Penyusunan Program BK Di Sekolah - Staff Site Universitas .

2y ago
41 Views
2 Downloads
253.08 KB
23 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Bria Koontz
Transcription

BAHAN DIKLAT PROFESI GURUSERTIFIKASI GURU RAYON 11 DIY & JATENGBuku B. 2. 1Penyusunan Program BK diSekolahFathur RahmanDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2008

Penyusunan Program BK di Sekolah2008MODUL MATERIPENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM BIMBINGAN DANKONSELING DI SEKOLAHKOMPETENSI DASARPeserta mampu memahami dan mengimplementasikanpraktik penyusunan dan pengembangan programbimbingan dan konseling yang komprehensifINDIKATOR1. Peserta memahami kerangka kerja utuh bimbingandan konseling (comprehensive school guidance andcounseling)2. Peserta mampu mengidentifikasi secara tepatkomponen-komponen program bimbingan dankonseling yang komprehensif3. Peserta memahami secara mendalam urgensimanajemen program dan layanan dalam bimbingandan konseling4. Peserta dapat mendemonstrasikan penyusunanprogram bimbingan dan konseling di sekolahKOMPONEN MATERI1. Kerangka kerja utuh bimbingan dan konseling2. Komponen-komponen program bimbingan dankonseling komprehensif3. Manajemen bimbingan dan konseling4. Praktik penyusunan program bimbingan dankonseling di sekolahMETODEBrainstorming, Diskusi Kelompok, dan Penjelasan MateriALOKASI WAKTU300 menitBAHAN DAN ALATKertas Flip-Chart, Spidol, kertas meta-plan, Slide powerpointA. PENDAHULUANPemahaman tentang bimbingan dan konseling (selanjutnya baca; BK) sebagaisuatu sistem dan kerangka kerja kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari pandanganumum bahwa layanan BK merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. DiAmerika Serikat, latar kelahiran BK secara historis bermula dari keprihatinan yangmendalam dari kalangan dunia pendidikan terhadap carut‐marutnya perkembangan2 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008kepribadian generasi muda terutama kalangan pelajar di sekolah yang terkenadampak gelombang besar industrialisasi di kota‐kota besar; jumlah siswa drop outmeningkat (kaum muda lebih memilih bekerja ketimbang sekolah, sementaraketerampilan kerja tidak memadai), pergeseran nilai dalam keluarga dan masyarakat,urbanisasi besar‐besaran dari desa ke kota, dan problem‐problem sosial yang lain(Gysbers & Henderson, 2006).Kenyataan tersebut akhirnya memicu tumbuhnya layanan bimbingan dankonseling sebagai suatu gerakan sosial yang selaras dengan gerakan kemajuan(progressive movement) yang berkembang dalam dunia pendidikan di Amerika Serikatpada saat itu yang dipelopori oleh tokoh‐tokoh pendidikan saat itu, seperti FrankParsons, Charles Merrill, Meyer Blommfield, Jesse B. Davis, Anna Reed, E. W. Weaverdan David Hill (Gysbers & Henderon, 2006; Gunawan, 2001). Para tokoh tersebutsama‐sama memandang secara kritis bahwa gelombang revolusi industri yangmembawa dampak negatif bagi perkembangan generasi muda harus dicegah.Gerakan bimbingan yang muncul di AS dalam bentuk bimbingan pekerjaan(vocational guidance) tersebut membawa pengaruh besar terhadap banyak negaralainnya, seperti Filipina, Malaysia, India, dan tidak terkecuali Indonesia. Gunawan(2001, 22) menjelaskan bahwa pada periode awal kemerdekaan masalah bimbinganpekerjaan baru diperhatikan oleh jawatan yang mengurus masalah tenaga kerja.Kegiatan bimbingan kemudian dikembangkan oleh kementerian pendidikan dankebudayaan dengan mengembangkan banyak kursus keterampilan bagi kaum muda.Baru pada tahun 1962, ada kebijakan SMA Gaya Baru yang mulai menggeserbimbingan pekerjaan ke arah bimbingan akademik. Secara formal, pemberlakuankurikulum 1975 mengandung penegasan bahwa BK (saat itu disebut bimbingan danpenyuluhan) merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah.Lahirnya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) tahun 1975 di Malang,Jawa Timur dan pergantian nama IPBI menjadi Asosiasi Bimbingan dan KonselingIndonesia (ABKIN) tahun 2001 dengan kelengkapan divisi‐divisi layanan di dalamnyasemakin memperkokoh layanan BK dengan berbagai domain layanan yang semakinkompleks; pribadi, sosial, akademik, karir dan layanan pendukung lainnya.Dengan ruang lingkup layanan yang semakin luas dan kompatibilitas tujuandengan tujuan pendidikan, pengelolaan dan pengembangan BK sebagai suatuprogram tidaklah mungkin dilakukan dengan cara yang sederhana dan terkesan asaljalan begitu saja. Jika petugas BK dan konselor menginginkan capaian dan target yangbetul‐betul maksimal dan mampu memunculkan perubahan‐perubahan yang positifdalam diri peserta didik, maka pengelolaan dan pengembangan program ataupunlayanan BK harus memanfaatkan pendekatan manajemen yang rasional dan ilmiah.Modul ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis berupa langkah‐langkahpraktikal dalam menyusun dan mengembangkan program BK. Lebih daripada itu,3 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008petugas BK dan konselor perlu memiliki penguasaan yang memadai tentang asumsipokok, prinsip dasar, serta acuan konseptual yang melatarbelakangi penyusunansuatu program.B.LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KOMPREHENSIF(COMPREHENSIVE SCHOOL GUIDANCE AND COUNSELING)Bercermin pada latar sejarah kelahiran dan perkembangan BK tersebut,dewasa ini muncul istilah comprehensive school guidance and counseling sebagaikerangka kerja utuh yang harus dipahami oleh tenaga‐tenaga ahli di bidang BK(Gysbers & Henderson, 2006; Ming, et. al., 2004; Bowers & Hatch, 2000). Berikut limapremis dasar yang menegaskan istilah tersebut (Gysbers & Henderson, 2006);1. Tujuan BK bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan. Artinya; dalampendidikan ada standar dan kompetensi tertentu yang harus dicapai olehsiswa. Oleh karena itu, segala aktivitas dan proses dalam layanan BK harusdiarahkan pada upaya membantu siswa dalam pencapaian standar kompetensidimaksud.2. Program BK bersifat pengembangan (based on developmental approach), yakni;meskipun seorang konselor dimungkinkan untuk mengatasi problem dankebutuhan psikologis yang bersifat krisis dan klinis, pada dasarnya fokuslayanan BK lebih diarahkan pada usaha memfasilitasi pengalaman‐pengalamanbelajar tertentu yang membantu siswa untuk tumbuh, berkembang, danmenjadi pribadi yang mandiri.3. Program BK melibatkan kolaborasi antar staff (team building approach), yaituprogram bimbingan dan konseling yang bersifat komprehensif bersandar padaasumsi bahwa tanggung jawab kegiatan bimbingan melibatkan seluruhpersonalia yang ada di sekolah dengan sentral koordinasi dan tanggung jawabada di tangan konselor yang bersertifikasi (certified counselors). Konselor tidakhanya menyediakan layanan langsung untuk siswa, melainkan juga bekerjasecara konsultatif dan kolaboratif dengan tim bimbingan yang lain, stafpersonel sekolah yang lain (guru dan tenaga administrasi), bahkan orangtuadan masyarakat.4. Program BK dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dariperencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan keberlanjutan. Melaluipenerapan fungsi‐fungsi manajemen tersebut diharapkan kegiatan danlayanan BK dapat diselenggarakan secara tepat sasaran dan terukur.5. Program BK ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. Faktor kepemimpinanini diharapkan dapat menjamin akuntabilitas dan pencapaian kinerja programBK4 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008Bowers dan Hatch (2000, 11) bahkan menegaskan bahwa program bimbingandan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam ruang lingkup,namun juga harus bersifat preventif dalam disain, dan bersifat pengembangan dalamtujuannya (comprehensive in scope, preventive in design, and developmental in nature).Pertama, bersifat komprehensif berarti program BK harus mampu memfasilitasicapaian‐capaian perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek bimbingan(baik pribadi‐sosial, akademik, dan karir). Layanan yang diberikan pun tidak hanyaterbatas pada siswa dengan karakter dan motivasi unggul serta siap belajar saja.Layanan BK ditujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun. Dengan harapan,setiap siswa dapat menggapai sukses di sekolah dan menunjukkan kontribusi nyatadalam masyarakat.Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada dasarnyatujuan pengembangan program BK di sekolah hendaknya dilakukan dalam bentukyang bersifat preventif. Upaya pencegahan dan antisipasi sedini mungkin (preventioneducation) hendaknya menjadi semangat utama yang terkandung dalam kurikulumbimbingan yang diterapkan di sekolah (kegiatan klasikal). Melalui cara yang preventiftersebut diharapkan siswa mampu memilah sikap dan tindakan yang tepat danmendukung pencapaian perkembangan psikologis ke arah yang ideal dan positif.Beberapa program yang dapat dikembangkan seperti pendidikan multikultarisme danantikekerasan, mengembangkan keterampilan resolusi konflik, pendidikanseksualitas, kesehatan reproduksi, dan lain‐lain.Ketiga, bersifat pengembangan dalam tujuan didasari oleh fakta di lapanganbahwa layanan bimbingan dan konseling sekolah selama ini justru kontraproduktifterhadap perkembangan siswa itu sendiri. Kegiatan layanan bimbingan dan konselingsekolah yang berkembang di Indonesia selama ini lebih terfokus pada kegiatan‐kegiatan yang bersifat administratif dan klerikal (Kartadinata, 2003), sepertimengelola kehadiran dan ketidakhadiran siswa, mengenakan sanksi disiplin padasiswa yang terlambat dan dianggap nakal. Dengan demikian, wajar apabila dalammasyarakat dan bagi siswa‐siswa sendiri guru bimbingan dan konseling distigmakansebagai polisi sekolah. Konsekuensi kenyataan ini, pada akhirnya menyebabkanlayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan di sekolah akhirnya terjebakdalam pendekatan tradisional dan intervensi psikologis yang berorientasi padaparadigma intrapsikis dan sindrom klinis.Pendekatan dan tujuan layanan bimbingan dan konseling pada dasarnya tidakhanya berkaitan dengan perilaku menyimpang (maladaptive behavior) dan bagaimanamencegah penyimpangan perilaku tersebut, melainkan juga berurusan denganpengembangan perilaku efektif (Kartadinata, 1999; Kartadinata, 2003; Galassi & Akos,2004). Sudut pandang perkembangan ini mengandung implikasi luas bahwa5 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008pengembangan perilaku yang sehat dan efektif harus dapat dicapai oleh setiapindividu dalam konteks lingkungannya masing‐masing. Dengan demikian, bimbingandan konseling seharusnya perlu diarahkan pada upaya memfasilitasi individu agarmenjadi lebih sadar terhadap dirinya, terampil dalam merespon lingkungan, sertamampu mengembangkan diri menjadi pribadi yang bermakna dan berorientasi kedepan (Kartadinata, 1999; Kartadinata, 2003).C. KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELINGDalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan BK dalamKonseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2007) dijelaskan bahwaprogram BK mengandung empat komponen pelayanan, yaitu 1) pelayanan dasarbimbingan; 2) pelayanan perencanaan individual; 3) pelayanan responsif; dan 4)dukungan sistem. Adapun pengertian tiap‐tiap komponen pelayanan tersebut sebagaiberikut:1. Pelayanan Dasara. PengertianPelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuankepada seluruh konselimelalui kegiatan penyiapan pengalamanterstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematisdalam rangka mengembangkan perilaku jangka pan‐jang sesuai dengantahap dan tugas‐tugas perkem‐bangan (yang dituangkan sebagai standarkompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangankemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalanikehidupannya. Di Amerika Serikat sendiri, istilah pelayanan dasar ini lebihpopuler dengan sebutan kurikulum bimbingan (guidance curriculum).Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, kurikulum bimbingan inidiharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap, danketerampilan tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuai dengantahapan perkembangannya (Bowers & Hatch, 2000)Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatapmuka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasikomponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasanpengembangan pengalaman tersetruktur yang disebutkan.b. TujuanPelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agarmemperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, danmemperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain6 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas‐tugasperkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskansebagai upaya untuk membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran(pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilanuntuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yanglayak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menanganiatau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampumengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.c. Fokus pengembanganUntuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkanmenyangkut aspek‐aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua iniberkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas‐tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian).Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standarkompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan,(4) keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antarpribadi atau berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7)perilaku bertanggung jawab. Hal‐hal yang terkait dengan perkembangankarir (terutama di tingkat SLTP/SLTA) mencakup pengembangan: (1)fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi, (3)keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik‐psikis,jasmaniah‐rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangandunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan,(8) kasus‐kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran),dan (10) dampak pergaulan bebas.2. Pelayanan Responsifa. PengertianPelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseliyang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongandengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkangangguan dalam proses pencapaian tugas‐tugas perkembangan. Konselingindiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alihtangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalampelayanan responsif.b. Tujuan7 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapatmemenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya ataumembantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapaitugas‐tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat jugadikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah‐masalah ataukepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu,berkenaan dengan masalah sosial‐pribadi, karir, dan atau masalahpengembangan pendidikan.c. Fokus pengembanganFokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhankonseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untukmemahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangandirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperolehinformasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber‐sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,pergaulan bebas.Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yangdirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambatperkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, ataugagal dalam mencapai tugas‐tugas perkembangan. Masalah konseli padaumumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahamimelalui gejala‐gejala perilaku yang ditampilkannya.Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami konselidiantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendahdiri, (3) berperilaku impulsif (kekanak‐kanakan atau melakukan sesuatutanpa mempertimbangkan‐nya secara matang), (4) membolos dariSekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaanbelajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9)malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalahtawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga.Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuhdengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, denganmenggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas‐tugasperkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi,sosiometri,daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alatungkap masalah (AUM).3. Perencanaan Individual8 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah2008a. PengertianPerencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseliagar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan denganperen‐canaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dankekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yangtersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengansegala karakteris‐tiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaaninformasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimilikikonseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambilkeputusan yang tepat di dalam mengem‐bangkan potensinya secaraoptimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatanorientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasidiperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.b. TujuanPerencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (1)memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampumerumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadapperkembang‐an dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman,tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upayamemfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelolarencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial‐pribadi oleh dirinyasendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal‐hal yang menjadikebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangandirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individualditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebihbersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dankeputusan yang ditentukan oleh masing‐masing konseli.Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkandapat:1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial‐pribadi,yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentangSekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangkapencapaian tujuannya.3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.9 Fathur Rahman

Penyusunan Program BK di Sekolah20084) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.c. Fokus pengembanganFokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat denganpengembangan aspek akademik, karir, dan sosial‐pribadi. Secara rincicakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek (1)akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukanpemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus ataupelajar‐an tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjanghayat; (2) karir meliputimengeksplorasi peluang‐peluang karir,mengeksplorasi latihan‐latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untukkebiasaan bekerja yang positif; dan(3) sosial‐pribadi meliputipengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilansosial yang efektif.4. Dukungan SistemKetiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dankonseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistemmerupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangankemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidaklangsung mem

sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu

Related Documents:

28 majalah porno atau sesuatu yang berbau pornografi dan pornoaksi. 200. 29 Mencuri di sekolah dan di 200luar sekolah. Memalsukan stempel sekolah, edaran sekolah atau 30 tanda tangan Kepala Sekolah, guru dan karyawan sekolah.

tahapan dan tatacara penyusunan rencana kerja pembangunan daerah (rkpd) a. bagan alir tahapan penyusunan rkpd b. persiapan penyusunan rkpd c. penyusunan rancangan awal rkpd d. penyusunan rancangan rkpd e. pelaksanaan musrenbang f. perumusan rancangan akhir g. penetapan rkpd -

Lampiran 2. Pembukuan Keuangan Sekolah Muhammadiyah Malang Raya . xv Lampiran 3. Posisi Keuangan Sekolah Muhammadiyah Tiga Tahun Terakhir. xvi Lampiran 4. Jumlah Peserta Didik Sekolah Muhammadiyah Malang Raya . xvii Lampiran 5. Status Sekolah dan Status Akreditasi Sekolah Muhammadiyah . xviii Lampiran 6.

SOP PENYUSUNAN KURIKULUM 3 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN KURIKULUM I. TUJUAN Standar Operasional Prosedur ini bertujuan untuk memberikan panduan dan memberikan penjelasan mengenai : 1. Prosedur tertulis yang berkaitan dengan penyusunan Kurikulum Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) InterStudi; 2.

Petunjuk teknis ini menjelaskan bagaimana sekolah/madrasah menggunakan Tools EDS/M-RKS/M-RKT-RKAS/M dan langkah-langkah penyusunan perencanaan dan penganggaran satuan pendidikan dimulai dari pengisian biodata dasar Sekolah/Madrasah, analisis kondisi Sekolah/Madrasah (profil Sekolah/Madrasah), analisis program dan kegiatan, rencana pendanaan .

Panduan Teknis Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah Dasar. 9. Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar 10. Panduan Teknis Transisi KTSP ke Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Panduan tersebut disusun sebagai acuan bagi guru, kepala sekolah, pengawas, para . Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

berpartisipasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 30 b. Tugas Dasar Kepala Sekolah Agar tujuan sekolah dapat tercapai, ada empat dasar yang harus dilakukan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinanya. Keempat dasar tersebut, yaitu : 27 Helmawati, Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah

swasta berbasis agama serta sekolah model terbaru yaitu sekolah alam. Pengamat pendidikan Buchori Nasution (2005) menjelaskan bahwa sebelum memasukkan anak ke sekolah, perhatikan profil . di atas, barulah di telaah soal kurikulum, kualitas sumber daya manusia, sarana sekolah serta biaya dan lokasi sekolah.