DIKTAT MANAJEMEN BENCANA - Universitas Udayana

2y ago
44 Views
2 Downloads
1.05 MB
135 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lee Brooke
Transcription

DIKTATMANAJEMEN BENCANASANG GEDE PURNAMA, SKM, MSCPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS UDAYANA20171

DAFTAR ISIBAB 1. Manajemen bencana 4BAB 2. Manajemen bencana banjir 11BAB 3. Manajemen bencana gempa bumi . .28BAB 4. Manajemen bencana gunung berapi .65BAB 5. Manajemen Bencana Tsunami . . 90BAB 6. Manajemen bencana KLB 1162

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya tulisini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atasbantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupunpikirannya.Dan harapan saya semoga buku ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagipara pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulisagar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyakkekurangan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yangmembangun dari pembaca demi kesempurnaan buku ini.Hormat sayaPenulis3

BAB 1.MANAJEMEN BENCANAPendahuluanUU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwayang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkantimbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampakpsikologis”.Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu: Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard). Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi darimasyarakat. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untukmengatasi dengan sumber daya mereka.Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yangmengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadihazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiriperistiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadiperistiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Suatu bencana dapat dirumuskansebagai berikut:Bencana Bahaya x KerentananDimana: Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasadan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugianmaterial dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakatsetempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar. Disaster terdiri dari 2(dua)komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;4

Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak ataumengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian,kerusakan lingkungan. Misal : tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api,kebakaran dll; Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangikemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancamanbencana; Risiko ( Kerentanan ) adalah kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan olehhazard dan/atau vulnerability.Model Manajemen BencanaBencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada komunitas yangrentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi berbagai implikasi dari kejadianluar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkanmasyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupunmengatasi kerentanan. Terdapat lima model manajemen bencana yaitu: Disaster management continuum model. Model ini mungkin merupakan model yangpaling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga lebih mudahdiimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini meliputiemergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan earlywarning. Pre-during-post disaster model. Model manajemen bencana ini membagi tahap kegiatandi sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana,selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengandisaster management continuum model. Contract-expand model. Model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada padamanajemen bencana (emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation,preparedness, dan early warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang rawanbencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat bencanatahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief) sementara tahap yang lainseperti rehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan.5

The crunch and release model. Manajemen bencana ini menekankan upaya mengurangikerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka bencana akanjuga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi. Disaster risk reduction framework. Model ini menekankan upaya manajemen bencanapada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard danmengembangkan kapasitas untuk mengurangi risiko tersebut.Terkait dengan manajemen penanggulangan bencana, maka UU No. 24 tahun 2007menyatakan “Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputipenetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahanbencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”. Rumusan penanggulangan bencana dari UU tersebutmengandung dua pengertian dasar yaitu: Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang didasaririsiko bencana dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, danrehabilitasi.Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 tahun 2007 secara skematisdapat digambarkan sebagai berikut:6

Tanggap Darurat Bencana : Serangkaian tindakan yang diambil secara cepat menyusulterjadinya suatu peristiwa bencana, termasuk penilaian kerusakan, kebutuhan (damage and needsassessment), penyaluran bantuan darurat, upaya pertolongan, dan pembersihan lokasi bencanaTujuan :§ Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia;§ Mengurangi penderitaan korban bencana;§ Meminimalkan kerugian material Rehabilitasi : Serangkaian kegiatan yang dapat membantu korban bencana untuk kembali padakehidupan normal yang kemudian diintegrasikan kembali pada fungsi-fungsi yang ada di dalammasyarakat. Termasuk didalamnya adalah penanganan korban bencana yang mengalami traumapsikologis. Misalnya : renovasi atau perbaikan sarana-sarana umum, perumahan dan tempatpenampungan sampai dengan penyediaan lapangan kegiatan untuk memulai hidup baru Rekonstruksi : Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan situasi seperti sebelumterjadinya bencana, termasuk pembangunan infrastruktur, menghidupkan akses sumber-sumberekonomi, perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat; Berorientasi pada pembangunan –tujuan : mengurangi dampak bencana, dan di lain sisi memberikan manfaat secara ekonomispada masyarakat7

Prevensi : Serangkaian kegiatan yang direkayasa untuk menyediakan sarana yang dapatmemberikan perlindungan permanen terhadap dampak peristiwa alam, yaitu rekayasa teknologidalam pembangunan fisik;–Upaya memberlakukan ketentuan-ketentuan -Regulasi- yang memberikan jaminanperlindungan terhadap lingkungan hidup, pembebasan lokasi rawan bencana dari pemukimanpenduduk; Pembangunan saluran pembuangan lahar;–Pembangunan kanal pengendali banjir;–Relokasi penduduk Kesiapsiagaan Bencana : Upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat (individu,kelompok, organisasi) dapat mengatasi bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur danmekanisme tanggap darurat yang sistematis. Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dankerusakan sarana-sarana pelayanan umum. Kesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya mengurangitingkat resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan), pengelolaan sumber-sumberdaya masyarakat, pelatihan warga di lokasi rawan bencana Mitigasi : Serangkaian tindakan yang dilakukan sejak dari awal untuk menghadapi suatuperistiwa alam – dengan mengurangi atau meminimalkan dampak peristiwa alam tersebut terhadapkelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya (struktural);Upaya penyadaran masyarakat terhadap potensi dan kerawanan (hazard) lingkungan dimanamereka berada, sehingga mereka dapat mengelola upaya kesiapsiagaan terhadap bencana; Pembangunan dam penahan banjir atau ombak; Penanaman pohon bakau; Penghijauan hutan; Sistem Peringatan Dini : Informasi-informasi yang diberikan kepada masyarakat tentangkapan suatu bahaya peristiwa alam dapat diidentifikasi dan penilaian tentang kemungkinandampaknya pada suatu wilayah tertentu.Kebijakan Manajemen Bencana8

Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan manajemen bencana mengalami beberapa perubahankecenderungan seperti dapat dilihat dalam tabel. Beberapa kecenderungan yang perludiperhatikan adalah: Konteks politik yang semakin mendorong kebijakan manajemen bencana menjaditanggung jawab legal. Penekanan yang semakin besar pada peningkatan ketahanan masyarakat ataupengurangan kerentanan. Solusi manajemen bencana ditekankan pada pengorganisasian masyarakat dan prosespembangunan.Dalam penetapan sebuah kebijakan manajemen bencana, proses yang pada umumnya terjaditerdiri dari beberapa tahap, yaitu penetapan agenda, pengambilan keputusan, formulasikebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Di dalam kasus Indonesia,Pemerintah Pusat saat ini berada pada tahap formulasi kebijakan (proses penyusunan beberapaPeraturan Pemerintah sedang berlangsung) dan implementasi kebijakan (BNPB telah dibentukdan sedang mendorong proses pembentukan BPBD di daerah). Sementara Pemerintah Daerahsedang berada pada tahap penetapan agenda dan pengambilan keputusan. Beberapa daerah yangmengalami bencana besar sudah melangkah lebih jauh pada tahap formulasi kebijakan danimplementasi kebijakan.Kebijakan manajemen bencana yang ideal selain harus dikembangkan melalui proses yang benar,juga perlu secara jelas menetapkan hal-hal sebagai berikut: Pembagian tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Alokasi sumberdaya yang tepat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta antaraberbagai fungsi yang terkait. Perubahan peraturan dan kelembagaan yang jelas dan tegas. Mekanisme kerja dan pengaturan antara berbagai portofolio lembaga yang terkait denganbencana.Sistem kelembagaan penanggulangan bencana yang dikembangkan di Indonesia danmenjadi salah satu fokus studi bersifat kontekstual. Di daerah terdapat beberapa lembaga danmekanisme yang sebelumnya sudah ada dan berjalan. Kebijakan kelembagaan yang didesain dari9

Pemerintah Pusat akan berinteraksi dengan lembaga dan mekanisme yang ada serta secara khususdengan orang-orang yang selama ini terlibat di dalam kegiatan penanggulangan bencana.Daftar PustakaPusat Data Informasi dan Humas BNPB. Buku Data Bencana Indonesia 2009 (2010).Jakarta.Nugroho, S. P (2010). Karakteristik Fluks Karbondan Kesehatan DAS dari Aliran Sungai-SungaiUtama di Jawa. Bogor: InstitutPertanian BogorPusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan.YearBook Mitigasi Bencana 2003 (2004). Jakarta: BPPTPlate, E.J. 2002. Flood risk and flood management. Journal of Hydrology 267 : 2–11.Prosiding Identifikasi Dampak Perubahan Iklim Pada Sumber Daya Air di Indonesia /dashboard.jsp10

BAB 2.MANAJEMEN BENCANA BANJIRLatar BelakangIndonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah rawan terhadap berbagaikejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa bumi, gunung api, longsor, tsunami) danbahaya hidrometeorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar). Hal ini mengingatwilayah negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, klimatologis dandemografis yang berpotensi terjadinya bencana, baik yang disebabkan faktor alam maupun nonalam, seperti bencana yang disebabkan oleh faktor manusia. Keduanya dapat menyebabkantimbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampakpsikologis (Haryono, 2012).Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB), dalam kurunwaktu antara tahun 2002 sampai 2005 tercatat 2.184 kejadian bencana di Indonesia. Sebagian darikejadian tersebut (53,3%) merupakan bencana hidrometeorologi. Dari total bencanahidrometeorologi yang paling sering terjadi adalah banjir sebanyak 743 kejadian (35%),selanjutnya kekeringan 615 kejadian (28%), tanah longsor 222 kejadian (10%), kebakaran 217kejadian (9,9%), dan sisanya 17% kejadian yang meliputi seperti gempa bumi, kerusuhan sosialdan kegagalan teknologi.Banjir pada umumnya disebabkan oleh meningkatnya curah hujan diatas normal, sehinggasystem pengaliran air tidak mampu untuk mengalirkan maupun menampung air hujan tersebutsehingga menyebabkan meluap. Selain itu factor manusia juga mempengaruhi terjadinya banjirdimana masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai menyebabkan tersumbatnya systemdrainase air dan penggundullan hutan didaerah tangkapan air hujan yang menyebabkan hilangnyaserapan air hujan. Hilangnya daerah resapan air karena semakin padatnya pemukiman pendudukjuga salah satu menjadi penyebab banjir karena padatnya pemukiman maka tingkat resapan airkedalam tanah akan berkurang sehingga jika terjadi hujan dengan curah yang tinggi maka air hujantersebut akan mengalir ke tempat aliran air dengan kapasitas yang melampaui sehingga terjadilahbanjir. Sebagai contoh, pada tahun 2006 telah terjadi banjir bandang di Jawa Timur, tepatnya didaerah Jember yang menyebabkan 92 orang meninggal dan 8.861 orang mengungsi (Bakornas PB2006). Tidak hanya menyebabkan kerugian materi, banjir juga menyebabkan banyak masyarakat11

yang harus kehilangan keluarga bahkan nyawa. Maka dari itu sangat diperlukan partisipasilangsung baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri dalam penanggulan bencana banjirdan diharapkan kedepannya banjir dapat diatasi dengan baik sehingga tidak akan akanmenimbulkan korban.Manajemen Pra Bencanaa. KesiapsiagaanKesiapsiagaan bencana banjir wajib dilakukan di wilayah yang berpotensi danuntuk meminimalisir bahaya banjir dapat melakukan beberapa upaya dalampencegahan, penanganan, dan upaya rekonstruksi ulang pasca banjir bersamamasyarakat di lingkungan sekitar berupa kiat-kiat berikut seperti :Perhatikan cuaca di sekitar tempat tinggal Anda dan selalu membaca informasiketinggian air dari pintu air dan papan informasi yang terpasang di sekitar Andaatau dari berita cuaca dan banjir di TV atau radioCari informasi ketinggian air dari petugas pintu air atau aparat kelurahan di manaAnda tinggalDengarkan alat sistem peringatan dini (sirine, pengeras suara, kentongan, bel, dll)untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan yang diminta petugas atauapparat kelurahan, RW atau RT setempatBuatlah rencana penanggulangan banjir bersama warga disekitar tempat tinggalAnda.Pastikan sungai, pantai dan saluran-saluran air di sekitar tempat tinggal Andabebas dari sampah dan sedimentasiPastikan ketersediaan daerah sumber resapan air di lingkungan AndaBersihkanlah lingkungan Anda dan perbaikilah ekosistem daerah pantai/sungaidengan melakukan kegiatan pengerukan dan penanaman kembaliTentukan tugas yang harus dilakukan anggota keluarga/ komponen masyarakatsaat banjirb. Deteksi DiniBanjir merupakan salah satu bencana yang dapat dideteksi dini untukmeminimalisir dampak atau kerugian yang ditimbulkan. Secara konvensionalbanjir dapat dideteksi dengan mengetahui ketinggian air di hulu sungai. Hal lainyang dapat dilakukan untuk mendeteksi banjir adalah dengan mengamati dataintensitas hujan yang terjadi. Bila intensitas hujan pendek, maka dapat diprediksi12

kemungkinan terjadinya banjir. Pencatatan curah hujan dalam 24 jam yangdilakukan oleh stasiun hujan.pencatatan intensitas hujan dilakukan secara berkaladan manual (Yuwono & dkk 2013). Namun prediksi banjir tidak dapat dilakukansaat hujan berlangsung. Deteksi dini secara konvensional masih belum optimaldapat mendeteksi banjir secara akurat. Berikut ini merupakan hal – hal yang bisadilakukan dalam mendeteksi dini bencana banjir secara lebih akurat:1. Deteksi Banjir dengan TelemetriTelemetri merupakan suatu cara untuk mengukur data dari jarak jauhdengan meggunakan sarana telekomunikasi (Rochani & Suwoto 2007). Hal inidapat digunakan sebagai early warning system atau sistem deteksi dini. Carakerja dari sistem telemetri dalam mendeteksi banjir adalah denganmenggunakan detektor permukaan air sungai yang terdiri dari transdusser array,pengkondisi signal interface kemikoproccesor. Alat ini berfungsi untukmendeteksi ketinnggian air sungai. Telemetri data ketinggian air sungai darisistem titik pantau menggunakan frekuensi radio. Bila data yang didapatkanmelewati batas tinggi permukaan air yang ditentukan yaitu 5.50 m, maka alarmakan berbunyi menandakan bahwa dalam waktu 60 menit kemudian akanterjadi banjir. Hal ini mengindikasikan untuk segera mengevakuasi warga untukmengungsi untuk mencegah dampak yang ditimbulkan (Rochani & Suwoto2007)Gambar 1. Skema Deteksi Dini Banjir dengan TelemetriSumber : (Rochani & Suwoto 2007)2. Deteksi Banjir dengan Sensor Ultrasonik13

Cara lain dalam mendeteksi secara dini bencana banjir adalah denganmenggunakan sensor ultrasonik mikrokotroler. Hasil yang diperoleh adalahadanya light voice alarm, SMS gateway dan tampilan LCD bila sensormendeteksi akan terjadi banjir.(Sulistyowati & dkk 2015).Dalam mendeteksi ketinggian atau level air, sensor ultrasonik ditempelkanpada bagian atas sebuah pipa. Pipa ini memiliki beberapa lubang yang berfungsisebagai peredam gelombang air sungai. Pelampung akan bergerak sesuaidengan ketinggian air sungai. Gelombang ultrasonik akan dipantulkan melaluipelampung tersebut. Dengan melakukan kalkulasi, maka akan diketahui jarakketinggian air dengan posisi sensor atau permukaan air maksimal. Setelahsensor diterima, maka akan muncul aksi berupa nyala alarm dan kirim sms.SMS akan dikirim menggunakan tipe GSM.Bila hasil sensor menunjukan dalam keadaan normal, maka data hanya akanditampilkan pada LCD pemantau. Jika dalam keadaan siaga, maka akan munculalarm suara dan lampu yang berkedip setiap 5 detik. Jika dalam keadaan bahayaakan diikuti dengan lampu yang berkedip setiap 1 detik dilanjutkan denganadanya pengiriman sms otomatis kepada pemantau untuk segera melakukanevakuasi (Sulistyowati & dkk 2015)14

Gambar 2. Sistem Sensor Ultrasonik Deteksi BanjirSumber : Rini Sulistyowati dalam Seminar Sains dan Teknologi Terapan III 2015c. Pencegahan1. Membuat saluran airSaluran air yang baik juga bisa berupa terowongan saluran air di bawahtanah, yang menjamin semua air hujan akan disalurkan menuju laut.2. Membuang sampah pada tempatnyaMembuang sampah pada tempatnya merupakan cara mencegah banjir yangefektif karena, dengan membuang sampah pada tempatnya maka banir juga yangberpotensimenimbulkan banjir3. Rutin membersihkan saluran airMembersihkan air juga bisa dikatakan sebagai salah satu mencegah banjir.Gotong royong sangat diperlukan untuk kebersihan bersama, adanya pasokanair akan terhambat apabila banyak tumbuhan yang ada diselokan air hanya akanmenghambat saluran air saja.15

4. Mendirikan bangunan untuk pencegahan banjirFungsi dari bendungan sendiri yaitu sebagai pengairan dan juga sebagaisalah stu sarana pencegah banjir sehingga air yang datang masuk ke dalambendungan.5. Menanam pohonMenanam pohon sangat diperlukan untuk mencegah banjir karena akar akanmenyerap air yang masuk kedalam tumbuhan.6. Membuat lubang bioporiLubang biopori merupakan teknologi yang tepat dan juga ramah akanl

BAB 2. MANAJEMEN BENCANA BANJIR Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa bumi, gunung api, longsor, tsunami) dan bahaya hidrometeorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar). Hal ini mengingat

Related Documents:

Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus. Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang didasari risiko bencana dan diikuti tahap kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No. 24 tahun 2007 secara

penanggulangan bencana di Desa Windurejo sudah diketahui oleh masyarakat.Selama ini peran BPBD dalam penanggulangan bencana dimulai dari sebelum terjadi bencana, saat tanggap darurat (saat bencana) dan pasca bencana.Peran BPBD dalam penanggulangan bencana ini berkaitan dengan perannya sebagai coordinator.Semua koordinasi dalam

E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana terbit online sebulan sekali dengan tujuan mempublikasikan kajian empiris maupun konseptual dalam bidang manajemen pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, produksi, serta kewirausahaan yang belum dipublikasika

Mata kuliah mengenai bencana sudah ada diberbagai program studi pendidikan tenaga kesehatan. Akan tetapi, belum ada pendidikan resmi atau pelatihan bersertifikat untuk pengelolaan bencana. Buku-buku dan artikel-artikel penelitian mengenai bencana belum banyak diterbitkan. Berpijak pada pengalaman ini sudah selayaknya ilmu manajemen dipergunakan untuk penanganan bencana di sektor kesehatan .

Peta Risiko Bencana Banjir Bandang di Kabupaten Kendal.40 Gambar 10. Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim di Kabupaten Kendal.41 Gambar 11. . bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kabupaten Kendal.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebong Page 10 1) Meningkatkan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan resiko bencana. 2) Memantapkan pelaksanaan penanggulangan bencana pada setiap tahapan bencana. 3) Meningkatkan upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Infrastruktur publik pasca bencana.

METABOLISME BIOKIMIA UDAYANA UNIVERSITY PRESS 2013 Dr. Ir. Sri Wahjuni, M.Kes. . Kampus Universitas Udayana Denpasar Jl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali, Telp. 0361 255128 Fax. 0361 255128 . kuliah biokimia pada jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Udayana. Penulisan buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena .

Application of Silicon Carbide in Abrasive Water Jet Machining Ahsan Ali Khan and Mohammad Yeakub Ali International Islamic University Malaysia Malaysia 1. Introduction Silicon carbide (SiC) is a compound consisting of silicon and carbon. It is also known as carborundum. SiC is used as an abrasive ma terial after it was mass produced in 1893. The credit of mass production of SiC goes to Ed .