SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN

3y ago
80 Views
6 Downloads
257.97 KB
18 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Casen Newsome
Transcription

SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN DI INDONESIAYohanes G. BuluBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTByahanesgeli@ymail.comAbstrakPenyuluh Pertanian terutama Penyuluh Pertanian Lapangan merupakan ujung tombakkeberhasilan pembangunan pertanian di daerah. Organisasi dan kelembagaan penyuluhanyang selalu berubah-ubah menyebabkan tugas pokok dan fungsi penyuluhan tidak lagiberjalan dengan baik. Penyuluhan sebagai suatu sistem penyampaian inovasi dari sumberteknologi kepada pengguna (petani) tidak lagi berfungsi dengan baik. Penggunaan berbagaipendekatan dan metode dalam penyampaian informasi inovasi teknologi yang dibutuhkanpengguna berubah karena banyak tugas non teknis yang dibebankan kepada penyuluh.Petani selaku pengguna inovasi teknologi lebih dominan memperoleh informasi teknologipertanian dari sumber-sumber lain yang tersedia.PendahuluanSektor pertanian di Indonesia masih merupakan sektor penting karena potensisumberdaya alam yang tersedia cukup besar dan sebagian besar penduduknya bekerja disektor ini. Berdasarkan kristalisasi dari visi pembangunan pertanian, visi pemerintah pusatdan daerah serta kondisi masyarakat pertanian, maka visi pembangunan pertanian di setiapdaerah yaitu ”menjadi akselerator pembangunan sektor pertanian untuk mewujudkanpertanian tangguh yang berorientasi pada sistem dan usaha agribisnis melalui isien,mandiri,berdayasaingdanberkelanjutan menuju masyarakat sejahtera”.Penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pemberdayaan petani merupakan suatusistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan membantu petani dalammeningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yanglebih positif dan membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhanpertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayananpenyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi teknologi, informasiinput dan harga input-output serta informasi pasar (Badan SDM Pertanian, 2003).Berlakunya otonomi daerah/desentralisasi, maka penyelenggaraan penyuluhanpertanian yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan, ketenagaan,program, manajemen dan pembiayaan menjadi wewenang wajib dan tanggungjawabpemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat baik secara langsung maupunmelalui pemerintah propinsi mempunyai wewenang untuk memfasilitasi pemerintah1

kabupaten/kota sehingga dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian secara produktif,efektif dan efesien sesuai kebutuhan lokalita (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2003).Disadari bahwa sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, hampir semuapemerintah daerah kabupaten/kota kurang memberi prioritas dan dukungan pada aspekpenyuluhan pertanian, akibatnya penyelenggaraan penyuluhan tidak terprogram danterlaksana dengan baik (mengalami stagnasi), sistem penyuluhan kurang terpadu dantenaga penyuluh lapangan kurang berfungsi dan petani kehilangan partner kerja dalamproses alih teknologi.Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah menimbulkan berbagai permasalahantentang penyelenggaraan penyuluhan dan kelembagaan penyuluhan di propinsi dankabupaten/kota. Persepsi pemerintah kabupaten/kota tentang posisi dan peran strategiskelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten/kota dan di kecamatan menjadi beragamsehingga menimbulkan berbagai permasalahan teknis dan non teknis.Keberhasilan diseminasi teknologi pertanian hasil penelitian dan pengkajian, sangattergantung pada aktifitas tenaga penyuluh lapangan dan berfungsinya lembaga penyuluhandisemua tingkatan, karena secara konsepsional penyuluh lapangan merupakan perantaradalam proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada petani pengguna.Jawaban atas fenomena tersebut adalah kemauan politis pemerintah daerahkabupaten/kota untuk menciptakan kebijakan dalam upaya merekontruksi dan merevitalisasiserta memberdayakan kembali penyelenggaraan penyuluh pertanian lapangan dan lembagapenyuluhan penyuluhanditingkatkabupaten/kota belum berjalan dengan baik dan belum memperlihatkan hubungankerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan instansi terkait lainnya seperti institusipenelitian yang merupakan sumber teknologi (litbang pertanian, perguruan tinggi, LSM danswasta) menyangkut aspek koordinasi, sinkronisasi program dan integrasi pelaksanaanprogram penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Sementara perkembangan wawasan,pengetahuan dan keterampilan petani semakin meningkat sesuai dengan perkembanganteknologi informasi.Perkembangan kondisi petani saat ini ditandai dengan semakin meningkatnyawawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap kritis mereka. Peningkatan wawasan,pengetahuan dan keterampilan lebih banyak menyangkut aspek pengelolaan usahatani,sedangkan sikap kritis mereka lebih banyak ditujukan pada kebijaksanaan pemerintahantara lain menyangkut subsidi, pengadaan dan distribusi sarana produksi, pasar dan hargaserta kebijakan impor komoditi pertanian (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2003).Basuki (2001) mengkaji tentang hubungan keeratan antara sumber teknologi, peranpenyuluh dan kegiatan petani menunjukkan bahwa terjadi hubungan positip antara peran2

penyuluh dengan kegiatan petani, dan antara sumber teknologi dan petani, sedangkanhubungan kurang erat terjadi antara sumber teknologi dan peran penyuluh.Puspadi (2002) menyatakan bahwa sumber teknologi utama petani bukan lagiPenyuluh Pertanian Lapangan dan sumber teknologi utama Penyuluh Pertanian bukan lagiinstitusi penelitian. Hal ini merupakanindikasi yang kuat bahwa hasil-hasil penelitianinstitusi-institusi penelitian relatif sangat kecil dimanfaatkan oleh Penyuluh Pertaniansebagai materi penyuluhan, dan sebagian besar Penyuluh Pertanian mengatakan hasil-hasilpenelitian hanya dimanfaatkan untuk memperluas wawasan berpikir. Kondisi sepertitersebut di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah media diseminasi teknologiyang diterima relatif sedikit, kesesuaian masalah lapangan dengan waktu penerimaan mediadiseminasi, mutu teknologi yang disampaikan kepada Penyuluh Pertanian (Puspadi 2002).Perubahan kondisi petani yang semakin maju menuntut lembaga onalisme penyuluh lapangan untuk dapat merespon semua perubahan yang terjadisecara cepat dan proporsional.Kelembagaan dan Sistem Penyuluhan PertanianSejak berkaunya otonomi daerah dengan wewenang penuh pada pemerintahkabupaten/kota melakukan perubahan kelembagaan penyuluhan yang disatukan denganDinas Pertanian, mengakibatkan penyelenggaraan penyuluhan pertanian mengalamistagnasi.Sistem penyuluhan terdiri dari metode-metode, pendekatan-pendekatan dankelembagaan atau organisasi. Secara makro sistem penyuluhan terdiri dari y system) dansistempenerimaan/penerapan (receiving/adopsion system (Badan Litbang Pertanian, alamsistempenyuluhan.; tanpa kelembagaan penyuluhan maka penyelenggaraan enyuluhanadalahmenyelenggarakan program penyuluhan dengan melakukan penyebarluasanteknologi dari sumber teknologi kepada pengguna (petani) atau klien di dalam sistemsosial.Olehkarena itulembagapenyuluhanmulai dari pusat,propinsi,kabupaten/kota, kecamatan dan tingkat desa harus menjalin hubungan koordinasi,integrasi dan sinkronisasi program, baik secara fungsional maupun secaraoperasional dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.3

Hubungan antara kelembagaan penyuluhan pertanian pusat, propinsi dankabupaten/kota dalam penyelenggaraan sistem penyuluhan pertanian adalahhubungan fungsional. Hubungan antara kelembagaan penyuluhan ecamatan(BPP)adalahhubungan operasional. Demikian halnya hubungan antara komisi penyuluhanpertanian nasional, propinsi dan kabupaten/kota adalah hubungan fungsional.Menurut Alma S. Tan di dalam Valera, et al. (1987), bahwa konsep ataupemikiran mengenai fungsi penyampaian penyluhan (Extension Dilevery System)dapat dilihat dari dinamika, proses dalam kerangka sistem (system framework).Lebih lanjut menjelaskan bahwa di dalam system penyuluhan terdapat tigakomponen pokok/utama yaitu: sistem penelitian, sistem perubahan dan sistem klien.SITEM PERUBAHAN:DISEMINASI INFORMASITEKNOLOGI DAN PELAYANANIGFOINIASRMILMUWAN DANPENELITI, LEMBAGA PENELITIANPEMERINTAH DAN SWASTA,PERGURUAN TINGGIMEDIA MASSA DAN MASYARAKATANSISTEM PENELITIAN:RLUSASIVAOINLOONKTEBETTERQUALITY OFLIFE FORRURAL POORSISTEM KLIEN:SUMBERDAYA, KELOMPOK,SUKU, AGAMA, SISTEM SOSIAL,PEMBELAJARAN, UMUR,JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN,PENINGKATAN PRODUKSIGambar 1. Komponen utama dalam sistem penyuluhan (Alma S. Tan, 1997)Sistem penelitian : adalah suatu kegiatan penelitian untuk menghasilkan ilmu danteknologi yang dapat dimanfatkan oleh pengguna.(petani). Teknologi-teknologi yangdihasilkan melalui penelitian tersebut berupa teknologi tepat guna sesuai dengan kondisimasyarakat lokal.(pengetahuan, ekonomi, pendidikan, kebiasaan, tujuan dan nilai-nilaibudaya). Sistem perubahan: adalah suatu sitem di mana kegiatan-kegiatan lebih diarahkanpada suatu perubahan pada sistem sosial terutama dalam transfer teknologi. Faktor darisistem ini adalah doktrin, kerja keras, kelembagaan, pengorganisasian program, strukturorganisasi, pendekatan atau metode; materi, agen peruba, dan program pemberdayaan.4

Pendekatan penyuluhan yang diorganisasikan merupakan perpaduan dan kombinasitrategis yang dari metode-metode di dalam penyuluhan pedesaan di suatu wilayah tertentu.Antara pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya tidak berdiri sendiri (Vicentre A.Martinez dan Ramiro F. Plopino; dalam Valera, et al, 1987).Sistem klien: adalah kelompok, komunitas dan masyarakat desa yang merupakanKlien dari sistem penyampaian penyuluhan. Di dalam konteks penyuluhan, klien merupakansasaran utama dalam pembangunan pertanian. Klien merupakan penerima informasi inovasiteknologi sesuai kebutuhannya yang diperoleh dengan memanfaatkan saluran komunikasiyang ada.Esensi dari sistem penyampaian penyuluhan yaitu mekanisme transfer teknologi.Sistem penyebaran dari inovasi teknologi akan sukses jika ada koodinasi dan kerjasamadari semua komponen sistem.Sistem penyuluhan pertanian di Indonesia didefinisikan sebagai sistem pendidikannon formal untuk petani (termasuk nelayan) dan keluarganya, bertujuan mencapaikemampuandan pengetahuan lebih baik, mengembangkan sikap positip terhadapperubahan dan menambah kepercayaan diri di dalam usahataninya dan kehidupannya. Idedasarnya adalah untuk membantupetani untuk berdiri sendiri, sehingga mereka dapatmemecahkan masalahnya dengan mengadopsi/menerapkan teknologi yang lebih baik didalam usahataninya yang aktivitas utamanya (Martaamidjaya. A.Soedradjat, 1994).Sistem pendidikan penyuluhan pertanian di Indonesia sangat menaruh perhatiantidak hanya dalam transfer teknologi, tetapi yang utama adalah pendidikan para petani untukpengembangan berorientasi diri.Dengan demikian tugas pokok penyuluhan pertanianadalah memberikan fasilitas belajar dan aksi proses pada bagian diri petani denganmenyediakan informasi teknologi yang dibutuhkan, keperluan teknikbagiamanamengetahui, akses mengembangkan fasilitas dan dukungan nyata untuk bertani danberusaha. Dengan demukian penyuluhan pertanian di Indonesia adalah (1). mempunyaiarti promosi pengembangan perilaku; (2) merupakan jembatan antara riset/penelitian danaplikasinya di dalam kelompok masyarakat pertanian; (3)pertanian; (4)merupakan diffusi inovasiusaha kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah; (5) mitra antarapemerintah dan masyarakat pertanian, lebih istimewa antara penyuluah pertanian dan parapetani.Menurut Axinn (1985), sistem penyuluhan pertanian terdiri atas dua kategori pokokyaitu sistem penyampaian (delivery system) dan sistem perolehan (acquisition system).Sistem penyemapaian (delivery system) adalah penyampaian informasi teknologi kepadapetani berdasarkan kebutuhan dan tujuan organisasi. Sedangkan sistem perolehan(acquisition system) di dalam penyuluhan pertanian sangat berbeda. Gagasan yang utama5

adalah bahwa kelompok petani, dapat mengorganisir dengan cara apapun, sehinggamereka dapat menjangkau ke luar desanya untuk memperoleh informasi yang diperlukan.Organisasi ini pada umumnya lebih kecil, seperti asosiasi petani, kelompok kecil petani, ataukelompok-kelompok kerjasama di desa. Agar sistem penyuluhan berhasil, harusdikendalikan oleh kelompok target, dengan mempengaruhi agenda penelitian pertanian dankebijakan pemerintah andanmencobamengembangkan pendekatan penyuluhan partisipatif melalui kegiatan proyek seperti proyekpelatihan PHT, pengembangan sistem usahatani lahan kering Kalimantan (KUF), proyekdesentralisasi peternakan indonesia bagian Timur (DELIVERI), proyek peningkatanpendapatan petani kecil (P4K), proyek pendekatan partisipatif untuk peningkatanpenyelenggaraan penyuluhan pertanian dan kehutanan (DAFEP) dan yang mulai tahun2007 dengan nama proyek FEAT. Namun secara operasional sistem kerja penyuluhanpertanian masih menggunakan sistem kerja latihan dan kunjungan (LAKU) sehingga kurangmaksimal dalam proses alih teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia. Badanpengembangan sumberdaya manusia pertanian (2003), menilai sistem ini merupakan sistemkerja yang berdasarkan manajemen waktu yang ketat dan mengalihkan teknologi dimanapetani hanya dianggap sebagai pengguna teknologi yang dihasilkan lembaga-lembagapenelitian. Dinas-Dinas pertanian di propinsi mempraktekkan kerja LAKU dan menggunakanpendekatan penyuluhan partisipatif tetapi tidak didukung penyediaan dana yang cukup untukmemaksimalkan pelaksanaan kegiatan di lapangan.Menurut FAO (2001), bahwa sistem latihan dan kunjungan (LAKU) sebenarnyabukanlah sistem penyuluhan pertanian tetapi merupakan sistem kerja penyuluh pertanian.Sistem penyuluhan pertanian yang disepakati bersama belum ada. Menyebabkan tidakjelasnya hubungan antara kelembagaan penyuluhan pertanian pusat – propinsi –kabupaten/kota, sehingga struktur dan mekanisme pembinaan dan tata hubungan kerjajuga menjadi tidak jelas (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2003).Sistem Klien (Client System)Masyarakat desa klien dari sistem penyampaian penyuluhan . Di konteks ini, usahapenyuluhan ditingkatkan oleh suatu penilaian saksama dan akurat menyangkut sumber dayadan kebutuhan, manusia dan material, tentang sistem sosial pedesaan yang dilayani; sepertihalnya suatu prinsip pekerjaan pengetahuantentang orang dewasa dan belajarberkomunikasi efektif. Suatu sistem penyampaian penyuluhan adalah sangat utama dalamsuatu mekanisme alih teknologi. Kesuksesan difusi yang sistematis seperti inovasi teknologimemerlukan koordinasi antar semua komponen dalam sistem itu6

Klien adalah kelompok sasaran pembangunan atau pembinaan yang berada dalamsuatu sistem sosial yang heterogen. Sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu peransosial yang berinteraksi; atau kelompok sosial yang memiliki nilai, norma dan tujuan yangsama (Garna, 1996). Menurut Campbell dan Barker (1997) dalam FAO (1997), para klienadalah suatu kelompok orang yang heterogen yang dapat dibedakan dari pengusaansumberdaya (lahan, ternak, sumber-sumber ekonomi), status sosial, bahasa, jenis kelamin,umur, agama dan kesukuan. Roger dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), menguraikanbahwa klien merupakan kelompok orang atau masyarakat yang berbeda dalam bahasa,status sosial ekonomi, kemampuan teknis, nilai-nilai, norma-norma dan sikap-sikapnya.Pelayanan dalam sistem penyuluhan pertanian harus dapat menggunakan semuapilihan metode atau pendekatan untuk mencapai sejumlah besar klien; melayani kebutuhanmereka dalam kaitannya dengan bantuan dan informasi inovasi teknologi yang berkualitasternasuk informasi ketersediaan input, pasar, harga input dan output. Untuk menyediakaninformasi yang spesifik yang dibutuhkan klien terutama yang berkaitan dengan teknologi dantarget yang ingin dicapai dapat dipekerjakan kelompok-kelompok spesialis. Pada prinsipnyapara klienmencakup semua orang yang terlibat dalam usahatani. Permasalahan yangdihadapi bahwa untuk memberikan pelayanan komersial dan organisasi pendukung ditingkat desa akan mengalami kekurangan tenaga penyuluh yang bisa diharapkan untukmenyediakan informasi dan pelayanan jasa konsultasi secara produktif. Untuk mengatasi haltersebut maka pelayanan dengan sistem klien diperlukan pendidikan dan latihan kepadapetani-petani berhasil agar kemudian dapat membantu melakukan pelayanan jasapenyuluhan pertanian kepada kliennya. Nagel (1997) dalam FAO (1997), mengatakankementerian basis penyuluhan tidak dapat mencapai mayoritas dari potensial klien untukekonomi, sosio-psikologi dan alasan-alasan teknis. Secara kuantitatif peningkatan stafpenyuluh lapangan menunjukkan bahwa penyuluh yang semakin dekat dengan petani belummemproduksi client-to-agent sebagai perbandingan untuk pengendalian. Selain ituketerbatasan biaya, sarana dan prasarana penyuluhan serta infrastruktur pedesaan yangkurang memadai merupakan beberapa kendalah yangdihadapi penyuluh dalampelaksanaan program penyuluhan pertanian.Pengembangan pertanian masa kini terutama yang berkaitan dengan penyuluhankepada para klien tidak lagi membedakan berdasarkan kategori kelompok petani tertentuyang menjadi sasaran, akan tetapi harus menjangkau semua lapisan petani; mulai daripetani kecil, buruh tani/petani yang tidak memiliki lahan, wanita tani dan kaum muda tani(Campbell dan Baker dalam FAO, 1997). Menurut Swanson, Roling dan Jiggins (1984) didalam FAO (1997), menjelaskan bahwa ada empat faktor utama yang perlu diperhatikandalam mencari atau pemberian suatu kerangka penyuluhan untuk pengembangan teknologiyang sesuai dengan kebutuhan kelompok target dan para klien. Faktor-faktor tersebut7

adalah zona-agroekologi, akses terhadap sumber daya, jenis kelamin (jender), umur petanidan kelompok kesukuan.Zona-agroekologi merupakan faktor penting yang perlu diidentifikasi seperti bio-fisik,jenis lahan, kesuburan tanah, pola curah hujan, kemiringan dan ketinggian tempat akanmempengaruhi pengembangan teknologispesifik lokasi (location-specific). Faktor-faktorbio-fisik tersebut dapat mempengaruhi adopsi teknologi. Oleh karena itu dalam penyuluhansistem klien indikator-indikator tersebut yang perlu diperhatikan dalam penyampain informasiinovasi teknologi.Faktor akses terhadap sumberdaya adalah menjelaskan faktor-faktor sosial ekonomiyang membedakan akses petani yang satu dengan petani lainnya terhadap faktor-faktorproduksi seperi status penguasaan lahan (luas, pemilik, penyakap, penyewa, gadai), modal(sumber modal, pinjaman, kredit, cara memperoleh krdit, cara penumbuhan modal), tenagakerja (tenaga kerja keluarga, luar keluarga/upahan, ketersediaan biaya, komunal), input(ketersediaan benih, pupuk dan obat-obatan), pasar (tempat, harga, gudang, transportasi,jarak), kemampuan penggunaan teknologi dan informasi (ketersediaan jasa penyuluhan,kesesuaian teknologi) (Swanson, et al, 1984, dalam FAO, 1997). Faktor-faktor asitertentusehinggaperludipertimbangkan dalam pengembangan teknologi yang sesuai untuk penyuluhan kepadapara klien.SUMBERTEKNOLOGIPENYULUHANSISTEM AKTORYANG DIPERHATIKANDALAM PENYULUHANPARA KLIENAKSES PADASUMBER DAYAZONAAGROEKOLOGIGENDERUMURSOSIO-BUDAYAADOPSI TEKNOLOGIGambar 2. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penyuluhan sistem klien terutama berkaitan denganpengembangan teknologi (Cambell dan Barker, 1997)8

Peran wanita tani dalam produksi pertanian kini menjadi isu pokok karena selama inijarang dilibatkan pada kegiatan-kegiatan penyuluhan. Dalam kaitan dengan pengembanganteknologi peran wanita tani dalam akses terhadap sumberdaya dan teknologi lebih efektifsehingga dalam program penyuluhan terhadap

daerah yaitu ”menjadi akselerator pembangunan sektor pertanian untuk mewujudkan pertanian tangguh yang berorientasi pada sistem dan usaha agribisnis melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian secara efisien, mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan menuju masyarakat sejahtera”. Penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem .

Related Documents:

masyarakat tani melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan industri jasa yang menawarkan pelayanan pendidikan (non formal) dan informasi pertanian kepada masyarakat tani dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Dengan adanya penyuluhan, masyarakat tani diharapkan dapat

sistem organ, kelainan dan penyakit. Sistem – sistem pada manusia dan hewan 1. Sistem pencernaan 2. Sistem ekskresi 3. Sistem pernapasan 4. Sistem peredaran darah 5. Sistem saraf dan indera 6. Sistem gerak 7. Sistem imun 8. Sistem reproduksi 9. Keterkaitan antar sistem organ dan homeostasis 10. Kelain

e. Prinsip keswadayaan Memberikan landasan bahwa penyuluhan pertanian diselenggarakan atas dasar kemampuan menggali potensi diri baik dalam bentuk tenaga, dana, maupun material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan f. Prinsip akuntabilitas Memberikan landasan bahwa penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat dipertanggung

Pembangunan Pertanian. Tranformasi ini merupakan tindaklanjut dari Undang-Undang Pendidikan Tinggi Pertanian No. 12 Tahun 2012 mengenai Pendidikan Vokasi Pertanian. Tahun 2018, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) telah beralih mejadi P

Litbang Pertanian. Keputusan Menteri Pertanian tersebut mengamanatkan untuk mengoptimalkan peran KP sebagai Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP), yaitu sebagai lokasi penelitian, pengkajian, pengembangan, dan diseminasi inovasi pertanian pada unit pelaksana teknis lingkup Badan Litbang Pertanian.

dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika berkelanjutan. b. Misi 1. Merakit, menguji dan mengembangkaninovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri. 2. Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific recognition dan impact recognition. I.4. Strategi 1.

1. Sistem Pengendalian Intern yang selanjutnya disingkat SPI adalah . 1. Percepatan diseminasi inovasi pertanian mendukung program strategis kementerian pertanian dan program pembangunan daerah 2. Percepatan penyampaian perkembangan inovasi pertanian. .

The publication of the ISO 14001 standard for environmental managements systems (EMS) in 1996 and then revised in 2004 has proved to be very successful, as it is now implemented in more than 159 countries and has provided organizations with a powerful management tool to improve their environmental performance. More than 223 149 organizations have been certified worldwide against ISO 14001 at .