Pelestarian Dan Pengembangan Mitos Lompa: Tinjauan Strukturalisme

1y ago
15 Views
2 Downloads
1.21 MB
81 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 2m ago
Upload by : Mia Martinelli
Transcription

PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN MITOSIKAN LOMPA: TINJAUAN STRUKTURALISMELEVI-STRAUSNITA HANDAYANI HASANKantor Bahasa MalukuBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan2017

PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN MITOS IKAN LOMPA:TINJAUAN STRUKTURALISME LEVI-STRAUSSDiterbitkan oleh:Kantor Bahasa MalukuKementerian Pendidikan dan KebudayaanJalan Mutiara, Nomor 3-A, Kel. Rijali, Sirimau, Kota AmbonMaluku-97123, IndonesiaCetakan edisi pertama 2017Katalog dalam Terbitan (KDT)ISBN 978-602-60859-9-3PengarahKepala Kantor Bahasa MalukuPenanggung JawabAsrifPenyuntingAsrifPelaksanaNita Handayani HasanPenata Rupa dan LetakAndi Heriyadi Z.Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpaseizin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

KATA PENGANTARKantor Bahasa Maluku sebagai salah satu unit pelaksanateknis (UPT) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan giat melakukanpengembangan, pelindungan, dan pembinaan bahasa dansastra di Provinsi Maluku. Keanekaragaman bahasa dan sastrayang tersebar di berbagai wilayah Provinsi Maluku sejatinyatetap lestari dan menjalankan fungsi-fungsi sosialnya bagimasyarakat pendukungnya. Di balik harapan tetap hidupnyabahasa dan sastra di Maluku, beberapa bahasa dan sastradi Provinsi Maluku saat ini berada dalam kondisi terancampunah, bahkan beberapa di antaranya telah punah. Situasiitu memerlukan kerja keras dari berbagai pihak termasukKantor Bahasa Maluku untuk melakukan pengkajian terhadapbahasa dan sastra yang ada di Provinsi Maluku.Buku berjudul Pelestarian dan Pengembangan Mitos IkanLompa: Tinjauan Strukturalisme Levi-Straus ini merupakanhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang ada diKantor Bahasa Maluku. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui mitos ikan lompa, pola atau wujud arahberpikir masyarakat Desa Haruku melalui Mitos ikanlompa, serta mengetahui makna dan fungsi cerita rakyatikan lompa bagi masyarakat Desa Haruku.i

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada saudari Nita Handayani yang telah suksesmelaksanakan penelitian ini. Ucapan terima kasih jugasaya sampaikan kepada semua pihak/tim yg telah berupayamenyukseskan proses penelitian hingga penerbitan bukuini. Semoga, kehadiran buku ini dapat bermanfaat bagi parapembaca.Ambon, Juni 2017Kepala Kantor Bahasa MalukuDr. Asrif, M.Hum.ii

DAFTAR ISIPRAKATA iDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 61.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian61.4 Ruang Lingkup Penelitian8BAB II KERANGKA TEORI2.1 Sastra Lisan 92.2 Strukturalisme Levi-Strauss 132.2.1 Mencari Miteme (Mytheme) 152.2.2 Menyusun Miteme 162.2.3 Hasil yang Diperoleh18BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian 223.2 Metode Penelitian 223.3 Pengumpulan Data dan Instrumen233.4 Teknik Analisis Data 233.5 Lokasi Penelitian 253.6 Data dan Sumber Data25BAB IV PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Desa Haruku4.2 Tradisi Sasi di Desa Haruku2730iii

4.2.1 Lembaga Penyelenggara Sasi 364.2.2 Sasi Lompa: Klasifikasi, Ekologi,dan Morfologi Ikan Lompa 384.3 Pelaksanaan Sasi Lompa 394.4 Legenda Ikan Lompa 484.5 Analisis Strukturalisme Levi Strausspada Mitos Ikan Lompa 514.5.1 Unit-Unit Naratif dan Penafsirannya514.5.2 Mitos Ikan Lompa: Pola BerpikirSegi Tiga584.5.3 Mitos Ikan Lompa: Wujud Arah BerpikirMasyarakat Desa Haruku604.5.4 Mitos Ikan Lompa dan Sasi di Haruku63BAB V PENUTUP5.1 Simpulan 655.2 Saran 67DAFTAR PUSTAKA 69

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar okmembentuksuatuorangyangkebudayaan.Oleh karena itu, setiap kelompok masyarakat memilikibudayanya masing-masing. Soekanto (dalam Suwondo,2011:130) menjelaskan bahwa tidak ada masyarakatyang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tidakada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah danpendukungnya. Menurut Tylor (dalam Ratna, 2007:5)kebudayaan merupakan keseluruhan aktivitas manusia,termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, Kantor Bahasa Maluku 2017 1

adat-istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan lain.Maluku merupakan salah satu pulau di bagian Indonesiatimur. Maluku juga dikenal sebagai negeri seribu pulaukarena terdiri dari gugusan pulau-pulau. Pulau-pulauyang ada di Maluku meliputi Pulau Seram, Buru, MalukuTenggara, dan Pulau-Pulau Lease yaitu Pulau Saparua,Haruku, Ambon, dan Nusa Laut. Maluku juga memilikidua kotamadya, yaitu Kota Ambon dan Kota Tual. Selainitu, Provinsi Maluku memiliki sembilan kabupaten yaituKabupaten Buru, Buru Selatan, Kepulauan Aru, MalukuBarat Daya, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, MalukuTenggara Barat, Seram Bagian Barat, dan Seram BagianTimur.Masyarakat Maluku sebagai pendukung olakehidupan, cerita rakyat, dan budaya. Masyarakat Malukumemiliki keberagaman cerita rakyat yang berkembang dandijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu cerita rakyat yang dimiliki masyarakatMaluku ialah mitos ikan lompa di Desa Haruku. DesaHaruku adalah salah satu dari beberapa desa di Pulau2 Nita Handayani H.

Haruku. Desa Haruku berada dalam wilayah KecamatanHaruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.Mitos ikan lompa hingga saat ini tetap berkembang dandijaga keberadaannya, serta dilestarikan sebagai hukumadat (sasi) untuk menjaga kelestarian alam di Desa Haruku.Hukum adat (sasi) yang berlaku di Haruku mengenaitradisi kelola sumberdaya alam lestari di Haruku (SasiAman Haru-ukui) pernah menjadikan kepala pelaksana adat(Kewang) Haruku mendapatkan Penghargaan LingkunganHidup Kalpataru pada tahun 1985 oleh Presiden aldiselenggarakan di Washington D.C. pada oktober 1993tentang pelestarian alam berbasis masyarakat (CommunityBased Conservation) yang menjadikan sasi di Harukumenjadi salah satu materi dalam pembahasan.Mitos keberadaan “ikan lompa” sebagai asal-muasalsasi Aman Haru-ukui di Desa Haruku berpengaruh padapelestarian keberadaan ikan lompa di Desa Haruku.Masyarakat Desa Haruku sangat menjaga kebersihankali tempat hidup ikan lompa agar habitat ikan lompatetap terjaga. Peraturan adat di Desa Haruku melarang Kantor Bahasa Maluku 2017 3

masyarakat untuk mencuci baju di kali dan menangkapikan. Jika aturan adat tersebut dilanggar maka akandikenakan sanksi adat.Keberadaan ikan lompa di Desa Haruku merupakansuatu keunikan. Hal tersebut dikarenakan hanya di DesaHaruku-lah ikan lompa datang pada musim-musim tertentu.Banyak sungai yang terdapat di desa-desa di sekitar DesaHaruku, tetapi ikan lompa tidak memilih untuk datang danbertelur. Pada waktu-waktu tertentu ikan lompa masuk kekali Desa Haruku yang bernama Kali Learissa-Kayeli untukmeletakkan telur-telurnya. Kemudian dia berimigrasilagi ke lautan lepas. Ketika telah berukuran besar, ikanikan tersebut kembali dari migrasinya ke kali. Pada saattersebutlah masyarakat Desa Haruku memanen ikan-ikanLompa yang masuk ke dalam kali.Dalam rangkaian proses memanen ikan lompa, perankepala Kewang sangat penting. Kepala Kewang sebagaibagian dari lembaga Kewang merupakan orang yangmenjaga kelestarian adat yang ada di Desa Haruku dansangat berperan dalam menentukan waktu panen ikanlompa di Kali Learissa-Kayeli. Seorang Kepala Kewang4 Nita Handayani H.

harus mengetahui dengan pengamatan waktu ikan lompadatang untuk bertelur di dalam kali, kemudian berimigrasike lautan lepas, dan kembali lagi ke kali. Hal tersebutberkaitan dengan banyaknya jumlah hasil panen yang akandidapat warga.Ikan lompa memiliki nilai ekonomis bagi masyarakatDesa Haruku. Hasil tangkapan yang didapat warga sebagianlangsung dikonsumsi, dan sebagian lagi dikeringkan ataudibuat ikan asin untuk dikonsumsi pada saat masyarakattidak dapat melaut.Masyarakat Desa Haruku mayoritas berprofesi sebagainelayan dan petani. Kehidupan mereka sangat bergantungpada alam setempat. Kondisi alam Desa Haruku yangdikelilingi laut menjadikan nelayan sebagai profesi utamamereka. Namun ketika tidak dapat melaut karena kondisialam untuk konsumsi sehari-hari masyarakat merekamemanfaatkan hasil kebun yang ditanam dan ikan lompayang telah diawetkan.Kebersihan dan kelestarian alam merupakan hal yangmutlak bagi masyarakat Desa Haruku. Peran pemerintahdan perangkat adat desa sangat dibutuhkan dalam Kantor Bahasa Maluku 2017 5

menjaga kelestarian alam yang ada di Haruku. Melaluikeberadaan sasi (hukum adat) yang mengatur kebersihanlingkungan dan siklus hidup tumbuh-tumbuhan, diharapkankelestarian alam Desa Haruku tetap dapat dipertahankandan digunakan secara optimal bagi keberlangsungankehidupan masyarakat Desa Haruku.1.2 Rumusan enelitian ini penulis akan menjawab beberapa masalah:1) Bagaimanakah mitos ikan lompa yang berkembang dimasyarakat Desa Haruku Provinsi Maluku?2) Bagaimana pola atau wujud yang menunjukkan arahberpikir masyarakat Desa Haruku Provinsi Malukudalam mitos ikan lompa?3) Bagaimana makna dan fungsi mitos ikan lompa bagimasyarakat pendukungnya?1.3 Tujuan dan Manfaat PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui mitos ikanlompa, pola atau wujud arah berpikir masyarakat Desa6 Nita Handayani H.

Haruku melalui Mitos ikan lompa, serta mengetahui maknadan fungsi cerita rakyat ikan lompa bagi masyarakat nkontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidangilmu tradisi lisan, maupun antropologi sastra khususnyapendekatan strukturalisme Levi-Strauss. Penelitian inimenggunakan pendekatan strukturalisme Levi-Straussdinilai sangat tepat dalam memahami pola berpikirmasyarakat Desa Haruku yang hingga saat ini sangatmenjaga kelestarian alam tempat tinggal mereka. Hasilpenelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusipositif bagi peneliti cerita rakyat di Maluku.Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapatmemberi manfaat dalam pelestarian cerita rakyat yangada di Maluku, khususnya masyarakat Desa Haruku.Pemerintah Provinsi Maluku diharapkan dapat lebihmenjaga kelestarian budaya, cerita-cerita rakyat yangada di Maluku, serta situs-situs yang dipandang sakralbagi masyarakat Maluku. Kantor Bahasa Maluku 2017 7

1.4 Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dibatasi pada lingkup kajian cerita rakyatikan lompa yang terdapat di Desa Haruku, KabupatenMaluku Tengah, Provinsi Maluku menggunakan pendekatanstrukturalisme Levi-Strauss.8 Nita Handayani H.

BAB IIKERANGKA TEORI2.1 Sastra pologis menurut Levi-Strauss. Karya sastra bukanhanya menggambarkan kenyataan, namun juga dapatmenunjukkan keberagaman budaya secara lebih stiwakebudayaan. Secara historis, dalam kaitannya denganmasyarakat yang menghasilkannya, karya sastra dibedakanmenjadi dua macam, yaitu sastra lama (klasik) dan sastrabaru (modern). Sastra lama juga disebut sastra daerah(regional), menggunakan bahasa daerah, tersebar di seluruh Kantor Bahasa Maluku 2017 9

Nusantara, sedangkan sastra modern disebut juga sastraIndonesia (nasional), menggunakan bahasa Indonesia, sertapenyebarannya pada umumnya terbatas di kota-kota besar.Secara teknis, sastra lama terdapat dua macam, yaitusastra lisan dan sastra tulis. Melihat kondisi-kondisigeografis, ekologis, dan keanekaragaman bentuknya, sastralisan merupakan khazanah kebudayaan yang paling luassekaligus paling kaya. Sastra lisan tidak pernah terdeteksisecara pasti. Yang pasti adalah tradisi lisan makin lama makinberkurang dengan berkurangnya masyarakat pendukungsebagai akibat mobilitas dan globalisasi. Sedangkan tradisitulis tidak berpengaruh terhadap keberadaan sastra lisan.Hal tersebut dapat berarti bahwa meskipun suatu tradisilisan telah ditranskripsikan ke dalam tulisan, tradisitersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing.Oleh karena itu, masyarakat pendukungnya yang memilikipengaruh terbesar terhadap perkembangan tradisi lisan.Bentuk sastra lama yaitu kakawin, babad, dongeng, mitos,dan cerita rakyat, termasuk peribahasa, gosip, humor, danberbagai tradisi lisan yang lain, merupakan objek studikultural yang kaya dengan nilai.10 Nita Handayani H.

Indonesia memiliki keanekaragaman cerita rakyat. Setiapdaerah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang bermacammacam. Menurut William R. Bascom (Bascom, 1965 dalamDanandjaja, 2007:50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tigagolongan besar, yaitu mite, legenda, dan dongeng. Mitosialah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arahtertentu kepada sekelompok orang (Peursen, 1988:37).Menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch (Fokkema, 1977 dalamRatna, 2011:37) struktur karya sastra memiliki kesamaandengan struktur mitos, keduanya seolah-olah berasal darikategori yang sama. Mitos atau mite menurut Bascom(dalam Danandjaja, 2007:50) merupakan salah satu bentukcerita prosa rakyat, yang dianggap benar-benar terjadi sertadianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi olehpara dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi didunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenalsekarang, dan terjadi pada masa lampau.Menurut Claude Levi-Strauss (Santosa 2010:12) mitostidak selalu sama dengan konsep mitos pada umumnya.Mitos tidak selalu relevan dengan sejarah dan kenyataan. Kantor Bahasa Maluku 2017 11

Mitos juga tidak selalu bersifat sakral atau suci. Mitos yangsuci pada suatu tempat, di tempat lain dianggap biasa. Mitosyang oleh sekelompok orang diyakini kenyataan, di tempatlain hanya dianggap khayalan. Jadi, mitos menurut LeviStrauss tidak lebih sebagai dongeng atau khayalan wa persoalan mitos adalah persoalan setiap kelompokmasyarakat tertentu dan akan memberikan pengaruhterhadap pola tingkah laku dan pandangan hidup sebuahkelompok masyarakat. Mitos yang hidup di dalam masyarakatdapat mengembangkan integritas masyarakat, solidaritas, identitas kelompok, dan harmonisasi komunal.Mitos bukanlah suatu konsep atau gagasan, melainkansuatu lambang dalam bentuk wacana. Lambang mitos tidakselalu dalam bentuk tulisan, tetapi dapat berupa film,benda, atau peralatan tertentu. Perlu ditegaskan bahwamitos bukanlah benda, melainkan dapat dilambangkandengan benda. Biasanya mitos selalu muncul dalam bentukperlambangan atau simbolisasi.12 Nita Handayani H.

Mitos tidak dipahami seperti apa adanya, sebagai perilakuyang kasat mata, melainkan sebagai sistem tanda, melaluiinterpretasi dengan berbagai cara kerjanya, sehinggadihasilkan suatu pemahaman yang berbeda, yang mengatasinilai-nilai objek yang dimaksudkan. Bagi masyarakat modern,khususnya dalam kaitannya dengan teori kontemporer,permasalahannya tidak terletak pada benar atau salah,keramat atau tidak, melainkan penghormatan, pelestarianterhadap berbagai bentuk kultural.2.2 Strukturalisme dayaseperti pakaian, menu makanan, mitos, ritual, seperti halnyagejala kebahasaan, yaitu sebagai ‘kalimat’ atau ‘teks’.Strukturalisme Levi-Strauss secara implisit menganggapteks naratif, seperti mitos, sejajar atau mirip dengan kalimat.Menurut Levi-Strauss (Ahimsa-Putra, 2001:31) maknasebuah teks tergantung pada makna dari bagian-bagiannya.Artinya, jika makna suatu bagian berubah, maka maknakeseluruhan akan ikut berubah. Selain itu, makna dari setiap Kantor Bahasa Maluku 2017 13

bagian atau peristiwa dalam sebuah teks ditentukan olehperistiwa-peristiwa yang mungkin dapat menggantikannyatanpa membuat keseluruhan teks menjadi makin tidakbermakna.Dalam kaitannya dengan mitos, Levi-Strauss mengatakanbahwa mitos memiliki suatu ‘tata bahasa’ mitos yang tidakdisadari oleh orang yang menceritakan mitos tersebut.Analisis Struktural Levi-Strauss terhadap mitos diawalioleh keterkaitannya terhadap mekanisme bekerjanya nalarmanusia serta struktur nalar tersebut. Ia ingin menyeledikiprinsip-prinsip atau dasar-dasar universal nalar manusia.Prinsip tersebut umumnya tercermin dan bekerja pada caramanusia struktural terhadap mitos, yaitu pertama, jika mitos memilikisebuah makna, maka makna itu tidak dapat terbentuk darisatu unsur saja, melainkan terbentuk melalui surmitos inilah yang menjadi tempat hadirnya makna. Kedua,walaupun mitos termasuk dalam kategori ‘bahasa’ namun14 Nita Handayani H.

mitos bukanlah sekadar bahasa. Mitos memiliki ciri tertentuyang sama dengan ciri bahasa. Oleh karena itu, bahasamitos memperlihatkan ciri-ciri yang lain. Ketiga, ciri-ciri inihanya dapat ditemukan di atas tingkat biasa sebuah bahasa.Dengan kata lain ciri-ciri ini lebih kompleks daripada ciri-ciriyang ditemukan dalam sebuah bahasa dalam tipe manapun.Ketiga landasan analisis di atas mengandung pengertianbahwa mitos dibentuk dari satuan-satuan pembentukkonstitutifnya atau mytheme. Oleh karena itu, untukmenemukan sebuah mitos, terlebih dahulu dicari mitememitemenya. Miteme-miteme yang telah didapatkan kemudiandisusun hingga mendapatkan bentuk mitos secara utuh.2.2.1 Mencari Miteme nganalisis tata bahasa mitos dibutuhkan mitemesebagai unsur terkecil dari bahasa mitos. Mitememerupakan unsur-unsur dalam konstruksi wacana mistis(mythical discourse), yang juga merupakan satuansatuan yang bersifat terbalik, relatif, dan negatif. Oleh Kantor Bahasa Maluku 2017 15

karena itu, dalam menganalisis suatu mitos, makna darikata yang ada harus dipisahkan dengan makna mitemeyang berupa kalimat dalam sebuah cerita.Pencarian miteme pada mulanya dilakukan sambil mengarahkan diri pada prinsip-prinsip yangberfungsi sebagai dasar analisis struktural dengan segalabentuknya yaitu berupa kumpulan penjelasan. Kumpulanpenjelasan didapat melalui kombinasi cerita-cerita yangada. Jadi, melalui kombinasi-kombinasi cerita tersebut,akan didapatkan makna sebuah mitos secara utuh.2.2.2 Menyusun MitemeSetelah menemukan berbagai miteme berupa ,yang ada dalam sebuah atau beberapa mitos, mitemetersebut kemudian dituliskan pada sebuah kartu indeksyang masing-masing telah diberi nomor sesuai denganurutan dalam cerita. Setiap kartu ini akhirnya akanmemperlihatkan suatu subjek yang melakukan fungsitertentu, dan inilah yang disebut relasi. Relasi yang sama16 Nita Handayani H.

akan muncul secara diakronis di tempat-tempat yang jauhatau sangat jauh jaraknya dalam mitos tersebut. Namunkarena mitos juga mempunyai karakter tertentu, yaitumemiliki waktu mitologi (mythological time) yang bisaberbalik dan tidak, yang reversible dan non-reversible,yang sinkronis dan diakronis, serta yang lisislebih lanjut adalah kumpulan relasi-relasi ini. Denganmenyusun miteme secara paradigmatik dan sintagmatisakan ditemukan susunan miteme dengan dua dimensi.Susunan Miteme Dua Dimensi12 4231 315 84 645 72 53Angka-angka4merupakan756876 8elemen-elemenpesan,sedangkan empat baris ke bawah merupakan frekuensipenyampaian pesan. Pada bagian akhir dari angka-angkatersebut akan muncul kalimat-kalimat lengkap yang dapatdibaca setelah dikumpulkan dari tiap penyampaian pesan. Kantor Bahasa Maluku 2017 17

Susunan nomor yang merupakan elemen-elemen pesanyang disampaikan tersebut terlihat mempunyai dua dimensi,yaitu horizontal dan vertikal, sintagmatis dan paradigmatik.Kedua dimensi tersebut terdiri atas dua hal yang berbeda.Adanya perbedaan tersebut menimbulkan oposisi biner(oposisi berpasangan). Istilah oposisi biner dalam linguistikmenunjukkan bahwa bahasa mempunyai makna yang munculdalam oposisi rangkaian, dan kata-kata yang diucapkanmempunyai relasi dengan yang ada di luar percakapan.Oleh sebab itu, bahasa dapat digunakan sebagai modeluntuk mengetahui pola-pola budaya suatu masyarakat yangterwujud dalam kognisi dan sistem relasinya. Pola-pola inilahyang kemudian menunjukkan adanya usaha menangkaprelasi dari pemikiran oposisi berpasangan yang terdapatdalam masyarakat, misalnya baik-buruk, pria-wanita, tinggirendah, dan sejenisnya (Koentjaraningrat dalam Suwondo,2011:133).2.2.3 Hasil yang DiperolehUnit-unit naratif yang terdapat dalam mitos bukanberupa hubungan yang tersendirikan, melainkan berupapaket hubungan. Melalui bentuk-bentuk paket tersebut18 Nita Handayani H.

satuan-satuan konstitutif ini memperoleh fungsi yangberarti.Dalam menganalisis mitos dilakukan secara sintaktik(sintagmatik) maupun semantik (paradigmatik). Hubungansintagmatik (hubungan secara horizontal) berkenaandengan relasi logis antarunit naratif atau hubunganin praesensia dan hubungan paradigmatik (hubungansecara vertikal) berhubungan dengan relasi semantisatau hubungan in absensia. Atau dengan kata lain, yangpertama berkaitan dengan hubungan antara yang hadirbersama dan yang kedua berkaitan dengan hubunganantara yang hadir dan tidak hadir, yaitu hubungan maknadan lambang (tanda-tanda, signs) semiotis (bahasa). Kantor Bahasa Maluku 2017 19

20 Nita Handayani H.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANMetodologi penelitian merupakan bentuk proses yangdilakukan sejak awal sebuah penelitian dimulai, hinggaakhir.Proses yang dimaksud meliputi keseluruhan caradalam melakukan sebuah penelitian, meliputi teori, metode,teknik, termasuk cara-cara penyajian, hingga penggunaanbahasanya. Menurut Sugiono (2009:2) terdapat empat katakunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan,dan kegunaan.Penggunaan metodologi dan metode yangbenar dalam sebuah penelitian akan memberikan hasil yangmemuaskan. Kantor Bahasa Maluku 2017 21

3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.Menurut Sugiyono (2009:8) metode penelitian kualitatif seringdisebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannyadilakukan pada kondisi yang alamiah; disebut juga sebagaimetode etnografi karena pada awalnya metode ini lebihbanyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut sebagai metode kualitatif karena data yang akteristikpenelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalamSugiyono (2009:13), yaitu (1) bersifat alamiah, bukan bersifateksperimen, langsung ke sumber data dan peneliti merupakaninstrumen kunci, (2) bersifat deskriptif. Data yang terkumpulberbentuk kata-kata atau gambar, (3) lebih menekankan padaproses daripada outcome, (4) melakukan analisis data secarainduktif, dan (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna.3.2 Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam tatifdengan berpedoman pada analisis strukturalisme Levi-22 Nita Handayani H.

Strauss. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untukmenggambarkan dan menjelaskan mitos ikan lompa yangada di Desa Haruku. Kemudian mitos tersebut dianalisismenggunakan strukturalisme Levi-Strauss yang menganggapbahwa berbagai aktivitas sosial dan hasilnya, seperti dongeng,upacara-upacara, sistem kekerabatan dan perkawinan, dansebagainya dikatakan sebagai bahasa atau tanda dan simbolyang menyampaikan pesan-pesan tertentu.3.3 Pengumpulan Data dan InstrumenTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaituteknik observasi, wawancara tidak terstruktur, membaca danmerekam, serta merekam dan mencatat. Instrumen dalampengumpulan data memanfaatkan media kamera, alat rekam,kertas, dan pensil. Selain itu, penulis juga menggunakanteknik tinjauan pustaka untuk melengkapi data-data yangdibutuhkan.3.4 Teknik Analisis DataPenelitian ini menggunakan teknik analisis igejalakebahasaan. Menurut Rafiek (2010:76) langkah-langkahdalam analisis struktural Levi-Strauss, yaitu: Kantor Bahasa Maluku 2017 23

1) Pada awalnya membaca cerita secara keseluruhan.Dari pembacaan ini, diperoleh pengetahuan dan kesantentang cerita, tokoh-tokohnya, berbagai tindakan yangdilakukan, serta berbagai peristiwa yang dialami.2) Apabila cerita-cerita itu terlalu panjang, maka ceritatersebut dibagi menjadi beberapa episode. Apabila ceritadibagi menjadi beberapa episode, maka dilakukanpembacaan ulang yang lebih saksama untuk memperolehgambaran tentang episode-episode serta pengetahuanyang jelas, sehingga digunakan sebagai dasar dalamanalisis.3) Setiap episode mengandung deskripsi tentang tindakanatau peristiwa (mytheme atau cerytheme) yang dialamioleh tokoh-tokoh dalam cerita.4) Memperlihatkan adanya suatu relasi atau kalimatkalimat yang menunjukkan hubungan-hubungan tertentuantarelemen dalam suatu cerita.5) Ceriteme-ceriteme disusun secara diakronis dan sinkronisatau mengikuti sumbu sintagmatik dan paradigmatik.Makna dan elemen mitos tergantung pada relasisintagmatis dan paradigmatisnya dengan elemen-elemenyang lain.24 Nita Handayani H.

6) Mencoba menarik hubungan relasi antarelemen-elemendi dalam suatu cerita secara keseluruhan. Langkah inidimaksudkan untuk menemukan sebuah makna ceritasecara internal yang dapat disimpulkan sebagai suatubangunan makna.7) Langkah terakhir, menarik kesimpulan-kesimpulan akhirdengan mencoba memaknakan cerita-cerita internaldi atas dengan kesimpulan-kesimpulan referensial ataukontekstual di mana cerita itu berada dan mencobamenarik sebuah makna umum yang menempatkan maknainternal sebagai bagian dari makna-makna umumsecara integral.3.5 Lokasi PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Desa Haruku, KecamatanPulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.Lokasi penelitian dapat ditempuh melalui perjalanan lautdengan menggunakan speedboat.3.6 Data dan Sumber DataData dalam penelitian ini berupa mitos ikan lompa yangdirekam dan dicatat dari hasil wawancara informan dilapangan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu mitos ikan Kantor Bahasa Maluku 2017 25

lompa yang ada di Desa Haruku. Mitos ini didapat melaluiobservasi langsung ke lapangan, dan melakukan wawancarapada nara sumber yang mengetahui mengenai mitos ikanlompa. Selain itu, informasi tambahan dari buku-buku yangmemuat mengenai mitos ikan lompa juga menjadi sumberdata dalam penelitian ini.26 Nita Handayani H.

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Desa HarukuSecara administratif, Desa Haruku berada dalam wilayahKecamatan Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, ProvinsiMaluku. Desa Haruku merupakan salah satu dari beberapadesa di Pulau Haruku. Pulau Haruku adalah salah satu pulaudalam gugus Pulau-Pulau Lease yang terdiri dari PulauHaruku, Saparua, dan Nusa Laut. Bersama Pulau Ambon,gugus tersebut sering disebut sebagai Pulau Ambon danPulau-Pulau Lease.Secara geografis, di sebelah Utara Desa Harukuberbatasan dengan Desa Rohomoni, di sebelah selatanberbatasan dengan Desa Oma dan Desa Samet, di sebelah Kantor Bahasa Maluku 2017 27

Timur berbatasan dengan Desa Aboru, dan di sebelah baratadalah Selat Haruku.Wilayah Desa Haruku yang berbatasan dengan laut dangunung, menjadi latar belakang mayoritas masyarakat DesaHaruku sejak dulu hingga kini bekerja sebagai petani dannelayan. Minimnya tingkat pendidikan khusus dan fasilitasumum yang memadai menyebabkan masyarakat Desa Harukutidak memiliki keahlian lain. Peran pemerintah daerah dalammenyiapkan lapangan kerja lain di Desa Haruku juga menjadisalah satu faktor utama.Sumber daya laut Negeri Haruku dikategorikan atas duabagian, yaitu a) sumber daya laut yang berada di dalamdaerah penentuan adat Desa Haruku, dan b) sumber dayalaut yang berada di luar daerah petuanan Desa HarukuBatas petuanan Desa Haruku, sejajar garis pantai adalahmulai dari Tanjung Totu di bagian Utara sampai denganTanjung Batu Kapal di bagian Selatan. Sedangkan bataspetuanan laut tegak lurus garis pantai adalah sampai padabatas daerah integral. Potensi laut yang berada di dalamwilayah petuanan adat Negeri Haruku berupa ikan, molusca,crustacea, teripang, terumbu karang, dan organisme yanghidup di daerah terumbu karang.28 Nita Handayani H.

Semua hasil laut yang bergerak maupun yang tidakbergerak, yang terdapat sepanjang bentang pasir muara KaliLearissa Kayeli di sasi. Sedangkan semua sumberdaya lautyang terdapat di luar daerah, namun masih terdapat dalamdaerah petuanan adat Negeri Haruku baik yang bergerakmaupun yang tidak bergerak dapat dimanfaatkan olehmasyarakat Negeri Haruku.Air yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Haruku untukkeperluan sehari-hari (mandi, cuci dan minum) berasal dariair sumur, air kali, dan air leding. Air leding yang digunakansebagian besar masyarakat Desa Haruku untuk keperluansehari-hari bersumber dari batu karang yang terdapat dalamdaerah petuanan Desa Haruku, sedangkan sumur-sumur yangterdapat di Desa Haruku adalah sumur galian penduduk. Selainair leding dan sumur galian, Kali Learissa Kayeli juga memilikiperanan yang cukup penting di dalam kehidupan sehari-harimasyarakat Desa Haruku.Kali Learissa Kayeli bermuara di Desa Haruku danmerupakan pertemuan antara dua buah kali besar yakni kaliWaimemi dan kali Waiira, serta beberapa kali kecil lainnya.Kali Learissa Kayeli selain dimanfaatkan oleh masyarakatNegeri Haruku untuk kepentingan sehari-hari seperti mandidan mencuci, juga dimanfaatkan oleh ikan lompa sebagaihabitat dan tempat berlindung yang merupakan daerah sasi. Kantor Bahasa Maluku 2017 29

4.2 Tradisi Sasi di Desa HarukuSasi merupakan peraturan atau hukum adat yang telahada sejak dahulu di desa-desa di Maluku. Tidak diketahuidengan jelas kapan praktik sasi mulai dilakukan di Maluku,namun legenda masyarakat menunjukkan bahwa sasi telahmulai dilaksanakan pada abad ke-14. Keberadaan sasimerupakan sistem pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjagamutu dan populasinya.Dari segi hukum, sasi diartikan sebagai larangan. Ketikawaktu penentuan

Indonesia memiliki keanekaragaman cerita rakyat. Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat yang bermacam-macam. Menurut William R. Bascom (Bascom, 1965 dalam Danandjaja, 2007:50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mite, legenda, dan dongeng. Mitos ialah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah

Related Documents:

Mitos hanya menceritakan apa yang benar-benar terjadi, yang . Karena itu, mitos mengungkapkan aktivitas kreatif mereka dan mengungkapkan kesucian atau "kesaktian" karya-karya mereka.2 Mitos bukan sekedar dongeng, melainkan mitos memberikan model yang dijadikan referensi tindakan dan sikap hidup manusia. Tindakan yang dimaksud adalah

bentuk folklor yaitu mitos. Mitos adalah cerita yang bersifat simbolik dan suci tentang dewa dan pahlawan pada zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan masyarakat tertentu. Mitos disebarkan secara lisan 2Edi Sedyawati, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah (Jakarta: PT. Raja

Materi upaya pelestarian makhluk hidup hewan dan tumbuhan langkamerupakan materi pada kelas 4 semester 2. Materi ini terdiri dari penjelasan upaya pelestarian makhluk hidup, contoh hewan dan tumbuhan langka, serta cara melestarikan hewan dan tumbuhan langka. Penanganan pembelajaran dilakukan secra pendekatan individual dan kelompok.

Mitos Matu yang berada di wilayah Pesisir Barat adalah salah satu mitos yang berada di Desa Way Sindy. Mitos ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat setempat semenjak zaman terdahulu yang diwariskan secara turun temurun singga saat ini. Mitos Matu ini diwujudkan masyarakat Desa Way Sindy dalam suatu ritual yang dinamakan Ngundang Matu.

Barcelona, 2015 - Psicosíntesis, Mitos e integración de Polaridades en el Temperamento 1 . mitos correspondientes a cada signo. . Libra, respectivamente. Estos son algunos de los mitos que vamos a analizar y explicar como base del

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI Sub Pokok bahasan : 1) Perlunya pengembangan sistem akuntansi 2) Prinsip pengembangan sistem Akuntansi 3) Siklus hidup pengembangan sistem akuntansi 4) Pendekatan pengembangan sistem akuntansi 5) Metodologi pengembangan sistem akuntansi 6) Alat dan teknik

kompetensi Jabatan dan rencana pengembangan karier. Pengembangan kompetensi dilakukan pada tingkat: – instansi; dan – nasional Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun. Pengembangan kompetensi menjadi dasar pengembangan karier dan menjadi salah satu dasar bagi .

7. What is the name of this sequence of events which results in the production of a protein? 8. What is Reverse Transcription? 9. When does Reverse Transcription occur? 10. How can Reverse Transcription be used in Biotechnology? DESIGNER GENES: PRACTICE –MOLECULAR-GENETIC GENETICS 2 CENTRAL DOGMA OF MOLECULAR GENETICS 1. Where is DNA housed in Eukaryotic Cells? most is stored in the nucleus .