MODUL PELATIHAN PRAKTIK KETERAMPILAN KONSELING

2y ago
56 Views
4 Downloads
512.44 KB
41 Pages
Last View : 2d ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Ronan Garica
Transcription

MODUL PELATIHANPRAKTIK KETERAMPILAN KONSELINGBahan Pelatihan bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang Bimbingan dan KonselingDisusun oleh:Dr. Suwarjo, M.SiProgram Studi Bimbingan dan KonselingFakultas Ilmu PendidikanDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI YOGAYAKARTA2008

2DAFTAR ISIhalamanHALAMAN JUDUL .1DAFTAR ISI .2I. PENDAHULUAN .3II. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN .4III. INDIKATOR YANG DIHARAPKAN .4IV. URAIAN MODUL .5Modul 1: Keterampilan Attending .5Modul 2: Keterampilan Berempati .11Modul 3: Keterampilan Bertanya .17Modul 4: Keterampilan Konfrontasi.20Modul 5: Keterampilan Merangkum .25Modul 6: Keteramilan Berperilaku Genuin.29Modul 7: Keterampilan Pemecahan Masalah .33DAFTAR ----------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

3I. PENDAHULUANKeterampilan konseling merupakan salah satu aspek penting yang sangatberpengaruh terhadap keberhasilan proses konseling yang dibangun oleh konselor.Dengan demikian, penguasaan konselor terhadap keterampilan-keterampilantersebut merupakan jembatan menuju terbangunnya hubungan interpersonalefektif yang diharapkan berujung pada terfasilitasinya perkembangan konselikearah perkembangan yang optimal. Keterampilan konseling dapat dikuasaimelalui berbagai pelatihan, baik pelatihan mandiri, terbimbing, maupun lor.Apapunmodelpelatihannya, yang terpenting adalah termanfaatkannya umpan balik (feed back)guna meningkatkan performance penguasaan keterampilan-keterampilan tersebut.Modul ini dikembangkan sebagai salah satu alat bantu pelatihan berupabahan tertulis yang berisi materi dan tugas-tugas pelatihan. Pada kesempatan inidisajikan 7 buah modul yang masing-masing memuat satu keterampilankonseling. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud adalah KeterampilanAttending, Keterampilan Empati, Keterampilan Bertanya, Perilaku kum,danKeterampilanPemecahan Masalah. Setiap modul pelatihan memuat pengantar, tujuan, uraiansingkat materi,prosedur berlatih, waktu yang dibutuhkan untuk setiap sesipelatihan, alat bantu yang diperlukan, evaluasi, dan dilengkapi dengan Formatlembar penugasan sebagai sarana latihan.Materi-materi pelatihan tersebutdiharapkan dapat mengembangkankemampuan komunikasi interpersonal konselor yang medukung pemberianbantuan kepada konseli. Penulis berharap semoga modul ini dapat memberikanmanfaat bagi upaya peningkatan kualitas layanan konselor di sekolah yang akanberujung pada pencapaian perkembangan konseli secara --------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

4II. KOMPETENSI YANG DIHARAPKANMerujuk pada Standar Kompetensi Konselor yang dirumuskan olehAsosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), pelatihan ini diharapkandapat meningkatkan penguasaan konselor sekolah terhadap kompetensi:”Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat”dengan SubKompetensi:1.Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa,jujur, sabar, ramah, dan konsisten)2.Menampilkan emosi yang stabil.3.Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan4.Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres danfrustasi5.Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif6.Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri7.Berpenampilan menarik dan menyenangkan8.Berkomunikasi secara efektifIII. INDIKATOR YANG DIHARAPKANPelatihan Praktik Keterampilan Konseling dipandang berhasil apabilasetelah pelatihan usai, peserta pelatihan:1. Mampu membedakan tingkah laku attending nonverbal yang efektif dengantingkah laku attending nonverbal yang tidak efektif.2. Mampu mengkomunikasikan tingkah laku attending nonverbal yang efektif.3. Mampu mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain.4. Mampu merespon secara empatik perasaan-perasaan yang diungkapkan olehorang lain.5. Dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat.6. Dapat mengajukan pertanyaan secara efektif dan menjaga komunikasi timbalbalik dengan ”konseli”.7. Mengetahui kondisi-kondisi konfrontasi yang dapat membantu --------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

58. Dapat menggunakan keterampilan konfrontasi secara efektif.9. Mampu merangkum inti pembicaraan yang disampaikan oleh konseli.10. Dapat membantu konseli menemukan kesadaran baru tentang masalah yangsedang dialami.11. Dapat membedakan tiga jenis respon yaitu, respon yang acuh tak acuh (tidakresponsif), respon yang tidak jujur atau tidak asli (tidak genuin), dan responyang jujur atau asli (genuin).12. Memahami strategi-strategi pemecahan masalah.13. Memahami prosedur-prosedur pemecahan masalah.14. Dapat Mendemonstrasikan strategi-strategi pemecahan masalah.IV. URAIAN MODULModul1KETERAMPILAN ATTENDINGA. PengantarTingkah laku attending sangat berkaitan dengan rasa hormat konselorterhadap konseli yang harus ditampakkan ketika perhatian secara penuh diberikankepada konseli. Tingkah laku attending sangat penting dalam semua komunikasipositif antar individu. Keterampilan ini dapat dipelajari dan harus ditampakkanoleh konselor dalam proses pelayanan-pelayanan yang diberikan. Melaluiberbagai contoh dan praktik yang cukup, setahap demi setahap keterampilan inidapat dikuasai oleh peserta pelatihan.B. TujuanSetelah mengikuti pelatihan bagian ini, peserta pelatihan diharapkan:1) Mampu membedakan tingkah laku attending nonverbal yang efektif dengantingkah laku attending nonverbal yang tidak efektif.2) Mampu mengkomunikasikan tingkah laku attending nonverbal yang --------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

6C. MateriAttending adalah pemberian perhatian fisik kepada orang lain. Attendingjuga berarti mendengarkan dengan menggunakan seluruh tubuh kita. anbahwakonselormemberikan perhatian secara penuh terhadap lawan bicara yang sedang berbicara.Keterampilan attending meliputi: keterlibatan postur tubuh, gerakan tubuh secaratepat, kontak mata, dan lingkungan yang nyaman.1. Keterlibatan Postur TubuhBahasa tubuh sering kali ”berbicara lebih keras” dari pada bahasa verbal.Suatu komunikasi menjadi lebih kuat jika konselor menampilkan sikap tubuhyang rileks tetapi penuh perhatian dan siap siaga mendengarkan pembicaraankonseli, agak condong kedepan menghadap konseli dengan tetap menjaga situasidan posisi diri yang terbuka dalam jarak yang tepat dari konseli. Seorangpendengar yang baik mengkomunikasikan perhatiannya melalui ekspresi tubuhyang rileks selama pembicaraan berlangsung.Ekspresi rileks mengandung pesan bahwa”Saya merasa nyaman bersamamu dan sayamenerima anda”. Sedangkan kesiap-siagaanperhatian yang ditunjukkan melalui ekspresitubuh menunjukkan bahwa, ”Saya merasa apayang anda ceritakan adalah penting, dan sayasungguh memahami hasilkanmendengarkan yang efektif.Posisi tubuh konselor yang an pesan bahwa konselormemberikan perhatian yang lebih besar.Sebaliknya, posisi tubuh yang condong kebelakang bersandar pada kursi ----------------------------------------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konselingaktivitas

7konseli.Pandangan dengan muka lurus menghadap kearah konseli akanmembantu konselor mengkomunikasikan bahwa konselor melibatkan diri secarapenuh dalam pembicaraan konseli.Hal penting lain yang perlu diperhatikanadalah menjaga posisi tubuh tetap terbukadengan tidak menyilangkan kaki dan ataumenyilangkantangan.Kakiyangdisilangkan, atau tangan yang bersidakep(menyilang rapat kedua tangan) dapat meng(salah satu contoh bukan attanding)gambarkan ketertutupan atau sikap bertahan.Jarak antara konselor dengan konseli juga perlu diperhatikan. Jarak yangterlalu dekat atau terlalu jauh akan mengganggu komunikasi karena konselimerasa kurang nyaman. Meskipun demikian jarak yang paling nyaman antarakonselor dan konseli sangat tergantung dari budaya masing-masing. Oleh karenaitu konselor seyogyanya mencermati dan peka terhadap ekspresi atau sinyal yangditunjukkan oleh konseli terkait dengan jarak yang diambil oleh konselor darikonseli. Pada umumnya, jarak 90 – 100 cm adalah jarak yang nyaman bagikebanyakan masyarakat.2. Gerak Tubuh secara TepatGerak tubuh yang tepat merupakan bagian utama dari aktivitasmendengarkan dengan baik. Seorang konselor yang sedang mendengarkankonselinya tetapi tanpa diikuti dengan gerakan tubuh akan tampak kaku, dingin,dan terasa adanya jarak yang jauh. Sebaliknya konselor yang menyertakangerakan-gerakan aktif saat mendengarkan konseli (bukan gerakan gelisah ataugerakan grogi) akan dimaknai sebagai konselor yang bersahabat, dan hangat. Padaumumnya orang lebih suka berbicara dengan pendengar yang gerakan tubuhnyatidak kaku dan tidak terpaku. Meskipun demikian, hindari gerakan-gerakan tubuhdan mimik wajah yang merusak. Konselor yang baik menggerakkan tubuhnyadalam merespon klien yang sedang berbicara kepadanya.Sebaliknya konselor yang tidak efektif, melakukan gerakan-gerakan untukmerespon hal-hal yang tidak terkait dengan pembicaraan konseli, --------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

8memainkan pensil atau kunci, memainkanuang logam, gugup dan gelisah, hkantulangjari-jemarisecara terus menerus duduk beringsut, secaraterus menerus memindah-mindahkan kakimenyilang, duduk dengan satu kaki diangkatdan ditumpangkan pada kaki lainnya sambil digerak-gerakkan. Ketika seseorangsedang berbicara kepadanya, konselor juga tidak boleh melakukan hal-hal yangdapat merusak suasana seperti, menonton televisi, menggelengkan ataumenganggukkan kepala kepada orang lain yang lewat, mengerjakan aktivitas lainseperti membaca koran, dan menyiapkan makanan atau minuman.3. Kontak MataKontak mata yang efektif mengekspresikan minat dan keinginan untukmendengarkan orang lain. Kontak mata mencakup pemusatan pandangan matasecara lembut pada pembicara dan kadang-kadang memindahkan pandangan dariwajah konseli ke bagian tubuh lainnya misalnya tangan, dan kemudian kembali kewajah, lalu kontak mata terjadi lagi. Kontak mata tidak terjadi jika konselormemandang jauh atau membuang pandandangan dari konseli, memandang wajahkonseli dengan pandangan kosong, dan konselor menghindari tatapan matakonseli.Kontak mata memungkinkan konselimenyadari penerimaan konselor terhadap dirikonseli beserta pesan-pesan dan keluhankeluhan yang disampaikan konseli. Kontakmata membantu konseli untuk menggambarkanbetapa amannya dia bersama dengankonselor.Demikian pula konselor, melalui kontak mata konselor dapat menangkapmakna yang lebih mendalam dari berbagai hal yang disampaikan -------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

9kepadanya. Kontak mata bisa diibaratkan sebagai ”jendela” untuk melihatpengalaman dan dunia pribadi yang mendalam dari konseli.Kemampuan untuk memiliki kontak mata yang baik merupakan bagianpenting dan pokok dari komunikasi antar individu. Kontak mata merupakan salahsatu keterampilan mendengarkan yang efektif. Kontak mata yang buruk mungkinmenjadi pertanda dari sebuah ketidak-acuhan atau ketidak-tertarikan.4. Lingkungan yang nyamanAttending menuntut pemberian perhatian kepada orang lain. Hal ini tidakmungkin terjadi dalam lingkungan yang bising, hiruk pikuk, dan kacau. Radio,televisi dan sejenisnya bisa menjadi pengganggu, oleh karena itu perlu dimatikan.Demikian juga dering telephon.D. Prosedur Berlatih1. Baca dan pahamilah materi Keterampilan Attending yang telah disajikandalam modul.2. Perhatikan berbagai contoh tingkah laku attending non verbal yangdiperagakan pelatih / fasilitator.3. Buatlah pasangan-pasangan (berpasanganlah) diantara sesama peserta dansecara bergantian lakukanlah berbagai tingkah laku attending non oryangmeliputi:mempertahankan posisi terbuka, duduk condong ke depan, kontak mata, wajahmenghadap konseli, ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa konselormendengarkan secara sunggung-sungguh.4. Masih berpasangan, lakukan tingkah laku yang seyogyanya tidak dilakukankonselor dalam proses attending, lakukan secara bergantian.5. Isilah Format M.1.16. Diskusikan dalam kelompok kecil (4 orang) pengalaman yang diperolehmasing-masing dalam melakukan keterampilan attending, dan dengarkan pulakomentar teman (pasangan masing-masing). Lakukan secara bergantiansehingga semua anggota kelompok menyampaikan --------------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

10E. WaktuWaktu yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah 250 menit.F. Alat BantuAlat bantu yang dibutuhkan untuk pelatihan ini adalah kertas kerja(Format M.1.1), spidol, papan tulis, LCD projector, VCD Konseling TemanSebaya, dan komputer / laptop (sekaligus sebagai VCD player), slide tingkah lakuattending, dan modul Keterampilan Attending.G. EvaluasiEvaluasi dilakukan dengan mengamati kemampuan para peserta pelatihandalam membedakan tingkah laku-tingkah laku attending yang efektif dan tingkahlaku attending yang tidak efektif.FORMAT M.1.1Setelah mempraktikkan secara berpasangan berbagai tingkah lakuattending, dan tingkah laku yang yang seyogyanya tidak dilakukan dalam prosesattending, uraikan pengalaman anda tentang:1. Pikiran dan perasaan yang muncul dalam diri selama melakukan berbagaitingkah laku attending : .2. Pikiran dan perasaan saat pasangan (teman) memberikan attending ------------------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

113. Pikiran dan perasaan yang muncul dalam diri pada saat pasangan (teman)melakukan berbagaitingkah laku bukan attending (attending yang tidakefektif): .Modul2KETERAMPILAN BEREMPATIA. PengantarEmpati merupakan salah satu kunci untuk dapat meningkatkan kualitaskomunikasi antar individu. Empati berarti konselor dapat merasakan secaramendalam apa yang dirasakan oleh konseli tanpa kehilangan identitas dirinya.Keterampilan berempati dapat dipelajari. Konselor dapat memahami perasaanperasaan konseli dengan melihat raut wajah dan bahasa isyarat tubuh, sertadengan mencermati bahasa verbalnya. Sejak kecil manusia telah mengenal emosiemosi dasar seperti rasa senang/bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut.Selain terdapat kesamaan antar budaya, cara-cara individu mengekspresikanperasaan-perasaan tersebut juga memiliki keunikan.B. TujuanSetelah mengikuti sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu:1. Mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain.2. Merespon secara empatik perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh oranglain.C. MateriEmpati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lainsebaik dia memahami dirinya sendiri. Tingkah laku empatik merupakan salah ----------Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling

12keterampilan mendengarkan dengan penuh pemahaman (mendengarkan secaraaktif). Seorang konselor hendaknya dapat menerima secara tepat makna danperasaan-perasaan konselinya. Konselor yang empatik mampu ”merayap di bawahkulit konseli” dan melihat dunia melalui mata konseli, mampu mendengarkankonseli dengan tanpa prasangka dan tidak menilai (jelek), dan mampumendengarkan cerita konseli dengan baik. Konselor yang empatik dapatmerasakan kepedihan konseli tetapi dia tidak larut terhanyut karenanya. Dengandemikian konselor yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat, gesture,mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialamiorang lain. Orang yang empatik mampu merespon secara tepat kebutuhankebutuhan orang lain tanpa kehilangan kendali.Sebagian individu terampil menginterpretasikan ekspresi non verbal (ekspresiwajah, nada suara, bahasa tubuh), danpikiran serta perasaan orang lain. Sementara, orang lain tidak mengembangkanketerampilan-keterampilan tersebutse-hingga tidak mampu menempatkan dirinya dalam “diri orang lain”, tidak dapat memperkirakan apa yang sedang oranglain rasakan, dan tidak dapat memperkirakan apa yang orang lain senang lakukan.Hal demikian tentu sangat merugikan hubungan personal dengan orang lain.Individu dengan empati yang rendah, cenderung mengulangi pola-pola tingkahlaku yang sama yang tidak menyenangkan orang lain, dan cenderungmenyamaratakan perasaan dan keinginan orang lain.Empati berbeda dengan simpa

PRAKTIK KETERAMPILAN KONSELING Bahan Pelatihan bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Bidang Bimbingan dan Konseling Disusun oleh: Dr. Suwarjo, M.Si Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGAYAKARTA 2008

Related Documents:

Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi . Modul pelatihan

1. Memberikan Pelatihan Tonis A 2. Memberikan Pelatihan Gerak dan Lagu B 3. Memberikan Pelatihan Kaligrafi C 4. Memberikan Pelatihan Menyulam D 5. Memberikan Pelatihan Menbuat Kerajinan Kain Flanel E 6. Memberikan Pelatihan Membuat Paper Craft F 7. Memberikan Pelatihan Membuat Origami G 8. Memberikan Pelatihan Membuat Bunga dari Sedotan H .

E. Dasar Hukum F. Materi Pokok dan Sub Materi MATERI POKOK 1 KARAKTERISTIK MODUL A. Self Instructional B. Self Contain C. Stand Alone D. Adaptive E. User Friendly MATERI POKOK 2 PENGEMBANGAN MODUL DAN MUTUNYA A. Pengembangan Modul B. Mutu Modul MATERI POKOK 3 PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL A. Analisa Kebutuhan Modul B. Penyusunan Modul PENUTUP A .

Bimbingan dan Konseling 47 VI.PENGEMBANGAN 50 LAMPIRAN 51 1.Laporan kegiatan harian dan/mingguan52 2.laporan layanan konseling individu 53 3.Silabus layanan bimbingan dan konseling kurikulum 2004 54 4.Satuan kegiatan layanan/pendukung bimbingan dan konseling 55 5.Gambar ruang pelayanan bimbingan dan konseling (Standar Unit Sekolah Baru) 56

konseling, bimbingan, dan psikoterapi 2. Mahasiswa dapat memahami, mengerti, dan menjelaskan dasar-dasar konseling di dalam 1. Fungsi psikologi dalam pengamalannya sebagai ilmu 2. Pengertian konseling, bimbingan, dan psikoterapi 3. Fungsi konseling 4. Tipe Konseling 5. Karakteristik Konseling 1, 2 3 x 50 menit Partisipasi Mahasiswa 5 % 1, 6,7

keterampilan komunikasi konseling, konseling dan psikoterapi, appraisal konseling serta penelitian konseling. Dalam Paket 1 ini, mahasiswa akan mengkaji definisi Pemahaman Individu sampai kepada penting. nya. kegiatan memahami individu sebelum melakukan bimbingan dan konseling. Di awal pertemuan perkuliahan,

SILABUS A. Silabus Implementasi Kurikulum 2013 B. Silabus Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013 Silabus Assesmen dan Penetapan Peminatan Peserta Didik D. Silabus Praktik Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam BAGIAN 3: 2.1 MATERI PELATIHAN 1. Materi Pelatihan 1 : Implementasi Kurikulum 2013 1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

I believe my brother’s sons have weak interpersonal communication skills, and I’m convinced this is partly due to their lifelong infatuation with the personal computer. They have few skills at reading or expressing empathy. If they were more skilled, they might have been able to assess their father’s reduced self-esteem, personal control and belongingness, and then do something about it .