VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN

3y ago
91 Views
5 Downloads
986.35 KB
11 Pages
Last View : 11d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Audrey Hope
Transcription

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATUINSTRUMEN PENELITIANZulkifli Matondang AbstrakInstrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagaialat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkandata dari suatu variabel. Suatu instrumen dikatakan baik bilavalid dan reliabel. Valididitas terdiri atas validitas isi,konstruk, empirik. Validitas internal skor butir dikotomi danskor butir politomi berturut-turut digunakan korelasi biserialdan korelasi poduct moment. Kriteria suatu butir valid atautidak valid didasarkan pada nilai r-tabel. Reliabilitaskonsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi dan skorbutir politomi berturut-turut digunakan KR-20 dan koefisienAlpha. Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakanintrepretasi relatif dalam artian bahwa tidak ada batasanmutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimalyang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebutreliabel. Namun, memberikan informasi tentang hubunganvarians skor teramati dengan skor sejati kelompok individu.Kata kunci: Validitas, Reliabilitas, Instrumen Penelitian.A. PENDAHULUANDalam penelitian pendidikan khususnya penelitian kuantitatifdikenal dengan nama variabel, misalnya variabel laten, variabelmanifes dan sebagainya. Variabel inilah yang pada umumnya ingindiketahui karakteristik yang dimilikinya, misalnya rata-rata, median,modus, standar deviasi dan lain-lain.Untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yangbiasa disebut instrumen. Djaali (2000: 9) menyatakan bahwa secaraumum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karenamemenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagaialat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan datamengenai suatu variabel. Selanjutnya dinyatakan bahwa padadasarnya instrumen dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tes danValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)87

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009non-tes. Yang termasuk kelompok tes, misalnya tes prestasi belajar,tes inteligensi, tes bakat; sedangkan yang termasuk non-tes misalnyapedoman wawancara, angket atau kuesioner, lembar observasi, daftarcocok (check list), skala sikap, skala penilaian, dan sebagainya. Dalamhal pengukuran, Weitzenhoffer (dalam Nur, 1987: 1) menyatakanbahwa pengukuran sebagai suatu operasi yang dilakukan terhadapalam fisik oleh pengamat. Misalnya, ingin mengukur hasil belajar,intelegensi, sikap, motivasi berprestasi, dan sebagainya. Sekarangmuncul suatu pertanyaan, yaitu apakah suatu alat ukur benar-benarmengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur serta sejauh manaalat ukur tersebut dapat diandalkan dan berguna, sebenarnyamenunjuk pada dua hal yang pokok, yaitu validitas dan reliabilitas.Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alatpengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alatpengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secaratepat. Dalam hal validitas dan reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh(1) instrumen, (2) subjek yang diukur, dan (3) petugas yangmelakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran, khususnya dalampendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil ukur yangbenar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat makaakan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulanyang diambil juga tidak benar.Steven (dalam Nur, 1987: 1) menyatakan bahwa pengukuranadalah pemberian angka atas objek atau kejadian sesuai denganaturan. Dengan menitikberatkan pada alat ukurnya, maka dalam halini yang akan dibahas instrumen tes.B. PEMBAHASAN1. Pengertian TesTes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuktugas-tugas yang distandardisasikan dan diberikan kepada individuatau kelompok untuk dikerjakan, dijawab, atau direspon, baik dalambentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Silvirius (1991: 5)menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis untukmengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorangdengan menggunakan skala numerik atau sistem kategori.Tes juga dapat diartikan sebagai alat pengukur yangmempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan untukValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)88

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah lakuindividu. Azwar (1987: 3) menyatakan bahwa tes adalah proseduryang sistematis, maksudnya (a) butir-butir dalam tes disusun menurutcara dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi tes dan pemberianangka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasi secaraterperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes itu harusmendapat butir-butir yang sama dalam kondisi yang sebanding.2. ValiditasAzwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal darikata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dankecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsiukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabilaalat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikanhasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukurantersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakanbesaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaansesungguhnya dari apa yang diukur.Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes padadasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atauderajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tesmempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apayang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tesmampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yangsesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitastes yang bersangkutan. Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwavaliditas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsepyang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilankeputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan ataupengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selaludikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu. Tesmasuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan dengan seberapa jauhtes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau hasil belajar paracalon peserta didik baru setelah belajar nanti.Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaituvaliditas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity),dan validitas empiris atau validitas kriteria. Validitas isi suatu tesmempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkatValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)89

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yangseharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan katalain tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yangbenar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasaisesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-garisBesar Program Pengajaran (GBPP).Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas ataubutir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secarakeseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai testersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkankeseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnyadikuasai secara proporsional.Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harusdilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwasoal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhankonten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional.Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak mempunyai besarantertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itusudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitasisi sebenarriya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakansuatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yangmempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukurapa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khususatau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstrukbiasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukurvariabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal sepertiinstrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol,gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yangsifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukurbakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan,emosional dan lain-lain.Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan prosespenelaahan teoretik dari suatu konsep dari variabel yang hendakdiukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi danindikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butirinstrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesisdari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melaluiproses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)90

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009Menyimak proses telaah teoretik seperti telah dikemukakan,maka proses validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan melaluipenelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompokpanel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi ataukonten dari variabel yang hendak diukur.Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berartibahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internalmaupun kriteria eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil ujicoba tes kepada responden yang setara dengan responden yang akandievaluasi atau diteliti. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itusendiri yang menjadi kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasilukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadikriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercayadapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal. Validitas yangditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internalsedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternaldisebut validitas eksternal.Validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok validitaskriteria yang merupakan validitas yang diukur dengan besaran yangmenggunakan tes sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagaikriteria untuk menentukan validitas butir dari tes itu. Dengandemikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir denganmenggunakan hasil ukur tes tersebut sebagai suatu kesatuan sebagaikriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas internaldiperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsistendengan hasil ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitasbutir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor butirdengan skor total tes. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skortotal tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid berdasarkanukuran validitas internal.Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor totalmencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tesdengan hasil ukur butir tes atau dapat dikatakan bahwa butir testersebut konvergen dengan butir-butir lain dalam mengukur suatukonsep atau konstruk yang hendak diukur.Djaali (2000: 77) menyatakan bahwa untuk menghitung validitasinternal untuk skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasibiserial (rbis) dengan rumus:Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)91

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009rbis i Xi XtStpiqiKeterangan:rbis i koefisien korelasi antara skor butir ke i dengan skor total.X i rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke i.XtStpiqi rata-rata skor total semua responden. standar deviasi skor total semua responden. proporsi jawaban yang benar untuk butir ke i. proporsi jawaban yang salah untuk butir ke i.Selanjutnya, dikatakan bahwa untuk menghitung koefisienvaliditas internal untuk skor butir politomi digunakan korelasi productmoment (r) dengan rumus:rit x x x xit2i2tdengan:rit koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total. x xi jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi.t jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt.Nilai koefisien korelasi baik skor butir dikotomi maupun skorbutir politomi untuk masing-masing butir dibandingkan dengan nilaikoefisien korelasi yang ada di tabel-r pada alpha tertentu misalnya 0,05. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skor total lebih besardari koefisien korelasi dari tabel-r, koefisien korelasi butir signifikandan butir tersebut valid secara empiris.Validitas eksternal dapat berupa hasil ukur tes baku atau tesyang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudahtersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atauvariabel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan olehsuatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika.Jika kita menggunakan basil ukur tes yang sudah baku sebagaikriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari tes yang kitakembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tesyang dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku yang dijadikankriteria. Makin tinggi koefisien korelasi yang didapat, maka validitasValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)92

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakanuntuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel.Jika koefisien korelasi antara skor hasil ukur tes yangdikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku lebih besar daripadar-tabel maka tes yang dikembangkan adalah valid berdasarkan kriteriaeksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan ujivaliditas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya tes sebagaisuatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir tes seperti padavaliditas internal.3. ReliabilitasReliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh manahasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapatdipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuranterhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuranyang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyekmemang belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan bahwareliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu,atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan pengulanganpengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen.Azwar (2003 : 176) menyatakan bahwa reliabilitas merupakansalah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik.Arifin (1991: 122) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jikaselalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yangsama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitanerat dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuransendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuranterjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompoksubyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam artireliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalampengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukurapabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda.Sudjana (2004: 16) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaianadalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yangdinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akanmemberikan hasil yang relatif sama.Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atasdua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitasValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)93

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009konsistensi gabungan butir. Reliabilitas konsistensi tanggapanresponden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyekukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten.Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untukmelakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukanpengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnyamasih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasilpengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan maka jelas hasilpengukuran itu tidak mencerminkan keadaan obyek ukur yangsesungguhnya.Untuk mengetahui apakah tanggapan terhadap tes atauinstrumen itu mantap, konsisten atau tidak plin-plan, dapat dilakukandengan cara memberikan tes yang sama secara berulang kali (dua kali)kepada obyek ukur atau responden yang sama. Pengetesan dua kalimerupakan syarat minimal untuk mengetahui apakah tanggapan obyekukur terhadap tes tersebut konsisten atau tidak.Dalam pelaksanaan pengetesan dua kali ini dapat ditempupuhberbagai cara yaitu kita melakukan pengetesan dua kali dengan tessama terhadap obyek ukur yang sama, atau dengan melakukanpengetesan sekali dengan menggunakan dua tes yang butir-butirnyasetara. Jika kita menggunakan pengetesan sekali maka kesamaan ataukesetaraan tes yang digunakan merupakan syarat mutlak yang harusdipenuhi, karena kemantapan atau konsistensi tanggapan terhadapbutir-butir yang akan diperiksa.Pada teknik belah dua ini pengukuran dilakukan dengan duakelompok butir yang setara pada saat yang sama. Karena setiapkelompok butir merupakan separuh dari seluruh tes, maka biasanyakelompok butir pertama diambil dari butir-butir tes yang bernomorganjil, sedangkan kelompok butir yang kedua diambil dari butir-butirtes yang bernomor genap. Perlu diketahui bahwa reliabilitas denganteknik ini sangat relatif, karena reliabilitas akan tergantung pada carapenomoran dan pengelompokan butir yang diambil. Di sinipengukuran dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuatsetara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalamwaktu yang bersamaan. Skor dari kedua kelompok butir tes tersebutdikorelasikan untuk mendapatkan reliabilitas tes.Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas konsistensigabungan butir berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes.Hal ini dapat diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap obyekValiditas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)94

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009ukur yang sama, butir yang satu menunjukkan hasil ukur yang samadengan butir yang lainnya? Dengan kata lain bahwa terhadap bagianobyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidakkontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melaluibutir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukurmelalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur)sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata laintidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri ataukeadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuranpada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butiryang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita janganmenyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadapobyek yang diukur.Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skorbutir dikotomi dapat dihitung dengan menggunakan rumusKuder-Richardson yang dikenal dengan nama KR-20 (Djaali, 2000:77) dengan rumus:KR-20 k piqi 1 2k 1 S t Keterangan:k cacah butir.piqi varians skor butir.pi proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i.qi proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i.St2 varians skor total responden.Koefisien reliabilitas gabungan butir untuk skor butir politomi,maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha(Djaali, 2000: 122) dengan rumus:rii 2k si 1 2k 1 s t Keterangan:rii koefisien reliabilitas.k cacah butir.si2 varians skor butir.st2 varians skor total responden.Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97)95

JURNAL TABULARASA PPS UNIMEDVol.6 No.1, Juni 2009Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakanintrepretasi relatif, artinya tidak ada batasan mutlak yangmenunjukkan berapa angka koefisien minimal yang harus dicapai a

JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009 Validitas dan (Zulkifli Matondang, 87:97) 87 VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU INSTRUMEN PENELITIAN

Related Documents:

Tabel 9 : Hasil Uji Validitas Instrumen Kompensasi Tahap II, 57 Tabel 10 : Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Karyawan Tahap I, 57 Tabel 11 : Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Karyawan Tahap II, 58 Tabel 12 : Hasil Pengujian Reliabelitas, 60 Tabel 13 : Data Responden Penelitian, 84

penelitian kuantitatif, dalam buku ini juga dijelaskan secara spesifi k tentang konsep dan teknik pengujian reliabilitas kuesioner dengan melihat nilai alpha Cronbach ( Cronbach’s Alpha ), suatu teknik pe

masalah termodinamika mahasiswa calon guru fisika. Kata kunci: Instrumen tes, pemecahan masalah, termodinamika, validitas dan reliabilitas . Jurnal Inovasi dan Pendidikan Fisika, Volume 6, No. 2, November 2019 123 PENDAHULUAN Pemecahan masalah merupakan salah satu ke

konstruk dengan menggunakan analisis faktor pada instrumen penilaian kinerja dosen yang dikembangkan. Instrumen ini dilakukan dua kali ujicoba pada 770 mahasiswa FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pada ujicoba pertama validitas konstruk diuji dengan analisis faktor eksploratori,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Uji coba instrumen dilakukan sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpulan data. Sebelum diujikan instrumen terlebih dahulu divalidasi oleh pakar dan selanjutnya uji coba instrumen penelitian dilakukan pada siswa dengan kelas yang sama di luar populasi.

variabel X dan 30 soal variabel Y), dengan responden uji coba peserta didik kelas X yang berjumlah 70 peserta didik. a. Analisis Data Uji Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir-butir soal angket. Butir soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Sedangkan butir soal

melalui uji statistik Rank Spearman karena seluruh data mengenai variabel penelitian kali ini berskala ordinal. Sementara itu untuk menguji signifikannya . 59 dilakukan dengan uji (t) sehingga tes ini dapat diketahui apakah hubungan yang diperoleh akan signifikan atau tidak. A. Pengujian Kriteria Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .

LB Waltham Forest Strategic Asset Management Plan 8 ASSESS Current practices Current state of assets Service strategies 'Assess' – establishing the status quo The aim of this phase is to review and understand the current state of the portfolio and to establish a robust base position, agreed with our service departments. During this phase, interviews were conducted with all service leads in .