BAB IV BIOGRAFI, INTELEKTUALITAS, DAN KONSEP KEBAHAGIAAN .

3y ago
28 Views
2 Downloads
379.17 KB
20 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kamden Hassan
Transcription

BAB IVBIOGRAFI, INTELEKTUALITAS, DAN KONSEPKEBAHAGIAAN AL-GHAZALIA. Biografi dan IntelektualitasBeliau merupakan seorang ulama masyhur di kalangan umat Islam denganberbagai sumbangsih bentuk gagasan dan keilmuan yang jejaknya terhimpunhingga sekarang. Banyak karyanya yang dipegang dan dijadikan pedoman dalammasalah agama, bahkan mendapat gelar Hujjatul Islam oleh para ulama lain.Beliau menjalani kehidupan sebagai seorang yang masyhur dalamkeilmuan, sempat menjadi guru besar lembaga pendidikan di Baghdad padamasanya. Namun di akhir umur, beliau sempat sebelumnya berkecimpungdalam dunia tasauf, mencoba mencari pengetahuan hakiki yang menurut beliauperlu dihayati dan harus dipunyai setiap manusia. Sebab dengan keilmuantersebutlah beliau akhirnya mendapatkan apa yang selama ini harus dicari olehmanusia, sebagai karya monumental cerminan temuannya tersebut Al-Ghazalimenuangkan karya pikirnya dalam kitab Ihya Ulum ad-Dien, dan anglengkap.

55Dalam hal ini, selain karya monumental tersebut, ada sebuah karya yangtak asing di pikiran penulis, sebuah Risalah (buku kecil) yang terdapat dalamkumpulan risalahnya yang membahas tema kebahagiaan.Nama literatur tersebut yakni Kimiya Saadah. Sebuah risalah yangmemuat komponen, cara, dan bentuk-bentuk kebahagiaan sesuai dengan hadrahnubuwwah yang memang dihadiahkan langsung kepada umat manusia yangmau mengambilnya.B. Konsep Kebahagiaan Dari Kimiya’ Sa’aadahSebuah gagasan tentang kebahagiaan yang diutarakan oleh Al-Ghazalimerupakan sebuah paham tentang pengetahuan keagamaan yang meliputi ilmutentang Allah Swt yang diurai dengan menggapai pengetahuan jati diri manusia,pengetahuan tentang Allah Swt, dan uraian manusia dalam menjalani hidup didunia dan akhirat.Diantara pembahasan tersebut akan dibubuhi pengertian cinta hakikiyang akan menantarkar manusia terhadap pengetahuan Allah Swt secaramudah, bahkan oleh Al-Ghazali penekanan tentang cinta ini menutupgagasannya tentang kebahagiaan.

561. Pengetahuan Tentang DiriMengenal diri adalah kunci untuk mengenal Tuhan, sesuai denganungkapan hadis “siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya ” dan juga jelasdalam Al-Quran dijelaskan pada surat fusshilat ayat 53.ِ َّ ظ عَ ظِ ي ٍم ٍّ اه ا إِ ََّّل ذُو َح َ َّ ص بَ ُروا َومَ ا يُ لَق َ َّ َومَ ا يُ لَق َ ين َ اه ا إِ ََّّل ا ل ذ Artinya:Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orangyang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yangmempunyai keuntungan yang besarOleh karena itu menurut Al-Ghazali tidak seorangpun yang lebih tahu diriseseorang selain dirinya, sehingga bagaimana mungkin seseorang ingin mengenalTuhannya dalam keadaan dia tidak tahu tentang dirinya sendiri.Pengetahuan diri dari sisi lahiriah saja sama sekali tidak mengantarseseorang kepada Allah Swt, karena langkah pertama selain menyadari sisilahiriah ialah mengetahui sisi terdalam yakni adanya ruh atau hati.Hati yang dimaksud oleh Al-Ghazali ialah hati yang menjadi pengaturbagi setiap anggota lahiriah yang nampak pada diri seseorang, keberadaan hatiini juga termasuk perkara yang gaib (tidak dapat diindera), dan pengetahuan

57tentang hati dan sifat-sifatnya inilah yang menjadi kunci untuk melanjutkandalam mengenal Allah Swt.Namun pengetahuan tentang esensi ruh secara hakiki telah dilarang olehAllah Swt dalam penegasan ayat-Nya dalam Surah al-Israa‟ ayat 85. Sehinggasangat sedikit untuk menelisik secara hakiki tentang keberadaan hati ini. وح ِم ْن أ َْم ِر َر ِّّب َومَ ا أُوتِيتُ ْم ِم َن ُّ الرو ِح ۖ قُ ِل ُّ ك عَ ِن َ َ س أَلُون ُ الر ْ َ َوي يل ً ِ ا لْعِ لْ ِم إِ ََّّل قَل Artinya:Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasukurusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".Oleh Al-Ghazali pengetahuan hati ini dapat ditemukan denganperjuanagn disiplin diri dan kesabaran hati itu sendiri. Sebagaimana yangdijelaskan dalam Al-Quran Surah al-„Ankabuut ayat 69.ِِِ ََّّ َّه ْم ُس بُ لَنَا ۚ َوإِ َّن اَّللَ لَ َم َع َ ين َج ُ اه ُد وا ف ينَا لَنَ ْه د يَ ن َ َوا ل ذ ِ ال ي َ ِ ْم ْح س ن ُ

58Artinya:Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dansesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baikSecara analogi dapat dikatakan bahwa tubuh manusia secara keseluruhansebagai negara, hati yang dibahas di sini menjadi raja dalam negara tersebut,anggota lain dapat dikatakan sebagai anak buahnya dan para pengawal di dalamkerajaannya. Secara khsusus anggota lain seperti akal oleh Al-Ghazali disebutsebagai perdana menteri atau penasihat, syahwat sebagai pemungut pajak, danamarah sebagai anggota keamanan (kepolisian).Menurut beliau karakteristik pemungut pajak (syahwat) bersifat tamak,yakni merampas segala hal demi kepentingan diri sendiri, dan kepolisisan(amarah) cenderung bersifat kasar dan keras. Oleh karena itu setiap anggotalainnya harus tunduk dan patuh terhadap raja agar kerajaan tersebut tetap berdiritegak. Sedangkan akal sebagai perdana menteri yang menasehati kerajaan harussering berdiskusi dengan raja agar kerajaan tersebut tetap utuh.Kemudian dalam menjalankan sebuah kerajaan para pemungut pajak dankepolisian harus tetap berjalan sebagaimana mestinya dalam sebuah negara,secara aplikatif syahwat akan menginginkan makan, minum, dan kebutuhankebutuhan lainnya untuk tetap terus ada memperkokoh negara. Dalam hal ini

59ditakutkan jika para pemungut pajak berlebihan dalam perilakunya maka akanmerusak negara dan akan dilihat sebagai perilaku kriminal, sehingga perlunyapengawasan kerajaan seperti anggota keamanan, namun jika tidak dalampengawasan khusus oleh perdana menterinya maka takutnya akan membasmisama sekali pemungutan pajak di negara tersebut, hasilnya kerajaaan kalut dannegara akan hancur.Oleh karena itu semuanya kembali kepada pihak kerajaan yang diwakilijiwa sebagai raja dan mencari cara dengan mendiskusikan jalan bijak yang bisadi prakarsai oleh akal yang menjabat sebagai perdana menteri.Ringkasnya raja dan perdana menteri harus mengendalikan syahwat danamarah di bawah peraturan keduanya, sebab dengan hal tersebut golehAl-Ghazalimenyebutnya dengan hadrah ilahiah, dan jika perdana menteri berada dalamkendali syahwat dan amarah maka individu tersebut akan hancur dan mendapatbencana di hari akhir kelak.1Dalam hal ini setiap individu yang ingin mencapai kebahagiaansebagaimana yang dijelaskan Al-Ghazali bahwa dia harus mengenal Allah Swtdengan perantara pengetahuan tentang diri sendiri. Setelah itu ia akan melihatbahwa setiap anggota fisik dan batinnya mempunyai tujuan-tujuan penciptaannya1Al-Ghazali Majmu’atu Rasaili al-Imam al-Ghazali, ed. Ibrahim Amin (Cairo:Makatabah Taufiqiyyah, t.th) 451

60sendiri, seperti mata untuk melihat hal-hal indah, telinga untuk mendengar yangbaik-baik dan merdu, syahwat yang memenuhi hasrat nafsu dan sebagainyaakan memahami bahwa anggota-angoota tersebut akan merasa senang ketikakebutuhannya terpenuhi.Seperti Al-Razi menyebutkan bahwa kebahagiaan manusia itu terletakpada orientasi jiwa manusia tersebut, apabila orientasi jiwanya condong terhadapyang bersifat fisik dan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan ketenanganhidup, karena dunia fisik merupakan kasta terendah dibanding asal-usul jiwanya,sebab asal-susul kondisi jiwa sebenarnya menurut Al-Razi ialah kondisi yangberkecimpung dalam ma’rifatullah, sedangkan capaian fisik tidak berada dalamkasta tersebut.2Dalam pandangan tokoh lain seperti al-Kindi yang juga menggagastentang kebahagiaan, bahwa diperolehnya kebahagiaan dengan tercapainyakeinginan dan kesukaan yang bersifat rasional, baik dalam meneliti, memikirkan,membedakan, dan mengenal hakikat segala sesuatu.3Adapun hati akan senang ketika tujuannya tercapai yakni kebutuhan akanberada dalam hadrah ilahiah, oleh karena itu selain pengetahan tentang anggotatubuh lain dengan tujuan-tujuan penciptaannya pengetahuan tentang hati ataujiwa lebih dominan mengantarkan seseorang terhadap kesenangan yang abadi2Usman Najati Jiwa Dalam Pandangan Filosof Muslim, 327-328.Usman Najati, Jiwa Dalam Pandangan Filosof Muslim, 373

61karena hati yang tak pernah disfungsi selamanya, sebab anggota tubuh lain akanberhenti berfungsi dan otomatisberhenti merasa senang ketika kematianmenjemput. Berbeda dengan hati yang terikat dengan keabadian dan kebesaranpenciptaannya yang tak lekang oleh waktu.Ibnu Taimiyyah menambahkan bahwa hati yang terikat dengan keabadianini mendapat kebahagiaan bila melaksanakan penghambaan kepada Allah Swt,namun jika yang membuatnya bahagia terbatas pada aspek fisik saja maka tetapsaja hatinya tidak akan mendapat ketenangan dan ketentraman, sebab yang dicarihati ialah cinta hakiki terhadap Tuhan dengan selalu menyembahnya.4Dalam analogi lain, seseorang dengan seluruh anggota badannyabagaikan hewan tunggangan atau alat transportasi, dan jiwa sebagai penunggangatau pengemudinya. Sehingga tujuan diciptakannya jasad ialah untuk jiwa, danjiwa diciptakan untuk mengendalikan jasad5Jadi kebahagaiaan hakiki bukanlah kenikmatan yang bersifat inderawidan duniawi, namun bersifat ilahi dan ruhani dengan keadaan yang suci dari nodasyahwat dan kenikmatan inderawi, serta mendekatkan diri kepada Allah Swt4Usman Najati, Iman Setiadi Arif, Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik MenujuKebahagiaan, 3505Al-Ghazali, Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan Abadi, 25

62yang memberikan rahmat kepadanya. Dalam hal ini ia akan mendapatkankenikmatan abadi di atas kenikmatan yang sifatnya hanya sebatas inderawi.6Kemudian dengan mengetahui fungsi atau tujuan jiwa ini, manusiadituntut untuk terus mengembangkannya bukan malah merusak atau menodainya,karena dengan merusak jiwa sama saja dia mengabaikan kebesaran jiwanya danakan berdampak kekalahan di dunia dan penyesalan di akhirat.Selanjutnya ia akan takluk oleh rasa lapar, haus, panas, dingin, danmusnah dalam penderitaan, sehingga secara tidak langsung dia termasuk mahlukyang paling lemah diantara lainnya.Namun di sisi lain manusia memang tercipta dengan kerapuhan, sedikitsaja otaknya rusak maka bisa berdampak kegilaaan, atau kecantikan yang denganberkat kelembutan kulitnya saja sedikit lebih baik dari mahluk lainnya kalautidak sering dibersihkan akan terasa menjijikan dan memalukan, dan tabiatnyabahkan lebih lemah lagi, misalkan dia kehilangan beberapa uang, ia akangelabakan dan gelisahtak karuan. 7Oleh karena itu sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Maskawaih dalampenelitian Ernita bahwa jalan keluar untuk memperbaiki diri ialah perilakumoderat, karena itu lebih utama daripada perilaku yang ekstrem, seperti6Usman Najati, Jiwa Dalam Pandangan Filosof Muslim, 38Al-Ghazali, Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan, 25-267

63menghindari ajakan nafsu dengan sifat ‘iffah, sifat ghodhob dengan sajadah, danposisi jiwa dengan kebijaksanaan.8Manusia memang termasuk mahluk yang lemah dan hina jika dilihat darisudut pandang dunia, namun jika kita arahkan dengan sudut pandang akhirat iaakan menjadi sangat bernilai melalui pendisiplinan diri dengan sarana konsepkimia kebahagiaan. Ia akan naik tingkatan dari tingkat tabiat kehewanan ketingkat malaikat. Makanya sebagai mahluk terunggul dan terbaik tetap harusmenyadari ketakberdayaan, kelemahan, dan kehinaaannya dalam sudut pandangdunia, sebab dengan pengetahuan ini dia memiliki satu kunci untuk membukatentang pengetahuan akan Allah Swt.2. Pengetahuan Tentang AllahSebagaimana hadis yang disebutkan di awal bahwa manusia akanmengenal tuhannya dengan mengetahui dirinya sendiri, secara jelasnya dia harusmenyelami dan merenungkan wujud Allah Swt dan sifat-sifat-Nya. Namunmengingat tak jarang orang yang mencoba mengenal dirinya dengan bermacamperenungan tersebut tidak juga sampai kepada Allah Swt, berarti ada cara-caratersendiri dalam perenungan tersebut.8Ernita Dewi, “Akhlak dan Kebahagiaan Hidup Ibnu Maskawaih”, Jurnal Subtantia, Vol. 13No. 2, 2011. 257-258

64Cara-cara tersebut dibagi kepada dua macam yang salah satunya sangatsulit untuk dicerna kecerdasan biasa, jadi di sini beliau hanya menerangkanmetode yang satunya lagi.Metode atau cara ini yakni jika seseorang merenungkan dirinya ia akanmenyadari bahwa sebelumnya dia tidak ada. Sebagaimana dalam awal Surah alInsan.ِ ِ اْل نْس َّ ي ِم َن ور ٌ ان ح ً الد ْه ِر ََلْ يَ ُك ْن َش يْ ئًا مَ ْذ ُك َ ِْ َه ْل أَتَى عَ لَى Artinya:Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketikaitu belum merupakan sesuatu yang dapat disebutLalu ia akan mengetahui bahwa sebelumnya ia adalah setetes air maniyang tak mengandung intelektual, pendengaran, kepala, kaki, dan seterusnya jadisangat jelas setinggi apapun kesempurnaan manusia tersebut ia tidak akan bisamenciptakan dirinya sendiri, bahkan untuk membuat sehelai pun rambutnya. 9Juga menurut Ibnu Qayyim bahwa semuanya itu atas dasar hikmah AllahSwt, sebab dari awal ia diciptakan hingga akhir hayat semua manusia hidup9Al-Ghazali Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan, .27-28

65denga tidak lepas dari hikmah-hikmat Allah Swt, bantuan dan kasihsayangNya.10Lebih lanjut ketika ia menyadari hasratnya tentang segala keperluan baiksandang ,pangan dan papan ia akan mendapatkannya di seluruh penghujungdunia. Hal ini menjelaskan bahwa kasih sayang Allah Swt sangatlah luas danbesar bahkan lebih besar dari murka-Nya.Dengan merenungi berbagai kebutuhan yang sebelumnya sudahdisediakan tersebut maka ia akan menyadari bahwa kasih sayang Allah sartidakmenyadarinya.Setelah mengetahui sebagian esensi dan sifat-sifat Allah Swt melaluiperenungan tentang esensi dan sifat-sifat manusia, maka seseorang akan mulaimemahami metode kerja, pengaturan, dan kekuasaan Allah Swt terhadap segalaciptaannya. Sehingga seseorang tersebut akan mengamati dan mulai mengaturcara kerja kerajaan kecilnya sendiri yang menjadi miniatur pengaturan Allah Swtterhadap dirinya.Dalam mencapai pengetahuan tentang Allah Swt ini, maka kita perlumelakukan hal yang telah dijelaskan tersebut, karena tidak seseorang pun yangmengetahui tentang hal-perihal raja selain raja itu sendiri, makanya setiap10Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Kunci Kebahagiaan, terj, Abdul Hayyie (Jakarta:Akbar, 2004). 440

66manusia diberikan miniatur berupa kerajaan kecil untuk memahami bagaimanaAllah Swt mengatur seluruh ciptaannya termasuk manusia.Dalam memahami ini pun manusia mempunyai kapasitasnya sendirisendiri, sejauh kecerdasan manusia terhadap persepsinya tentang ciptaan AllahSwt yang lain. Bisa jadi seseorang akan mengatakan gajah itu adalah tiang, adayang menyebutnya seperti tabung yang tebal dan yang lainnya lagi menganggapgajah itu sesuatu yang lembut. Karena masing-masing mereka hanya memahamiciptaan tersebut sesuai dengan indrawi yang dipakainya.Semua itu tidak terlepas karena persepsi seseorang yang menganggapbagian kecil yang dia indera adalah keseluruhan yang ingin diketahuinya.Begitupun yang berhubungan dengan sebab-akibat yang dipahami oleh manusia,kesalahan umum yang sering terjadi ialah ia meyakini bahwa sebab keduamerupakan sebab pertama, sehingga menimbulkan kesalahan hasil pahamanterhadap sebab-akibat tersebut. Contohnya ketika seseorang dokter menyatakanbahwa seseorang yang sudah bosan dengan dunia dinyatakan sebagai penderitamelankoli dan harus diobati dengan berbagai obat. Sedangkan fisikawan malahmenyatakan bahwa itu karena adanya kekeringan otak yang ada dalam dirinya,begitupun dengan astrolog yang mengatakan bahwa itu dikaitkan dengankonjungsi planet dan bintang-bintang.

67Padahal, sebab pertama yang terjadi pada seseorang tersebut ialah bahwaAllah Swt ingin mengurus kesejateraan orang itu sehingga ia akan berpaling daridunia dan mengahadap hanya kepada Allah Swt, kemudian akhirnya diamenemukan kebahagiaan hakiki dalam keadaan tersebut.Namun di sisi lain, diagnosis ketiga ahli tersebut memang benar menurutsudut pandang pengetahuannya masing-masing, tetapi tetap bahwa mereka belummelihat bahwa dengan kejaidian tersebut seseorang telah diidentifikasi diberiAllah Swt tali cinta untuk tetap mendekat kepadanya.Al-Ghazali menyebutkan pemahaman ini adalah pemahaman tentangkenyataan yang paling berharga diseluruh samudera pengetahuan yangdilhamkan, dibanding mutiara ini pengetahuan lainnya seperti pulau-pulau kecildi tengah samudera.Adapun cinta merupakan benih kebahagiaan, dan cinta kepapada AllahSwt dapat ditumbuhkan dan dikembangkan dengan ibadah. Ibadah dan sepertizikir yang tak berkesudahan merupakan gambaran pengekangan nafsu yang luarbiasa, namun bukan berarti ia harus memusnahkannya sama sekali, sebab jikalaubegitu maka ras manusia akan musnah. Makanya hanya harusdibatasi agarhasaratnya terkendali.1111Al-Ghazali, Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan, 40

68Untuk pengendalian hasrat atau nafsu tersebut memerlukan konsultanhandal yang memang professional, dalam hal ini Allah Swt mengutus seluruhNabi dan Rasul-Nya ke dunia untuk memberikan bimbingan suci kepada seluruhmanusia. Sebab bisa jadi ketika mereka mencoba mengendalikan batasan-batasanitu sendiri malah menghancurkan nafsu mereka sendiri dan memusnahkan nafsubadani tersebut.3. Pengetahuan Tentang DuniaDunia merupakan pasar bagi para musafir untuk singgah dan mencariserta membekali diri mereka untuk perjalanan selanjutnya. Dengan bermacamperangkat indrawi, mereka harus memperoleh pengetahuan tentang ciptaan,perenungan, dan pahaman tentang Allah Swt, dan semua pandangan yang bisadia dapat itulah yang akan menmbekalinya kelak di masa depan.Di pembahasan lain dunia juga disebut sebagai alam syahadah, yaknidunia yang dapat dilihat dengan indra penglihatan normal. Bukan dilihat denganpandangan hati, sebab dunia yang dapat dilihat pandangan hati tersebutmerupakan dunia yang sulit untuk dijelaskan.12Kemudian selama di dunia seseorang harus melindungi & memeliharajiwanya, serta merawat & mengembangkan jasadnya. Perawatan jiwa denganpengetahuan tentang Alah Swt, jadi jiwa akan hancur bila hanyut dengan12Al-Ghazali, Majmu’atu Rasaili al-Imam al-Ghazali, 450

69kecintaan terhadap selain Allah Swt karena dia tidak menjujung tinggi perwatanjiwa dengan pengetahuan tersebut.Berbeda dengan jasad, dia hanya memerlukan material dunia untuk terusberkembang dan terawat hingga batas usia jasad tersebut, setelah itu ia akan ikuthancur seperti makhluk lainya.Namun ada beberapa orang yang terlalu asik dengan perhiasankendaraannya, sehingga dia lupa untuk mencari yang lebih penting, yaknipengetahuan tentang Allah Swt. Sebab dengan itulah seharusnya diaberkecimpung dalam menjalani hidup selama di dunia.Kemudian sebagaimana yaag dijelaskan Al-Ghazali sebelumnya bahwanafsu turut bermain dalam merawat jasadnya, maka jika tidak hati-hati ia akanterjerumus dan benar-benar hanyut dengan keasikan dunia, dan melupakan tugasjiwa, yakni memelihara dan melindunginya.Menurut beliau lagi bahwa dunia yang di tempati ini terbagi pada tigamacam komponen, yakni sandang, pangan dan papan. Ketiga kelompok utamatersebut memerlukan profesi yang sesuai dengan kelompok komponen tersebutdan menurunkan profesi-profesi lainya lagi, sehngga dengan banyaknyabermacam profesi tersebut, dunia bermain dengan memunculkan kebencian, irihati, ujub, dan sebagainya. Oleh sebab itu jika manusia lupa bahwa hanya berupa

70tiga macam sandang, pangan dan papan yang mereka butuhkan, maka merekaakan ikut hanyut dalam sistim permainan yang dunia buat.Dunia memang cenderung menipu dan memperdaya, seperti semakinbanyaknya bermacam profesi yang hadir dalam kehidupan manusia dan membuatlupa bahwa mereka sebenarnya hanya perlu mengkonsumsi kebutuhan primersaja.13Oleh karena itu al-Farabi menambahkan bahwa perilaku seperti ini ialahperilaku kognitif dan perilaku fisik, namun dengan perilaku terbatas dan terukuryang berasal dari berbagai situasi dan bakat yang terbatas dan terukur juga danyang mengantar dalam mencapai kebahagiaan, karena perilaku baik merupakankeutamaan-keutamaan, sedangkan perilaku yang menghambat kebahagiaan ialahperil

B. Konsep Kebahagiaan Dari Kimiya’ Sa’aadah Sebuah gagasan tentang kebahagiaan yang diutarakan oleh Al-Ghazali merupakan sebuah paham tentang pengetahuan keagamaan yang meliputi ilmu tentang Allah Swt yang diurai dengan menggapai pengetahuan jati diri manusia, pengetahuan tentang Allah Swt, dan uraian manusia dalam menjalani hidup di

Related Documents:

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

BIOGRAFI IBN KATHIR, MUSTHAFA AL-MARAGHI, DAN HAMKA A. Biografi Ibn Kathi r 1. Riwayat Hidup dan Pendidikan Ibn Kathi r Nama lengkap Ibn Kathi r adalah Ima m ad-Di n Abu al-Fida Isma ’i l Ibn ‘Amr Ibn Kathi r Ibn Zara’ al-Bushra al-Dimasyqi .1 Beliau lahir di Desa Mijdal dalam Wilayah Bushra (Basra ) pada tahun 700 H/ 1301 M. Oleh

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

Bab 24: Hukum sihir 132 Bab 25: Macam macam sihir 135 Bab 26:Dukun,tukang ramal dan sejenisnya 138 Bab 27: Nusyrah 142 Bab 28: Tathayyur 144 Bab 29: Ilmu nujum (Perbintangan) 150 Bab 30: Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang 152 Bab 31: [Cinta kepada Allah]. 156 Bab 32: [Takut kepada Allah] 161

BAB 1 Akuntansi Keuangan & Standar Akuntansi Keuangan 1 BAB 2 Laporan Laba Rugi, Neraca dan Arus Kas 11 BAB 3 Pengawasan Terhadap Kas 25 BAB 4 P i u t a n g 33 BAB 5 Wesel dan Promes 47 BAB 6 Persediaan Barang Dagang 53 BAB 7 Penilaian Persediaan Berdasarkan Selain Harga Pokok 71 BAB 8 Amortisasi Aktiva Tak Berwujud 81 . Modul Akuntansi Keuangan 1 Dy Ilham Satria 1 1 AKUNTANSI KEUANGAN DAN .

Biografi Imam Abu Daud الله همحر Publication: 1435 H_2014 M Biografi Imam Abu Daud الله هحمر Disalin dari as-Sunnah Edisi 06/Th.IV/1420H_2000M hal. 12-13 Download 750 eBook Islam di www.ibnumajjah.com

Trustee Joy Harris Jane Gardener Simon Hebditch Trustee Sarah Howell- Davies Jill Batty Cartriona Sutherland treasurer Verity Mosenthal Jenny Thoma Steve Mattingly Trustee Anne Sharpley Lynn Whyte Katy Shaw Trustee Sandra Tait Tina Thorpe Judith Lempriere The position of chair is contested so there will be an election for this post Supporting Statements David Beamish Standing for Chair I .