PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR .

2y ago
34 Views
2 Downloads
203.52 KB
5 Pages
Last View : Today
Last Download : 2m ago
Upload by : Mia Martinelli
Transcription

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017Surabaya, Universitas AirlanggaPEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAHMATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGANMODEL PEMBELAJARAN OSCARIis Holisin1), Chusnal ‘Ainy2), Febriana Kristanti3)1)2)3)Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Muhammadiyah SurabayaJl. Sutorejo No. 59, mAbstract— Salah satu standar kelulusan matapelajaran matematika di Sekolah Dasar adalahmemahami konsep bilangan bulat dan nakannya dalam pemecahan kan suatu kemampuan berpikir ran matematika. Seringkali siswa dapatmenyelesaikan soal-soal yang diberikan guru,namun mereka mengalami kesulitan ketika diberisoal yang berkaitan langsung dengan kehidupansehari-hari. Hal tersebut menunjukkan bahwakemampuan pemecahan masalah siswa belumterlatih. Siswa hanya mengingat apa yang sudahdihafalkan, tanpa memahami maknanya. Misalnyasiswa hanya mengingat rumus yang digunakan.Tidak sedikit siswa yang hafal rumus, tetapi tidaktahu bagaimana menggunakan rumus tersebutdalam konteks yang berbeda. Tujuan penulisanartikel ini untuk mendeskripsikan pembelajaranpemecahan masalah di Sekolah Dasar dengan modelpembelajaran OSCAR. Dengan model pembelajaranOSCAR siswa dilatih untuk menyelesaikan masalahdalam berbagai situasi, bukan hanya pada masalahrutin saja. Metode yang digunakan adalah kajianpustaka. Model pembelajaran ini merupakankombinasi dari beberapa model pembelajaran danpendekatan pembelajaran yang sudah digunakan.Pembelajaran dengan menggunakanmodelpembelajaran OSCAR terdiri dari lima tahap, ociation, an, Sekolah Dasar, OSCARUNAS. Siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soallatihan saat mengikuti try out UNAS. Soal-soalyang dibahas umumnya termasuk kategori soalyang memuat pemecahan masalah. Siswa kurangterlatih mengerjakan soal pemecahan masalah.Permasalahan tersebut tidak akan terjadiapabila proses pembelajaran di kelas gurumembiasakan siswa membangun pengetahuannyasendiri dan menggunakan pengetahuannya padakonteks yang lain. Masyarakat umumnyaberanggapan bahwa belajar matematika di SekolahDasar (SD) bertujuan agar siswa dapat berhitungdengan terampil. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian Lidinillah (2008) “Guru masih fokuskepada pencapaian kemampuan siswa dalamberhitung dan menggunakan rumus matematika,sementara kemampuan pemecahan masalah siswamasih dianggap sebagai kemampuan ekstra atautambahan untuk siswa yang berprestasi tinggi”Pembelajaran matematika di Sekolah Dasarseharusnya tidak hanya diarahkan padakemampuan siswa dalam berhitung danmenggunakan rumus, tetapi diarahkan juga padakemampuan pemecahan masalah (ProblemSolving). NCTM (2000) menjelaskan bahwapemecahan masalah merupakan suatu prosesmenerapkanpengetahuanyangdiperolehsebelumnya pada situasi baru. Masalah yangdipelajari selain masalah matematika, jugamasalahlainyangsecarakontekstualmenggunakan matematika untuk memecahkannya.Hal ini sesuai dengan salah satu standar kelulusanmata pelajaran matematika di Sekolah Dasar, yaitu“memahami konsep bilangan bulat dan nakannya dalam pemecahan masalahkehidupan sehari-hari” (Kemendikbud:2013).Standar kelulusan yang sudah dirumuskandalam Kurikulum 2013 tersebut dapat tercapaiapabila guru mampu merancang strategipembelajaran yang mampu melatih siswamemilikikemampuan pemecahan masalah.Makalah ini akan mencoba memaparkanbagaimana merancang pembelajaran yang dapatmodelI. , baik di pendidikan dasar maupuntingkat menengah. Permasalahan yang seringdibicarakan adalah rendahnya nilai ujian nasional(UNAS). Setiap tahun siswa, guru, dan orang tuaselalu merasa cemas menghadapi UNAS. Siswasering kurang percaya diri apabila menghadapiUNAS. Rasa kurang percaya diri itu muncul salahsatupenyebabnyaadalahsiswaseringmemperoleh skor rendah saat mengikuti latihan129

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017Surabaya, Universitas Airlanggamelatih kemampuan pemecahan masalah siswamelalui model pembelajaran OSCAR.mengambil simpulan untuk menyelesaikanmasalah disebut penalaran (Holisin, 2015:29).II. TINJAUAN PUSTAKAModel Pembelajaran dan Kurikulum 2013Model pembelajaran merupakan kerangkakonseptual yang menggambarkan prosedursistematis dalam pengorganisasian kegiatan(pengalaman) belajaruntuk mencapai tujuanbelajar (Subanji: 2013). Permendikbud nomor 103tahun 2014 menegaskan bahwa pelaksanaanpembelajaran hendaknya berbasis aktivitas enangkan, menantang, dan memotivasipeserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itupembelajaran jugadilaksanakan secarakontekstual dan kolaboratif.Sementara itu tujuan pembelajaran matematikamenurut Kurikulum 2013 menekankan padadimensi pedagogik moderen dalam uadi:2016).Pelaksanaanpembelajarandilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitumengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji,dan mencipta. Melalui tahapan-tahapan tersebutdiharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna.Siswa tidak hanya mengingat atau menghafalkanlangkah-langkah pembelajaran, namun dapatmenggunakan konsep yang dipelajari untukmenyelesaikan masalah yang lain. Siswa selainmelakukan aktivitas fisik juga melakukan aktivitasmental. Walaupun demikian pendekatan saintifikbukan satu-satunya pendekatan pembelajaran.Urutan langkah-langkahnya bukan urutan yangbaku. Guru diberi ruang menggunakan pendekatanyang lain, misalnya Realistic MathematicsEducation (RME) atau Contextual Teaching andLearning (CTL).Model pembelajaran yang dianjurkan padapelaksanaan kurikulum 2013 antara lain modelpembelajaran Problem Based Learning Learning(Kemendikbud,2016:8). Ketiga model pembelajaran tersebutmemenuhi karakteristik yang disyaratkan olehpermendikbud nomor 103 tahun 2014.Model PBL terdiri dari lima langkah utama,yaitu (1) orientasi siswa pada masalah, (2)pengorganisasian siswa untuk belajar,(3)penyelidikan individu maupun kelompok, (4)pengembangan dan penyajian hasil, serta (5)kegiatan analisis dan evaluasi. Model discoverylearning terdiri dari enam langkah, yaitu (1)stimulation, (2) problem statement, (3) datacollection, (4) data processing, (5) verification,dan (6) generalization. Sedangkan model PJBLterdiri dari enam langkah, yaitu (1) penentuanpertanyaan mendasar, (2) mendesain perencanaanproyek, (3) menyusun jadwal, (4) memonitorpeserta didik dan kemajuan proyek, (5) mengujihasil, dan (6) mengevaluasi pengalaman. Model-Berikut ini akan dibahas beberapa hal yangmendasari penelitian ini, yaitu masalah danpemecahan masalah, model pembelajaran dankurikulum 2013.Masalah dan Pemecahan MasalahMasalah dapat diartikan sebagai situasi ataupertanyaan yang dihadapi seorang individu ataukelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan,prosedur tertentu untuk segera menemukanjawabannya (Siswono, 2008:34). Apabila siswadiberi suatu pertanyaan dan langsung dapatmenemukan jawabannya, maka pertanyaantersebut bukan masalah. Biasanya pertanyaan/soalyang termasuk kategori masalah adalah soal-soalnon-rutin, yaitu soal-soal yang jarang dibahas dikelas.Menyelesaikansoal-soalnon-rutindibutuhkan kemampuan tertentu, yaitu kemampuanpemecahan masalah.Banyak ahli yang sudah menjelaskan langkahlangkah pemecahan masalah. Polya (1973)menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalahterdiri dari: memahami masalah (understanding theproblem), membuat rencana penyelesaian (devisinga plan), menyelesaikan rencana penyelesaian(carrying out the plan), dan memeriksa kembali(looking back).Krulik & Rudnick (1995)menjelaskan langkah pemecahan masalah terdiridari: membaca dan berpikir (read and think),mengeksplorasi dan merencanakan (explore andplan),menyeleksi suatu strategi (select astrategy); mencari jawaban (find and answer);merefleksi dan memperluas (reflect and extend).Langkah-langkah pemecahan masalah yangdikemukakan oleh Krulik & Rudnick (1995)merupakan pengembangan yang lebih rinci dariyang dikemukakan Polya (1973). Penggunaanlangkah-langkah pemecahan masalah bergantungpada tujuan yang ingin dicapai oleh pemecahmasalah.Kemampuan pemecahan masalah tidak akanterjadi dengan sendirinya. Kemampuan tersebutperlu dilatih dan dibiasakan. Oleh karena itu guruharus merancang proses pembelajaran yangmelatih siswa dapat menggunakan konsep yangdimiliki untuk memecahkan masalah yangdihadapi. Bila siswa sejak dini dilatihmenyelesaikan masalah, kemampuan penalaransiswa tersebut akan lebih baik daripada siswa yanghanya diberi soal-soal rutin saja. Penalaran danmenyelesaikan masalah merupakan dua hal yangsaling berhubungan. Ketika seseorang dihadapkanpada suatu masalah, dia akan berpikir untukmenyelesaikannya. Proses berpikir logis dalam130

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017Surabaya, Universitas AirlanggaTABEL 1. FASE-FASE MODEL PEMBELAJARAN OSCARmodel tersebut memiliki ciri khas yang sama, yaitumemberi pengalaman kepada siswa untukmengkonstruksi pengetahuannya sendiri.Tidak semua model pembelajaran tepatdigunakan untuk semua Kompetensi Dasar(KD)/materi pembelajaran. Model pembelajarantertentu hanya tepat digunakan untuk materi/KDtertentu. Oleh karena itu untuk membahas suatumateri, guru harus pandai memilih modelpembelajaran yang tepat. Hal yang perludiperhatikan dalam pembelajaran matematikaadalah: (1) Aktivitas di bawah bimbingan gurumaupun mandiri menggunakan konsep danprosedur yang benar dengan mementingkanpemahaman daripada hanya mengingat prosedur,(2) Melatih kemampuan berpikir untuk membuatgeneralisasi dari fakta, data, fenomena yang ada,(3) Melatih keterampilan melakukan manipulasimatematika untuk menyelesaikan masalah, (4)Melatih keterampilan penalaran matematika, (5)pembelajaran berbasis pemecahan masalah(Kemendikbud, 2016:8).Model pembelajaran OSCAR merupakankombinasi dari berbagai model pembelajaran yangmemberi kesempatan kepada siswa untukmengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Model initerdiri dari lima langkah utama, yaitu (1)orientation, (2) self-observation, (3) construction,(4) association, dan (5) reflection. Perbedaannyadengan model-model pembelajaran yang lainadalah terletak pada tahap self-observation. Padatahap ini sebelum siswa berdiskusi dalamkelompokkecil,siswadimintauntukmengobservasi permasalahan yang diberikansecara individu dan tidak menutup kemungkinansampai pada tahap konstruksi. Hal ini sejalandengan salah satu prinsip dari teori konstruktivis,yaitu pengetahuan dibangun oleh siswa ). Prinsip tersebut menunjukkanbahwa pengetahuan dikonstruksi dengan keaktifansiswa sendiri melalui bernalar.Hasilobservasi/konstruksi individu tersebut selanjutnyadidiskusikan dalam kelompok kecil. Selama prosesdiskusi, siswa memiliki kesempatan untukmenyampaikan idenya sendiri serta berlatihmenghargai pendapat orang lain.FaseKegiatanPembukaanOrientationAktivitas Siswa dan Guru- Guru memotivasi siswa denganmemberikan masalah yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari,menjelaskan tujuan yang akan dicapaisetelah pembelajaran, Mengelompokkansiswa menjadi beberapa kelompok yangheterogen.- Siswa mendengarkan penjelasan guru,menjawab pertanyaan, atau bertanya.Kegiatan Inti- Guru membimbing siswa mengumpulkaninformasi, mengkaji, dan mencermatimasalah.- Guru memotivasi siswa untukmengidentifikasi masalah.Self- Siswa mengamati masalah secara individuobservationserta mengidentifikasi apa yang ada dalammasalah.- Hasil dari fase ini, siswa dapatmengidentifikasi yang diketahui dan yangditanyakan- Guru membimbing siswa menganalisisinformasi dan mengkonstruksi langkahlangkah penyelesaian masalah.- Guru membimbing siswa menyelesaikanmasalah secara individu.- Guru menanggapi pertanyaan siswa.- Siswa mengonstruksi langkah-langkahConstructionpenyelesaian masalah.- Siswa bertanya kepada guru- Siswa menyelesaikan masalah secaraindividu- Hasil fase ini, setiap siswa memilikilangkah-langkah untuk menyelesaikanmasalah- Guru meminta siswa mendiskusikanlangkah-langkah penyelesaian sertamenyelesaikan masalah.- Guru mendorong siswa untuk berbagiinformasi hasil kerja individu.- Guru membimbing siswa untukmendapatkan penjelasan penyelesaianmasalah.- Guru membimbing siswa membuatringkasan hasil diskusi dan siap untukAssosiasidisajikan dalam presentasi kelas- Siswaberdiskusi untuk menyelesaikantugas kelompok.- Siswa menjelaskan alasan terhadaplangkah-langkah yang dipilih untukmenyelesaikan masalah.- Hasil fase ini, siswa terlatih nalarnyamelalui aktivitas diskusi kelompok, yaitudengan menyampaikan pendapat danmemberikan alasan.Kegiatan Penutup- Guru menunjuk perwakilan kelompokuntuk mempresentasikan hasil diskusi.- Gurumembimbing siswa membuatsimpulan- Perwakilan siswa mempresentasikan hasilReflectiondiskusi kelompok.- Siswa lain dari tiap kelompok menanggapiatau bertanya.- Pada akhir tahap reflection, siswamembuat simpulanSumber: Holisin (2017)III. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian studiliteratur. Metode yang digunakanadalahmengumpulkan dan mempelajari berbagai endekatanpembelajaran,pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahanmasalah, serta strategi pembelajaran pemecahanmasalah. Sumber yang dipelajari berupa bukumaupun hasil penelitian yang diterbitkan dalamjurnal. Data yang diperoleh dari studi literatur inidigunakan sebagai acuan untuk merancang modelpembelajaran OSKAR.131

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017Surabaya, Universitas AirlanggaIV. HASIL DAN PEMBAHASANApa yang diketahui dan yang ditanyakan darimasalah tersebut? (2) Amati,Hasil PenelitianBerdasarkan hasil kajian terhadap beberapateori belajar dan persyaratan pelaksanaankurikulum 2013, diperoleh sintaks modelpembelajaran OSCAR sebagai berikut.Ada lima fase dalam sintaks modelpembelajaran OSCAR, yaitu (1) Orientation,bertujuan untuk memotivasi siswa denganmemberikan masalah kontekstual. (2) Selfobservation, bertujuan memberi kesempatankepada siswa secara individu untuk mengamati danmenelaahmasalah,sehinggamampumendeskripsikan yang diketahui dan yangditanyakan. (3) Construction, bertujuan n masalah serta menyelesaikannya secaraindividu dan kelompok. (4) Association, siswamelaksanakan rencana pemecahan masalah a memperoleh kesepakatan. Siswa salingmemberi informasi, berbagi ide, dan semakin yakinyakin akan langkah yang diambil. (5) Reflection.Siswa memeriksa hasil pekerjaannya, memeriksaproses secara keseluruhan, serta n adalah sebagai berikut. Faseorientation dilakukan pada kegiatan ociation dilakukan pada kegiatan inti.Sedangkan fase reflection dilakukan pada kegiatanpenutup.Selengkapnya fase-fase model pembelajaranOSCAR dideskripsikan pada Tabel 1.Baca dan PahamiApa yang diketahui dan yang ditanyakan daripermasalan di atas?AmatiBanyak kantong gula pasir .Tiap kantong beratnya .Apa yang ditanyakan?.Self-observationGambar 1. Contoh LKS pada fase self-observationFase Construction. Pertanyaan atau instruksiyang mungkin adalah (3) Bagaimana caramenyelesaikannya? (4) Coba buat ilustrasi ataugambarkan!Construction && AssociationBagaimana cara menyelesaikannya?Coba gambarkan!kgkgCoba selesaikan!Banyak gula pasir . . .Gambar 2. Contoh LKS pada fase construction & associationFase association. Pertanyaan atau instruksiyang mungkin adalah (5) Coba diselesaikan. Padafase ini siswa menyelesaikan masalah secaraindividu lalu dibahas dalam kelompok. Apabilajawaban siswa tepat, jawabannya sebagai berikut.PembahasanBerdasarkan hasil penelitian, berikut ini akandipaparkan implementasi dari model pembelajaranOSCAR yang terdiri dari 5 fase, yaitu Orientation,Self-observation, Construction, Association, danReflection.Materiyangdipilihadalahmengenalkan konsep perkalian dua pecahan.Adapun tujuan pembelajarannya adalah (1)Mengenal konsep perkalian dua pecahan, (2)Menggunakan konsep perkalian dua pecahan ataudalam menyelesaikan masalah sehari-hari.Fase Orientation. Guru memberikan masalahsebagai berikut. “Bu Mirna membeli 2 kantong1gula pasir. Setiap kantong beratnya kg. Berapa4banyak gula pasir yang dibeli Bu Mirna?”.Masalah ini sudah dikenal oleh siswa. Maksudpemberian masalah seperti ini adalah memotivasisiswa agar semangat belajarnya meningkat. Siswamerasa bahwa matematika itu ada dalamkehidupan sehari-hari.Fase Self-observation. Guru meminta siswauntuk membaca dan memahami masalah. Instruksitersebut dicantumkan dalam Lembar Kerja Siswa.Contoh instruksi atau pertanyaannya antara lain (1)11kg kg441 1 ( ) kg4 42 kg41 kg2Banyak gula pasir Perhatikan bentuk1 11 2 (perkalian sebagai4 44penjumlahan berulang)21 142 1 1 42 41 2132

Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 2017Surabaya, Universitas AirlanggaHolisin, I., ‘Ainy, C., Kristanti, F. 2017. PengembanganModel Pembelajaran “OSCAR” untukMeningkatkan Penalaran Siswa SekolahDasar dalam Menyelesaikan MasalahMatematika. Laporan Penelitian ah yang diberikan dalam LKS lebih darisatu, minimal 2 masalah.Tujuan diberikannyamasalah lebih dari satu adalah agar siswa dapatmengkonnstruksi bentuk umum. Pada faseassociation, siswa diminta membuat ringkasanhasil diskusi untuk dipresentasikan di depan kelas.Misalkanadamasalahlainyangpenyelesaiannya sebagai berikut2 2 22 3 (perkalian sebagai3 3 33penjumlahan berulang)32 133 2 1 36 3 2acSecara umum apabila ada dua pecahan danbddengan b 0 dan d 0 , hasil kali dua pecahanaca ctersebut adalah bdb dHolisin, I. 2015. Profil Penalaran Siswa Sekolah Dasardalam Menyelesaikan Masalah PecahanDitinjau dari Perbedaan KemampuanMatematika dan Gender. Disertasi. ProgramStudi Pendidikan Matematika ProgramPascasarjana Universitas Negeri Surabaya.Kementerian Pendidikan dan daiyahDepdikbud, Jakarta.Kementerian Pendidikan dan adrasahIbtidaiyah(SD/MI),Depdikbud, Jakarta.Krulik, S. & Rudnick, J. A., 1995. The new sourcebookfor teaching reasoning and problem solvingin Elementary School, Allyn and Bacon,Boston.Fase reflection. Pertanyaan yang diberikanadalah apakah jawaban kalian sudah benar? Cobaperiksa kembali. Pada fase ini sebelum perwakilankelompok mempresentasikan hasil diskusikelompok, siswa akan memeriksa hasilpekerjaannya dengan berbagai cara. Pada akhirfase reflection, siswa membuat simpulan.Lidinillah,V. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanBerdasarkan hasil analisis pada kajian pustakadan pembahasan, model pembelajaran OSCARterdiri dari 5 fase, yaitu Orientation, Selfobservation, Association, Construction, danReflection. Model pembelajaran OSCAR secarateori dapat melatih kemampuan pemecahanmasalah siswa.Polya, 1973, How to solve it, Princetown UniversityPress, Princetown, NJ.Siswono,T.Y.E. 2008. Model PembelajaranMatematika Berbasis Pengajuan danPemecahan Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kreatif. UnesaUniversity Press. Surabaya.Subanji. 2013. Pembelajaran Matematika Kreatifdan Inovatif. Universitas Negeri Malang.Malang.DAFTAR PUSTAKAR.D.A.M. 2008. Strategi PembelajaranPemecahan Masalah di Sekolah ektori/JURNAL/PENDIDIKAN DASAR/Nomor 10Oktober 2008/Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar.pdf[diakses 15 April 2017]National Council of Teacher of Mathematics, 2000,P

pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah, serta strategi pembelajaran pemecahan masalah. Sumber yang dipelajari berupa buku maupun hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal. Data yang diperoleh dari studi literatur ini digunakan sebagai acuan untuk merancang model pembelajaran OSKAR. TABEL 1.

Related Documents:

Strategi Pemecahan Masalah Matematika Strategi atau trik di dalam pemecahan masalah seringkali disebut sebagai heuristik. Berikut akan dibicarakan strategi pemecahan masalah menurut Loren C. Larson. Dalam bukunya ”Problem Solving through Problem”, Loren C. Larson merangkum strategi pemecahan masalah matematika menjadi 12 macam sebagai berikut :

KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 1. Masalah Matematika . dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.11 Menurut Hudojo sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dalam bukunya, . Tokoh utama dalam pemecahan masalah matematika adalah George Polya. Menurut Polya, terdapat empat tahapan yang penting yang .

memahami masalah dan membuat rencana strategi pemecahan masalah. Siswa camper mengalami kesulitan pada proses melaksanakan strategi penyelesaian masalah. Sedangkan siswa climber tidak mengalami kesulitan apapun dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis. Kata kunci: Kemampuan pemecahan masalah matematis, Adversity Quotient.

A. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Menurut Polya Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai, sedangkan menurut utari (1994) dalam

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang menjadi fokus pemebelajaran matematika. Namun hasil di lapangan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa masih belum optimal. Selain kemampuan pemecahan masalah, aspek penting lainnya

Pengaruh Strategi pembelajaran aktif tipe Giving Question and Getting Answers (GQGA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika peserta didik kelas V MIN 6 Bandar Lampung Oleh MUHAMAD AFRIZA IRAWAN Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal matematika,. .

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).55 Tabel 4.2. Kategori Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran

AngularJS, and honestly, I cannot imagine writing this same application using another kind of technology in this short period of time. I was so excited about it that I wrote an article on using AngularJS with Spring MVC and Hibernate for a magazine called Java Magazine. After that, I created an AngularJS training program that already has more than 200 developers who enrolled last year. This .