Evaluasi Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan Dan Pengadaan .

3y ago
316 Views
126 Downloads
1.23 MB
8 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mia Martinelli
Transcription

JMPF Vol. 8 No. 1 : 24 – 31ISSN-p : 2088-8139ISSN-e : 2443-2946Evaluasi Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan Pengadaandi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Tahun 2015 – 2016Drug Management Evaluation Focusing oOn Procurement at Muntilan District HospitalMagelang in Year 2015 – 2016Ulfah Mahdiyani, Chairun Wiedyaningsih, Dwi Endarti *Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Jl. Sekip Utara Yogyakarta, 55281 YogyakartaSubmitted : 03-01-2018Revised: 26-01-2018Accepted: 22-02-2018Korespondensi : Dwi Endarti : Email: endarti apt@ugm.ac.idABSTRAKTahap perencanaan dan pengadaan merupakan bagian dari pengelolaan obat yang sangatberpengaruh terhadap persediaan obat dan biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan dan pengadaan obat di instalasi farmasi RumahSakit Umum Daerah Muntilan tahun 2015 – 2016. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan indikatorpengelolaan obat riil terhadap indikator standar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 –Februari 2017 dengan pengumpulan data sekunder secara retrospektif berupa laporan keuangan,perencanaan, pengadaan, dan pemakaian obat; serta data primer dilakukan dengan wawancaraterhadap direktur rumah sakit, kepala instalasi farmasi, dan kepala bagian keuangan. Analisa datadilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pengadaan diInstalasi Farmasi RSUD Muntilan belum sepenuhnya sesuai dengan indikator standar. Hal ini ditunjukkandari 7 indikator yang dapat diukur, satu indikator sesuai dengan standar yaitu persentase modal ataudana yang tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan, sedangkan 6 indikator belum sesuaidengan standar yaitu persentase alokasi dana pengadaan obat, perbandingan jumlah item obat yangdirencanakan dengan jumlah item dalam kenyataan pemakaian, persentase jumlah barang dalam satuitem obat dalam perencanaan dengan jumlah barang dalam item tersebut dalam kenyataan pemakaian,frekuensi pegadaan item obat, frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan/kontrak, frekuensitertundanya pembayaran oleh rumah sakit. Sedangkan indikator yang tidak dapat diukur adalahproporsi jumlah produk yang benar-benar diterima dari jumlah total yang direncanakan, dan persentasejumlah yang digunakan dari total jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi setelah dikurangi buffer stock.Kata kunci : pengelolaan obat, perencanaan, pengadaan, instalasi farmasiABSTRACTPlanning and procurement which are parts of management drug supply give the biggest effect ondrug inventory and hospital’s cost. This study aimed to describe planning and procurement systems inPharmacy Department of Muntilan Regional Public Hospital in year 2015–2016. Study was conducted bycomparing the real drug management supply indicators with standard indicators. This study wasconducted on December 2016 untill February 2017. Data was collected using retrospective approach forsecondary data including data of finance, drug procurement and use; as well as primary data collectedby interview with hospital director, and heads of pharmacy and finance department. Data was analyzedusing descriptive technique. The result showed that drug management had not been fully in accordancewith the standards. It was indicated from 7 measured indicators, one of them had been in accordancewith the standard which was percentage of available fund compared with cost planned. The other 6indicators had not been in accordance with the standard: percentage of drug procurement with fundallocation, percentage of drug item planned compared with the using, percentage total quantities of adrug item with the using, the procurement frequency of each drug item, frequency uncompleted oforderlist/contract, frequency of delayed rate in payment by hospital, and indicators that can’t bemeasured are proportion of the quantities of products actually recieved out of total quantities planned,and percentage of quantities used out of total quantities available for consumption after deduction ofbuffer stock.Key words : management drug supply, planning, procurement, pharmacy department24JMPF Vol 8(1), 2018

Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan PengadaanPENDAHULUANMenurut Peraturan Menteri KesehatanNomor 58 tahun 2014 tentang StandarPelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yangmenyebutkanbahwapenyelenggarapelayanan kefarmasian di rumah sakit harusmenjamin ketersediaan sediaan farmasi, alatkesehatan, dan bahan medis habis pakai yangaman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.Kegiatan pengelolaan obat terdiri dari tahapseleksi,perencanaandanpengadaan,distribusi, dan penggunaan obat. Tujuanpengelolaanobatagarterjaminnyaketersediaan obat dengan mutu yang baik,kelancaran distribusi dan keterjangkauanobat, serta ketersediaan jenis dan jumlah obatuntuk memenuhi kebutuhan kesehatanmasyarakat nsangatberpengaruh pada ketersediaan obat maupunsegi ekonomi rumah sakit. Terjaminnya itemdan jumlah obat yang mencukupi menjadisalah satu aspek terpenting dari rumah sakituntuk dapat memberikan pelayanan yangterbaik. Disamping itu, karena biaya yangbesar dikeluarkan oleh rumah sakit padapengelolaan obat terutama pada tahapperencanaan dan pengadaan, maka perludiadakan evaluasi terhadap tahap tersebut.Evaluasi pengelolaan obat pada tahapperencanaan dan pengadaan telah dilakukandi beberapa rumah sakit oleh penelitisebelumnya, antara lain oleh Djatmiko dkk. 2yang melakukan evaluasi sistem pengelolaanobat di instalasi farmasi RSUP Dr. KariadiSemarang tahun 2007, Fakhriadi dkk 3melakukan analisa pengelolaan obat di RSPKU Muhammadiyah Temanggung tahun2006 – 2008, Wati dkk. 4 melakukan evaluasipengelolaan obat di RSUD Karel SadsuitubunKabupaten Maluku Tenggara pada tahun2012, Ihsan dkk. 5 melakukan evaluasipengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUDKabupaten Muna Tahun 2014, Sasongko dkk.6 melakukan evaluasi pengelolaan obat tahapprocurement di RSUD Sukoharjo Jawa t tahap seleksi danJMPF Vol 8(1), 2018perencanaan di di RSUD H. Hasan BaseryKandangan Banjarmasin tahun 2014.Hasil penelitian pengelolaan obatdapat bermanfaat terutama bagi rumah sakityang terkait dan secara umum bermanfaatjuga bagi rumah sakit lainnya sebagaibenchmarking dalam peningkatan pengelolaanobat. Penelitian ini dilakukan di RSUDMuntilan, Kabupaten Jawa Tengah. Penelitianini dilakukan untuk melihat gambarankinerja sistem pengelolaan obat pada tahapperencanaan dan pengadaan obat di InstalasiFarmasi Rumah Sakit Daerah Muntilan dandilakukan evaluasi pada periode dua tahunyaitu tahun 2015 dan 2016 agar dapat melihatjugagambarankinerjarumahsakitberdasarkan waktu. Sejauh pengetahuanpeneliti, penelitian serupa belum pernahdilakukan di rumah sakit tersebut.METODOLOGIPenelitian diawali dengan survei danpengurusan perijinan pada bulan Desember2016 dan pengambilan data pada 5 Januarihingga 3 Februari 2017. Lokasi penelitianpada pada instalasi farmasi, bagian keuangandan gudang RSUD Muntilan. Evaluasidilakukan dengan mengukur pencapaianindikator pengelolaan obat RSUD MuntilanterhadapindikatorstandaryaituPudjaningsih 8, Depkes RI 9, dan WHO 10 yangdapat dilihat pada Tabel I.Data yang digunakan berupa kualitatifdan kuantitatif. Data kualitatif didapatkandengan wawancara terhadap DirekturRumah Sakit, Kepala IFRS, dan KepalaBagianKeuangan.Datakuantitatifdidapatkan dari penelusuran dokumendokumen secara retrospektif. Data untukindikator persentase modal atau dana yangtersedia dengan keseluruhan dana yangsesungguhnyadibutuhkan:laporankeuangan berupa anggaran rumah sakituntuk IFRS dan kebutuhan dana yangsesungguhnya dari belanja IFRS; persentasealokasi dana pengadaan obat: laporankeuangan berupa anggaran rumah sakituntuk IFRS dan anggaran rumah sakit secarakeseluruhan; perbandingan antara jumlah25

Ulfah Mahdiyani, et alitem obat yang ada dalam perencanaandengan jumlah item obat dalam kenyataanpemakaian: laporan perencanaan tahun 2015dan 2016 dan kartu stok opname; proporsijumlah produk benar-benar diterima selamaperiode tertentu dari jumlah total yangdirencanakan untuk periode yang sama : dataperencanaan dan pembelian yang dilihat darikatu stok opname, daftar jumlah obat donasi;perbandingan antara jumlah barang dalamsatu item obat yang ada dalam perencanaandengan jumlah barang dalam item tersebutdalamkenyataanpemakaian:dataperencanaan dan laporan pemakaian obatyang dilihat dari kartu stok opname;frekuensi pengadan tiap item obat : kartu stoktiap item obat; frekuensi kurang lengkapnyasurat pesanan/kontrak : data surat pesanandan kartu faktur; frekuensi tertundanyapembayaran : laporan pembayaran daribagian keuangan dan waktu jatuh tempoyang dilihat dari kartu faktur; persentasejumlah yang digunakan dari total jumlahyang tersedia untuk konsumsi setelahdikurangi buffer stock : laporan jumlahtiap produk yang dibeli (dilihat dari kartustok opname), daftar jumlah obat donasidan penerimaan lain, data obat kadaluarsadan tidak dapat digunakan, stok bufertiap produk, dan jumlah yang dikonsumsisatu tahun (dilihat dari kartu stok opname).HASIL DAN PEMBAHASANInstalasiFarmasiRumahSakitmerupakan bagian yang bertanggung jawabatas pengelolaan obat pada Rumah SakitUmum Muntilan, mulai dari tahap seleksi,perencanaan dan pengadaan, distribusihinggapenggunaanobat.Dalammenjalankan tugasnya, bagian instalasifarmasi bekerja sama dengan bagian gudangdimana penerimaan obat dan penyimpananobat dilakukan. Pada penelitian ini dilakukanevaluasi pengelolaan obat khususnya padatahap perencanaan dan pengadaan obat.Sistem Perencanaan dan PengadaanPerencanaan di Rumah Sakit Muntilanrutin dilakukan untuk tiap bulannya dengan26mengacu perpaduan antara metode konsumsidengan mempertimbangkan pola penyakityang ada. Obat-obat yang diadakan olehInstalasi Farmasi adalah obat-obat yang adadalam Formularium Rumah Sakit yangdirancangberdasarkanFormulariumNasional. Adanya formularium rumah sakityang disusun mengacu pada formulariumnasional merupakan salah satu upayamendukung penggunaan obat rasionalmelalui peningkatan akses terhadap obatesensial 11. Sistem pemesanan dilakukandengan dua cara yaitu secara e-procurementuntuk obat-obat BPJS dan dengan pemesanansecara langsung ke PBF untuk obat umumdan non-BPJS.Perencanaandiawalidenganpengecekan stok obat yang masih tersedia didalam gudang yang dilakukan olehkaryawan bagian gudang rumah sakit, laludilakukan estimasi atau perencanaan itemapa dan berapa jumlahnya yang akandiadakan dimana dalam perencanaan inipihak gudang bekerjasama dengan bagianinstalasi farmasi. Rekapitulasi perencanaanakan disimpan oleh apoteker bagian instalasifarmasi dan pemesanan dilakukan olehkepala bagian gudang yang juga seorangapoteker. Tidak semua obat direncanakanuntuk diadakan dalam tiap bulannya, obatobat dengan jumlah stok yang masih amantidak akan masuk dalam perencanaan bulanini namun mungkinakan masuk dalamperencanaan bulan berikutnya ketika stokobat tersebut sudah menipis.Ketika barang datang, barang akandicek kembali oleh bagian gudang tentangkesesuaian dengan surat pesanan. Setelahitu, barang akan dicatat pada kartu stokmasing-masing obat maupunpada stokopname. Selanjutnya barang akan disimpandi dalam gudang disesuaikan dengan suhupenyimpanan masing- masing obat. Kartufaktur yang diterima dari PBF selanjutnyadirekap secara berkala dan diserahkankepada bagian keuangan.Hasil evaluasi pengelolaan obat tahapperencanaan dan pengadaan dari setiapindikator dirangkum pada Tabel II.JMPF Vol 8(1), 2018

Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan PengadaanTabel I. Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah SakitTahapIndikatorTujuan1. Persentase modal atau dana yang Untuk mengetahui jumlah danaPerencanaan2.3.NilaiPembanding100% 8tersedia dengan keseluruhan danayang sesungguhnya dibutuhkan 8Persentase alokasi danapengadaan obat 9yang tersedia dibandingkankebutuhan yang sebenarnyaUntuk mengetahui seberapa jauh 30-40% 9persediaan dana RS memberikandana kepada farmasiPerbandingan antara jumlah item Untuk mengetahui ketepatan100% 8obat yang ada dalamperencanaan obatperencanaan dengan jumlah itemobat dalam kenyataan pemakaian84.5.Pengadaan1.2.3.4.Proporsi jumlah produk benarbenar diterima selama periodetertentu dari jumlah total yangdirencanakan untuk periode yangsama 10Perbandingan antara jumlahbarang dalam tiap item obat dalamperencanaan dengan jumlahbarang dalam item tersebutdalam kenyataan pemakaian 8Frekuensi pengadaan tiap itemobat pertahun 8Untuk mengukur sejauh manajumlah yang diterima sesuaidengan jumlah yangdirencanakan akan diterimaFrekuensi kurang lengkapnyasurat pesanan/kontrak 8Frekuensi tertundanyapembayaran oleh rumah sakitterhadap waktu yang disepakati 8Persentase jumlah yang digunakandari total jumlah yang tersediauntuk konsumsi setelah dikurangibuffer stock selama periode tertentuUntuk mengetahui berapa kaliterjadi kesalahan fakturUntuk mengetahui kualitaspembayaran rumah sakit100% 10Untuk mengetahui seberapa jauh 100% 8ketepatan perkiraan dalamperencanaanUntuk mengetahui berapa kaliobat-obat tersebut dipesan dalamsetahun dan melihat efisiensipembelianUntuk mengukur seberapabanyak jumlah yang tersediauntuk konsumsi yangsebenarnya dikonsumsiRendah 12x/tahun Sedang12-24x/tahunTinggi 24x/tahun 81-9 kali 80-25 kali8100% 1010Persentase modal atau dana yangtersedia dengan keseluruhan dana yangsesungguhnya dibutuhkanPersentase dana yang tersedia dengankeseluruhan dana yang dibutuhkan padatahun 2015 sebesar 100,19% dan pada tahun2016 sebesar 100,14%. Dapat dilihat bahwaseluruh biaya pengeluaran atau belanjaInstalasi Farmasi Rumah Sakit UmumMuntilan dapat terpenuhi oleh anggaran dariJMPF Vol 8(1), 2018rumah sakit. Tercukupinya dana untukpengadaanobatsangatberpengaruhterhadap pelayanan rumah sakit, dengandana yang cukup maka rumah sakitdapatmelakukanpengadaansesuaidengan kebutuhan sehingga dapat menjaminketersediaan obat untuk pasien. Berdasarkandata dari Rumah Sakit Muntilan sudahsesuai dengan nilai standar yang ada.27

Ulfah Mahdiyani, et alTabel II. Hasil Pencapaian Indikator Pengelolaan Obat RSUD MuntilanTahapIndikatorNilai StandarPerencanaan1. Persentase modal atau dana yang tersediadengan keseluruhan dana yangsesungguhnya dibutuhkan 82.Persentase alokasi dana pengadaan obat 93.Perbandingan antara jumlah item obatyang ada dalam perencanaan denganjumlah item obat dalam kenyataanpemakaian 84. Perbandingan antara jumlah barangdalam tiap item obat dalam perencanaandengan jumlah barang dalam itemtersebut dalam kenyataan pemakaian 8Pengadaan5. Frekuensi pengadaan tiap item obatpertahun 86.7.Frekuensi kurang lengkapnya suratpesanan/kontrak 8Frekuensi tertundanya pembayaran olehrumah sakit terhadap waktu yangdisepakati 8Hasil penelitian serupa yang dilakukan diRSUD Sukoharjo Jawa Tengah untukindikator ini sebesar 96,16% 6 dan di RSUDKarel Sadsuitubun Kabupaten MalukuTenggara sebesar 100% 4.PersentaseobatalokasidanapengadaanBesarnya dana yang dialokasikanuntuk pengadaan obat di Instalasi FarmasiRumah Sakit Muntilan, dari keseluruhandana yang dialokasikan oleh Pemerintahuntuk pengelolaan rumah sakit pada tahun2015 sebesar 26,13% dan tahun 2016 sebesar27,57%, terdapat kenaikan persentase daritahun 2015 ke tahun 2016. Jika dibandingkandengan standar Depkes RI 9 nilai untukpersentase alokasi dana pengadaan obatadalah 30-40% dari total seluruh anggaranrumah sakit, hasil penelitian di RSUDMuntilan untuk indikator ini sudahmendekati namun masih lebih rendah.Persentase alokasi dana pengadaan obat diRSUD H. Hasan Basery, Banjarmasin pada28100% 8Hasil20152016100,19%100,14%30-40% 926,13%100% 8104,08%27,57%80,80%100% 8267,42%193,45%Rendah 12x/tahunSedang 12-24x/tahunTinggi 24x/tahun 81-9 kali 84,16 kali0-25 kali 83,54 kali35,55%16,72 haritahun 2014 juga lebih besar daripada diRSUD Muntilan yaitu sebesar 42,56% 7.Persentase aloaksi dana yang lebih kecilditemukan pada evaluasi pengelolaan obat diRSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten MalukuTenggara pada tahun 2012 4. Perbedaan dapatdiakibatkan oleh berbagai faktor sesuaidengan keadaan masing-masing rumah sakit.Besarnya nilai dana yang dialokasikan olehrumah sakit untuk pengelolaan obat harusdipergunakan dengan baik agar tidak terjadikebocoran anggaran, salah satunya dengancara memperbaiki perencanaan pengadaanobat dan pendataan yang lebih rinci.Anggaran yang kurang memadai merupakanfaktor utama terjadinya kekosongan obat disarana pelayanan kesehatan 12.Dana yang diterima oleh rumah sakitberasal dari dua sumber yaitu dari APBD danBLUD. Dana APBD digunakan untukpembangunan secara fisik rumah sakit,sedangkan dana yang digunakan untukpengadaan obat dan alat kesehatan olehInstalasi Farmasi adalah dana yang berasalJMPF Vol 8(1), 2018

Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan dan Pengadaandari dana BLUD termasuk di dalamnyaadalah obat-obat klaim INA CBGS.Perbandingan antara jumlah item obatyang ada dalam perencanaan denganjumlah item obat dalam kenyataanpemakaianAnalisis untuk indikator ini dilakukandengan menghitungnya secara perbulansesuai dengan perencanaan yang dilakukanoleh pihak instalasi farmasi. Dari analisis datadidapatkan hasil untuk tahun 2015 sebesar104,08% dan pada tahun 2016 terjadipenurunan dengan hasil sebesar 80,80%.Hasil belum sesuai dengan standar.Menurunnya persentase hasil daritahun 2015 ke tahun 2016 disebabkan ratarata perencanaan obat terjadi penurunan, dari436 item obat pada tahun 2015 menjadi 327item pada tahun 2016, sedangkan rata-ratapemakaian tidak berbeda jauh. Hasil yangfluktuatif ini dikarenakan oleh perencanaanyang kurang baik dimana pada tahun 2015perencanaan jauh melebihi penggunaansehingga masih ada sisa obat di dalamgudang, oleh karena itu perencanaan ditahun 2016 menjadi turun. Penyimpanganperencanaan juga ditemukan pada hasilpenelitian Djatmiko dkk. 2, Ihsan dkk. 5, Watidkk. 4, dan Febreani dkk. 13 dengan rentangpenyimpangan sampai dengan 20%.Perbandingan antara jumlah barangdalam satu item obat yang ada dalamperencanaan dengan jumlah barangdalam item tersebut dalam kenyataanpemakaianPada tahun 2015 nilainya sebesar267,42% dan pada tahun 2016 sebesar193,45%. Hasil menunjukkan berlebihnyaobat yang direncanakan sehingga apabiladilakukan pengadaan, ada banyak obat yangtidak terpakai pada periode tersebut. Hal initerjadi karena tidak tepatnya perencanaanyang dilakukan sehingga tidak dapatmemperkirakan secara tepat kebutuhan riilobat-obat dan alat kesehatan untuk RumahSakit Muntilan. Maka pengelolaan obat padaindikator ini belum sesuai standar. Penyebablain yang mengakibatkan ketidaktepatanperencanaan adalah kurangnya tenagaJMPF Vol 8(1), 2018profesional khususnya apoteker yang ada diRumah Sakit Muntilan, di rumah sakit inihanya terdapat 4 orang apoteker. Sangatdibutuhkan peran apoteker yang inya jumlah perencanaan yangdilakukandapatberakibatterjadinyapenumpukan obat di gudang sehingga biayauntuk penyimpanan akan semakin tinggi danresiko obat rusak semakin besar.Frekuensi pengadaan tiap item obatRata-rata frekuensi pengadaan itemobat yang dilakukan oleh Rumah SakitUmum Muntilan pada tahun 2015 sebesar4,16 kali dan 3,54 kali pada tahun 2016.Pengadaan obat di Rumah Sakit Muntilantergolong masih rendah, hal ini dikarenakanpemesanan yang dilakukan dalam jumlahyang cukup besar sehingga tingkat frekuensipemesanan pun kecil. Menurunnya frekuensipemesanan di tahun 2016 karena masihadanya stok dari tahun 2015, sedangkan ratarata pemesanan dalam jumlah yang sama,sehingga frekuensi pengadaannya pun turun.Semakin banyak jumlah barang yangdisimpan di gudang maka fasilitas yangdigunakan pun semakin banyak, antara lainruang penyimpanan yang lebih besar danbiaya penyimpanan yang lebih tinggi.Menurut Pudjaningsih 8 frekuensi pembeliansemakin sering adalah semakin baik asaltidak mengganggu pelayanan. Oleh karenaitu semakin sedikit barang yang ada digudang, frekuensi pembelian akan semakintinggi. Frekuensi pengadaan obat di tiaprumahsakitberdasarkanpenelitianpenelitian sebelumnya bervariasi. Frekuensipengadaan obat yang relatif ekcil di rumahsakit dapat disebabkan karena aturanpenggunaan

Nasional. Adanya formularium rumah sakit yang disusun mengacu pada formularium nasional merupakan salah satu upaya mendukung penggunaan obat rasional melalui peningkatan akses terhadap obat esensial 11. Sistem pemesanan dilakukan dengan dua cara yaitu secara e-procurement untuk obat-obat BPJS dan dengan pemesanan

Related Documents:

Keywords: empon-empon, herbal medicine, production, management, marketing. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditi obat-obatan yang potensial. Aneka ragam jenis tanaman obat telah diproduksi sebagai bahan baku obat modern maupun obat tradisional (jamu). Prospek pengembangan produksi tanaman obat cukup cerah antara lain karena berkembangnya industri obat modern dan .

Daftar Obat Esensial Nasional adalah daftar yang memuat obat esensial yang diterbitkan oleh suatu negara. Daftar obat esensial nasional disusun berdasarkan konsensus untuk pengobatan dengan obat yang tersedia yang dipilih berdasarkan kemanfaatan dan keamanan. Daftar obat esensial dapat disesuaikan dengan level pelayanan yang ada, misal daftar .

pemilihan obat, pengadaan, pendistribusian dan pemakaian. Fungsi pemerintah pusat pada pengelolaan obat di era desentralisasi meliputi : penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional, Penetapan Harga Obat Pelayanan Kesehatan Dasar dan Program, penyiapan modul-modul pelatihan dan pedoman pengelolaan.

herbal 37,55%), Pakistan US 10,71 juta (36,76%), Malaysia US 2,67 juta (9,17%), Vietnam sebesar US 1,19 juta (4,12%) dan Jepang sebesar US 806 ribu (2,77%). nilai ekspor obat Herbal indonesia 2009-2013 (Us ribu) Produk Utama ekspor obat Herbal indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia. Warta Ekspor Edisi September 2014 5 Tajuk Utama Pasar Impor Obat Herbal Nilai impor obat herbal .

OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA - 29 BAB PRODUK OBAT MODERN ASLI INDONESIA HAL 30 – 100 INDEX 114 . B Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19 2 Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas karunia-Nya, penyusunan “Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19” dapat diterbitkan untuk memberikan dukungan .

PEDOMAN CARA PEMBUA TAN OBAT TRADISIONAL YANG BAlK i. PENDAHULVAN 1.1. Latar 8elakang Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan . selumh aspek pembuatan obat tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu mel11enulu CPO'lH.

Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.42.2996 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional, Dalam rangka pengawasan importir, distributor, industri obat tradisional dan atau industri farmasi yang memasukkan obat tradisional wajib melakukan pendokumentasian distribusi obat tradisional. 11

2018 Accounting Higher Finalised Marking Instructions Scottish Qualifications Authority 2018 The information in this publication may be reproduced to support SQA qualifications only on a non-commercial basis. If it is reproduced, SQA should be clearly acknowledged as the source. If it is to be used for any other purpose, written permission must be obtained from permissions@sqa.org.uk. Where .