Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi .

3y ago
27 Views
2 Downloads
245.48 KB
7 Pages
Last View : 19d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Macey Ridenour
Transcription

Penerapan Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosialdengan Pendekatan Teori Dorothy E. Johnson Behavioral SystemModel di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor BaratKota BogoraSutejoaJurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes YogyakartaE-mail : decsuthe@yahoo.comAbstract: Prevalence of mental disorders has increase significantly each year. The intervention is not onlyfoccus in hospital, but also in community that called community mental health. Heavy mental disorders thatoften happened is schizophrenia, in wich the client has failed to do social function, failed to cope interpersonalskill problems, have poor social skills, and have deficit cognitif function. This scientific paper is aim to havedescription about application of social skill training therapy to the client with social isolated through the abilityto interacting to others utilizing Behavioral System Model approach. The amount of clients is 13 of 38 mentaldisorders client. The result is client able to show improvement in verbal and non verbal communication andalso able to interacting to others around. The recommendation of this scientific paper is nurse have competencyto apply social skills training to client with social isolated and the importance to have mental health nursespecialist in community area.Key words: social skills training therapy, social isolated, behavioral system modelAbstrak: Prevalensi gangguan jiwa setiap tahun mengalami peningkatan cukup signifikan. Program intervensiyang dapat dilakukan tidak hanya berfokus di rumah sakit namun juga dilingkungan masyarakat dalam bentukkesehatan jiwa masyarakat. Karya ilmiah akhir ini bertujuan menggambarkan penerapan terapi social skillstraining pada klien isolasi sosial terhadap kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain melalui pendekatanteori Behavioral System Model. Jumlah klien yang dikelola sebanyak 13 klien dari 38 klien gangguan jiwa.Hasil yang diperoleh yaitu klien mampu menunjukkan peningkatan keterampilan berkomunikasi secara verbalmaupun non verbal serta mampu melakukan interaksi dengan orang lain yang berada disekitarnya. Rekomendasihasil karya ilmiah ini adalah perawat memiliki kompetensi pelaksanaan terapi social skills training pada klienisolasi sosial dan perlunya perawat spesialis jiwa di area komunitas.Kata kunci: terapi social skills training, isolasi sosial, behavioral system modelMenurutdataWHO(2003)menjelaskan bahwa pada tahun 2001menunjukkan paling tidak satu dari empatorang di dunia atau sekitar 450 juta orangmengalami gangguan jiwa. Sedangkan diIndonesia sendiri berdasarkan RisetKesehatan Dasar tahun 2007 (Depkes,2008)menujukkanangkakejadiangangguan jiwa berat sebesar 4,6 ‰.Tingginya angka gangguan jiwa tersebutmengindikasikan bahwa individu yangmengalami gangguan jiwa apabila tidakditangani dengan baik dapat berpengaruhterhadap kualitas hidupnya sehinggaPENDAHULUANOrganisasi Kesehatan Dunia atauWHO (2003) mendefinisikan kesehatansebagai keadaan sehat fisik, mental dansosial bukan semata – mata keadaan tanpapenyakit atau kelemahan. Faktor yangmempengaruhi kesehatan jiwa , interpersonal dan sosial –budaya (Seaward, 1997 dalam Videbeck,2006).Prevalensi terjadinya gangguan jiwatahun demi tahun selalu mengalamipeningkatan yang cukup signifikan.21

Sutejo, Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial.berdampak kepada keluarga maupunmasyarakat.Datagangguanjiwatersebutmerupakan jumlah yang sangat besarsehingga memerlukan perhatian seriusberupaprogramintervensiyangimplementasinya bukan hanya ditatananrumah sakit namun juga di lingkunganmasyarakat (community – based psychiatricservice) dalam bentuk kesehatan jiwamasyarakat. Menurut Videbeck (2006)bahwa pelayanan kesehatan jiwa berbasismasyarakat dikembangkan menjadi suatukebutuhan yang dapat menurunkan biayaperawatan dan memberikan kenyamanankarena klien tetap dapat tinggal danberhubungan dengan keluarga.Kelompok Keilmuan KeperawatanJiwa FIK UI melakukan pengembanganarea praktik bagi mahasiswa melaluipembentukan Desa/RW Siaga Sehat Jiwayaitu di wilayah Bogor. Berdasarkan proseskoordinasi dengan Dinas Kesehatan KotaBogor maka ditetapkanlah KelurahanSindang Barang dan Kelurahan BubulakKecamatan Bogor Barat sebagai wilayah diKota Bogor yang perlu untuk dilakukansuatu program pemenuhan kebutuhankesehatanjiwa.Menindaklanjutikeberhasilan pembentukan RW Siaga SehatJiwa di kedua wilayah tersebut, makadisepakati bersama bahwa KelurahanBalumbang Jaya menjadi wilayah ketigauntuk dibentuk RW Siaga Sehat Jiwa.Dari studi awal yang dilakukan, makadiperoleh data bahwa masyarakat maupunkader sangat antusias dengan kegiatan RWSiaga Sehat Jiwa dan menginginkan adanyaupaya tindak lanjut. Salah satu kegiatandalam mensukseskan RW Siaga Sehat Jiwayaitu pelatihan Kader Kesehatan Jiwa,pembentukan struktur organisasi KKJ dandeteksi dini dimana yang mengalamigangguan jiwa sebanyak 38 orang. Apabiladata gangguan jiwa tersebut dihitung makadapat disimpulkan bahwa prevalensigangguan jiwa di Kelurahan BalumbangJaya sebesar 0, 38% atau lebih besardaripada prevalensi di Jawa Barat yakni0,22%.Klien skizofrenia sering mengalamikegagalan dalam menjalankan nketerampilaninterpersonal, memiliki keterampilan sosialyang buruk dan mengalami defisit fungsikognitif. Isolasi sosial sebagai salah saturespon perilaku negatif yang muncul padaklien skizofrenia ditandai dengan individumengalami penurunan dan bahkan samasekali tidak mampu berinteraksi denganorang lain disekitarnya (Keliat dkk, 2006).Kondisi klien isolasi sosial yang tidakmengganggudantidakmerusaklingkungan, mengakibatkan pemberianasuhankeperawatankepadaklienterabaikan. Salah satu terapi spesialiskeperawatan jiwa pada klien isolasi sosialadalah terapi social skills training.Penelitian yang telah dilakukan olehRenidayati (2008) menunjukkan bahwamenjadi terapi spesialis keperawatan jiwakhususnya pada klien isolasi sosial di RSJHB Saanin Padang menunjukkan hasilbahwa kemampuan kognitif dan perilakuklien lebih tinggi pada kelompokintervensi.Masalah keperawatan isolasi sosialyang dialami oleh klien gangguan jiwaselama praktik pengembangan modelpelayanan kesehatan jiwa di KelurahanBalumbang Jaya sejak tanggal 19 Oktober2009 sampai dengan 09 April 2010 yakni18 klien. Diagnosa keperawatan isolasisosial menduduki peringkat pertama dariasuhan keperawatan spesialis jiwa.Sedangkan dignosa keperawatan lainnyayang ditemukan adalah halusinasi, resikoperilaku kekerasan, harga diri rendah,defisit perawatan diri dan penatalaksananregiment terapeutik tidak efektif.Tindakan keperawatan yang diberikanadalah terapi generalis untuk masing –masing diagnosa serta terapi spesialisspesialis untuk individu (terapi kognitif,terapi perilaku, terapi perilaku kognitif,terapi social skills training, assertivenesstraining). Terapi kelompok (terapi suportif,

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 28-38self help group) dan keluarga sisosial di Kelurahan Balumbang Jayamenggunakan teori yang dikembangkanoleh Dorothy E. Johnson yakni BehavioralSystem Model. Model ini ditujukan agarkeperawatanlebih mengembangkanfungsi-fungsi perilaku manusia yang secaraefektif dan efisien. Jonhson dalam hal inijuga menjelaskan bahwa perilaku manusiaadalah sistem yang akan dipengaruhi olehsubsistemnyayaitu lingkungan, danmasalah kesehatan. Subsistem lain yangjuga akan memberikan pengaruh terhadapperilaku manusia yaitu tujuan dariintervensi yang dilakukan oleh perawatdalam rangka memperoleh upakan suatu teknik modifikasi perilakuyang telah banyak dilakukan dan ditelititingkat keberhasilannya. Melalui penerapanterapi tersebut, klien memperoleh prosespembelajaran perilaku dalam meningkatkankemampuannya dalam berinteraksi denganorang lain agar dapat diterima dan dihargaisecara sosial. Hal inilah yang mendasaripenulis untuk memilih model konsepJohnson’s Behavioral System Modelsebagai landasan untuk pemberian terapisocial skills taining pada pasien klienisolasi sosial di Kelurahan Balumbang JayaKecamatan Bogor Barat Kota Bogor.METODETinjauan teori isolasi sosial, terapi socialskills training, teori dorothy e. Johnsonbehavioral system modelIsolasisosialadalahsuatupengalaman menyendiri seseorang danperasaan segan terhadap orang lain sebagaisesuatu yang negatif dan keadaan yangmengancam.Berbagaifaktorbisamenimbulkan isolasi sosial, belum adasuatu kesimpulan spesifik tentang penyebabpasti terjadinya gangguan hubunganinterpersonal penyebab isolasi sosial. Halini disebabkan proses terjadinya isolasisosial merupakan kombinasi dari berbagaifaktor. Proses terjadinya isolasi sosialdilihat dengan pendekatan holistik.Tanda dan gejala isolasi sosialmenurut Keliat, dkk (2006); Stuart danLaraia (2005) meliputi; fisik, kognitif,perilaku dan afektif. Tanda dan gejala fisik,merupakan manifestasi respon fisiologistubuh terhadap masalah isolasi sosialditandai dengan kurang energi, lemah,agitasi, penurunan libido, insomia atauhipersomia, penurunan dan peningkatannafsu makan. Klien kurang tekun bekerjadan sekolah, kesulitan melaksanakan tugasyang komplek, lebih banyak diam, tidakmau kontak mata, berbaring dengan posisifetus. Kondisi ini akan menunjukkanperilaku yang maladaptif pada klien.Intervensi keperawatan spesialis jiwapada klien dengan isolasi sosial dapatdilakukan dengan mengacu pada 4 (empat)terapi yaitu terapi individu, keluarga,kelompok dan komunitas. Menurut Kneisl,dkk (2004); Stuart dan Laraia (2005),terapi individu yang dapat diberikan padaklien isolasi sosial adalah terapi kognitif,cognitive behaviour therapy dan socialskills training. Terapi pada kelompok klienjuga perlu dilakukan seperti terapi aktivitaskelompok sosialisasi, terapi suportif,logoterapi dan psikoedukasi keluarga.Tujuan social skills training adalahuntukmenurunkankecemasanmeningkatkan kontrol diri pada klendengan fobia sosial,meningkatkankemampuan klien dalam aktifitas bersama,bekerja dan meningkatkan kemampuansosial klien skizofrenia (Van Dam –Baggen & Kraaimaat, 2000 dalam Kneisldkk, 2004).Social skills training sebagai salahsatu teknik modifikasi perilaku telahbanyak dilakukan dan diteliti pula tingkatkeberhasilannya. Efektif digunakan untukmeningkatkan kemampuan seseorang untukberinteraksi, meningkatkan harga diri,meningkatkan kineja danmenurunkantingkat kecemasan. Terapi ini dapatdiberikan pada klien; skizofrenia, kliendepresi, ansietas dan fobia sosial yang

Sutejo, Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial.mengalami masalah isolasi sosial, hargadiri rendah, perilaku kekerasan dan cemas.Terapisocialskillstrainingmerupakan kompetensi perawat spesialisjiwa. Renidayati (2008) mengembangkanmodul social skills training pada klienisolasi sosial dengan mengacu pada 4(empat) tahapan social skills training yangdikemukakan Stuart dan Laraia (2005)yaknimelatihkemampuanklienberkomunikasi, menjalin persahabatan danmenghadapisituasisulit,denganmenggunakan metode modelling, role play,feedback dan transfer training.Fokus penekanan pada modelJohnson menurut Leddy dan Pepper (1993,dalam Tomey & Aligood, 2006) adalah,pada individu sebagai sistem perilaku.Sistem tersebut teridentifikasi oleh tindakandan perilaku yang teratur dan terkontrololeh faktor – faktor biologis, psikologis,dan sosiologis. Sistem terdiri dari ketujuhhasilinteraksisubsistemyangmengakibatkan fungsi spesifikuntuksemua sistem secara menyeluruh.Behavioral Sistem Model milikJohnson memiliki skematik yang jelasuntuk menggambarkan interaksi antarasubsistem yang ada dalam sistem manusia,seperti yang dijelaskan pada gambardibawah ini :Gambar 2.1 Johnson’s Behavioral SystemModelAplikasi dari setiap model untukpraktek keperawatan membutuhkan tigakondisi: model praktik kesesuaian denganpersyaratan, maka pembangunan yangkomprehensif dalam kaitannya denganpraktik mempunyai persyaratan, dankekhususan dalam kaitannya denganpraktik keperawatan.Pelaksanaan terapi social skills trainingpada klien isolasi sosialJumlah klien gangguan jiwa yang adadi Kelurahan Balumbang Jaya sebanyak 38orang dan yang mengalami masalahkeperawatan isolasi sosial yaitu 18 orang(47,37%). Klien dengan isolasi sosialseluruhnya sudah diberikan terapi generalisnamun yang telah diberikan terapi spesialissocial skills training hanya berjumlah 13orang. Hal tersebut dikarenakan kondisiklien yang tidak memungkinkan untukdilakukan terapi social skills training yaknipada klien dengan tuna grahita, tuna netra,tuna rungu dan tuna wicara.Masalah isolasi sosial pada kliengangguan jiwa di Kelurahan BalumbangJaya merupakan diagnosa keperawatanterbanyak kedua setelah harga diri rendah.Diagnosa medis sudah dapat ditegakkanpada seluruh klien isolasi sosial hal tersebutmerupakan hasil kolaborasi antara perawatCMHN dengan dokter Puskesmas yangbertanggung jawab langsung terhadapprogram kesehatan jiwa di wilayahPuskesmas Sindang Barang.Asuhan keperawatan pada kliendengan isolasi sosial di KelurahanBalumbang Jaya dilakukan berdasarkanpenatalaksanaan keperawatan dan medis.Pengukuran hasil kemampuan klien denganmasalah isolasi sosial dinilai dengan caramembandingkan hasil pengkajian awaldengan kondisi setelah diberikan terapispesialis keperawatan jiwa. Kendala yangdihadapi meliputi pelaksanaan terapi,keterlibatan petugas kesehatan danlingkungan perawatan. Tindak lanjut yangakan dilakukan berfokus pada klien dankeluarga, lingkungan perawatan daninstitusi pendidikan.HASIL DAN PEMBAHASAN

NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No1 Maret 2013: 28-38Klien dengan masalah isolasi sosialyang diberikan terapi social skills training76,92% berusia antara antara 25 – 50tahun. Menurut Erikson (1963, dalamPotter & Perry, 2005 ) bahwa usia tersebuttergolong kedalam usia dewasa. Tahap usiadewasa merupakan masa produktif dimanaklien memiliki tuntutan aktualisasi diri baikdari diri sendiri, keluarga maupunlingkungan.Jeniskelaminyangteridentifikasi dari 13 klien dengan isolasisosial menunjukkan bahwa mayoritas(92,31%) adalah laki – laki. Hal ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan olehRenidayati (2008) bahwa isolasi sosialbanyak dialami oleh laki – laki dibandingperempuan.Klien dengan isolasi sosial sebagianbesar memiliki tingkat pendidikan rendahyaitu SD. Menurut Potter dan Perry (2005)bahwa pendidikan lebih tinggi akanmemberikan pengetahuan yang lebih besarsehinggamenghasilkankebiasaanmempertahankan kesehatan yang lebihbaik. Karakteristik pekerjaan pada klienisolasi sosial mayoritas tidak bekerja. Haltersebut sesuai dengan pendapat Townsend(2005) yang menjelaskan bahwa tingkatsosial ekonomi rendah merupakan salahsatu faktor sosial yang menyebabkantingginya angka gangguan jiwa termasukskizofrenia.Klien isolasi sosial yang dikelolaselama kegiatan residensi sebagian besarbelum menikah. dengan isolasi sosialsebagian besar total care. Pada umumnyaklien sudah memiliki riwayat gangguanjiwa yang sudah lama, putus obat dankurang pengetahuan keluarga dalam halperawatan klien dirumah.Menurut Stuart dan Laraia (2005)faktor predisposisi adalah faktor risikoyang mempengaruhi jenis dan jumlahsumber yang dapat dibangkitkan olehindividu yang mengalami stress. MenurutTownsend (2005) bahwa faktor biologisakan terkait dengan adanya ernya. Menurut Stuart danLaraia (2005) bahwa faktor psikologisterdiri dari konsep diri, intelektualitas,kepribadian, moralitas, pengalaman masalalu, koping dan keterampilan komunikasisecara verbal. Menurut Townsend (2005)menjelaskan bahwa faktor sosial budayadikaitkan dengan terjadinya isolasi sosialmeliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan dan keyakinan.Hasil pengkajian faktor presipitasipada klien dengan isolasi sosial terdiri darifaktor biologis yaitu putus obat. Alasanyang ditemukan pada klien dengan riwayatputus obat adalah perasaan bosan, merasasudah sembuh atau keluarga khawatirbahwa kondisi klien akan ketergantungankepada obat.Kurangnya informasi keluarga yangadekuat dari fasilitas kesehatan tentangmanfaat obat berdampak pada angkakekambuhansehinggamemperburukkeadaan klien. Hal tersebut sesuai denganpendapat Shives (2005) yang menjelaskanbahwa pasien yang sudah pernah kambuhmemiliki prognosis yang kurang baikdibandingkan pasien baru.Penilaian stresor yang ditemukanberdasarkan hasil pengkajian pada klienisolasi sosial dimanifestasikan dalambentuk respon kognitif, respon afektif,respon fisiologis, respon perilaku danrespon sosial. Sumber koping yangteridentifikasi berdasarkan hasil pengkajianpada klien isolasi sosial terdiri dari empatsumber koping yaitu kemampuan personal,dukungan sosial, ketersediaan aset dankeyakinan positif. Menurut Stuart danLaraia (2005) bahwa kemampuan klienyang harus dimiliki oleh individu meliputitiga hal penting yaitu kemampuan dalammengenal atau mengidentifikasi masalah,menentukan masalah serta menyelesaikanmasalah.Hubungan karakteristik klien isolasisosial dengan hasil manajemen kasusmenunjukkan hasil tidak ada perbedaan.Pelaksanaan manajemen kasus pada kliendengan isolasi sosial terdiri dari anakantindakankeperawatan,melaksanakantindakan

Sutejo, Terapi Social Skills Training Pada Klien Isolasi Sosial.keperawatan dan melakukan evaluasiterhadap tindakan yang dilakukan.Menurut teori Johnson bahwa kienmempunyai sesuatu yang terintegrasi,sistematik, terpola, memiliki tujuan, dancara untuk memprediksi sesuatu. Perilakumenjadi bagian, orientasi, sistem, pola danprediksi dari tujuan klien. Hal tersebutmenjadi dasar untuk melaksanakan terapisocial skills training pada klien isolasisosial.Terapisocialskillstrainingmerupakan terapi spesialis keperawatanjiwa yang merupakan sebuah uannyadalamberinteraksi dengan orang lain sehinggadapat diterima dan dihargai secara sosial.Pemberian terapi social skills trainingberdasarkan pendekatan teori Johnson’sBehavioral System Model yang ditujukanagar keperawatan lebih mengembangkanfungsi – fungsi perilaku manusia yangsecara efektif dan efisien.Intervensi keperawatan khususnyapada klien dengan isolasi sosial dilakukansecara komprehensif dan holistik sertaterintegrasi kedalam sistem keluargasebagai sumber pendukung bagi klien.Menurut Townsend (2005) hubungandalam keluarga merupakan faktor utamayangmempengaruhiperkembanganterhadap adanya penyakit atau gangguanyang dialami oleh seseorang.Terapi social skills training secaranyata memberikan dampak yang sangatberarti pada klien isolasi sosial yaitumenunjukkan peningkatan kemampuanyang signifikan dalam berinteraksi denganorang lain baik didalam keluarga maupundi masyarakat. Klien yang sudah mampubersosialisasi dapat memperluas pergaulandan memiliki banyak teman sehinggamembuka wawasan terhadap lingkungansekitar. Melalui pemberian terapi socialskills training ternyata memberikandampak positif terhadap perubahan perilakuklien khususnya kemampuan berinteraksiterutama dengan anggota keluarga yanglain.Menurut Tomey dan Alligood (2006)menjelaskan bahwa Johnson memandangkesehatan menjadi suatu nilai yangdiinginkan oleh petugas kesehatan yangberfokus pada individu dan bukan padapenyakit. Kesehatan direfleksikan , dan saling ketergantungan darisetiap subsistemnya.Klien isolasi sosial yang diberikanterapi social skills training menunjukkanadanya ketersediaan sumber pendukungbaik internal dan eksternal. Sumber internalberasal dari potensi diri, sedangkan sumbereksternal berasal keluarga, KKJ sertapetugas kesehatan. Berdasarkan temuandata pada klien dengan isolasi sosialmemiliki kecenderungan kurang kurangmampu memanfaatkan potensi yang adapada dirinya maupun sumber yang berasaldari luar.KESIMPULAN DAN SARANKarakteristik klien dengan masalahisolasi sosial di Kelurahan Balumbang Jayamayoritas berusia dewasa, jenis kelaminsebagian besar laki – laki, banyak yangtidak memiliki pekerjaan, pendidikan rata –rata rendah (SD), hampir seluruhnya belummenikah dan tingkat kemandiri

Siaga Sehat Jiwa dan menginginkan adanya upaya tindak lanjut. Salah satu kegiatan dalam mensukseskan RW Siaga Sehat Jiwa yaitu pelatihan Kader Kesehatan Jiwa, pembentukan struktur organisasi KKJ dan deteksi dini dimana yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 38 orang. Apabila data gangguan jiwa tersebut dihitung maka

Related Documents:

penerapan terapi qona’ah dalam mengatasi kecemasan dan ketakutan pasangan suami istri

Iman Firmansyah. 2013. Kualitas Hidup Pada Individu Dengan Ketergantungan Opioid Yang Mendapat Terapi Dengan Pendekatan Therapeutic Community Dan Terapi Rumatan Metadon, Thesis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 57 Tahun 2013 tentang

1. Penerapan model cooperative learning tipe NHT Penerapan adalah pemasangan penggunaan prihal mempraktekkan. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode dan hal lain untuk memcapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung Dewan Komisaris. 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung Direksi. 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite. 4. Penanganan Benturan Kepentingan. 5. Penerapan fungsi Kepatuhan. 6. Penerapan fungsi audit intern. 7. Penerapan fungsi audit ekstern. 8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern. 9.

bagaimanakah penerapan sistem informasi pemasaran yang dijalankan oleh Bank Nagari dalam melakukan aktivitas bisnis. Oleh karena itu, penulis memilih judul laporan,"Penerapan Sistem Informasi Pemasaran Pada Bank Nagari". 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan sistem informasi pemasaran pada Bank Nagari dalam memajukan perusahaan? 2.

THE POWER OF SOCIAL AND EMOTIONAL SKILLS OECD Skills Studies Skills for Social Progress THE POWER OF SOCIAL AND EMOTIONAL SKILLS Today's children will need a balanced set of cognitive, social and emotional skills in order to succeed in modern life. Their capacity to achieve goals, work effectively with others and manage emotions will be essential

6. Wanita dan Pengurusan stress dari perspektif Islam” UTM. 7. Panel pakar bidang pendidikan Dewan Bahasa Pustaka 8. Penilai buku terbaik Anugerah MAPIM 2010 9. Kaunseling Individu-Pendekatan Terapi Pemusatan Insan, Terapi Rasional Emotif Tingkah Laku. Usim

Etika, Ligji dhe Performanca në Administratën tonë Publike E. Saliaga 5 “Statusi i Nënpunësit Civil”, Ligj Nr. 8549, datë 11.11.1999, Republika e Shqipërisë.