Pemikiran Buya Hamka Dalam Tafsir Al- Azhar Tentang Ummah

1y ago
23 Views
5 Downloads
1.45 MB
110 Pages
Last View : 22d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Cannon Runnels
Transcription

PEMIKIRAN BUYA HAMKA DALAM TAFSIR ALAZHAR TENTANG UMMAHSKRIPSIOleh:Wildan FahrudinNIM: 210416016JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)PONOROGO2021

ABSTRAKFahrudin, Wildan. 2021. Pemikiran Buya Hamka DalamTafsir al-Azhar Tentang Ummah. Skripsi. JurusanIlmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin,Adab, dan Dakwah Institut Agama Islam NegeriPonorogo, pembimbing Dr. Aksin, S.H., M.Ag.Kata kunci: Nasionalsime, Buya Hamka, DoubleMovement, UmmahPermasalahan umum yang diangkat oleh penelitiadalah Nasionalisme. Berawal dari pemahaman masyarakattentang Nasionalisme yang masih kurang. Dibuktikandengan generasi hari ini yang belum konsisten terhadapperkara Negara-bangsa. Banyak sekali konflik di Indonesiayang disebabkan oleh kurangnya rasa saling memiliki.Peneliti menilai setiap konflik di Negara kita tidak lepas darikonteks Nasionalisme. Karena, para pendahulu kita begitusemangat menyadarkan kepada setiap generasi bahwabangsa kita adalah bangsa merdeka. Tetapi setelah kitamerdeka semangat menjaga kemerdekaan tersebut mulailuntur oleh kepentingan masing-masing. Salah satu narasial-Qur’an dalam konteks Nasionalisme adalah Ummah.Karena, Ummah berbicara tentang idealnya hubunganseorang Muslim dengan sesamanya dan kaum Muslimdengan kaum lainnya. Peneliti juga menilai narasi tersebutsangat sesuai dengan konflik-konflik yang terjadi di Negarakita.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yangdimaksud dengan Ummah dan bagaimana kontekstualisasiUmmah di era sekarang. Penelitian ini bersifat penelitiankepustakaan. Sumber data berasal dari kitab suci al-Qur’anii

dan kitab tafsir al-Azhar karya Buya Hamka. Penelitian inimenggunakan pendekatan Double Movement FazlurRahman dengan memahami konteks mikro dan makro padatafsir al-Azhar dan saat al-Qur’an diturunkan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsep umat yangideal bagi Hamka adalah mereka yang berdakwah dengannarasi perdamaian. Kemudian, kontekstualisai Ummah padaera pewahyuan dijelaskan pada fenomena Piagam Madinah,pemindahan kiblat, dan perilaku orang-orang Yahudi. Dankontekstualisasi Ummah pada era sekarang dijelaskandengan permasalah Intoleransi, perselisihan antar wargaNegara, dan kemerdekaan untuk setiap warga Negara. IdealMoral yang diambil oleh peneliti adalah prinsip toleransi,keadilan, dan kemerdekaan. Prinsip toleransi adalah untukmemberi solusi terhadap faktor ekternal yang mana denganprinsip ini diharapkan kita saling menghormati antar agamadalam suatu negara. Prinsip keadilan adalah sikap umatIslam kepada sesama dan dengan umat lain. Karena kitaharus mengetahui batasan-batasan ketika kita bersinggungandengan umat lain. Prinsip kemerdekaan adalah ditujukanuntuk diri kita masing-masing. Karena setiap manusiamemiliki hak yaitu kemerdekaan. Ketiga prinsip tersebutdimulai dari ketuhanan yang maha Esa. Setelah menghayatike-Esaan Tuhan maka sudah pasti kita sadar akan adanyaketiga prinsip tersebut. Karena hal tersebut adalah tuntutankita sebagai hamba yang diberi kecerdasan dibandingmakhluk-makhluk lainnyaiii

iv

v

vi

vii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangNasionalisme adalah paham yang didasari oleh rasacinta tanah air dengan bentuk penyatuan semua elemendalam suatu bangsa. Nasionalisme juga bisa diartikansebagai suatu sikap dari sekelompok masyarakat yangmempunyai budaya dan cita-cita yang sama agartercapainya kemerdekaan bagi bangsanya. Di dalamKamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwanasionalisme adalah kesadaran keanggotaan dalam suatubangsa yang secara potensial atau aktual nidentitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan n dengan sebuah paham yang berada pada page all1

2manusia untuk mempertahankan kepentingan risme adalah paham yang memisahkan urusanurusan Agama dan Negara.Terkait Nasionalisme kita bisa melihatnya dalambeberapa model. Diantaranya, Nasionalisme Sipil yaitupengakuan suatu Negara dari rakyatnya atau dariperwakilan politik. Artinya, setiap warga Negaramengakui keberadaan negaranya mulai dari sejarahhingga nkeberadaan Negara dari budaya asal atau etnismasyarakat. Perbedaan model Nasionalisme Sipil danNasionalisme Etnis adalah dari siapa yang mengakui.Karena, pengakuan dari setiap warga Negara atau etnismemiliki perbedaan kepentingan. Walaupun demikian,tujuannya tetap sama.Nasionalisme Identitas yaitu Negara memperolehkebenaran identitas dari masyarakat. Artinya, asyarakatnya lalu bagaimana Negara lain memandangNegara tersebut.

3Nasionalisme Budaya yaitu kebenaran Negara yangdiakui oleh budaya bersama. Di dalam suatu nnya, kebiasaan apa saja yang dilakukan olehmasyarakatnya dan apa alasan mereka melakukan halitu, bagaimana mereka memahami budaya satu denganbudaya lain. Sehingga dari berbagai macam budayatersebut mereka mengakui kebenaran Negara bersamasama.Nasionalisme Kenegaraan yaitu mempertahankankedaulatan suatu Negara hal ini berkaitan denganmengatasi permasalahan-permasalahan yang ada diNegara tersebut. Mulai dari mempertahankan apa nya dari hal-hal yang berdampak buruk baginegaranya.2Sedangkan Hamka secaraumummenjelaskanNasionalisme lewat Pancasila, dan beberapa tulisantentang hubungan agama dengan Negara. Di sini penelitimenemukannya dalam 3 karya tulisannya yaitu, Urat2Nunu Burhanuddin, Konstruksi Nasionalisme Religius: RelasiCinta dan Harga Diri dalam Karya Sastra Hamka, (Bukittinggi:Episteme, 2015), hal 356-357.

4Tunggang Pantjasila, Revolusi Agama Menuju Negara,dan Keadilan Sosial Dalam Islam. Di dalam karyanya ituHamka lebih dominan membahas Nasionalisme dalamkonteks Pancasila yang berhubungan dengan agamakarena kita tahu sendiri Hamka adalah tokoh nasionalyang berkontribusi kepada Negara lewat agama danpeneliti akan membahasnya di paragraf selanjutnya.Dalam bukunya yang berjudul Urat ncasila. Buku ini secara umum ditujukan untuk an dengan agama-agama lain yang perluperlindungan dari kita umat Islam karena seperti yangkita ketahui mayoritas harus bertanggungjawab terhadapyang minoritas.Pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Bagi umatIslam, sila tersebut dihayati dengan mengesakan Allahyang mana Ia di atas segalanya. Allah yang mempunyaisifat Rahman dan Rahim untuk umat manusia. Danmanusia diwajibkan juga untuk berbelas kasih kepadasesama. Salah satu bentuk dari berbelas kasih adalah

5dengan tidak menjadi penghalang bagi manusia laindengan Tuhannya.3Kedua membahas tentang kemanusiaan. Ketikaseseorang sudah paham dan menghayati poin pertama,maka seharusnya timbul rasa kemanusiaan karenaberawal dari rasa belas kasihan tersebut. Hamkamengambil salah satu potongan ayat 213 surat alBaqarah yang artinya “Manusia adalah umat yang satu”.Hamka berharap rasa kemanusiaan itu tumbuh atas dasarketuhanan yang maha esa. Lalu Nabi Muhammad SAWjuga bersabda yang artinya “sebaik-baik manusia adalahyang bermanfaat bagi sesama manusia”. Itulah dasardasar yang dijelaskan oleh Hamka untuk umat Islamdalam menumbuhkan rasa kemanusiaan.4Ketiga membahas tetang keadilan sosial. Dalam halini tetap berawal dari poin pertama yaitu ketuhanan yangmaha esa. Dengan adanya ketuhanan yang maha esamaka hal itu menuntut untuk keadilan sosial. Hamkamengambil contoh yaitu adil terhadap fakir miskin dananak3yatim.WalaupunseorangumatHamka, Urat Tunggang Pantjasila, (Jakarta: PustakaKeluarga 1951), hal 10-13.4Ibid hal 17-20.Muslim

6melaksanakan sholat lima waktu beserta sunnahsunnahnya jika dia tidak bisa berlaku adil makaibadahnya sama saja tidak diterima.5Keempat membahas tentang kedaulatan rakyat. Halini Hamka menjelaskan bahwa kedaulatan rakyat adalahkemerdekaan rakyat di wilayah kepercayaan, keyakinanatas ketuhanan yang maha esa. Kemedekaan dijelaskanHamka dalam tiga pokok yaitu: merdeka iradah(kemauan), merdeka fikiran, dan merdeka jiwa.6 Yangmana ketiga pokok dan poin-poin di atas adalahpenjelasan secara umum dari pancasila yang mempunyaiurat tunggang yaitu ketuhanan yang mana esa.Kemudian, dalam tulisan lainnya pada buku berjudulRevolusi Agama Menudju Negara juga menjelaskanNasionalisme secara umum dengan memaparkan sejarahperkembangan agama di beberapa tempat. Dalam hal ini,Hamka menjelaskan dari perkara paling awal yaitutentang manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allahyang paling sempurna. Secara alami dari beribu-ributahun yang lalu hingga sekarang manusia mengalami5Hamka, Urat Tunggang Pantjasila, (Jakarta: PustakaKeluarga, 1951), hal 21-23.6Ibid 23-28.

7banyak sekali proses yang bertujuan untuk menemukansebuah kekuatan tunggal yang sangat besar dan lebihbesar dari alam semesta yang telah mereka telusuri.Semua itu berawal dari kesadaran fitrah dari setiapmanusia.7Setelah memaparkan sejarah perkembangan agamadi beberapa Negara dan tokoh-tokoh yang berkontribusiterhadap hal itu, Hamka menyimpulkannya dalam satupembahasan terakhir dari buku ini dengan judulRevolusi Agama Menudju Negara. Revolusi dari tokohtokoh Islam dan para Nabi tidak semata untuk orangorang sekitarnya tetapi juga untuk berbagai macamcorak masyarakat yang memang ditindas. Dan semua itudidasariolehagama.8MakadariituHamkamenyebutkan bahwa agama dan Negara tidak bisadipisahkan. Sehingga agama berevolusi di dalamrevolusi kemanusiaan untuk menyatakan dirinya.9Dalam konteks Nasionalisme di dalam karya Hamka7Hamka, Revolusi Agama Menudju Negara, (Jakarta: PustakaIslam 1952), hal 20.8Ibid 90.9Ibid 94.

8berjudul Keadilan Sosial Dalam Islam, ada dua pokokpikiran yang ditanamkan untuk perbaikan masyarakat:1. Kebersihan jiwa2. Undang-undang yang meliputi seluruh masyarakatKedua pokok pikiran ini yang juga dapat harusditerapkan dalam konteks bernegara.10Kemudian kitatarik pembahasan ini kepada era sekarang yang mana dinegara kita yaitu Indonesia masih banyak konflik yangterjadi entah itu di wilayah politik, sosial, suku, ras, danAgama. Hal ini disebabkan oleh kurangnya rasa cintatanah air sehingga mereka hanya memikirkan bagaimanacaranya agar mendapatkan keuntungan bagi dirinyasendiri. Dari beberapa cara tersebut dapat menimbulkankonflik yang bukan hanya mereka saja yang terlibat.Tetapi, orang-orang yang tidak mengetahui apapundapat terlibat dalam konflik tersebut. Semakin lama danbesar konflik yang terjadi hingga banyak yangkehilangan rasa cinta tanah air. Maka dari itu, jauhsebelum konflik tersebut terjadi para Ulama amka, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Jakarta: Widjaya1951), hal 6.

9mengedukasi setiap warga negara tentang pentingnyarasa cinta tanah air. Dari uraian tersebut kita bisamengetahui bahwa konflik menjadi masalah yang seriusbagi suatu bangsa. Kurangnya rasa cinta tanah air adalahawal dari munculnya konflik. Terlebih jika kita sebagaiumat Islam kurang menghayati nilai-nilai menimbulkan konflik yang berujung perpecahan. Makadari itu hal tersebut harus menjadi perhatian bagi umatIslam agar Nasionalisme tidak hanya sebatas ruanglingkup ekonomi, politik, dan sosial. Tetapi jugamerambah kepada wilayah suku, agama, ras, danbudaya.Dengan menghayati nilai-nilai keIslaman dalambentuk apapun kita akan memahami rasa persaudaraansesama umat muslim. Dari awal belajar tentang Islampasti kita mempelajari tentang persaudaraan sesamaumat Islam yang memang di wajibkan. Dimulai dariadanya penghormatan terhadap Nabi, sahabat-sahabatNabi, hingga para Ulama’ adalah salah satu bentukmenjaga Ukhuwah Islamiah. Karena dengan hal itu kita

10bisa saling menjaga sesama umat Islam agar tidak adakonflik yang berujung pada nilaian atau evaluasi terhadap rasa cinta tanah air ataskesadaran dan tanggung jawab sebagi warga isipasi dalam pembangunan, menegakkan hukum,menjunjung keadilan sosial, memanfaatkan sumberdayaseklaigus berorientasi pada masa depan, berprestasi,mandiri, dan bertanggungjawab dengan menghargai dirisendiri dan orang lain, serta siap berkompetisi denganbangsa lain dan terlibat dalam kerjasama Internasional.Nasionalisme yang ideal demikian akan mengantarkanwarga Negara sebagai orang-orang yang mempunyaikualitas psikologis yang tinggi.11Narasi al-Qur’an dalam konteks Nasionalisme yangdekat dengan masyarakat salah satunya adalah Ummah.Karena, narasi tersebut langsung membahas bagaimanaseharusnya sikap umat Islam menjadi warga negara yang11Anggraeni Kusumawardani & Faturochman, (BuletinPsikologi, No. 2, 2004), hal 71.

11baik. Kata Ummah dalam beberapa tafsir menjadirepresentasi terhadap konsep nasionalisme bagi umatMuslim. Sejak munculnya konsep Negara-bangsa(nation-state) pada abad ke 20 umat Islam dihadapkandengan persoalan agama persoalan politik spasialgeografik. Maka dari itu kita perlu mengkaji termUmmah sebagai istilah kewarganegaraan di tengahmasalah kenegaraan.12 Dalam hal ini penulis tertarikingin menelitinya lewat pemikiran Buya Hamka isasinya terhadap era sekarang menggunakanteori Duoble Movement Fazlur Rahman. Pada kitabtersebut Buya Hamka menjelaskan salah satu bentuknasionalisme dengan kata Ummah.Beliau lahir di Maninjau Sumatra Barat pada 16Februari 1908 M/ 13 Muharrom 1326 H, putra dariseorang yang berpengaruh bernama Syech Abdul Karimibn Amrulloh.13 Ayah beliau dikenal sebagai seorang12Zayad Abd Rahman, Konsep Ummah dalam al-Qur’an:Sebuah Upaya Melerai miskonsepsi Negara Bangsa-Bangsa, (RelegiJurna Studi Islam, vol 6 2015), hal 2.13Ibnu Ahmad al-Fathoni, Biografi Tokoh dan RevolusiMelayu, (Arqom Patani, 2015), hal 2.

12pelopor gerakan Islam “Kaum Muda” di Minangkabaupada tahun 1906. Dikarenakan pada tahun-tahun tersebutsedang maraknya penjajahan di Indonesia Hamkaberangkat ke beberapa kota untuk mendalami ilmuagama yang salah satu tujuannya untuk memerdekakanIndonesia. Dimulai pada tahun 1924 beliau berangkat keYogyakarta. Beliau belajar pergerakan Islam modern.Bergeser ke Pekalongan, beliau mendapat wawasantentang pemuda bernama Roem. Setelah dirasa pantasuntuk memulai sebuah pergerakan, pada tahun 1925pulang dan turut mendirikan Tabligh Muhammadiyahdan gerakan-gerakan lain hingga beliau menulis kitabTafsir al-Azhar.14Beberapa mufassir yang membahas kata Ummahdiantaranya Quraish Shihab yang memaparkan Ummahdengan beberapa macam yaitu Ummah bermaknaAgama, Ummatun Wahidah, Ummatan Wasathan,14H. Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Hamka,(Noura: Jakarta 2016), hal 3-4.

13UmmatanMuqtasidah,KhoiruUmmah,Ummahbermakna manusia, hewan, jin dan manusia.15Di sisi lain Muhammad Rashid Rida dalammemaknaiUmmahdenganUmmatanWasathanmenjelaskan bahwa artinya adalah posisi tengah.Maksudnya, umat Islam diharapkan dapat menjadi saksiatas perbuatan manusia pada umumnya. Untuk menjadisaksi diperlukan posisi tengah untuk dapat melihatsecara seimbang.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep Ummah menurut Buya Hamka?2. Bagaimana aktualisasi makna Ummah menurut BuyaHamka?C. Tujuan Penelitian1. Menjelaskan makna ummah dari segi istilah ataubahasa dalam kitab al-Azhar15Jahidin, Konsep Ummah Dalam al-Qur’an: Telaah PemikiranQuraish Shihab Dalam al-Misbah, (Fakultas Agama Islam UniversitasMuhammadiyah Surakarta, 2018).

142. Mengungkapkan isu-isu tentang Ummah dalam kitabal-AzharD. Signifikansi PenelitianAdapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Dari aspek akademik, penelitian ini diharapkan dapatmenambah khazanah keilmuan al-Qur'an terutamadalam bidang tafsir.2. Secara praktis dengan ditulisnya penelitian inisemoga dapat memberikan manfaat bagi setiap yangmembaca terkhusus bagi penulis, selain menjadisarana rujukan tertentu.E. Batasan PenelitianBatasan penelitian ini yaitu, konsep Ummah dalamal-Quran menurut kitab tafsir al-Azhar karya BuyaHamka menggunakan teori Duoble Movement dariFazlur Rahman. Adapun teori Tematik pada penelitianini hanya untuk memunculkan tema penelitian.F. Telaah PustakaAda beberapa penelitan terdahulu berkaitan denganpemikiranBuyaHamkaataupenelitiantentang

15”Ummah” diantaranya penelitian dari Jahidin yangberjudul “KONSEP UMMAH DALAM AL-QUR’ANTELAAH PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB DALAMTAFSIR AL-MISBAH”. Dalam penelitian ini, penulismemaparkan perbedaan pengkajian para ulama hasannya kepada konsep “Ummah” denganpendekatan tematik menggunakan sumber primer daribuku Tafsir al-Misbah. Sehingga penulis menunjukkanbahwasannya konsep Ummah menurut Quraish Shihabmemiliki bermacam makna yaitu: Ummah bermaknawaktu, jalan hidup, Agama, Ummatan Wahidah,Ummatan Wasathan, Muqtasidah, Khoirul Ummah.Kemudianpenelitianberjudul“KONSEPPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT BUYAHAMKATAHUN1950-1980:TELAAHBUKUFALSFAH HIDUP DAN PRIBADI HEBAT” karyaDartim. Dalam hal ini penulis memaparkan nkan pada memaksimalkan dan menguatkanpribadi dalam konteks akal, budi, cita-cita-, dan bentukfisikseseorangyangseharusnyadikembangkan

16semaksimal mungkin. Dengan cara melatih berfikir danketerampilan agar dari segi peserta didik dapat menjadipribadi yang mandiri dan bertanggung jawab dan darisegi pendidikan dapat menyusun visi dan misi yanglebih baik.Selain itu, penelitian berjudul ”KONSEP ALUMMAH AL-WAHIDAH MENURUT BUYA HAMKADALAM TAFSIR AL-AZHAR“ karya Hanhan MochHary Ramdany membahas tentang konsep ummahmenggunakan Metode Content Analysis. Penelitian iniberawal dari kerangka pemikiran bahwa kata UmmatanWahidatan merupakan seruan khusus kepada umat ga peneliti mengungkapkan definisi UmmatanWahidatan menurut Buya Hamka dalam Tafsir al-Azharadalah umat yang satu dalam segi kemanusiaan, Aqidah.Serta empat kaidah Ummatan Wahidatan yaitu Tauhid,Ukhuwah, Musawah, dan SebuahUpayaMiskonsepsi Negara-Bangsa)” karyaUMMAHMeleraiZayad Abd.

17Rahman. Penulis membahas hal ini dimulai daripenyebutan kata Ummah dalam al-Quran dan macammacamnya. Kemudian penulis membedah konteks darikata Ummah tersebut dengan tujuan agar meminimalisiradanya miskonsepsi masyarakat dalam memaknai kataUmmah yang cenderung lebih sempit.Secara umum perbedaan antara penelitian-penelitiandi atas dengan apa yang diteliti oleh penulis saat iniadalah pendekatannya. Pada kali ini peneliti ement dari Fazlur Rahman. Hal ini dilakukan agarpembahasan tersebut dapat diaktualisasikan kepada erasekarang dan orang-orang dapat lebih memahamiUmmah.G. Metode Penelitian1. Pendekatan dan jenis penelitiana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian iniadalah pendekatan kualitatif deskriptif. npenelitiankualitatifuntukmemperoleh data yang lebih terperinci dan

18mengandungmakna,karenadatasebenarnyaterletak pada makna di balik datayang tampak.16 Kemudian, Whitney menjelaskanbahwa deskripsi merupakan pencarian faktamelalui interpretasi yang tepat.17 Jadi, kualitatifdeskriptif merupakan prosedur penelitian n data yang tampak.b. Jenis penelitian ini yaitu kajian pustaka (LibraryResearch). Kajian pustaka adalah telaah yangdilaksanakan untuk memecahkan suatu masalahdengancaramenelaahsecarakritisdanmendalam terhadap bahan-bahan pustaka yangrelevan. Sumber dari kajian pustaka ini dapatberupa jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi,laporan penelitian, buku, teks, diskusi ilmiah,atau terbitan-terbitan resmi pemerintah.1816Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : PendekatanKulitatif, Kuantitatif, Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2015), 15.17Risman Sikumbang, Metode Penelitian (Bogor: GhaliaIndonesia, 2011), 54.18Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi FakultasTarbiyah Dan Ilmu Keguruan (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018), 53.

192. Data Dan Sumber Dataa. DataAdapun data adalah pokok kajian, yaitu ayat-ayatUmmah dalam Tafsir Al Azhar. Dalam kitab alMu’jam al-Mufahras Li Alfazi al-Quran al-Karimkarya Fuad Abdul Baqi’ penulis menggunakanbeberapa ayat untuk penelitian ini diantaranya surahal-Baqarah ayat 143, 213, ali-Imran ayat 110, dan alMaidah ayat 66.19b. Sumber DataAdapun sumber data yang digunakan dalampenulisan penelitian ini terdiri dari kitab tafsir alAzhar karya Buya Hamka dan kitab al-Mu’jam alMufahras Li Alfazi al-Quran al-Karim karya FuadAbdul Baqi’.3. Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini merupakan penelitian kepustakaan(library research), maka teknik pengumpulan data19Al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Quran al-Karim karya FuadAbdul Baqi’ hal 79-81.

20ditempuh melalui studi kepustakaan dengan menelaahatau mengkaji ayat-ayat Ummah dalam Tafsir Al Azhar.4. Teknik Pengolahan DataSetelah seluruh data terkumpul, maka datatersebut diolah dengan cara sebagai berikut:Pertama, editing, yaitu pemeriksaan kembalisemua data yang diperoleh terutama dari segikelengkapan, kejelasan makna, keselarasan antarasatu dengan yang lainnya.Kedua, organizing, yaitu menyusun kembali daridatayangsudahdikumpulkandanmengorganisasikan data-data yang diperoleh dengankerangka yang sudah direncanakan sebelumnya.5. Teknik Analisis DataTeknik pengolahan data yang digunakan adalahanalisis-deskriptif dengan mengedepankan lkan berupa kata-kata, gambar, dan itian ini diisi kutipan-kutipan data yangdigunakan untuk memberi gambaran penyajianlaporan. Adapun metode induktif diartikan, analisa

21yang dilakukan sejak awal pengumpulan data sampaiakhir untuk memecahkan masalah yang nkan langkah penafsiran tematik yangdirumuskanolehAbd.Al-HayyAl-Farmawi.Metode tafsir Tematik adalah menghimpun seluruhayat Al-Qur'an yang memiliki tujuan yang sama dantemayangsama.Langkah-langkahpenafsiranTematik menurut Abd. Al-Hayy Al-Farmawi adalahsebagai berikut:a. Menetapkan masalah yang akan dibahas.b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan denganmasalah tersebut.c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masaturunnya, disertai dengan pengetahuan tentangasbab nuzul-nya.d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalamsuratnya masing-masing.e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yangsempurna (outline).f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-haditsyang relevan dengan pokok pembahasan.

22g. Mempelajariayat-ayattersebutsecarakeseluruhan dengan jalan menghimpun ayatayatnya yang mempunyai pengertian yang sama,atau mengkompromikan antara yang am (umum)dan yang khash (khusus, mutlak dan muqayyad(terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan,sehingga semuanya bertemu dalam satu muara,tanpa perbedaan atau pemaksaan.20H. Sistematika PembahasanUntuk mendapatkan pemahaman dan pembahasanterkait, runtut dan sistematis, maka peneliti melakukanrencana penelitian yang akan dibagi kedalam beberapabab dan sub-bab dalam uraian sebagai berikut:Bab pertama ini merupakan pendahuluan yangberfungsi sebagai pola dasar dari seluruh pembahasanyang ada dalam penelitian ini. Terdiri dari latarbelakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, telaahpustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.20Drs. Rosihon Anwar, M. Ag, Al-bidayah Fi At-Tafsir AlMaudhu’i: Dirasah Manhajiyyah Maudhu’iyyah, terj., Dr, Abdul HayyAl-Farmawi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), 51-52.

23Bab kedua, mencakup tentang biografi Buya Hamkayang terdiri dari sejarah singkat Buya Hamka dan sinya, corak tafsir al-Azhar dan aliran-alirannya,dan karya-karya Buya Hamka dan murid-muridnya.Bab ketiga, membahas tinjauan umum dari ayat-ayatUmmah meliputi pengertian Ummah dan macammacamnya.Bab keempat, berisi tentang kontekstualisasi Ummahberdasarkan data yang telah dicantumkan pada Babsebelumnya.Bab kelima, merupakan akhir dari pembahasanpenelitian yang merupakan jawaban dari rumusanmasalahyangberisikesimpulandansaran.

BAB IIKONSEP UMAT DAN TEORI KONTEKSTUALISASIA. Pengertian UmmahKali ini peneliti akan memaparkan pembahasansecara umum tentang ummah. Sebelumnya kita pa ayat tentang Ummah. Di sisi lain, terbuktibahwa Hamka juga memiliki perhatian khusus tentangNasionalisme yang dijelaskan dalam konteks Ummah.Dalam konteks ini Ummah ditujukan untuk kita umatMuslim agar ideal dalam berbangsa dan bernegara.Secara bahasa Ummah berasal dari kata amma-yaummuyang artinya menuju, menumpu, dan meneladani. Lalumuncul kata umm yang bisa berarti ibu atau imam ataupemimpin. Dari beberapa makna tersebut bisa kan di atas makna ini ditujukan untuk umatmuslim.Istilah ummah disebutkan sebanyak 64 kali dalam 24surat dan 52 kali disebutkan dalam bentuk tunggaldigunakan untuk beberapa pengertian di dalam al-Quran.Setidaknya al-Quran menggunakan istilah ummah dalam24

duapengertian.Pertama,ummahmemilikisatupengertian dengan waktu tertentu, contoh atau syarakat agamawi dan cabang-cabangnya. Lalu,ummah ditekankan pada pengertian kedua yang padaakhirnya muncul istilah ummah wahidah dan ummahwasat. Dua istilah ini erat dengan pembahasan tentangNasionalisme.1Selain pembahasan Nasionalisme dalam konteksummah yang artinya menyangkut agama, peneliti jugaakan menjelaskan hal tersebut dalam konteks sosial, danpolitik. Setidaknya hal ini dilakukan agar kita tahubahwa mempunyai keterkaitan yang erat dengan unsurunsur lain dari Ummah. Seperti pada jurnal Vita Fitriadan Sri Agustin Sutrisnowati dengan judul Civil Society,Konsep Ummah, dan Masyarakat Madani. Di sanadijelaskan tentang keterkaitan antara konsep Ummahdengan Civil society dalam konteks masyarakat madaniberawal dari adanya kekerasan dan ketidakadilan karena1Zayad Abd Rahman, Konsep Ummah dalam al-Qur’an :Sebuah Upaya MeleraiMiskonsepsi Negara Bangsa-Bangsa , (Relegi: Jurnal Studi Islam, vol 6,2015) hal 4-6.

individulaisme masyarakat sehingga memaksa agarmuncul konsep ini.2 Dimulai dari membahas definisicivil society dimana istilah ini muncul bagi orang-orangbarat. Hingga ada lima model pemaknaan terhadap halini yang berbeda:1. Civil Society yang identik dengan Negara2. Civil Society sebagai visi etis dalam kehidupanbermasyarakat3. Civil Society sebagai antithesis dari Negara4. Civil Society sebagai entitas yang cenderungmelumpuhkan dirinya sendiri5. Civil Society sebagai penyeimbang kekuatan NegaraPada dasarnya sama yaitu merujuk kepada konsepdemokrasi yang mana istilah ini ditujukan untuk kelasmenengah ke bawah yang pada saat itu mengalamipenindasan dari kelas atas. Sehingga mereka perlukemerdekaan agar tidak terjadi hal yang demikian.Bukan hanya di Negara-negara Barat, jauh sebelumitu pada era hijrahnya Nabi Muhammad sudahmenerapkan hal itu. Piagam Madinah adalah bukti nyata2Vita Fitria dan Sri Agustin Sutrisnowati, Civil Society,Konsep Ummah, dan Masyarakat Sosial, (Universitas NegeriYogyakarta), Hal 11.

dengan konsep Ummah-nya. Jika kita melihat pada suratali-Imran ayat 104, Ummah bukan hanya istilah yangmuncul karena ada perkara tertentu, tetapi Ummahadalah suatu komunitas yang memiliki visi etis, profetik,dan transformatik. Hal inilah yang menjadi kuncimunculnya Piagam Madinah yang sangat kental akannilai-nilai toleransi, dan solidaritas sosial sehinggasebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap wargadapat hidup damai dengan beragam jenis kelompokmasyarakat di sana.3Di dalam sistem tersebut ada prinsip timbal balikdimana rakyat wajib menaati pemimpin yang merekapilih,dan rakyat juga mempunyai hak untukmemberikan kritik kepada pemimpin mereka jika adayang kurang. Sedangkan pemimpin dengan segalafasilitasnya yang diberikan oleh rakyat harus menjaminkesejahteraan rakyat. Sehingga dapat kita simpulkanbahwa konsep Ummah ada karena keberagamankelompok masyarakat yang sangat perlu untuk dibinadan disejahterakan.3Ibid hal 14.

Di sisi lain, konsep Ummah juga dapat diterapkandalam wilayah politik. Konsep ini memberikan sebuahpemahaman agar kegiatan dalam politik dapat benarbenar sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.Sehingga masalah apapun yang ada di tengah-tengahmasyarakat atau masalah sebuah Negara dengan Negaralain dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Makamuncul instrumen-instrumen yang harus diterapkan danberkaitan satu sama lain:1. KeumatanPada dasarnya manusia adalah makhluk sosial,juga disebutkan sebagai makhluk politik. Artinya,manusia pada dasarnya senang berkumpul danbekerjasama. Sehingga instrument keumatan inisangat penting diterapkan sebagai dasar kerja samaantar kelompok di masyarakat. Instrumen keumatanadalah sebuah prinsip politik yang mengutamakansetiap warga Negara dengan berbagai macamkelompoknya.2. DemokrasiYangdimaksuddengandemokrasidalaminstrumen ini adalah musyawarah sebagai bentuk

dari timbal balik antara pemerintahan denganmasyarakat. Karena, demokrasi erat dengan kegiatanpolitik yang mengutamakan suara dari rakyat.Seperti yang terjadi pasca wafatnya Nabi dimanapara khalifah bermusyawarah untuk menentukanpemimpin selanjutnya setelah Nabi.3. Pertahanan dan KeamananInstrumen pertahanan dan keamanan adalahsebuah prinsip dalam kegaiatan politik yangmemberikanpemahamanbahwasetiapwargaNegara berhak menerima perlindungan dari setiapancaman yang datang.4. Supremasi HukumInstrumen supremasi hukum adalah prinsip lainyang berkaitan dengan instrumen di atas yangmemberikan pemahaman bahwa di dalam sebuahNegara sangat memungkinkan untuk warganyamelakukan pelanggaran sehingga merugikan wargalainnya. Maka perlu adanya regulasi yang mengatur

masyarakat

dan kitab tafsir al-Azhar karya Buya Hamka. Penelitian ini menggunakan pendekatan Double Movement Fazlur Rahman dengan memahami konteks mikro dan makro pada tafsir al-Azhar dan saat al-Qur'an diturunkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsep umat yang ideal bagi Hamka adalah mereka yang berdakwah dengan narasi perdamaian.

Related Documents:

Karya-karya Buya Hamka Sebagai seseorang yang ahli dalam bidang agama, sejarah, budaya, sastra dan politik, buya Hamka banyak menuangkan pengetahuannya tersebut ke dalam karya-karya tulis. Beliau adalah seorang "kutu buku" dan mulai menulis sejak tahun 1925, saat usianya 25 tahun. Diantara judul buku karya Hamka, antara lain :

Buya HAMKA is a multi-Talent Nusantara figure who left many writings, besides being scholars, writers, preachers and politicians. Throughout his life, he always fought for an ideology based on the teachings of Tawheed. Love and sorrow, a lot of experience, bitter and sweet lived by Buya HAMKA. He won awards for sports, both nationally and .

Menurut pemikiran Buya Hamka, riba secara substansial adalah salah satu kejahatan jahiliyah yang sangat hina.12 Sejak dahulu, Allah SWT telah mengharamkan riba. Keharamannya adalah abadi dan tidak boleh diubah sampai hari kiamat. Bahkan hukum ini telah ditegaskan dalam syari'at Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, sampai pada masa Nabi Muhammad .

Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Baghawi, Tafsir al-Tha’labi, dan Manafi’ al-Qur’an. Namun, Tafsir al-Jalalayn mendominasi teks Tarjuman al-Mustafid. Tesis yang telah dihasilkan ini sememangnya mencakupi aspek kaedah bacaan intertekstual. Namun tafsir ini diaplikasikan dalam karya lain, iaitu Tarjuman al-

Modern Menurut Buya Hamka adalah suatu penelitian yang menjelaskan bagaimana hakikat ikhlas dalam tasawuf modern dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menuju kepada Allah Swt dan suatu kewajiban yang mencerminkan motivasi 4 Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1987), 17. 5

Tafsir Ilmu Tafsir/Kementerian Agama,- Jakarta : Kementerian Agama 2016. x, 158 hlm. Untuk MAK Kelas XII ISBN 978-602-293-104-3 (jilid lengkap) ISBN 978-602-293-116-4 (jilid 3) 1. Tafsir Ilmu Tafsir 1. Judul II. Kementerian Agama Republik Indonesia Penulis : Drs. H. M. Ziyad, M. Ag

KONSEP ZUHUD BUYA HAMKA DAN RELEVANSINYA TERHADAP FUNGSI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas -tugas d an Memenuhi Syarat -syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu BKPI O leh Nama : Yesi Putri Lestari NPM : 1511080323 Jurusan : Bimbingan Konseling Pendidikan Islam .

Advanced Management Accounting CIMA (P2) The best things in life are free To benefit from these notes you must watch the free lectures on the OpenTuition website in which we explain and expand on the topics covered. In addition question practice is vital!! You must obtain a current edition of a Revision / Exam Kit - the CIMA approved publisher is Kaplan. It contains a great number of exam .