yangpositif bagi kelestarian ekosistem, termasukperairan laut sebagai suatu kesatuan tumpuanekonomi berbasis ekosistem pada daerah kepulauan di masa depan. Perubahan kondisi DAS danpenggunaan lahan dapat terjadi setiap saat baiksecara alamiah maupun oleh kegiatan manusia.Adanya tekanan-tekanan untuk penyediaan kebutuhan pokok (lahan pertanian dan industri) danpemukiman bagi penduduk yang selalu bertambah telah menyebabkan perubahan kondisi DASdan penggunaan lahan secara signifikan.Kondisi ini akan berdampak sangatberarti bagi lestarinya suatu ekosistem alami,misalnya banjir pada musim hujan akibat daerahtangkapan air seperti hutan yang berkurang,rawa yang dikonversi menjadi pemukiman danatau jalan. Proses-proses perubahan peng gunaanlahan tersebut pada akhirnya akan turut mempengaruhi kondisi DAS dimana bentuk-bentuk tataguna lahan tersebut dibuat.Penginderaan jauh sebagai ilmu danseni untuk memperoleh informasi tentang suatuobyek tanpa kontak langsung dengan obyek telahberkembang pesat seiring dengan peningkatankebutuhan akan informasi. Perkembangan inidapat dilihat dari semakin pentingnya penggunaan penginderaan jauh bagi penyediaaninformasi sumberdaya alam dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya serta dampaklingkungan yang ditimbulkan akibat pengelolaandewasa ini. Penyadapan data penggunaan lahan

Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006dapat dilakukan secara terestrial tetapi cara inikurang efisien untuk wilayah yang kompleks danluas. Adapun alternatif untuk mengatasi masalahpengumpulan data tersebut adalah dengan menggunakan teknik penginderaan jauh.Menurut Sutanto (1986), data pengin deraan jauh menggambarkan obyek, gejala,daerah di permukaan bumi dengan ujud dan letakobyek yang mirip di lapangan, relatif lengkap,meliputi daerah yang luas dan permanen. Datapenginderaan jauh yang berbeda perekamannyadapat dilakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan.Citra Landsat 5 dengan sensor TM danLandsat 7 dengan sensor ETM memiliki resolusi temporal yang baik yakni 16 hari artinya satelitLandsat melintas dan merekam daerah yangsama pada tiap 16 hari sekali. Sehingga adanyadata dengan frekuensi ulang yang pendek, memungkinkan untuk memantau adanya perubahanpenggunaan lahan. Pelaksanaan pendeteksianperubahan penggunaan lahan dilakukan dengancara membandingkan citra hasil perekaman padabeberapa waktu berbeda atau membandingkancitra penginderaan jauh waktu tertentu denganpeta penggunaan lahan yang telah dibuat padawaktu sebelumnya.Penggunaan citra satelit untuk deteksiperubahan penggunaan lahan selanjutnya cukupbanyak digunakan karena memiliki resolusitemporal yang baik dan cakupan wilayahnyayang luas. Kegiatan perekaman yang dilakukansecara terus menerus pada setiap interval waktutertentu, memungkinkan citra satelit dapat digunakan untuk pemantauan perubahan dari waktuke waktu tidak terbatas hanya untuk dua waktuperekaman berbeda. Oleh karena itu, penggunaan citra satelit cukup besar manfaatnya dalammelakukan prediksi perubahan berdasar kanpengamatan terhadap kecen derungan perubahanyang telah terjadi.Ketersedian data dan informasi tentangperubahan penggunaan lahan, kecepatan perubahan, luas dan arah perubahan serta pengenalan faktor-faktor yang mempe ngaruhinyamemberikan informasi yang berguna bagi perencanaan pembangunan. Kerincian informasiakan ditentukan oleh jenis citra yang digunakandan skala yang diinginkan. Dengan analisis data27penginderaan jauh pada perekaman beberapawaktu berbeda dan sistem informasi geografismemungkinkan perolehan data perubahan penggunaan lahan menjadi lebih cepat, akurat danlebih ekonomis.Untuk memantau perubahan kondisi DASKab. Halmahera Utara digunakan data Landsatperolehan tahun 1994 dan tahun 2001. Melaluipenggabungan kanal multispektral band 542(RGB) dapat dihasilkan citra komposit miripwarna asli di lapangan dengan skala 1:100.000.Citra multispektral inilah yang digunakan untukDAS sebagian Kabupaten Halmahera Utara.Penelitian ini bertujuan untuk meng identifikasi kondisi DAS, menghasilkan database yang bermanfaat bagi perencanaan pengelolaan DAS dan perencanaan penggunaanlahan selanjutnya, sehingga dapat diantisipasikemungkinan terjadinya kerusakan dan bencana,serta mengkaji perubahan penggunaan lahan inidapat memberikan informasi tentang karakteristik perubahan yang terjadi seperti luas, jenis,arah, dan kecenderungan perubahan serta dapatdiketahui hubungannya dengan faktor-faktorpenyebab perubahan.BAHAN DAN METODEPenelitian ini dilakukan pada dalam 4(empat) tahap, yaitu : pengumpulan data, kerjalapangan, analisis data, dan penyusunan laporan. Bahan yang digunakan adalah Data digitalLandsat TM tahun 1994 path/row 110/059, datadigital Landsat ETM tahun 2001 path/row110/059, peta Rupa Bumi (Peta Topografi) skala1 : 250.000 daerah penelitian, dan data-datasekunder.Metode analisis yang digunakan adalahSistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan program ER Mapper 6.4, yang dapatdigunakan untuk menganalisis data citra satelit,yang dikembangkan oleh Lembaga Penerbangandan Antariksa Nasional (LAPAN) – Jakarta. Selain itu, dikombinasikan dengan metode AnalisisHidrograf Satuan Sintetik untuk menganalisiskondisi DTA, serta format Kriteria IndikatorKinerja DAS untuk menilai kondisi DTA danDAS.Agustinus Kastanya dan Philipus Kastanya

28Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANMelalui pengolahan data citra satelit dengan menggunakan program ER Mapper, makadapat dihasilkan Peta Tentatif Penggunaan Lahantahun 1994 skala 1 : 100.000 (Hardcopy), PetaTentatif Penggunaan Lahan tahun 2001 skala1 : 100.000 (Hardcopy), preview Citra Tahun1994 dan 2001, Data Karakteristik DAS, Datakekritisan DAS dan Data Kriteria IndikatorGambar 3. Peta Klasifikasi Penutupan/PenggunaanLahan Sebagian Kab. Halmahera Utara Tahun 1994Gambar 1. Citra Satelit Landsat 5 TM SebagianKab. Halmahera Utara Tahun 19941.2.3.4.Sub DAS MamuyaSub DAS TobeloSub DAS Mawea - PacaSub DAS Kao - MalifutGambar 2. Citra Satelit Landsat 7 ETM SebagianKab. Halmahera Utara Tahun 2001Gambar 4. Peta Klasifikasi Penutupan/PenggunaanLahan Sebagian Kab. Halmahera Utara Tahun 2001Identifikasi Karakteristik Dan Tingkat Kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) Menggunakan Data CitraSatelit Dan Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Di Kabupaten Halmahera Utara

Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006Kinerja DAS sebagian Kabupaten HalmaheraUtara 2001.Berdasarkan hasil analisa peta tentatif1994 dan 2001 (pada gambar.3 dan gambar.4),maka dapat dilihat adanya perubahan luaspenutupan/penggunaan lahan yang cukup signifikan.Data Karakteristik DAS ( Metode AnalisisHidrograf Satuan Sintetik US-SCS )Data Awal Karakteristik DAS :a. Sub DAS Galelasample : Luas 85.329.99 Ha (interpretasi citra)(1). Luas DTA Tiabo ( A ) : 57.937,41Ha 23.268,04 acre (interpretasi citra)Panjang Sungai Utama ( L ): 17.056,20 m 17,05 Km 55603,21 feet (citra)Lereng DTA rata-rata ( y ): 3,7 % (overlaycitra - peta topografi )CN (Curve Number) : 55(2) Luas DTA Mamuya ( A ) : 839,25 Ha 337,048 acre (interpretasi citra)Panjang Sungai Utama ( L ): 2.961,86 m 2,96 Km 9.655,66 feet (citra)Lereng DTA rata-rata ( y ): 7.4 % (overlaycitra - peta topografi )CN (Curve Number) : 55(3). Luas DTA Mede ( A ): 2.622,87 Ha 1.053,36 acre (interpretasi citra)Panjang Sungai Utama ( L ): 4.555,21 m 4.55 Km 14.849,98 feet (citra)Lereng DTA rata-rata ( y ): 7.4 % (overlaycitra - peta topografi )CN (Curve Number): 55.b. Sub DAS Tobelo à sample : Luas 23.070Ha (interpretasi citra)c. Sub DAS Mawea-Paca à sample : Luas 51.689,16 Ha (interpretasi citra)Luas DTA Mawea ( A ) : 5.482,53 Ha 2.201,82 acre (int. citra)Panjang Sungai Utama ( L ) : 18.518,09 m 18,5 Km 60.368,97 feet (citra)Lereng DTA rata-rata ( y ): 1,25 % (overlay citra - peta topografi)CN (Curve Number) : 55.d. Sub DAS Kao Malifut à sample : Luas 143.818,02 Ha (interpretasi citra)Luas DTA Jodo ( A ) : 68.052,42 Ha 27.330,29 acre (int. citra)29Panjang Sungai Utama ( L ) : 45.489,93 m 45,49 Km 148.297,17 feet (citra)Lereng DTA rata-rata ( y ) : 7,4 % (overlaycitra - peta topografi)CN (Curve Number) : 55.Dari hasil perhitungan dengan MetodeUS-SCS satuan sintetik dapat diperoleh datakarakteristik sub DAS-sub DAS diatas sebagaiberikut :Karakteristik Hidrograf Sub DAS SampleUntuk Menilai Kondisi DTA Masing-masingSub DAS (Debit Sungai).a. Sub DAS Galela- Berdasasarkan hasil perhitungan, DTATiabo memiliki tingkat keterbukaanlahan yang cukup besar, luasnya lahanperkebunan dan minimnya luas hutan.Kondisi ini menyebabkan aliran sungaiutama Tiabo memiliki waktu puncakyang agak cepat dan debit puncak yangtinggi untuk kejadian hujan selama 6jam (gambar 5).- DTA Mamuya, dengan luas DTA dariDTA Tiabo memiliki waktu puncak danwaktu dasar yang agak cepat serta debitair yang lebih tinggi untuk kejadianhujan selama 6 jam (gambar 7).- DTA Mede, dengan luas DTA DTATiabo dan Mamuya, memiliki waktupuncak dan waktu dasar serta debitair yang rendah untuk kejadian hujanselama 6 jam (gambar 7).Kondisi ketiga DTA seperti terlihatpada gambar 5, 6 dan 7 di atas, memberikangambaran rendahnya infiltrasi dan tingginya airlarian pada musim penghujan sehingga dapatmenyebabkan:Rendahnya kandungan air tanah, dan padamusim kemarau kandungan air tanah sangatsedikit. Dampak yang ditimbulkan adalahkurangnya persediaan air bersih pada masyarakat yang memiliki sumur.Sungai-sungai pada musim hujan dengancurah hujan yang cukup tinggi dapat menyebabkan air meluap (banjir) dan air sungaimenjadi keruh (kotor). ex : pada daerahpemukiman di perkebunan pisang (Galela)sering dilanda banjir. Pada musim kemarau,sungai-sungai menjadi kering.Agustinus Kastanya dan Philipus Kastanya

30Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006GRAFIK BENTUK DTA TIABO - SUB DAS 119753Gambar 7. Grafik Hubungan Debit & Waktu yangmenunjukan Bentuk DTA Mede - Sub DAS Galela2001GRAFIK BENTUK DTA MAWEA - SUB DAS MAWEAPACA 20010 .3 50 .3 00 .2 50 .2 01 .0 00 .9 00 .1 50 .8 00 .1 00 .7 0G ra fik Hu b u n g a nD e b it d a n W a ktu0 .0 510987651.0 .3 040 .0 0670 .4 03Grafik HubunganDebit dan Waktu0 .5 020 .6 00 .2 00 .1 0191715139117530 .0 0Gambar 5. Grafik Hubungan Debit & Waktu yangmenunjukan Bentuk DTA Tiabo - Sub DAS Galela2001GRAFIK BENTUK DTA MAMUYA - SUB DASGALELA 2001Gambar 8. Grafik Hubungan Debit & Waktu yangmenunjukan Bentuk DTA Mawea Paca - Sub DASMawe Paca 2001GRAFIK BENTUK DTA JODO - SUB DASKAO-MALIFUT 20011 .6 01 .4 01 .2 00.121 .0 00.100 .8 00.080 .6 0G rafik HubunganDebit dan W ak tu0.060.040.02G ra fik H ubunga nD e bit & W a ktu0 .4 00 .2 0987667131197531.531.50 .0 00.0041.96G rafik H ubunganD ebit dan W ak tu3c.GRAFIK BENTUK DTA MEDE - SUB DASGALELA 20012b.Karakteristik Hidrograf Sub DAS SampleUntuk Menentukan Bentuk dan KerapatanDrainase Sub DAS. (Lampiran VI – VII)Berdasarkan data pada grafik ordinatordinat hubungan waktu (jam) dengan DebitPuncak (m3/dtk), maka dapat ditentukan :a. Sub DAS Galela77Jalur sungai semakin melebar, sehinggalahan disekitar sungai menjadi rusak (kritis)karena terus terkikis air.Sub DAS Mawea – PacaBerdasarkan hasil perhitungan, DTA Maweamemiliki lahan perkebunan yang lebih luasdari areal hutan. Kondisi ini menyebabkantingginya air larian sehingga memiliki debitpuncak yang tinggi dengan waktu puncakagak cepat untuk kejadian hujan selama 6jam (gambar 8).Sub DAS Kao MalifutBerdasarkan hasil perhitungan, DTA Jodomemiliki lahan perkebunan yang cukupluas, hampir ½ dari luas areal hutan. Kondisi ini menyebabkan tingginya air lariansehingga memiliki debit puncak yang tinggidengan waktu puncak agak cepat untukkejadian hujan selama 6 jam. Bentuk DTAJodo membulat dan tidak terlalu terjal dandengan kondisi diatas cukup rentan untukterjadinya erosi dan kerusakan yang cukupbesar.1.-Gambar 6.Grafik Hubungan Debit & Waktu yangmenunjukan Bentuk DTA Mamuya - Sub DASGalela 2001Gambar 9. Grafik Hubungan Debit & Waktu yangmenunjukan Bentuk DTA Kao Malifut - Sub DASKao Malifut 2001Identifikasi Karakteristik Dan Tingkat Kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) Menggunakan Data CitraSatelit Dan Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Di Kabupaten Halmahera Utara

31Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006-Bentuk DTA Tiabo cenderung membulatdan agak terjal. (gambar 5).- Bentuk DTA Mamuya cenderung membulat dan terjal. (gambar 6).- Bentuk DTA Mede cenderung membulatdan cukup terjal. (gambar 7).Kondisi ketiga DTA diatas cukup kritis dandengan kondisi karakteristik hidrografnyacukup rentan untuk terjadinya erosi dankerusakan yang cukup besar jika tidaksegera dilakukan rehabilitasi lahan.b. Sub DAS Mawea – PacaBentuk DTA Mawea-Paca membulat dancukup terjal dan dengan kondisi diatascukup rentan untuk terjadinya erosi dankerusakan yang cukup besar. (gambar 8).c. Sub DAS Kao - MalifutBentuk DTA Jodo membulat dan tidakterlalu terjal namun dengan kondisi diatascukup rentan untuk terjadinya erosi dankerusakan yang cukup besar. (gambar 9).Hasil Identifikasi Dan Perhitungan KriteriaDan Indikator Kinerja DasBerdasarkan hasil perhitungan Kriteriadan Indikator Kinerja DAS, maka dapat diuraikan kondisi masing-masing Sub DAS sebagaiberikut:a. Sub DAS Galela- Penutupan vegetasi permanen (hutan)ada dalam keadaan sedang (63,11 %).b.Kondisi hutan harus tetap dipertahan kan atau dikembangkan hingga 75% sehingga dapat dikatakan ada dalamkondisi baik. Dengan demikian, luasanhutan harus dikembangkan hingga64.850,79 Ha atau ¾ luas sub DASGalela. Kondisi Indeks Penutupan Lahan (IPL) berdasarkan keadaan vegetasipermanen ada dalam keadaan sedang.- Kondisi sub DAS sesuai keadaantingkat/indeks erosi ada dalam jelek atauburuk karena IE 1. Misal : untuk hutanutama, nilai IE 20,42.- Kondisi sub DAS sesuai keadaan nilaiNisbah Hantar Sedimen (SDR) adadalam keadaan normal karena SDR 9%.Sub DAS Tobelo- Penutupan vegetasi permanen (hutan)ada dalam keadaan sedang (23,79 %).Kondisi hutan harus tetap diper tahankanatau dikembangkan sehingga dapatdikatakan ada dalam kondisi baik.Kondisi Indeks Penutupan Lahan (IPL)berdasarkan keadaan vegetasi per manenada dalam keadaan jelek.- Kondisi sub DAS sesuai keadaantingkat/indeks erosi ada dalam jelek atauburuk karena IE 1. Misal : untuk hutanutama, nilai IE 26,76.Gambar 10. Data Kriteria Indikator Kinerja DAS untuk 4 Sub DAS Sampel dengan Analisis Citras 2001Agustinus Kastanya dan Philipus Kastanya

32Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006-Kondisi sub DAS sesuai keadaan nilaiNisbah Hantar Sedimen (SDR) adadalam keadaan normal karena SDR 20 %.Sub DAS Mawea – Paca- Penutupan vegetasi permanen (hutan)ada dalam keadaan sedang (41,08 %).Kondisi hutan harus tetap diper tahankanatau dikembangkan sehingga dapatdikatakan ada dalam kondisi baik.Kondisi Indeks Penutupan Lahan (IPL)berdasarkan keadaan vegetasi per manenada dalam keadaan sedang.- Kondisi sub DAS sesuai keadaantingkat/indeks erosi ada dalam jelek atauburuk karena IE 1. Misal : untuk hutanutama, nilai IE 20,15.- Kondisi sub DAS sesuai keadaan nilaiNisbah Hantar Sedimen (SDR) adadalam keadaan normal karena SDR 9%.5. Sub DAS Kao- Penutupan vegetasi permanen (hutan)ada dalam keadaan sedang (60,36 %).Kondisi hutan harus tetap dipertahan kan atau dikembangkan sehingga dapatdikatakan ada dalam kondisi baik.Kondisi Indeks Penutupan Lahan (IPL)berdasarkan keadaan vegetasi per manenada dalam keadaan sedang.- Kondisi sub DAS sesuai keadaantingkat/indeks erosi ada dalam jelek atau-buruk karena IE 1. Misal : untuk hutanutama, nilai IE 5,21.Kondisi sub DAS sesuai keadaan nilaiNisbah Hantar Sedimen (SDR) masihdalam keadaan normal karena SDR 8%.KESIMPULANPengelolaan DAS sebaiknya didasarkanpada prinsip bahwa suatu daratan/pulau harusdilihat sebagai suatu DAS yang besar dan terdiridari beberapa Sub DAS yang harus diolah secaraterpadu dan menyeluruh.Berdasarkan hasil analisis citra LandsatETM Tahun 1994 – 2001 didapatkan bahwatelah terjadi perubahan fungsi penggunaan lahanyang cukup besar sehingga menyebabkan kondisiDAS ada dalam dalam keadaan sedang – jelek.Perubahan fungsi lahan sekitar aliransungai merupakan indikator penting yang mempengaruhi kinerja DAS.Melalui pendekatan dengan MetodeAnalisis Hidrograf Satuan Sintetik US-SCSdan Gama – I, membuktikan bahwa Dari ketigaDTA (Mamuya, Mede dan Mawea), DTA yangpaling buruk kondisinya adalah DTA Mede danMamuya. Khusunya DTA Mede, dengan bentukDTA seperti huruf V dan terjal memungkinkanterjadinya erosi yang cukup besar dengan keberadaan penutup lahan (hutan) yang minim.Untuk itu perlu dilakukan rehabilitasi lahansekitar aliran sungai.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1997. Basic Understanding of Mangrove. The Development Of Suistainable MangroveProject, Denpasar.Anonim. 2002. Laporan Sementara Identifikasi Kawasan Hutan Lindung yang digunakan untukkepentingan lainnya oleh Badan Otorita Batam. BAPPEKO. Batam.Dahuri, R, Rais J, dan Ginting, S.P. 1996. Pengolahan Sumberdaya Wilayah Pesisir Dan LautanSecara Terpadu, PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 305 hal.Danoedoro Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang PenginderaanJauh, Fakultas Geografi, UGM. Yogyakarta.Identifikasi Karakteristik Dan Tingkat Kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) Menggunakan Data CitraSatelit Dan Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Di Kabupaten Halmahera Utara

Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 200633Dewanti, R., C. Kusmana, T. Gantini, S. Utaminingsih, M. Damanik, Munyati, Ismail, N. Suwarganadan E. Parwati. 1997. Pengembngan Model Aplikasi penggunaan Data Inderaja SatelitUntuk Inventarisasi dan Pemantauan Luas dan Kerapatan Hutan Bakau. Laporan PenelitianDewan Riset Nasional. 47 hal.Kusumawidagdo, M. 1998. Perkembangan IPTEK Penginderaan Jauh Dan Pemanfaatannya diIndonesia.Liilesand, T.M, and Kiefer, R.W, 1990, Remote Sensing and Image Interpretation. (TerjemahanDulbahri dkk., 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra). Gadjah Mada UniversityPress.

Identifikasi Karakteristik Dan Tingkat Kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS) Menggunakan Data Citra Satelit Dan Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Di Kabupaten Halmahera Utara Jurnal Agroforestri Volume I Nomor 3 Desember 2006 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Melalui pengolahan data citra satelit den-gan menggunakan program ER Mapper, maka

Related Documents:

Tingkat suku bunga sebesar 0.035, tingkat inflasi sebesar 0.02, dan volatilitas pasar obligasi sebesar 0.00. Pengaruh dari ketiga variabel tersebut secara bersama-sama terhadap kinerja reksa dana pendapatan tetap adalah sebesar 67,5%. Berarti, variabel lain diluar tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan volatilitas pasar obligasi yang ikut .

ANALISIS KARAKTERISTIK SISWA Ahmad Fauzi, M.Pd PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISWA Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat watak, pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap (Pius Partanto, Dahlan, 1994) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai

Identifikasi Siswa Disleksia Di Sekolah Dasar Negeri Inklusi Surabaya Timur 3 dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya. Selain itu, harus dilakukan identifikasi anak, agar dapat diketahui beresiko sebagai siswa disleksia atau siswa berkebutuhan lainnya. “Identifikasi anak berkebutuhan khusus

Analisis Karakteristik Siswa pada Tingkat Sekolah Dasar Pentingnya ldentifikasi Karakteristik Siswa dalam Desain Pembelajaran Identifikasi karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan landasan yuridis dan teoretik. Pertama Peraturan pemerin-tah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pengemba-

simplisia berupa fragmen pengenal menggunakan literatur Materia Medika Indonesia. 1. Identifikasi makoskopis Identifikasi makroskopis dilakukan terhadap simplisia kayu secang. Identifikasi dilakukan dengan pegamatan bentuk simplisia, kekerasan simplisia, kepadatan, dan identifikasi terhadap warna simplisia.

dan eksposur Risiko Bank. Bagian Kedua Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko Pasal 11 (1) Dalam rangka melaksanakan proses identifikasi Risiko, Bank wajib melakukan analisis paling sedikit terhadap: a. karakteristik Risiko yang melekat pada Bank; dan b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha Bank.

kompetensi dan karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasional pada Pegawai Dinas Perdagangan Kota Semarang. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris pengaruh kompetensi, karakteristik pekerjaan dan komitmen organisasional terhadap kinerja Pegawai Dinas Perdagangan Kota Semarang.

Anatomi Panggul Panggul terdiri dari : 1. Bagian keras a. 2 tulang pangkal paha ( os coxae); ilium, ischium/duduk, pubis/kemaluan b. 1 tulang kelangkang (os sacrum) c. 1 tulang tungging (0s coccygis) 2. Bagian lunak a. Pars muscularis levator ani b. Pars membranasea c. Regio perineum. ANATOMI PANGGUL 04/09/2018 anatomi fisiologi sistem reproduksi 2011 19. Fungsi Panggul 1. Bagian keras: a .