Pendalaman Dan Strategi Indonesia - PPI DUNIA

1y ago
478 Views
107 Downloads
1.40 MB
29 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 4d ago
Upload by : Elise Ammons
Transcription

Pendalaman dan StrategiPemanfaatan Bonus Demografi diIndonesiaKomisi Pemuda PPI Dunia, PPI Brief No. 10 / 2020Penulis: Narendra Ning Ampeldenta, Edwin Hartarto, ValyaAndyani, Muhammad Arrayyaan Makiatu0

RINGKASAN EKSEKUTIF1. Sejatinya visi dan misi komisi kepemudaan dari PPI dunia adalah membantu pemangkukepentingan untuk membangun pemuda Indonesia yang lebih berkualitas dan relevanuntuk masa-masa mendatang, terlebih lagi dalam masa bonus demografi indonesia danjuga era IoT yang sudah di depan mata.2. Kajian ini mengulas variabel krusial sebagai pendorong (Input) dan penarik (Input afterprocess) yang menentukan kualitas pemuda dan juga lahan pemuda untuk berkaryadalam rangka menghasilkan nilai tambah dalam bentuk barang maupun jasa. Sebagaifaktor pendorong yaitu khusunya Pendidikan. Dalam kajian ini berdasarkan diskusidengan para mentor dan ahli, pendidikan indonesia mempunyai masalah besar sepertitercermin pada skor PISA, kesejahteraan guru dan minat belajar di tingkat pendidikandasar.3. 3 Faktor krusial telah dikonsultasikan sebagai faktor krusial diantara permasalahanpendidikan lain. Selain itu, sebagai penarik, Kecakapan pemuda untuk menyongsongera IoT (Internet of Things) setelah mengalami process pendidikan adalah sebuah halyang sangat tidak bisa dielakkan dalam kesempatan pemuda untuk berkarya dengandaya innovasi dan kreativitas. Di kajian ini, pemuda diperkenalkan dengan peluangkerja dan bisnis dengan memanfaatkan prinsip IoT di berbagai bidang sektor usahayang bernilai tinggi, seperti perikanan berorientasi ekspor, pertambangan, pengolahanmaterial, pertanian. Sehingga dengan kajian ini pemangku kepentingan dapatmemperoleh pandangan untuk membangun pemuda dengan tepat berdasarkan faktorpendorong dan penarik seperti di atas.PendahuluanSaat ini dunia sedang berada di depan Gerbang Revolusi Industri 4.0. Dimana Revolusitersebut akan merubah drastis cara kita berhubungan satu sama lain, hidup, bekerja, bahkansampai kepada bagaimana cara kita mendidik generasi mendatang. Perubahan tersebut terjadidikarenakan pemanfaatan teknologi pintar, diantaranya kecerdasan buatan (ArtificialIntelligence), big data, augmented reality, blockchain, Internet of Things (IoT), danotomatisasi. Teknologi tersebut akan mendisrupsi banyak aspek dunia industri di seluruh duniadengan kecepatan yang begitu cepat.1

Tren GlobalAgar tetap kompetitif di lingkungan yang terglobalisasi, industri perlu terus mengembangkansistem produksi agar tetap bisa mengakomodasi permintaan pasar yang terus berubah.Pemanfaatan teknologi dimaksimalkan untuk mencapai tingkat efisiensi produksi, berekspansike pasar baru, dan bersaing pada produk-produk baru untuk basis konsumen global yangjumlahnya meningkat dengan hadir nya teknologi. Dalam periode 2018 – 2022, setidaknyaada empat kemajuan teknologi yang secara spesifik akan mendominasi dalam dunia industri,antara lain internet seluler berkecepatan tinggi (ubiquitous high-speed mobile internet),kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), adopsi big data yang meluas dalam berbagaibidang, dan cloud technology.Di tahun 2022, 85 persen responden dari perusahan menyatakan akan mengadaptasi user andbig data analytics dalam kegiatan produksi mereka. Investasi bisnis dalam skala yang cukupbesar diperkirakan akan hadir untuk mengembangkan Machine Leaning dan augmented andvirtual reality. Beberapa teknologi robotik terbaru saat ini sudah banyak di adopsi oleh duniaIndustri dan akan terus berkembang, antara lain non-humanoid land robots, stationary robots,dan fully automated aerial drones1.2

Sebagaimana kekuatan komputasi berkembang secara eksponensial, hal ini akan memberikandampak terhadap beragam kategori pekerjaan, khususnya yang melibatkan tenaga kerja manualyang repetitif dan akurat secara mekanis, yang mana pekerjaan yang berlandaskan hal tersebutkemungkinan besar akan mengalami otomasi. Dalam sebuah sensus ekonomi Amerika Serikatbelum lama ini, yang menarik korelasi antara teknologi dan pengangguran, menunjukkanbahwa inovasi-inovasi dalam bidang informasi dan teknologi cenderung meningkatkanproduktivitas dengan mengganti peran para pekarja yang ada, dibanding menciptakan produkbaru yang memerlukan tenaga kerja baru2 .Sebuah penelitian dari Oxford Martin School3 telah mengukur korelasi dan dampak dariperkembangan teknologi dan pengangguran, dengan memeringkatkan beberapa profesiberbeda bedasarkan kemungkinan terkena risiko otomasi (dengan menggunakan skala “0“ yangberarti tidak berisiko sampai ke “1“ yang berarti paling berisiko terkena otomasi). Ketikaketika melihat penelitan tersebut, polarisasi yang lebih besar terhadap pasar tenaga kerja akanmenjadi tren kedepan. Lanskap ketenagakerjaan akan bertumpu pada pekerjaan-pekerjaan yangmengandalkan kemampuan kreatif dan kognitif dibanding kemampuan rutin dan repetitif.3

Profesi Dengan Kemungkinan Paling Rentan Terkena OtomasiKemungkinanJenis Pekerjaan0,99Telemarketer0,99Petugas Pajak0,98Juru Taksir Asuransi0,98Wasit Olahraga0,98Sekertaris Legal0,97Pramusaji0,97Kontraktor Tenaga Kerja Pertanian0,97Makelar Rumah0,94Kurir dan Pembawa PesanProfesi Dengan Kemungkinan Paling Tidak Rentan Terkena OtomasiKemungkinanJenis nPenyalahgunaan najer Sumber Daya Manusia (HRD)0,0065Analis Sistem Komputer0,0077Ahli Antropologi dan Arkeologi0,0100Ahli Kelautan0,0130Manajer Penjualan0,0150Kepala EksekutifKondisi dan Gambaran di IndonesiaKondisi dan gambaran masa depan ketenagakerjaan di Indonesia bisa jadi mengarah kepadatren yang lebih positif. Meskipun jumlah pekerjaan yang berisiko terotomasi mencapai 16persen dari jumlah total pada tahun 2030, yakni setara dengan 23 juta pekerjaan, diperkirakanada 27 sampai 46 juta pekerjaan baru dapat diciptakan pada periode yang sama. Pekerjaan4

seperti mengumpulkan dan memproses data, pekerjaan yang mengandalkan aktivitas fisik jugarepetitif memiliki potensi tinggi untuk terotomasi, yakni diatas 70 persen4.Penciptaan dan pemanfaatan 27 sampai 46 juta pekerjaan baru tentunya bisa menjadi pentingdikarenakan bonus demografi yang sedang dialami Indonesia. Pemanfaatan bonus demografi,yang mengarah kepada pemanfaatan lapangan kerja baru tersebut tentunya bergantung kepadakualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal ini kualitas pemuda Indonesia. Pada tahun2018, angka partisipasi sekolah Indonesia hanya mencapai 26,37 persen dari jumlah totalPemuda Indonesia5.Aspek angka partisipasi pendidikan tinggi dan pengangguran terbuka pemuda Indonesia harusmenjadi perhatian ke depan, dikarenakan masih terdapat gap yang cukup tinggi, yangdikhawatirkan akan menghambat pemanfaatan bonus demografi di Indonesia.Data Proyeksi Pemuda Indonesia (Sumber: Badan Pusat Statistik dan 26,3727,4032,5632,5637,7338,76Proporsi 689,5910,7210.95(juta jiwa)2AngkaSekolah3SMA (%)4Proporsi PendidikanTinggi (%)5

3,9214,4014,8816,8119,2219,70Angkatan Kerja (%)6TingatPengangguranTerbuka (%)Dari tabel diatas kita bisa simpulkan pada tahun 2018, hanya satu dari 12 anak Indonesia yangberkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Bedasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)pada Februari 2019, menunjukkan bahwa pengangguran dari kalangan Diploma I, II, IIImencapai 6,89 persen dan SMA sebesar 6,78 persen. Angka pengangguran dari kalanganUniversitas, yang minimal memegang ijazah S-1, mencapai 6,24 %. Penyumbang angkapengangguran tertinggi terdapat dari kalangan SMK, yakni sebesar 8,63 persen.Hal ini menandakan angka pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup tinggi, terlebihdari kalangan SMK yang didesain untuk mencegah pengangguran. Tingginya angkapengangguran dari kalangan terdidik menandakan tidak adanya link and match dari duniapendidikan dengan sektor tenaga kerja.Jika kita melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke belakang yang berkisardiangka 5 persen, hal ini bisa dimengerti dikarenakan penduduk yang bekerja didominasi olehmereka yang berpendidikan rendah. Dari total persentasi angka tenaga kerja di Indonesia, 59persen berasal dari mereka yang berpendidikan maksimal SMP.Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Februari 2018 & 2019Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)6

Kerangka Klasifikasi Skill yang DibutuhkanUntuk menyambut bonus demografi tentunya dibutuhkan skill dan mindset yang tepat. Datadari Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat melampir skill dan keterampilan apa yangdibutuhkan untuk menyambut industri ke depan6. Dalam hal Indonesia, tentunya harusdisesuaikan dengan budaya dan karakteristik Indonesia yang terkenal dengan gotong-royongdan kekeluargaan. Dengan mengamati kondisi di Indonesia, skills yang terlampir dibawahdirasa cocok untuk diterapkan sesuai dengan kearifan dan budaya di Indonesia.Simpul Kompetensi (Skill)AnalyticalThinkingandJabaran Kompetensi (O*NET)DeskripsiAnalytical ThinkingKemampuan untuk menganalisaInnovationsebuah Informasi dan penggunaanlogika untuk mengatasi masalahInnovationKemampuan untuk berfikir kreatifdan mencari strategi alternatifuntuk mengembangkan ide danjawaban terkait pemecahan sebuahmasalahComplex Problem-solvingComplex pleksyangdanmeninjau informasi terkait entasikan veKesediaanuntukmengambiltanggung jawab dan menghadapitantanganCreativityKemampuan untuk mencari danmengimplementasikanide-idedalam mengatasi masalahResponsibiltyKemampuanuntukmembuatkeputusan sendiriOriginalityKemampuan untuk memunculkanide yang tidak biasa terhadapsituasitertentu,ataumengembangkan cara-cara kreatifuntuk menyelesaikan masalahCritical Thinking and AnalysisCritical ThinkingKemampuan menggunakan logikadanpenalaranuntuk7

mengidentifikasikekuatandankelemahan dari solusi alternatif,kesimpulan atau pendekatan untukmasalahMonitoringMemantau / menilai kinerja diri,orang lain, atau organisasi untukmelakukanperbaikanataumengambil tindakan korektifEmotional IntelligenceConcern for othersPekaterhadap kebutuhan danperasaanoranglainsertamemahami dan membantu dalamsebuah if dan kolaboratif dalammemecahkan suatu masalahSocial OrientationKemampuan untuk bekerja samadidalam tim dan terhubung dengantimSocial PerceptivenessKemampuan untuk menganalisareaksi orang lain dan memahamimengapamerekabereaksidemikianPersuasion and si)PersuasionMengajakoranglainuntukmengubah pikiran/pandangan danperilaku kearah positifReasoning,ProblemSolving,and IdeationIdea Generation and elolapemecahanmasalahQuantitative AbilitiesKemampuanuntukmelibatkankemampuan matematika dalampemecahan masalahService OrientationService OrientationSecara aktif mencari cara untukmembantu orang lainLeadership and Social ,perubahan,menawarkan pendapat dan arahan8

Social InfluenceMemiliki dampak positif terhadaporanglaindalamorganisasi,menunjukan karakter dan energipositif serta kepemimpinanSumber Data: WEF Future Jobs 2018, US Departement of LaborPekerjaan-pekerjaan Baru Yang Akan Muncul di Indonesia7:Persentase Adopsi Teknlogi Baru Dalam Industri:Sumber Data: WEF Future Jobs 2018, US Departement of Labor9

Success Story Negara Lain dan Bagaimana Indonesia dapat Mengatasi KesenjanganKeterampilan di Masa DepanPendekatan yang berbeda harus mulai dipikirkan pemerintah untuk menjembatani kesenjanganketerampilan di masa depan. Untuk melakukannya, menetapkan kerangka kerja yang spesifikdan terukur untuk membantu pelaku bisnis dan institusi pendidikan untuk mengakses danmemfasilitasi penyediaan keterampilan baru di masa depan dirasa penting untuk mulaidilakukan.Contoh-contoh dari negara yang sukses memanfaatkan bonus demografi dan mengatasi gapketerampilan diharapkan bisa menawarkan alternatif kebijakan dan menutup kesenjanganketerampilan di masa depan. Kami telah merangkum contoh-contoh yang dirasa cocok untukditerapkan dan didefinisikan kembali untuk menciptakan dasar yang kuat dalampengembangan keterampilan untuk menyambut era Industri 4.0 di Indonesia8 .1. Memperkenalkan Materi dan Konsep Pengajaran Keterampilan Teknologi di Sekolahdan UniversitasContoh Studi Kasus:Sekolah-sekolah dan Universitas di Tiongkok telah menyesuaikan materi pelajaran merekadengan permintaan Industri baru masa depan yang berbasis pada keterampilan teknologi.Banyak dari institusi pendidikan di Tiongkok menerapkan bahan pengajaran untukpengenalan keterampilan teknologi melalui model buku seperti “Fundamentals of ArtificialIntelligence“. Pengenalan konsep Kecerdasan Buatan dan pendekatan kepada teknologijuga dikenalkan ke pelajar-pelajar dari lintas disiplin yang lain.Demikian pula dengan beberapa sekolah dasar di Amerika Serikat yang mengaplikasikanketerampilan teknologi didalam materi pelajaran mereka, seperti pengembangan web dalamberbagai mata pelajaran termasuk Kimia bahkan Sejarah.Pendekatan Bagi IndonesiaSekolah dan Universitas di Indonesia dapat mengintegrasikan keterampilan teknologi kedalam mata pelajaran yang diajarkan. Memberikan sekolah kebebasan untuk membentukprogram pembelajaran mereka sendiri mengenai keterampilan teknologi mana yang dapatdiintegrasikan sebagai komponen dalam pembelajaran menjadi hal yang harusdipertimbangkan.10

Sebagai contoh, dalam kelas bahasa Inggris, Sekolah dapat mengenalkan sebuah programpemrograman secara billingual. Pelatihan robotika dasar juga dapat diintegrasikan denganpelajaran yang ada, misalnya dalam pelajaran geografi, siswa dapat diarahkan untukmembangun sebuah mesin kecil yang dapat mengambil sampel bumi. Tentunya, peranPemerintah untuk merancang, menjembatani, dan mengalokasikan anggaran untuk fokustersebut dirasa penting untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi era Industri 4.0.2. Mengenalkan Konsep Pengajaran Lintas-Disiplin di Sekolah dan UniversitasContoh Studi Kasus:Finlandia telah mengenalkan sebuah konsep project-based learning dibanding materipengajaran secara konvensional seperti matematika dan sejarah klasik. Ide ini dimaksudkanuntuk menumbuhkan semangat kolaborasi antar siswa dan mengembangkan kemampuanproblem-solving dari peserta didik.Pendekatan Bagi Indonesia:Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan oleh instansi pendidikan ialahmemperkenalkan metode pengajaran dengan konsep kerja proyek (project-work-methods)dan self-developed future skills untuk diajarkan kepada siswa dari lintas disiplin ilmu,seperti kerja tangkas dan entrepreneurial thinking dibanding dengan hanya belajar denganfokus pada satu mata pelajaran tertentu.3. Membangun Pusat Penelitian Keteramplan Masa Depan (Future Skills ResearchHubs)Contoh Studi Kasus:Untuk memastikan bagaimana penelitian tentang keterampilan masa depan dapatdiimplementasikan, pada tahun 2017 Frankfurt School of Finance & Managementmendirikan sebuah lembaga think tank dan pusat penelitian, yakni Frankfurt SchoolBlockchain Center. Lembaga ini dirancang sebagai pusat penelitian dan mempelajaribagaimana implikasi blockchain untuk bisnis dan administrasi.Pusat Penelitian danLembaga ini juga bertujuan sebagai platform berbagi pengetahuan bagi para pembuatkebijakan, pelaku industri Start-Ups, juga pakar dan pelaku Industri lain.11

Pendekatan Bagi Indonesia:Pusat-pusat atau Hub seperti tadi dapat juga diterapkan di Indonesia dengan universitas bisamenjadi pelopor. Setiap universitas diharapkan dapat membuat pusat atau hub tersebut yangmengarah pada pengembangan keterampilan baru masa depan (sebagai contoh, Pusat atauHub untuk Data Analyst atau Pusat pengembangan robot cerdas). Sinergi antara pendidikandasar dan menengah (SD-SMA) bisa terjadi dalam pusat tersebut, sebagai contoh, adanyasharing pengetahuan dengan sekolah juga bekerja-sama dalam merumuskan bahan ajar apayang akan diterapkan dikelas.Untuk memacu keaktifan dari pusat tersebut, beasiswa juga akan diberikan kepada pengajaryang terlibat dalam penelitian terkait industri dan keterampilan masa depan. Pemberiantambahan Credit-Point untuk mahasiswa dapat memacu keaktifan untuk memanfaatkanpusat tersebut. Hal ini dapat juga memberikan dorongan untuk terciptanya penelitian danbudaya kolaborasi lintas-disiplin yang baru.Pusat tersebut juga dapat digunakan sebagai penghubung antara dunia usaha, dalam hal inipelaku bisnis dengan institusi pendidikan. Pemerintah dapat menyediakan dana yang hanyadapat diakses jika pelaku bisnis bekerja sama dengan pusat tersebut dalam rangkamelakukan penelitian tertentu yang bersifat customer-oriented.12

Faktor Kesejahteraan Pendidik Sebagai Variable KualitasPendidikanPendahuluanDi Indonesia, sistem pendidikan nasional diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pada Pasal I:“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.Sedangkan mengenai tenaga kependidikan dan pendidik juga diterangkan:“Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diridan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.”“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasidalam menyelenggarakan pendidikan.”PembahasanMeningkatnya Harapan terhadap Para PendidikSecara mendasar, para guru dituntut memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenaispesifik disiplin ilmu tertentu, kurikulum terkait, dan bagaimana cara belajar siswa. Tuntutanperkembangan era industri 4.0 menambah permintaan pada aspek pendidikan agar mencapaitujuan para siswa di masa depan. Oleh karena itu tugas yang dibebankan kepada para gurubertambah menjadi lebih menantang lagi.Para pendidik diharapkan mampu membekali para siswa dengan kemampuan kognitif danmengembangkan juga kemampuan non-kognitif, diantaranya kepercayaan diri dan hubungankolaboratif antar siswa. Ditambah lagi dengan permintaan untuk mampu menangani siswasecara efektif dan berkolaborasi dengan para guru lain dan orang tua siswa. Selain itu, parapendidik juga dalam praktik mengajarnya seringkali dihadapkan dengan problem yang tidakterduga dan harus mampu menanganinya secara tepat.13

Faktor Penentu Kinerja PendidikBerbagai pengamatan menunjukkan bahwa faktor kesejahteraan pendidik berdampak padamotivasi, efektifitas, dan komitmen kerja mereka. Masalah yang bisa muncul kemudian adalahberkurangnya minat untuk mengajar yang bermuara pada krisis guru.Faktor kepuasan guru terhadap pekerjaannya adalah salah satu pendorong kinerja, dimanakepuasan ini sebanding dengan tingkat profesionalitas. Profesionalitas yang dimaksuddiantaranya mencakup: kepercayaan diri pada profesi, persiapan dan pembelajaran yangmatang, penerapan profesional secara kolektif, decision making berdasarkan apa yangdikuasainya, penerimaan tanggung jawab, dan akuntabilitas secara profesional atas namapekerjaan.Selain yang disebutkan di atas, metode pelatihan guru profesional yang paling baik untukditerapkan adalah, selain pelatihan dasar mengajar, ialah pelatihan in-service yang berbasissekolah (Firman dan Tola, 2008), dimana pengembangan profesionalitas dilakukan di sekolah,dipimpin oleh kepala sekolah dengan guru di suatu sekolah, sehingga mereka mampumenciptakan lingkungan yang paling ideal juga untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Merekamengajar dan mempelajari proses pembelajaran di kelas-kelas, di mana sebelum dansesudahnya dilakukan diskusi grup mengenai cara efektif dalam mengajarkan tema tertentu,kemudian dievaluasi, dan diimplementasikan. Keaktifan kepala sekolah dalam manajemen danpembelajaran pengajaran ini akan berdampak positif pada keberlangsungan perbaikan atmosferpengajaran di samping profesionalitas dan pengalaman guru. Pelatihan serupa juga telah suksesdilakukan di Singapura dan Shanghai, dan dikembangkan juga menjadi proyek riset kolaboratifdi Jepang dan Finlandia.14

Penghargaan terhadap PengajarSumber: Andreas Schleicher (2018), Valuing our Teachers and Raising their Status: How Communities Can Help, International Summit on the TeachingProfession, Figure 4.1, http://dx.doi.org/10.1787/9789264292697-enMeskipun para pendidik memainkan peran penting dalam pendidikan, Teaching and LearningInternational Survei (TALIS 2013) mendapati secara mengejutkan bahwa hanya sepertiga daritenaga pengajar yang meyakini bahwa pekerjaan mereka dihargai. Sejauh mana para pendidikberpartisipasi dalam pengambilan keputusan memiliki keterkaitan kuat dengan kecenderunganpenghargaan masyarakat terhadap profesi mereka.Relasi Kepuasan Pengajar terhadap Nilai PISAMenurut survei yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation andDevelopment (OECD) melalui penilaian asesmen Programme for International StudentAssessment (PISA), persentase pendidik dengan persepsi bahwa pekerjaannya adalah sesuatuyang dihargai di masyarakat berbanding positif dengan peningkatan nilai PISA yangmerepresentasikan kualitas pendidikan. Hal ini terlihat pada negara-negara dengan persentasependidik dengan persepsi positif yang besar, mereka memiliki learning outcome yang unggul.15

Sumber: Andreas Schleicher (2018), Valuing our Teachers and Raising their Status: How Communities Can Help, International Summit on the TeachingProfession, Figure 4.2, a menimbulkan kecintaan belajar dan passion pada siswa SDPendahuluanDi tahun 2018, Indonesia memperoleh rata-rata skor 382 dalam survei PISA (The Programmefor International Student Assessment). Survei ini dilakukan 3 tahun sekali untuk mengujikemampuan siswa di berbagai negara di seluruh dunia berdasarkan tiga kategori: kemampuanmembaca, pemahaman matematika dan pemahaman sains. Hasil survei ini menunjukkanbahwa Indonesia menduduki peringkat ke-73 dari dari 79 negara yang berpartisipasi, bahkanjauh di belakang negara-negara yang kekuatan ekonominya lebih lemah daripada Indonesia,seperti contohnya Peru, Kazakhstan, dan Maroko. Sebagai perbandingan, negara yangmenduduki peringkat tertinggi adalah Republik Rakyat Cina dengan rata-rata skor 579.Negara-negara lain yang menempati posisi tinggi adalah Singapura, Kanada, Finlandia, danIrlandia. Survei ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia belumlah optimal.Meskipun survei PISA hanya melibatkan murid berusia 15 tahun yang sedang mendudukijenjang pendidikan menengah (SMP), tentunya hasil ini tidak terlepas dari sistem pendidikandasar (SD) yang menjadi fondasi dari jenjang pendidikan berikutnya. Sejak maraknya temaRevolusi Industri 4.0, para pemangku kebijakan ditantang untuk memperbaiki pendidikan diIndonesia. Revolusi Industri 4.0 akan menuntut para tenaga kerja di masa depan untuk memiliki16

skill set dan know-how yang berbeda dari sistem pendidikan tradisional yang selama iniditerapkan. Kecintaan kepada proses pembalajaran dan passion merupakan poin penting dalammeningkatkan kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran dan berpikir kritis sertakreatif. Bagaimanakah Indonesia dapat menembuhkan rasa cinta belajar, terutama di kalanganmurid jenjang pendidikan dasar (SD), sehingga nantinya dapat mendorong mereka untukmenimbulkan inovasi-inovasi yang selaras dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0?HipotesaPendidikan di Indonesia masih menitikberatkan penguasaan hafalan dan perolehan nilai,sehingga mengabaikan fakta bahwa setiap siswa adalah individu yang memiliki minat danbakat yang berbeda-beda. Selain itu, keberanian bertanya para siswa juga masih sangat rendah.Akibatnya, siswa hanya belajar untuk lulus ujian dan mendapatkan nilai bagus, danmelewatkan poin terpenting dalam proses edukasi, yaitu pemahaman dan pembentukankarakter serta pemecahan masalah.Idealnya, sistem pendidikan Indonesia harus dapat menawarkan sistem pendidikan yangmemungkinkan siswanya untuk tidak hanya menghafal, namun memahami materi. Parapengajar harus dapat mendorong siswa untuk berani bertanya dan berpikir kritis. Sebaiknyasekolah juga dapat menawarkan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk menciptakaninovasi. Tentunya, minat dan bakat siswa juga perlu diperhitungkan. Terlebih lagi, sekolahperlu menghindari beban pelajaran yang terlalu berlebihan, sehingga murid dapat menyisakanwaktu luangnya untuk mendalami minat dan bakat masing-masing.KajianMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim pernah menegaskan bahwa di masadepan, kompetensi menghafal tidak lagi dibutuhkan. Kompetensi yang dibutuhkan masyarakatIndonesia saat ini meliputi kreativitas, kemampuan bekerja sama dan berkolaborasi, berpikirdan memproses informasi secara kritis, mempertanyakan validitas sebuah informasi,pemecahan masalah dan kemampuan berempati. Jika kita lihat sistem pendidikan di negaranegara maju, kita akan menemukan pola yang serupa dengan pernyataan Nadiem Makarim. DiFinlandia contohnya, para siswa tidak diwajibkan untuk mengambil ujian terstandardisasidalam bentuk apapun. Para guru memiliki kebebasan dalam menentukan sistem penilaian paramuridnya, yang seringkali didasari oleh kemampuan individu masing-masing murid.Meskipun begitu, dalam survei PISA, Finlandia menempati posisi ketujuh dengan rata-rata17

skor 516. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menghafal dan lulus ujian bukanlah faktorkrusial dalam suatu sistem pendidikan. Terlebih di jenjang SD, fokus dari pendidikanseharusnya bukan kompetensi menghafal. Usia yang masih dini seharusnya menjadi saat yangkondusif untuk menumbuhkan rasa kecintaan dalam ”belajar“ melalui aktivitas bebas, kreatif,dan eksploratif, dan bukan melalui beban menghafal. Oleh karena sebab inilah, di Finlandia,masa SD baru dimulai ketika siswa berusia 7 tahun.Dari beberapa faktor yang disebutkan oleh Nadiem Makarim, salah satu faktor yang menarikadalah “kemampuan mempertanyakan validitas sebuah informasi”, atau dengan kata lain,kemampuan bertanya dan berpikir kritis. Di Indonesia, guru tidak pernah salah. Mengkoreksiguru sama dengan menjadi murid yang tidak sopan. Jika kita perhatikan, arus input informasidi kelas-kelas SD di Indonesia lebih banyak satu arah, yaitu dari guru ke murid. Murid tidakdidorong untuk berani bertanya, apalagi berdiskusi. Fenomena ini kontraproduktif terhadapkemajuan belajar siswa. Dalam era Revolusi Industri 4.0, proses yang hanya menuntut inputinformasi searah akan dapat dengan mudah dilaksanakan oleh mesin maupun komputer. Yangtidak dapat tergantikan adalah SDM yang mampu berpikir kritis, mengkoreksi informasi yangsalah serta beradaptasi. Jika cara berpikir ini tidak ditanamkan sejak SD, maka Indonesia akanmengalami kesulitan untuk mempersiapkan SDM nya dalam menyambut Revolusi Industri 4.0.Untuk memungkinkan siswa mempraktikkan keterampilan pemecahan masalah, rasa ingin tahudan literasi kegagalan, sekolah perlu menyediakan lingkungan belajar yang akanmemungkinkan siswa untuk menjadi pencipta menggunakan berbagai alat bantu fisik dandigital. Ini dapat membantu memperdalam kecintaan belajar para siswa yang akan mendorongmereka untuk memahami dunia melalui proses yang membutuhkan kolaborasi dan kreativitas.Fasilitas seperti laboratorium bukan hanya perlu memenuhi fungsi tradisionalnya sebagai alatbantu untuk memahami relasi antara teori dan praktik, namun juga perlu menjadi media bagipara siswa untuk berkreasi dan berinovasi.Selain itu, guru perlu memperhitungkan minat dan bakat masing-masing siswa. Di Indonesia,Kurikulum K-13 tidak memungkinkan para siswa SD untuk menentukan mata pelajaran yangmereka harus ambil berdasar minat dan bakat masing-masing. Sebagai perbandingan, diFinlandia, siswa dapat mengalokasikan 20% dari total waktu mereka untuk mendalami subjekpilihan masing-masing. Selain itu, pada umumnya sekolah menawarkan guided counselinguntuk membantu para siswa menyusun jadwal pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatmereka. Sistem ini memungkinkan para siswa untuk menyadari lingkup ketertarikan mereka18

sejak dini dan ikut berperan aktif dalam menentukan masa depan mereka. Dalam hal ini,sekolah dapat mengadaptasi sistem di Finlandia dengan memperluas dan mengoptimalkanfungsi dari guru bimbingan konseling (guru BK) yang memang sudah dimiliki oleh banyak SDdi Indonesia.Selain itu, beban pekerjaan rumah (PR) juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. DiIndonesia, PR dengan jumlah yang bertumpuk seakan sudah menjadi tradisi. Tujuan dari PRadalah membantu murid memperdalam dan mengulang materi. Namun, jika beban dari PR inimelebihi yang seharusnya, murid akan kehilangan konsentrasi dan waktu luang yangseharusnya dapat dimanfaatkan untuk mendalami minat dan bakat masing-masing. DiFinlandia, setiap minggunya murid hanya menghabiskan waktu 3 jam untuk mengerjakan PR.Sebagai gantinya, murid didorong untuk mengambil kelas ekstrakurikuler untuk mendalamiminat mereka. Selain itu, isi dari PR perlu didesain untuk tidak berkisar di pemecahan soalyang formulatif, melainkan lebih tentang memahami dunia empirik di sekitarnya ataupunpemecahan masalah yang menuntut kreativitas. Dengan begitu, selama mengerjakan PR, skillproblem solving para siswa juga akan diasah.Tentu saja, setiap negara memiliki ciri khas masing-masing dalam sistem pendidikannya.Sistem pendidikan di Indonesia, terlepas dari segala kekurangannya, merupakan produk dariberbagai proses revisi dan adaptasi bertahun-tahun yang telah disesuaikan dengan kondisi diIndonesia. Dalam usaha memperbaiki sistem pendidikannya, Indonesia tidak bisa mencontohpersis negara lain – penyesuaian tetap perlu. Namun, jika Indonesia berpegang teguh kepadakomitmennya untuk menyambut bonus

pengangguran tertinggi terdapat dari kalangan SMK, yakni sebesar 8,63 persen. Hal ini menandakan angka pengangguran terdidik di Indonesia masih cukup tinggi, terlebih dari kalangan SMK yang didesain untuk mencegah pengangguran. Tingginya angka pengangguran dari kalangan terdidik menandakan tidak adanya link and match dari dunia

Related Documents:

STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) A. Strategi 1. Pengertian Strategi Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “strato” yang artinya pasukan dan “agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal yang berhubungan dengan pasukan perang (Ali Moertopo,1971:24). Strategi

13 BAB II STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA A. Strategi 1. Pengertian Strategi Secara bahasa strategi berasal dari kata strategic yang berarti menurut siasat atau rencana dan strategy yang berarti ilmu siasat.1 Menurut istilah strategi adalah rencana yang cermat mengenal kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.2 Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan ke posisi paling

Jul 03, 2019 · 11 ppi tenon saw review & 1-on-1. Test: Sharpen your own 5 ½ or 6 ppi Handsaw. Day Five: AM Understanding the 14 ppi carcase saw (overview). Dry-Fire the 14 ppi toothline. Carcase Saw Sharpening & 1-on-1. PM Graduation Exercise: Build, sharpen and test-cut your own Bad Axe 14 ppi carcase saw using all tools and practices

STRATEGI PERTAHANAN DAN PERJUANGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19 TYAS RETNO WULAN FISIP UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN . PMI Pada Masa Pandemi Remiten Sosial, Perlindungan dan Pemberdayaan PMI Remiten Sosial dan Strategi PMI Berjuang pada masa Pandemi Catatan Kritis dan Bahan Diskusi. Statistik Pekerja Migran Indonesia .

Strategi bersaing harus didukung dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:51) strategi bauran pemasaran (marketing mix) dibagi menjadi: a) Strategi produk Pemilik usaha harus mendefinisikan, memilih, dan mendesain produk sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen. b) Strategi harga

A. STRATEGI PEMASARAN 1. Definisi Strategi Definisi strategi Menurut Andrews dan chaffe strategi adalah kekuatan motifasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, . 12 Agus Hermawan, Komunikasi Pemasaran, Malang: UIN Malang, 2012, Hlm:33 13 Nur Rianto Al Arif

PPI (pixels per inch) works for scanner input, but technically, spi is more accurate. For exam-ple, if you scan 200% at 1200 or if you scan at 100% at 2400 ppi , the scanner “sees” or ppi samples the same data. The , when viewed in Photoshop, is different for each file, but the ppi sampling of the original by the scanner is the same.

In addition, the answer key indicates the reading comprehension or vocabulary skill tested by each question . You may find this information useful when evaluating which questions students answered incorrectly and planning for the kinds of instructional help they may need . Scoring Responses The comprehension practice activities in this book include multiple-choice items and two kinds of .