BAB II KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

3y ago
52 Views
4 Downloads
395.46 KB
13 Pages
Last View : 9d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mya Leung
Transcription

BAB IIKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATISA. Definisi Kemampuan Pemecahan Masalah MatematisDalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak bisa terlepas dari masalah.Karenanya kemampuan pemecahan sangat diperlukan oleh seseorang untukmengatasi masalah atau kesulitan yang ditemuinya. Begitupun dalam duniapendidikan matematika, saat sedang mempelajari matematika seseorang tidakterlepas dari masalah, karena semua yang dipelajari dalam matematika tertujupada pemecahan masalah. Sumartini (2016) berpendapat bahwa dalampendidikan, kemampuan siswa diasah melalui masalah, sehingga siswa mampumeningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya.Hudojo (1988, hlm. 172) menyatakan bahwa di dalam matematika suatusoal atau pertanyaan akan merupakan masalah apabila tidak terdapat aturan atauhukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawabantersebut. Russeffendi (2006, hlm. 326) mengemukakan bahwa “sesuatu persoalanmerupakan masalah bagi seseorang, pertama bila persoalan itu tidak dikenalnyaatau dengan kata lain orang tersebut belum memiliki prosedur atau algoritmatertentu untuk menyelesaikannya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya,baik kesiapan mental maupun kesiapan pengetahuan untuk dapat menyelesaikanmasalah tersebut. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bilaia ada niat menyelesaikannya”.Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pertanyaandapat menjadi suatu masalah bagi seseorang apabila seseorang tersebut tidakdapat segera menyelesaikannya atau dengan kata lain seseorang tersebut tidakdapat menyelesaikan pertanyaannya dengan prosedur yang sudah diketahuinya.Fadillah (2009) mengatakan bahwa sebuah pertanyaan dapat merupakan masalahbagi seseorang akan tetapi belum tentu menjadi masalah untuk orang lain,demikian pula sebuah pertanyaan tidak selamanya menjadi masalah bagiseseorang, artinya sebuah pertanyaan mungkin saja menjadi masalah pada waktu

tertentu, tetapi bukan masalah pada waktu yang lain. Oleh karenanya suatumasalah bersifat subjektif bergantung pada waktu dan kemampuan seseorang.Sumarmo (2000, hlm. 8) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalahsuatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuanyang diinginkan. Menurut Dahar (1989, hlm. 138), pemecahan masalahmerupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep danaturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatuketerampilan generik. Soedjadi (dalam Fadillah, 2009) menyatakan bahwakemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pesertadidik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalahmatematika, masalah dalam ilmu lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan Montague (dalam Fadillah, 2009) mengatakan bahwa pemecahanmasalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks yang disertaisejumlah proses dan strategi. Sejalan dengan pendapat Widodo dan Sujadi (2015)pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu aktivitas untuk mencaripenyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan menggunakansemua pengetahuan matematika yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan pendapatpendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalahmatematis adalah kecakapan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis atauusaha mencari solusi yang dilakukan untuk mencapai penyelesaian masalahdengan menggunakan pengetahuan, keterampilan serta pemahaman yang sudahdimilki.Ketika seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, makaseseorang itu telah memiliki suatu kemampuan dan pengetahuan baru. Kemampuandan pengetahuan baru tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah yang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan, makaseseorang akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunyauntuk mengarungi hidupnya sehari-hari.B. Indikator – Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah MatematisSumarmo (2013, hlm. 128) menyatakan bahwa pemecahan masalahmatematik mempunyai dua makna yaitu: (1) pemecahan masalah sebagai suatu

pendekatan(reinvention)pembelajaran,yangdan memahamidigunakanmateri,untukkonsep,menemukandan prinsipkembalimatematika.Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstualkemudian melalui induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika; (2)sebagai tujuan atau kemampuan yang harus dicapai, yang dirinci menjadi limaindikator, yaitu:1. Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah;2. Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari danmenyelesaikannya;3. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematikadan atau di luar matematika;4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, sertamemeriksa kebenaran hasil atau jawaban;5. Menerapkan matematika secara bermakna.Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kemampuan pemecahanmasalah bukan hanya dijadikan sebagai tujuan pembelajaran tetapi dapat jugadijadikan pendekatan dalam pembelajaran matematika, melalui pembelajaranberbasis masalah siswa dapat menemukan kembali konsep, memahami materi danprinsip matematika. Hal ini didukung dengan pendapat Donaldson (dalamNursyahidah dkk, 2018) bahwa mengajar melalui pemecahan masalah adalah carayang sangat efektif untuk membantu siswa mendapatkan pemahaman konsepmatematika.Selanjutnya untuk mengukur keberhasilan pembelajaran tersebutdapat dilihat dari capaian tujuan siswa yang dirinci sebagai indikator.Keberhasilhan tersebut dilihat dari apakah siswa sudah dapat mengidentifikasikecukupan data yang diketehui untuk pemecahan masalah?, apakah siswa sudahdapat membuat analogi atau membuat model matematiknya dari masalahtersebut?, apakah siswa dapat mempertanggungjawabkan jawabannya denganmenjelaskan kembali hasil yang didapatnya?. Dan yang terakhir apakah siswamenggunakan matematika secara bermakna?. Ada beberapa pendapat mengenaiindikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pemecahan masalahmatematis. Menurut NCTM (2000) indikator – indikator untuk mengukurkemampuan pemecahan masalah matematis siswa meliputi:

1. nyakan,dankecukupan unsur yang diperlukan.2. MerumuskanCmasalah matematik atau menyusun model matematik.3. MenerapkanCstrategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis ataumasalah baru) dalam atau diluar matematika.4. MenjelaskanChasil sesuai permasalahan asal.5. MenggunakanCmatematika secara bermakna.Sedangkan, menurut Kesumawati (Chotimah, 2014) indikator kemampuanpemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:1.MenunjukkanCpemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasiunsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yangdiperlukan.2. MampuCmembuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuanmerumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika.3. meliputikemampuan memunculkan berbagaiCkemungkinan atau alternatif carapenyelesaian rumus-rumus atau pengetahuan mana yang dapat digunakandalam pemecahan masalah tersebut.4. Mampu menjelaskanCdan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh,meliputi kemampuan mengidentifikasiCkesalahan-kesalahan perhitungan,kesalahan penggunaan rumus, memeriksa kecocokan antara yang telahditemukan dengan apa yang ditanyakan, dan dapat menjelaskan kebenaranjawaban tersebut.Adapun indikator pemecahan masalah menurut Sudirman (2017)dirincikan sebagai berikut:1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupanunsur yang diperlukan.2. Membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari-hari danmenyelesaikannya.3. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematikaatau diluar matematika.

4. Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal sertamemeriksa kebenaran hasil atau jawaban.Beberapa pendapat di atas kurang lebih mengandung makna yang samayaitu untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yangpertama siswa harus dapat menunjukan bahwa ia telah memahami masalahdengan cara mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dankecukupan unsur yang diperlukan. Yang kedua yaitu siswa dapat merumuskanmasalah dengan cara membuat model matematiknya. Yang ketiga yaitu memilihdan menerapkan strategi untuk memecahkan masalah dengan cara memunculkanberbagai kemungkinan atau alternatif cara penyelesaian dengan rumus-rumus ataupengetahuan mana yang dapat digunakan dan menerapkannya. Dan yang terakhiryaitu siswa dapatmemeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh danmenjelaskannya kembali.C. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah MatematisBaroody & Niskayuna (dalam Fadillah, 2009) menggolongkan tigainterpretasi pemecahan masalah yaitu pemecahan masalah sebagai pendekatan(approach), tujuan (goal), dan proses (process) pembelajaran. Pemecahanmasalah sebagai pendekatan maksudnya pembelajaran diawali dengan masalah,selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan merekonstruksikonsep-konsep matematika. Pemecahan masalah sebagai tujuan berkaitan denganpertanyaan mengapa matematika diajarkan dan apa tujuan pengajaran matematika.Dan yang terakhir pemecahan masalah sebagai proses adalah suatu kegiatan yanglebih mengutamakan pentingnya prosedur langkah-langkah, strategi atau carayang dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga menemukanjawaban.Sedangkan mengenai prosedur langkah-langkah, strategi atau cara yangdilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah, sudah banyak ahli yangmengemukakannya. Gagne mengatakan bahwa dalam pemecahan masalahbiasanya ada empat langkah yang harus dilakukan yaitu:1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas;

2. tukdipergunakan dalam memecahkan masalah itu);3. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnyapengumpulan data, pengolahan data, dan lain-lain, hasilnya mungkin lebihdari sebuah;4. Memeriksa kembali mungkin memilih pula pemecahan yang paling baik.Bransford yang dikutip oleh Didi Suryadi (2011), langkah-langkahmemecahkan masalah meliputi:1. Mengidentifikasi masalah,2. Mendefinisikan masalah melalui proses berpikir tentang masalah tersebut sertamelakukan pemilahan informasi yang relevan,3. Eksplorasi solusi melalui pencarian alternatif, brainstorming, dan melakukanpengecekan dari berbagai sudut pandang,4. Melaksanakan alternatif strategi yang dipilih, dan5. Meriviu kembali dan mengevaluasi akibat-akibat dari aktivitas yangdilakukan.Williams (dalam Roebyanto dan Yanti, 2014) mengajukan langkahlangkah untuk memecahkan masalah matematika adalah memahami masalah,menyelesaikan masalah, mengajukan masalah baru, merencanakan strategi, danmengecek jawaban.Sedangkan menurut Schoenfeld (dalam Lidinilah, 2009) terdapat 5 ys,Exploration,Planning/Implementation, dan Verification. Tahapan-tahapan dari Schoenfeld initelah dikembangkan menjadi Reading, Understanding, Analisys, Exploration,Planning, Implementation, dan Verification. Dari pendapat tentang pemecahanmasalah tersebut, langkah-langkah pemecehan masalah sebenarnya bermuara padaempat langkah pemecehan masalah Polya. Polya (1973) mengemukakan bahwauntuk memecahkan suatu masalah ada 4 langkah yang dapat dilakukan, yakni:1Undertanding the problem (memahami masalah).Pada langkah ini yang dapat dilakukan adalah: apa (data) yang diketahui,apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat)

apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yanglebih operasional (dapat dipecahkan).2Devising a plan (merencanakan pemecahannya).Pada langkah ini yang dilakukan adalah: mencoba mencari atau mengingatmasalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yangakan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian3Carrying out the plan (menyelesaikan masalah sesuai rencana).Pada langkah ini yang dilakukan adalah menjalankan prosedur yang dibuatpada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian. Langkah–langkahdituliskan secara detail untuk memastikan bahwa setiap langkah sudah benar.4Looking back (memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian).Pada langkah ini yang dapat dilakukan adalah: menganalisis danmengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar,atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.Langkah-langkah pemecahan masalah matematis disimpulkan dengantahap-tahap berikut. Pada tahap memahami masalah, siswa akan dilatih untukmembiasakan menulis informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.Tahap merencanakan pemecahanan siswa mentransformasikan informasi padasoal dan mengingat masalah yang relevan sehingga siswa akan memilih strategiyang tepat untuk memecahkan masalah. Sedangkan pada tahap menyelesaikanmasalah siswa dapat menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahanmasalah yang telah dipilih pada tahap sebelumnya. Dan yang terakhir adalahpengecekan kembali bertujuan untuk menafsirkan hasil jawaban yang diperolehuntuk memecahan masalah. Tiap langkah sangat penting dan langkah-langkahtersebut harus dikerjakan dengan teliti supaya tidak terjadi kesalahan, karenakesalahan dapat terjadi di semua langkah mulai dari langkah memahami masalah,proses penyelesaian hingga kesalahan pada penarikan kesimpulan.D. Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan MasalahMatematis dan Faktor PenyebabnyaDalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis tentunya siswasering melakukan kesalahan. Kesalahan– kesalahan tersebut dapat terjadi pada

saat memahami soal atau masalah, pada saat proses penyelesaian ataupun padasaat penarikan kesimpulan.Menurut Subaidah (dalam Widodo dan Sujadi 2015) jenis kesalahanterbagi menjadi tiga yaitu kesalahan konsep, kesalahan prinsip dan kesalahanoperasi. Kesalahan konsep adalah kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsepyang terkait dengan materi. kesalahan prinsip adalah kesalahan karena salahmemahami prinsip atau menerapkan prinsip yang ada dalam soal. Sedangkankesalahan operasi yaitu kesalahan dalam melakukan perhitungan. Hidayat (2012,hlm. 2), menambahkan bahwa selain ketiga jenis kesalahan tersebut masih adasatu jenis kesalahan yaitu kesalahan kesalahan fakta. Kesalahan fakta adalahkesalahan yang terkait dengan materi dan yang ada dalam soal.Dede Nuryana dan Tina Rosyana (2019, hlm. 11) melakukan penelitianuntuk menganalisis kesalahan siswa SMK dalam menyelesaikan soal pemecahanmasalah matematis. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 26,92% melakukankesalahpahaman, sebanyak 42,31% yang melakukan kesalahan transformasi,sebanyak 53,85% yang melakukan kesalahan keterampilan, dan 80,77% yangmelakukan kesalahan penyimpulan. Dari hasil penelitian tersebut menunjukanbahwa persentase tertinggi adalah pada kesalahan penyimpulan. Sebagian siswamasih belum terbiasa dan masih sering kali kebinguang membuat kesimpulanakhir dari hasil pekerjaan mereka. Disusul presentase yang tertinggi selanjutnyadalah kesalahan pada keterampilan yaitu kesalahan yang terjadi saat prosespenyelesaian masalah, bisa berupa salah perhitungan ataupun yang lainnya.Kesalahan selanjutnya yang sering terjadi adalah kesalahan melakukantransformasi, untuk itu siswa harus paham betul informasi yang ditanyakan dandiketahui dalam soal supaya tidak ada kesalahan saat mentransformasikaninformasi. Dan kesalahan yang terakhir yakni melakukan kesalahpahaman. Hal inibisa mungkin terjadi kekeliruan karena siswa tidak memahami soal dengan baik.Tidak jauh berbeda dengan penelitian Dede Nuryana dan Tina Rosyana (2019),adapun Tina Sri Sumartini (2016, hlm. 148) mengemukakan hasil penelitiannya,Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika mengerjakan soalSsoal yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematisadalah kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat, kesalahanmentransformasikan informasi, kesalahan keterampilan proses, dankesalahan memahami soal.

Berdasarkan penelitian Hajar dan Sari (2018), letak kesulitan yang siswadalam menghadapi indikator pemecahan masalah:1. membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari-hari danmenyelesaikannya;2. memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematikaatau diluar matematika;3. menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal sertamemeriksa kebenaran hasil atau jawaban.Hasil penelitian Hajar dan Sari (2018) menunjukan bahwa kesulitan siswaterjadi saat proses membuat rencana penyelesaian, siswa kesulitan membuatmodel matematik dari soal untuk mencari solusi. Siswa juga kesulitan memilihstrategi apa yang harus digunakan, selain itu kesulitan juga terjadi saatmenerapkan strateginya. Dan kesulitan terakhir yaitu menginterpretasikan ataumenjelaskan kembali hasil yang telah ia peroleh.Dari pendapat tersebut kita tahu bahwa kesalahan dapat terjadi pada setiaplangkah pemecahan masalah. Tidak terjadi kesalahan pada saat langkahmemahami masalah sampai mendapatkan hasil penyelesaian bukan berarti siswatidak dapat melakukan kesalahan. Siswa juga dapat melakukan kesalahan padasaat penarikan kesimpulan, dan dapat gagal juga saat menginterpretasi hasiljawabannya.Yuni Hajar dkk (2018) juga mengungkapkan beberapa faktor penyebabsiswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.1. Siswa tidak dapat memahami soal pemecahan masalah;2. Siswa tidak dapat mengolah data yang dimilikinya;3. Siswa tidak memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya;4. Siswa lupa dengan materi yang telah dipelajarinya.Menurut pendapatnya ada beberapa penyebab siswa melakukan kesalahandalam proses pemecahan masalah diantaranya yang pertama karena siswa belumbisa memahami soal dengan baik, seperti yang kita ketahui bahwa soal pemecahanmasalah adalah soal non-rutin yang tentunya lebih sulit dipahami dari soal rutinbiasa. Yang kedua yaitu siswa belum bisa mengolah data pada soal, kebanyakansiswa masih kesulitan dan tidak paham apa yang harus dilakukan untuk mengolah

data supaya menjadi sousi. Yang ketiga yaitu siswa tidak memeriksa kembalijawaban atau hasil pekerjaannya, kebanyakan siswa tidak terbiasa dengan hal inidan begitu yakin dengan jawabannya padahal bukannya tidak mungkin adakesalahan perhitungan atau sebagainya. Yang keempat yaitu siswa lupa denganmateri yang ia pelajari dan tidak bisa mengimplementasikan apa yang ia pelajariuntuk mencari solusi pemecahan masalah. Beberapa penelitian lain jugamenggungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan.Dalam penelitiannya, Akbar dkk (2018) juga mengungkapkan faktorfaktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soalpemecahan masalah matematika materi peluang antara lain:1. Siswa tidak terbiasa dalam menuliskan informasi yang terdapat pada soal.2. Kurang pahamnya siswa dalam menginterpretasi informasi pada soal dalambentuk operasional matematika.3. Proses menyusun rencana disebabkan karena siswa tidak mengetahui rencanastrategi penyelesaian dengar benar, sedangkan dalam melaksanakan rencanadisebabkan karena kemampuan pengetahuan operasi matematika.4. Siswa kesulitan dalam memasukkan data pada rumus yang sudahdituliskan,dan siswa kurang teliti dalam proses perhitungan yang dilakukan.5. Kesalahan dalam memeriksa kembali solusi yang diperoleh, disebabkan olehsiswa beranggapan bahwa siswa merasa tidak perlu dalam melakukanpengecekan karena dia yakin bahwa jawaban yang diberikan sudah benar.Adapun menurut Padilah Akbar dkk (2018) yang menjadi faktor penyebabsiswa melakukan kesalahan adalah karena siswa tidak terbiasadalam menuliskandata-data atau informasi yang ada pada soal, sebagian siswa hanya menuliskanjawabannya langsung tanpa menuliskan kembali data-data atau informasi yangdiketahui pada soal. Siswa kurang paham saat diharuskan menginterpretasikaninformasi soal dalam bentuk operasional matematika. Selanjutnya siswa kesulitanmembuat rencana penyelesaian sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal.Masih ada siswa yang kebingungan menggunakan rumus, serta masih ada siswayang salah dalam melakukan perhitungan. Yang terakhir adalah tidak

pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari . empat langkah pemecehan masalah Polya. Polya (1973) mengemukakan bahwa untuk memecahkan suatu masalah ada 4 langkah yang dapat dilakukan, yakni: 1 Undertanding the problem (memahami masalah).

Related Documents:

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang menjadi fokus pemebelajaran matematika. Namun hasil di lapangan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa masih belum optimal. Selain kemampuan pemecahan masalah, aspek penting lainnya

memahami masalah dan membuat rencana strategi pemecahan masalah. Siswa camper mengalami kesulitan pada proses melaksanakan strategi penyelesaian masalah. Sedangkan siswa climber tidak mengalami kesulitan apapun dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis. Kata kunci: Kemampuan pemecahan masalah matematis, Adversity Quotient.

KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 1. Masalah Matematika . dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.11 Menurut Hudojo sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dalam bukunya, . Tokoh utama dalam pemecahan masalah matematika adalah George Polya. Menurut Polya, terdapat empat tahapan yang penting yang .

Strategi Pemecahan Masalah Matematika Strategi atau trik di dalam pemecahan masalah seringkali disebut sebagai heuristik. Berikut akan dibicarakan strategi pemecahan masalah menurut Loren C. Larson. Dalam bukunya ”Problem Solving through Problem”, Loren C. Larson merangkum strategi pemecahan masalah matematika menjadi 12 macam sebagai berikut :

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Sesuai teori metakognisi, kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yan

Kemampuan matematis terdiri dari kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan koneksi matematis, dan kemampuan representasi matematis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan matematis siswa dalam memahami materi eksponen dan logaritma.

Lampiran 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 1.2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lampiran 1.3. Kisi-Kisi Intrumen Kemampuan Pemecahan Masalah . Lampiran 1.4. Instrumen Kemampuan Pemecahan masalah . Lampiran 1.5. Rubrik Penskoran Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah . Lampiran 1.6. Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri . Lampiran 1.7.

pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah, serta strategi pembelajaran pemecahan masalah. Sumber yang dipelajari berupa buku maupun hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal. Data yang diperoleh dari studi literatur ini digunakan sebagai acuan untuk merancang model pembelajaran OSKAR. TABEL 1.