KAJIAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM PERBANYAKAN .

2y ago
66 Views
3 Downloads
202.75 KB
10 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Ronan Garica
Transcription

KAJIAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM PERBANYAKANTANAMAN BEBAS VIRUSArie Hapsani Hasan BasriSekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian MedanABSTRACTProvision of plant seeds to production processes is a very important aspect. The production process for large-scalesuch farms and plantations, needed of seeds in large quantities. The resulting seedlings are expected to have improvedvarieties, uniform, free of pests and pathogens as well as continuous provision.Tissue culture is one techniquethat can be applied to produce virusfree seed in large quantities and a relatively shorttime. Apical meristem culture and callus culture method as an potential to eliminate virus that infects systemicallybecause of the proliferation of cells of the apical meristem faster than the spread of the virus. In addition, the cells ofthe apical meristem havenot plasmodesmata. Utilization of tissue culture propagation as seedlings of virus-free plantsis an alternative effective control and should be applied to a large scale.Keywords : tissue culture, propagation of virus-free bangan suatu tanaman dalam suatu prosesproduksi merupakan aspek yang sangat penting.Proses produksi untuk skala besar seperti pertaniandan perkebunan, membutuhkan bibit dalam jumlahbanyak seperti varietas unggul, seragam, bebashama dan patogen serta penyediaan yangkontinyu.Pada umumnya perbanyakan tanamanbiasanya dilakukan secara konvensional yaitumenanam dari biji, stek, cangkok dan ui adalah metode perbanyakan tanamanyang membutuhkan waktu yang cukup lama untukmemperoleh bibit dalam jumlah banyak.Teknikperbanyakan secara konvensional menghadapibanyak kendala, baik teknis di lapangan, waktu,maupun kualitas. Oleh sebab itu, teknikkulturjaringan menjadi pilihan dalam upayapenyediaan bibit suatu tanaman.Bioteknologi tanaman adalah budidayajaringan tanaman secara in vitro yang memilikikesejajaran dengan budidaya tanaman secarakonvensional (Watimena et al., 1992).Kulturjaringantanaman diusahakan untuk menanameksplan berupa bagian tanaman, jaringan sel, subselular secara in vitro untuk tujuan tertentu. Teknikkulturjaringan adalah suatu teknik untukmengisolasi bagian dari tanaman sepertiprotoplasma, sel, jaringan dan organ yangditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehinggabagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diridan beregenerasi menjadi tanaman yang utuhlagi.Prinsip utama dari teknik kultur jaringan ialahperbanyakan tanaman menggunakan bagianvegetatif tanaman pada media buatan yangdilakukan pada tempat steril.Metode kulturjaringan dapat menghasilkanbibit dalam jumlah yang banyak tanpa memerlukanjumlah induk yang banyak dan waktu yang relatifsingkat. Metode ini selain digunakan untukperbanyakan tanaman, juga digunakan untukmengeliminasi virus. Parmessur et al., (2002)dalam penelitiannya melaporkan bahwa metode invitro kultur kalus mampu mengeliminasi viruspenyebab penyakit garis kuning (Sugarcane yellowleaf virus) mencapai 100% dan kultur meristemapikal mampu mengeliminasi virus tersebutsebesar 64%. Balamuralikrishnan et al., (2002)melaporkan bahwa eliminasi virus mosaik tebu(Sugarcane mosaic virus) menggunakan kulturmeristem tip yang dikombinasikan dengankhemoterapi ribavirin pada 50 ppm kan kultur meristem tanpa kombinasi.

Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Perbanyakan. (Arie Hapsani Hasan Basri)Aplikasi teknik kultur jaringan bertujuanuntuk eliminasi suatu penyakit atau produksi bibitbebas penyakit, kelestarian plasma nutfah,memperoleh varietas unggul dan produksi senyawametabolit sekunder. Oleh karena itu, teknik kulturjaringan sangat penting di terapkan dalamperbanyakan tanaman baik untuk tanamanpertanian maupun tanaman perkebunan.KULTUR JARINGANKultur in-vitro adalah suatu teknikmengisolasi bagian tanaman seperti protoplas, sel,jaringandanorgan,yangkemudianmenumbuhkannya dalam media buatan dengankondisi aseptik dan terkendali (Gunawan,l988).Teknik ini pada awalnya digunakan dalamusaha perbanyakan tanaman secara cepat, namunsaat ini telah berkembang menjadi saranapendukung program perbaikan sifat tanaman(Mashudi,1998). Teknik ini dapat menghasilkanbibit dalam jumlah yang besar tanpa memerlukanjumlah induk yang banyak dan waktu yang relatifsingkat. Kulturin vitro selain digunakan untukperbanyakan tanaman, juga digunakan untukmengeliminasi virus.Tahapan-Tahapan dalam Kultur Jaringan1.Pembuatan mediaMedia merupakan faktor terpenting dalampelaksanaan kulturjaringan. Media yang digunakanbiasanya mengandung bahan-bahan pendukungseperti agar, hormon, garam mineral, vitamin, guladan zat-zat yang diperlukan tanaman untuk tumbuhdan berkembang (zat pengatur tumbuh).2.InisiasiKontaminasi sering terjadi pada prosesinisiasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktoryaitu :a. Keadaan eksplanEkspan yang akan ditanam harus bebas darihama, penyakit maupun mikroorganisme lain yangkurang menguntungkan untuk tanaman. Umurtanaman juga mempengaruhi dalam pertumbuhantanaman.Tanaman atau eksplan yang digunakanuntuk kultur jaringan sebaiknya berada pada umurrata-rata dimana tanaman tersebut tidak terlalumuda dan juga tidak terlalu tua. Hal ini disebabkanapabila tanaman berumur terlalu muda makakemungkinan untuk tumbuh dan berkembang65sangat sulit karena tanaman yang masih mudamengandung senyawa fenol yang sangat tinggisehingga akan mengakibatkan browning dan padaakhirnya eksplan akan mati. Sedangkan apabilatanaman yang akan digunakan untuk eksplanberumur tua akan sulit untuk tumbuh. Hal itudisebabkan karena tanaman berada pada masamatur/pertumbuhan yang lanjut sehingga sifattotipotensi pada sel tersebut sangat sedikit sekaliatau bahkan tidak ada. Contohnya pada tanamantebu, eksplan yang digunakan sebaiknya berumursekitar 4–5bulan (Basri, 2009).b. Aseptisitas pekerjaKebersihan pekerja juga perlu diperhatikandidalam perkembangbiakan secara kultur in vitro.Apabila pekerja dalam kondisi yang aseptis makaakan memperkecil kemungkinan terjadinyakontaminasi.Keadaan pekerja yang kurang aseptikakan memungkinkan terjadinya kontaminasi. Jadididalam perkembangbiakan secara kultur in vitro,kesterilan pekerja juga sangat diperlukan untukmenunjang keberhasilan penanaman (Basri, 2009).c. Sterilisasi alat dan bahanPeralatan yang harus steril adalah laminar airflow, alat-alat, tabung kultur. Pada laminar sudahdilengkapi dengan blower, lampu UV sehinggadapat mensterilkan ruangan dalam laminar.Akantetapi sebelum menggunakan laminar sebaiknyadisemprot menggunakan alkohol 70 %. Alat-alatdiseksi juga perlu disterilisasi, apabila alat-alattersebut tidak disterilisasi kemungkinan terjadinyakontaminasi akan besar karena bekas-bekaseksplan ataupun media yang tersisa pada alat-alatdiseksi akan mejadi sumber kontaminan.Olehkarena itu alat-alat diseksi juga perlu disterilisasi.Sterilisasi tabung dilakukan menggunakan ovenatau autoclave.3.SterilisasiSterilisasi yang dimaksud dalam kegiatan iniadalah bahwa semua alat, bahan, kondisilaboratorium, eksplan, tempat inisiasi dan pekerjaharus dalam kondisi aseptis.4.MultiplikasiTahapan multiplikasi dilakukan untukmendapatkan jumlah planlet yang lebih banyak.5.PengakaranPengakaran adalah proses yang di lakukanpada pada tanaman yang bertujuan untukmembentuk akar pada tanaman yang dikulturkan.

666.Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 64-73AklimatisasiAklimatisasi adalah proses pemindahanplanlet dari botol kultur ke lapangan. Biasanyaplanlet terlebih dahulu di tanam di dalam polybagagar planlet beradaptasi dengan lingkungansebelum di pindahkan ke lapangan.Faktor-Faktor yang Mendukung KeberhasilanKultur JaringanKultur jaringan dalam pelaksaannya tidakterlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhitingkat keberhasilannya.Faktor-faktor tersebutberperan penting dalam mendukung pertumbuhandan perkembangan eksplan.Faktor-faktor yangmempengaruhi keberhasilan teknik kultur in vitro,antara lain: sumber bahan tanam yang digunakansebagai eksplan, genotip tanaman, lingkungantumbuh eksplan, unsur-unsur hara yang diperlukanbagi pertumbuhan eksplan, dan pelaksanaan kerja(Sofia, 2007).1. Genotip TanamanSalah satu faktor yang sangat mempengaruhipertumbuhan dan morfogenesis eksplan dalamkultur in-vitro adalah genotip tanaman asal eksplandiisolasi. Hasil-hasil penelitian menunjukkanbahwa respon masing-masing eksplan tanamansangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkanvarietas, tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruhgenotip ini umumnya berhubungan erat denganfaktor-faktorlainyangmempengaruhipertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi,zat pengatur tumbuh, lingkungan kultur, dll. Olehkarena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuhdan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkanoleh masing-masing varietas tanaman bervariasimeskipun teknik kultur jaringan yang digunakansama.Perbedaan respon genotip tanaman tersebutdapat diamati pada perbedaan eksplan masingmasing varietas untuk tumbuh dan mampuannya dalam merangsang pertumbuhantunas aksilar, baik jumlah tunas maupun kecepatanpertumbuhan tunas aksilarnya. Hal serupa jugaterjadi pada pembentukan kalus, laju pertumbuhankalus serta regenerasi kalus menjadi tanamanlengkap baik melalui pembentukan organ-organadventif maupun embrio somatik.Regenerasi danperkembangan organ adventif dan somatic embriojuga sangat ditentukan oleh varietas tanamaninduk.Perbedaan pengaruh genetik ini disebabkankarena perbedaan kontrol genetik dari masingmasing varietas serta jenis kelamin tanaman induk.2. Media KulturPerbedaan komposisi media, komposisi zatpengatur tumbuh dan jenis media yang digunakanakan sangat mempengaruhi pertumbuhan danregenerasi eksplan yang dikulturkan.a.Komposisi MediaPerbedaan komposisi media, seperti jenis dankomposisi garam-garam anorganik, responeksplansaatdikulturkan.Perbedaan komposisi media biasanyasangat mempengaruhi arah pertumbuhan danregenerasi eksplan.Meskipun demikian, mediayang telah diformulasikan tidak hanya berlakuuntuk satu jenis eksplan dan tanamansaja.Beberapa jenis formulasi media bahkandigunakan secara umum untuk berbagai jeniseksplan dan varietas tanaman, seperti media MS.Namun ada juga beberapa jenis media yangdiformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentumisalnya WPM, VW dll. Media-media tersebutdapat digunakan untuk berbagai tujuan sepertiperkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus,regenerasi kalus melalui organogenesis danembriogenesis. Media yang dibutuhkan untukperkecambahan biji, perangsangan tunas-tunasaksilar umumnya lebih sederhana dibandingkandengan media untuk regenerasi kalus baik melaluiorganogenesis maupun embryogenesis.b.Komposisi Hormon n yang ditambahkan dalam mediasangat mempengaruhi arah pertumbuhan danregenerasi eksplan yang dikulturkan.Hormonpertumbuhan yang digunakan untuk perbanyakansecara in-vitro adalah golongan auksin, sitokinin,giberelin, dan growth retardan. Auksin yangumum dipakai adalah IAA (Indole Acetic Acid),IBA (Indole Butyric Acid), NAA (NaphtalenaAcetic Acid dan 2,4-D (2,4-dichlorophenoxyAcetic Acid). Selain itu beberapa peneliti padabeberapa tanaman menggunakan juga CPA(Chlorophenoxy Acetic Acid).Sitokinin yangbanyak dipakai adalah Kinetin (Furfuryl AminoPurine), BAP/BA (Benzyl Amino Purine/BenzylAdenine), 2i-P (2-isopentenyl Adenin).Beberapasitokinin lainnya yang juga digunakan adalahZeatin, Thidiazuron dan PBA Hormon

Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Perbanyakan. (Arie Hapsani Hasan Basri)pertumbuhan golongan giberellin yang palingumum digunakan adalah GA3, selian itu adabeberapa peneliti yang menggunakan GA4 danGA7, sedangkan growth retardant yang seringdigunakan adalah Ancymidol, Paraclobutrazol danTIBA, AbA dan CCC.c.Keadaan Fisik MediaMedia yang umum digunakan dalam kulturjaringan adalah medium padat, medium semi padatdan medium cair. Keadaan fisik media akanmempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatanpertumbuhan dan diferensiasinya. Keadaan fisikmedia ini mempengaruhi pertumbuhan antara lainkarena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalammediasertaketersediaanoksigenbagipertumbuhan eksplan yang dikulturkan.Media yang umum digunakan dalammikropropagasi adalah semi-solid (semi padat)media dengan cara menambahkan agar. Mediasemi padat ini digunakan karena beberapa alasanantara lain 1) eksplan yang kecil mudah terlihatdalam media padat, 2) selama kultur eksplan tetapberada pada orientasi yang sama, 3) eksplan beradadi atas permukaan media sehingga tidak diperlukanteknik aerasi tambahan pada kultur, 4) orientasipertumbuhan tunas dan akar tetap, dan 5) kalustidak pecah seperti jika ditempatkan pada mediacair. Namun penambahan agar dalam beberapakasus dapat menghambat pertumbuhan karena 1)agar mungkin mengandung senyawa penghambatyang dapat menghambat morfogenesis beberapakultur atau memperlambat pertumbuhan kultur, 2)eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh mediayang menempel dengan eksplan sehingga dapatmempengaruhi pertumbuhan eksplan, 3) agar harusdicuci bersih dari akar sebelum diaklimatisasi, dan4) perlu waktu yang lebih banyak untuk mencucigelas kultur misalnya botol-botol harus diautoclaveuntuk melarutkan agar sebelum dicuci.3. Lingkungan Tumbuha.SuhuTanaman umumnya tumbuh pada lingkungandengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnyapada siang dan malam hari tanaman mengalamikondisi dengan perbedaan suhu yang cukup besar.Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro dengan mengatur suhu siang dan malam diruang kultur, namun laboratorium kultur jaringanselama ini mengatur suhu ruang kultur yangkonstant baik pada siang maupun malam hari.Umumnya temperatur yang digunakan dalam67kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah untuk mempercepatpertumbuhan dan morfogenesis eksplan.Pada sebagian besar laboratorium, suhu yangdigunakan adalah konstan, yaitu 25 C (kisaransuhu 17 - 32 C).Tanaman tropis umumnyadikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggidari tanaman empat musim, yaitu 27 C (kisaransuhu 24 - 32 C). Bila suhu siang dan malam diaturberbeda, maka perbedaannya umumnya adalah 4 8 C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25 Csiang dan 20 C malam, atau 28 C siang dan 24 Cmalam. Meskipun hampir semua tanaman dapattumbuh pada kisaran suhu tersebut, namunkebutuhan suhu untuk masing-masing jenistanaman umumnya berbeda-beda.Tanaman dapattumbuh dengan baik pada suhu optimumnya. Padasuhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhaneksplan lebih lambat, namun pada suhu diatasoptimum pertumbuhan tanaman juga terhambatabibat tingginya laju respirasi eksplan.b.Kelembaban RelatifKelembaban relatif dalam botol kultur denganmulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi,yaitu berkisar antara 80 - 99%. Jika mulut botolditutup agak longgar maka kelembaban relatifdalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%.Sedangkan kelembaban relatif di ruang kulturumumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembabanrelatif ruang kultur berada dibawah 70% makaakan mengakibatkan media dalam botol kultur(yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dankering sehingga eksplan dan plantlet yangdikulturkan akan cepat kehabisan media. Namunkelembaban udara dalam botol kultur yang terlalutinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormalyaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecilkecil namun terlampau sukulen. Kondisi city". Sub-kultur ke media lain ataumenempatkan planlet kecil ini dalam botol dengantutup yang agak longgar, tutup dengan filter, ataumenempatkan silica gel dalam botol kultur dapatmembantu mengatasi masalah ini.c.CahayaSeperti halnya pertumbuhan tanaman dalamkondisi in-vivo, kuantitas dan kualitas cahaya,yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjanggelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhaneksplan dalam kultur in-vitro. Pertumbuhan organatau jaringan tanaman dalam kultur in-vitro

68umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namunpertumbuhan kalus umumnya dihambat olehcahaya.Pada perbanyakan tanaman secara in-vitro,kultur umumnya diinkubasikan pada ruangpenyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunasumumnya dirangsang pertumbuhannya denganpenyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yangdiawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahayapada ruang kultur ini umumnya adalah lampuflourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampuTL menghasilkan cahaya warna putih, selain itusinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruangkultur secara drastis (hanya meningkat sedikit).Intensitas cahaya yang digunakan pada ruangkultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dariintensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalamkeadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruangkultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisarantara 600 - 1000 lux .Perkecambahan dan inisiasiakar umumnya dilakukan pada intensitas cahayalebih rendah.Selain intensitas cahaya, lama penyinaran atauphotoperiodisitasjugamempengaruhipertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lamapenyinaran umumnya diatur sesuai dengankebutuhan tanaman sesuai dengan kondisialamiahnya. Periode terang dan gelap umumnyadiatur pada kisaran 8 - 16 jam terang dan 16 - 8jam gelap tergantung varietas tanaman dan elap) ini diatur secara otomatismenggunakan timer yang ditempatkan padaskaklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik inipenyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhantanaman.4. Kondisi EksplanPertumbuhan dan morfogenesis dalam kulturjaringan sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringantanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selainfaktor genetis eksplan yang telah disebutkan diatas, kondisi eksplan yang mempengaruhikeberhasilan kultur adalah jenis eksplan, ukuran,umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakansebagai eksplan.Meskipun masing-masing sel tanamanmemiliki kemampuan totipotensi, namun masingmasing jaringan memiliki kemampuan yangberbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasidalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jeniseksplan yang digunakan untuk masing-masingAgrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: ujuanUmur eksplan sangat berpengaruh terhadapkemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh danberegenerasi.Umumnya eksplan yang berasal darijaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebihmudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkandengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut.Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yangaktif membelah dengan dinding sel yang belumkompleks sehingga lebih mudah dimodifikasidalam kultur dibandingkan jaringan tua. Olehkarena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukandengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncupkuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belumdewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanamandewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melaluipemangkasan atau pemupukan dapat membantuuntuk memperoleh eksplan muda agar kultur silan kultur. Eksplan dengan ukuran kecillebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkanruang serta media yang banyak, namunkemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecilsehingga dibutuhkan media yang lebih kompleksuntuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknyasemakin besar eksplan, maka semakin besarkemungkinannya untuk membawa penyakit danmakin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruangdan media kultur yang lebih banyak. Ukuraneskplan yang sesuai sangat tergantung dari jenistanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuanpengkulturannya.VIRUS TANAMANVirus adalah suatu nukleoprotein yang dapatmemperbanyak diri hanya dalam sel yang hidupdanmemilikikemampuanmenyebabkanpenyakit.Virus berukuran sangat kecil dengandiameter yang bervariasi dari 20–300nm danmembutuhkan bantuan mikroskop elektron untukmengamatinya (Agrios, 2005).Virus tersusun atasasam nukleat dan protein (kapsid).Protein tersebutberfungsi sebagai pelindung yang beradadisekelilingi asam nukleat (Yuwono, 2005).Virus memiliki perbedaan dibandingkandengan semua patogen tanaman, tidak hanya dalamukuran dan bentuk tetapi juga pada susunan

pertumbuhan tunas dan akar tetap, dan 5) kalus tidak pecah seperti jika ditempatkan pada media cair. Namun penambahan agar dalam beberapa kasus dapat menghambat pertumbuhan karena 1) agar mungkin mengandung senyawa penghambat yang dapat menghambat morfogenesis beberapa kultur atau memperlambat pertumbuhan kultur, 2)

Related Documents:

1. Menjelaskan tentang manfaaf kultur jaringan bagi kepentingan manusia, serta ilmu-ilmu yang mendasari kultur jaringan tumbuhan 2. Memberikan informasi tentang prinsip dasar kultur jaringan dan sejarah perkembangan kultur jaringan tumbuhan 3. Menjelaskan persyaratan laboratorium kultur jaringan dan metode sterilisasi alat dan bahan 4.

Ruangan-ruangan pada laboratorium kultur jaringan rnenghendaki beberapa ruangan standart, narnun dalarn kenyataannya selalu dilakukan rnodifikasih dan hal ini sudah dilakukan oleh penulis dalam rnendesain beberapa laboratorium kultur jaringan. Dibawah ini adalah beberapa ruangan yang hams ada dalarn sebuah laboratorium kultur jaringan: 1.

kultur jaringan stroberi, untuk mengidentifikasikan dan memberikan alternatif pemecahan di praktik kerja lapangan, dan untuk menjalin kerjasama antara perguruan tinggi dengan masyarakat. Kegiatan kultur jaringan dilakukan mulai dari kultur meristem, multiplikasi, dan aklimatisasi. Kultur meristem bertujuan

A. Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area). Seberapapun luasnya

SMA Tentang Bioteknologi Tanaman Melalui Metode Kultur Jaringan Anggrek, 7-8 September 2013, di Laboratorium Kultur Jaringan Jurdik Biologi FMIPA UNY 7 d. aklimatisasi (tahap 4) Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah, akan .

Teknik Kultur Jaringan.Nilam Aceh Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman PAU Bioteknologi IPB. Rusli dan Hobir. 1990. Peranan dan fungsi Fitohormon bagi pertumbuhan tanaman. Fakultas pertanian universitas Padjajaran, Bandung. Santoso, Imam. 1997. Budidaya Nilam secara kultur jaringan. Universitas Muhamadiyah Malang Press.

3. Laboratorium Kultur Jaringan Bioteknologi untuk kayu pertukangan dengan pendekatan kultur jaringan Bioteknologi untuk kayu pulp dengan pendekatan kultur jaringan (Acacia mangium & Eucalyptus pellita) Bioteknologi HHBK Non FEM (Gaharu & Cendana) 4. Laboratorium Kayu Pengujian kadar air dan berat jenis kayu Kaliandra sebagai kayu energi 4.

Security activities in scrum control points 23 Executive summary 23 Scrum control points 23 Security requirements and controls 24 Security activities within control points 25 References 29 Risk Management 30 Executive summary 30 Introduction 30 Existing frameworks for risk and security management in agile software development 34 Challenges and limitations of agile security 37 a suggested model .