Tim Penyusun - Siaga Bencana

3y ago
27 Views
2 Downloads
6.66 MB
145 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Abram Andresen
Transcription

Tim PenyusunPengarah:B. Wisnu WidjajaMedi HerliantoPenulis:Eny SupartiniNovi KumalasariDian AndrySusilastutiIndah FitrianasariJimmy TariganAnton Agus HaryantaRaditya NugiEditor:Novi KumalasariSusilastutiJimmy TariganTasril MulyadiDesign Tata Letak:Mohammad AlfatSanti AriskaSeto KuncoroEdisi Cetak I, Maret 2017Edisi Cetak II (Revisi), April 2017

KATA SAMBUTANSaya menyambut baik dengan diterbitkannya “Pedoman LatihanKesiapsiagaan Bencana” dalam rangka memperingati 10 tahunlahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24 tahun2007 pada tanggal 26 April 2017. Latihan merupakan elemen yangsangat berperan penting untuk membangun kesadaran, kewaspadaandan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.Dengan diterbitkannya buku pedoman ini diharapkan dapatmembantu seluruh pihak yang merencanakan dan melaksanakanlatihan kesiapsiagaan dan dapat menjadi acuan yang mudahdimengerti dan diaplikasikan saat latihan.Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadaseluruh tim penyusun buku pedoman ini yang dengan penuh dedikasitelah menyelesaikan hasil karya yang sangat berguna bagi pemangkukepentingan penanggulangan bencana. Tidak lupa juga saya ucapkanterima kasih kepada seluruh narasumber yang telah memberikankontribusinya dalam penyelesaian buku ini. Semoga buku ini dapatberguna bagi kita semua dalam rangka membangun kesadaran,kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.Jakarta, Maret 2017Deputi Bidang Pencegahan dan KesiapsiagaanB. Wisnu Widjajaiii

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atassegala berkah dan rahmatNya, sehingga penyusunan “Buku PedomanLatihan Kesiapsiagaan Bencana” dapat diselesaikan. Kesiapsiagaanmerupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiaptingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwakehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semuaorang lebih siap menghadapi bencana.Penerbitan buku ini sebagai bentuk tanggungjawab kami selakupenyelenggara penanggulangan bencana untuk berbagi ilmupengetahuan dan informasi kebencanaan dalam rangka mewujudkankonsep pengurangan risiko bencana serta untuk meminimalisirkorban dari bencana yang tidak pernah terduga datangnya.Berbagi informasi kebencanaan kepada seluruh komponen bangsamerupakan wujud nyata BNPB dalam melaksanakan tugas danfungsinya sesuai Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana. Harapan kami semoga melalui mediaini tercipta masyarakat Indonesia yang selalu siap dan tangguhmenghadapi bencana.Kami mengucapkan terima kasih khususnya untuk untuk para penulisserta kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satuper satu, namun mereka telah memberikan sumbangan pemikirandan pengalaman yang sangat berharga dalam penyusunan bukupedoman ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang tersaji.Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dalamrangka meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaanmasyarakat pemangku kepentingan menghadapi ancaman bencana.iv

Disamping itu penulis berharap buku ini dapat menjadi referensi untukmeningkatkan partisipasi, dan membangun budaya gotong royong,kerelawanan serta kedermawanan para pemangku kepentingan baikdi tingkat pusat maupun daerah.Jakarta, Maret 2017Direktur KesiapsiagaanMedi Herliantov

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALvi

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALDAFTAR ISIIHalamanPENDAHULUANA. Maksud dan Tujuan.13B. Gambaran Umum Latihan Kesiapsiagaan.151. Definisi Latihan Kesiapsiagaan.152. Jenis-Jenis Latihan Kesiapsiagaan.153. Kelompok Rentan dan Disabilitas. 16II. MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN BENCANAA. Tahap Perencanaan.21B. Tahap Persiapan.24C. Tahap Pelaksanaan.25D. Tahap Evaluasi dan Rencana Perbaikan.26III. LATIHAN EVAKUASI MANDIRIA. Potensi Bencana di Indonesia.28B. Aktivitas Sirine - Peringatan Dini.28C. Latihan Evakuasi Bencana Gempa Bumi.35D. Latihan Evakuasi Bencana Tsunami.53E. Latihan Evakuasi Bencana Kebakaran Gedung / Pemukiman.61F. Latihan Evakuasi Bencana Banjir.74G. Latihan Evakuasi Bencana Gerakan Tanah / Longsor.83H. Latihan Evakuasi Bencana Letusan Gunung Api.90IV. JENIS BENCANA LAINNYA DAN LAYANAN PERINGATANA. Kebakaran Hutan dan Lahan.96B. Cuaca Ekstrem.102C. Kekeringan.108D. Penyakit Menular.114E. Jenis Rambu dan Papan Informasi Bencana.117F. Kearifan Lokal.121V. INFORMASI PENDUKUNG UNTUK PERSIAPAN KEDARURATAN BENCANAA. Nomor Panggilan Darurat di Indonesia.128B. Pertolongan Darurat Bencana.129C. Relawan Penanggulangan Bencana.132DAFTAR PUSTAKA.139LAMPIRAN.140vii

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONAL

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALI. PENDAHULUANPulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempengtektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia sertaFilipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan secara geologis. Di samping itu,kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di Indonesia, yangterletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan Indonesia menjadi salah satunegara yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa bumi, tsunami,deretan erupsi gunung api (129 gunung api aktif ), dan gerakan tanah.Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristikgeografis yang membentang antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa, dan sistem iklimlokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis. Kondisitersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak pemanasan global danpengaruh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan airlaut pada wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa. Hal ini cenderungmenimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai jenis bencana hidrometeorologi,seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem,abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).10

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALBerdasarkan hasil kajian risiko bencana tahun 2015 yang disusun oleh BNPB (inarisk.bnpb.go.id), potensi jumlah jiwa terpapar risiko bencana, jumlah kerugian fisik,ekonomi, dan lingkungan, berkategori sedang-tinggi yang tersebar di 34 provinsi,per jenis ancaman bencana adalah sebagai berikut:o Lima jenis bencana dengan jiwa terpapar tertinggi adalah: cuaca ekstrem(puting beliung) sebanyak 244 juta jiwa, diikuti kekeringan sebesar 228 jutajiwa, dan banjir sebanyak 100 juta jiwa, lalu gempa bumi sebesar 86 jutajiwa, dan bencana tanah longsor sebesar 14 juta jiwa.o Sedangkan untuk potensi kerusakan dan kerugian fisik dan ekonomitertinggi untuk ancaman gempa bumi sebesar 648.874 triliun, potensikerusakan dan kerugian fisik dan ekonomi banjir serta banjir bandangsebesar 376.886 triliun, dan tanah longsor sebesar 78.279 triliun, sedangkankekeringan sebesar 192.737 triliun.o Selain itu, untuk potensi dampak lingkungan tertinggi adalah ancamanbencana kekeringan 63 juta hektar, diikuti oleh bencana kebakaran hutandan lahan 42 juta hektar, dan tanah longsor sebesar 41 juta hektar.o Di luar kejadian faktual tesebut, BNPB telah menyiapkan peta risiko bencanayang dapat menjelaskan jiwa terpapar, kerugian fisik, kerugian ekonomi,dan kerugian lingkungan yang mungkin dapat terjadi.Semua orang mempunyai risiko terhadap potensi bencana, sehingga penangananbencana merupakan urusan semua pihak (everybody’s business). Oleh sebabitu, perlu dilakukan berbagi peran dan tanggung jawab (shared responsibility)dalam peningkatan kesiapsiagaan di semua tingkatan, baik anak, remaja, dandewasa. Seperti yang telah dilakukan di Jepang, untuk menumbuhkan kesadarankesiapsiagaan bencana.Gambaran tren bencana global ke depan juga cenderung akan meningkatkarena pengaruh beberapa faktor, seperti 1) Meningkatnya jumlah penduduk, 2)Urbanisasi, 3) Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan 5) Pengaruh perubahaniklim global.Secara umum, faktor utama banyaknya korban jiwa, kerusakan, dan kerugian yangtimbul akibat bencana adalah masih kurangnya pemahaman dan kesadaran11

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALmasyarakat serta pelaku pengelola sumber daya hayati dan lingkungan terhadaprisiko bencana di wilayahnya. Selain itu, dukungan mitigasi struktural yang belummemadai juga menjadi faktor tak terpisahkan. Hal ini mengakibatkan kesadaran,kewaspadaan, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana masih sangatkurang.Belajar dari pengalaman beberapa negara maju yang rawan bencana sepertiJepang, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa,bahwa secara umum, kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan telah tumbuhserta berkembang melalui pelatihan secara teratur.Latihan Kesiapsiagaan Bencana: Siap, untuk Selamat!Hasil survei di Jepang, pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji 1995, menunjukkanbahwa presentase korban selamat disebabkan oleh Diri Sendiri sebesar 35%,Anggota Keluarga 31,9 %, Teman/Tetangga 28,1%, Orang Lewat 2,60%, Tim SAR1,70 %, dan lain-Lain 0,90%. Berdasarkan ilustrasi tersebut, sangat jelas bahwafaktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan yang dimilikioleh “diri sendiri” untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman risiko bencana.Kemudian, diikuti oleh faktor bantuan anggota keluarga, teman, bantuan TimSAR, dan di sekelilingnya. Maka, edukasi untuk meningkatkan pemahaman risikoberdesain tema Latihan Kesiapsiagaan Bencana Siap, Untuk Selamat! merupakanpesan utama bersama yang akan didorong dalam proses penyadaran (awareness)dalam peningkatan kemampuan diri sendiri.Proses penyadaran tersebut berguna agar setiap orang dapat memahami risiko,mampu mengelola ancaman dan, pada gilirannya, berkontribusi dalam mendorongketangguhan masyarakat dari ancaman bahaya bencana. Di samping itu, kohesisosial, gotong royong, dan saling percaya merupakan nilai perekat modal sosialyang telah teruji dan terus dipupuk, baik kemampuan perorangan dan masyarakatsecara kolektif, untuk mempersiapkan, merespon, dan bangkit dari keterpurukanakibat bencana.123

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALSebagai suatu proses ketahanan sosial dan budaya sadar bencana dalam jangkapanjang, ketangguhan masyarakat (Bene et al, 2012) menyasar tiga elemenketangguhan, yaitu: kapasitas meredam ancaman (absorptive) yang menghasilkanpersistensi, kemampuan beradaptasi (adoptive) yang menghasilkan penyesuaianperlahan dan berjangka panjang, dan kapasitas bertransformasi (transformative)yang menghasilkan respon-respon transformasional.Salah satu upaya mendasar untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaranmenumbuhkan budaya siaga adalah melalui latihan kesiapsiagaan. Jenis-jenislatihan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain (i) Aktivasi Sirine PeringatanDini, (ii) Latihan Evakuasi Mandiri di Sekolah/Madrasah, Rumah Sakit Siaga Bencana,gedung bertingkat, dan pemukiman. (iii) Uji Terap Tempat Pengungsian Sementara/Akhir se Indonesia. Latihan kesiapsiagaan yang dilaksanakan secara khusus, jugamelibatkan kelompok rentan, seperti anak-anak, kaum lansia dan tuna-wisma(homeless), para penyandang disabilitas dan orang berkebutuhan khusus.Tanggal 26 April 2017, dipilih sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana dalam rangkamemperingati 10 tahun lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24tahun 2007. Undang-undang ini sangat penting karena mengubah cara pandangmenyikapi bencana yang semula respon menuju paradigma pengurangan risikobencana.A. Maksud dan TujuanMaksud dari buku pedoman pelaksanaan latihan kesiapsiagaan masyarakatmenghadapi ancaman bencana adalah agar Pemerintah Pusat, PemerintahProvinsi/Kabupaten/Kota, NGO/LSM, dunia usaha, dan pihak-pihak terkait yangberkeinginan melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan, memiliki acuan yang dapatdimengerti dan mudah diaplikasikan dengan kemampuan sumber daya yangdimilikinya.Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,membagi bencana dalam 3 kategori, yaitu bencana alam, bencana non alam, danbencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain 1) Gempa bumi, 2)Tsunami, 3) Gunung api, 4) Banjir, 5) Kekeringan, 6) Angin topan dan gelombang13

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALekstrem, serta 7) tanah longsor. Bencana non-alam adalah bencana yangdiakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam, antara lain 1) Gagalteknologi, 2) Gagal modernisasi, 3) Epidemi, dan 4) Wabah penyakit. Bencana sosialadalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yangdiakibatkan oleh manusia meliputi 1) Konflik sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan 2) teror.Dalam buku pedoman latihan kesiapsiagaan bencana ini akan membahas cakupanbencana alam yang sering terjadi di Indonesia yaitu gempa bumi, tsunami, gunungapi, banjir, gerakan tanah/longsor, dan kebakaran gedung. Sebagai tambahan jugaturut menginformasikan jenis bencana lainnya dan upaya pelayanan peringatan.Secara garis besar maksud diselenggarakannya latihan kesiapsiagaan bencana iniagar para pemangku kepentingan dapat:a. Merencanakan dan melaksanakan latihan kesiapsiagaan sesuai denganancaman di masing-masing daerah, khususnya dalam melakukan aktivasisirine peringatan dini, latihan evakuasi mandiri di Sekolah/Madrasah,Rumah Sakit, gedung, serta pemukiman dan uji terap tempat pengungsiansementara/akhir (shelter) se Indonesia.b. Mendorong latihan kesiapsiagaan yang dilakukan oleh pemerintah, baikpusat maupun daerah, dan para pemangku kepentingan lainnya, sepertiNGO/LSM, masyarakat, sekolah, perguruan tinggi, pihak swasta sepertihotel, perusahaan, pengelola mall, LSM, yang memerankan sesuai denganfungsinya masing-masing.Secara garis besar, tujuan latihan kesiapsiagaan ini adalah: Menilai tindakan respon/reaksi masyarakat, baik individu, keluarga dankomunitas untuk melakukan evakuasi yang terencana. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam melaksanakanStandart Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat. Mengkaji kemampuan peralatan penunjang komunikasi sistem peringatandini, penunjang evakuasi, serta penunjang tanggap darurat. Mengkaji kerja sama antar institusi/organisasi lokal.14

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONAL Melakukan evaluasi dan mengidentifikasi bagian persiapan dan perencanaanyang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.B. Gambaran Umum1. Definisi Latihan KesiapsiagaanDalam pedoman ini, latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihankoordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangkukepentingan (pemerintah dan masyarakat umum). Seluruh pihak yang terlibatmensimulasikan situasi bencana sesungguhnya menggunakan skenario bencanayang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata. Dengan mengacu pada definisitersebut diatas, maka pedoman ini disusun untuk penyelenggaraan latihan yangmelibatkan multipihak serta digunakan untuk membangun dan menyempurnakansystem kesiapsiagaan sekaligus meningkatkan keterampilan dalam koordinasiserta pelaksanaan operasi penanggulangan bencana.2. Jenis-Jenis Latihan KesiapsiagaanLatihan merupakan elemen yang sangat berperan penting dalam meningkatkanupaya kesiapsiagaan secara sistematis. Ada tiga tahapan latihan, yakni tahappelatihan, tahap simulasi, dan tahap uji sistem. Ketiganya memilik alur, yakni: Pengertian bertahap dalam latihan kesiapsiagaan dilaksanakan mulai daritahap awal analisis kebutuhan, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan,serta monitoring dan evaluasi. Berjenjang, berarti bahwa latihan dilakukan mulai dari tingkat kompleksitaspaling dasar, yakni sosialisasi, hingga kompleksitas paling tinggi, yakni latihanterpadu/gladi lapang. Semua jenis latihan kesiapsiagaan dimaksudkan untukmeningkatkan kapasitas pemangku kepentingan, mulai dari peningkatkanpengetahuan, hingga sikap dan keterampilan dalam menjalankan fungsidan tanggung jawab saat situasi darurat. Berkelanjutan, dalam arti latihan kesiapsiagaan dilakukan secara terusmenerus dan rutin.15

BUKU PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN BENCANA NASIONALKegiatan latihan kesiapsiagaan dapat dilakukan secara rutin, terutama di kota/kabupaten risiko bencana yang tinggi, dan dilakukan minimal 1 tahun sekaliguna mengurangi jumlah korban bencana.Pada tahap latihan kesiapsiagaan, salah satu jenis latihan adalah evakuasi mandiri.Evakuasi mandiri adalah kemampuan dan tindakan individu/masyarakat secaramandiri, cepat, tepat, dan terarah berdasarkan langkah-langkah kerja dalammelakukan penyelamatan diri dari bencana. Latihan evakuasi mandiri adalahlatihan untuk dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan, hotel, sekolah, desa,dan sebagainya dalam rangka merespon sistem peringatan dini bencana. Latihankesiapsiagaan biasanya dilakukan pada tingkat komunitas, seperti organisasiperusahaan, hotel, sekolah, desa, dan lain sebagainya.3. Kelompok Rentan dan Penyandang DisabilitasA. Kelompok RentanKerentanan adalah suatu keadaan atau kondisi lingkungan dari suatu komunitasatau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalammenghadapi ancaman bencana. Kerentanan bagi perempuan menjadi gandakarena peran kodrat, seperti haid, hamil, melahirkan dan memberikan ASI yangjika tidak diprioritaskan akan berpotensi menyebabkan ketidakadilan gender, danjuga peran gender yang diharapkan oleh masyarakat kepada perempuan membuatmereka kehilangan akses, partisipasi, kontro

menumbuhkan budaya siaga adalah melalui latihan kesiapsiagaan. Jenis-jenis latihan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain (i) Aktivasi Sirine Peringatan Dini, (ii) Latihan Evakuasi Mandiri di Sekolah/Madrasah, Rumah Sakit Siaga Bencana, gedung bertingkat, dan pemukiman. (iii) Uji Terap Tempat Pengungsian Sementara/ Akhir se Indonesia.

Related Documents:

penanggulangan bencana di Desa Windurejo sudah diketahui oleh masyarakat.Selama ini peran BPBD dalam penanggulangan bencana dimulai dari sebelum terjadi bencana, saat tanggap darurat (saat bencana) dan pasca bencana.Peran BPBD dalam penanggulangan bencana ini berkaitan dengan perannya sebagai coordinator.Semua koordinasi dalam

Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang didasari risiko bencana dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 tahun 2007 secara

2. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan. 3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 1. Apa itu Desa dan Kelurahan Siaga Aktif? Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga,

Peta Risiko Bencana Banjir Bandang di Kabupaten Kendal.40 Gambar 10. Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kabupaten Kendal.41 Gambar 11. . bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Kendal.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebong Page 10 1) Meningkatkan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan resiko bencana. 2) Memantapkan pelaksanaan penanggulangan bencana pada setiap tahapan bencana. 3) Meningkatkan upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Infrastruktur publik pasca bencana.

Mata kuliah mengenai bencana sudah ada diberbagai program studi pendidikan tenaga kesehatan. Akan tetapi, belum ada pendidikan resmi atau pelatihan bersertifikat untuk pengelolaan bencana. Buku-buku dan artikel-artikel penelitian mengenai bencana belum banyak diterbitkan. Berpijak pada pengalaman ini sudah selayaknya ilmu manajemen dipergunakan untuk penanganan bencana di sektor kesehatan .

pengenalan bahaya / anaman bencana yang mengancam wilayah tersebut. Kemudian bahaya / ancaman tersebut di buat daftar dan di disusun langkah-langkah / kegiatan untuk penangulangannya. Sebagai prinsip dasar dalam melakukan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini adalah menerapkan paradigma pengelolaan risiko bencana secara holistik.

American Chiropractic Board of Radiology Heather Miley, MS, DC, DACBR Examination Coordinator PO Box 8502 Madison WI 53708-8502 Phone: (920) 946-6909 E-mail: exam-coordinator@acbr.org CURRENT ACBR BOARD MEMBERS Tawnia Adams, DC, DACBR President E-mail: president@acbr.org Christopher Smoley, DC, DACBR Secretary E-mail: secretary@acbr.org Alisha Russ, DC, DACBR Member-at-Large E-mail: aruss@acbr .