Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru . - Core

1y ago
14 Views
2 Downloads
576.66 KB
18 Pages
Last View : 12d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Maxine Vice
Transcription

View metadata, citation and similar papers at core.ac.ukbrought to you byCOREprovided by Portal E-Journal Universitas KhairunDelta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan MatematikaVol. 6, No.1, April 2017E-ISSN : 2541-2906PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATISMAHASISWA CALON GURU MELALUI PEMBELAJARAN REFLEKTIFRohana1FKIP Universitas PGRI his research aims to investigate the enhancement of mathematical communication ability ofprospective teachers’ through Reflective Learning. This research used a quasi-experimentaldesign with nonequivalent pre-test and post-test control-group design. The subjects of this studywere students of Mathematics Education Program at a private university in Palembang,consisting of 64 students. Based on instructional factors, there were two groups of samples usedin this study: experimental and control groups. The experimental group was given ReflectiveLearning (RL), while the control group was given Conventional Learning (CL). Based on theresult of prior mathematical knowledge test, there were three categories, namely: higher,mediocre, and lower. Data collection instruments consist of prior mathematical knowledge testand mathematical communication ability test. Data analysis that was used were t-test and twoway ANOVA. Based on data analysis, the result obtained from this study are: 1) theenhancement of students’ mathematical communication ability who received RL are better thanthose of students who received CL; 2) there is no significant interaction effect betweeninstructional factors (RL and CL) and prior mathematical knowledge (higher, mediocre, lower)toward the students’ enhancement mathematical communication ability.Keywords: Reflective Learning, mathematical communication ability.PENDAHULUANTantangan abad 21 yang tampak nyata adalah meningkatnya kebutuhan akanpendidikan yang mampu menjawab tuntutan global, yaitu menuntut individu untuk tampilsebagai manusia cerdas. Dengan kata lain bahwa pendidikan pada abad 21 merupakanpengembangan intelegensi/kecerdasan sehingga dengan bekal kecerdasan individumampu memecahkan permasalahan dalam kehidupannya. Menurut Suryadi (2012:1),SDM yang mampu menghadapi tantangan di era informasi dan globalisasi ini adalahmereka yang memiliki kemampuan berpikir matematis, sehingga mampu menghadapiberbagai tantangan kehidupan secara mandiri dengan penuh rasa percaya diri.Salah satu kemampuan berpikir matematis adalah kemampuan komunikasimatematis. Kemampuan ini merupakan bagian penting dalam pendidikan matematika.Stacey (2005) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi merupakan salah satufaktor yang memberikan kontribusi dan turut menentukan keberhasilan pebelajar dalammenyelesaikan masalah. Pentingnya kemampuan komunikasimatematika terlihat daridalam pembelajarandimasukkannya kemampuan ini sebagai standar prosesdalam Principles and Standards for Schools Mathematics yang diterbitkan National13

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaCouncil of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2000. Dalam NCTM (2000),kemampuan komunikasi matematis menempati urutan ketiga standar proses.Kemampuan lain yang masuk dalam standar proses menurut NCTM (2000) adalahpemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan sikap positif terhadap matematika.Namun, hasil tes Programme for International Student Assesment (PISA) 2012dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011menunjukkan bahwa mutu pembelajaran matematika di Indonesia tak kunjung membaik(Pranoto, 2013). Mutu pembelajaran matematika yang dimaksud adalah kemampuanberpikir matematis diantaranya adalah kemampuan komunikasi matematis.Memiliki kemampuan komunikasi matematis ini, bukan hanya penting bagi siswatetapi juga bagi mahasiswa khususnya mahasiswa calon guru matematika. Kemampuanini perlu ditumbuhkembangkan karena keterampilan ini akan berguna bagi seorang calonguru matematika untuk membimbing siswa belajar matematika nantinya. Fakta dilapangan membuktikan bahwa penekanan proses pembelajaran di perguruan tinggi terlalubanyak ditekankan pada aspek doing tetapi kurang menekankan pada aspek thinking(Fahinu, 2007). Apa yang diajarkan di ruang kuliah lebih banyak berkaitan denganmasalah keterampilan manipulatif atau berkaitan dengan bagaimana mengerjakan sesuatutetapi kurang berkaitan dengan mengapa demikian dan apa implikasinya.Hasil penelitian di Indonesia yang menunjukkan masih rendahnya kemampuankomunikasi matematis ini di tingkat mahasiswa calon guru matematika seperti yangdikemukakan oleh Widjajanti (2010), Karlimah (2010), dan Prabawanto (2012).Kenyataan ini bukanlah sesuatu yang menggembirakan karena kemampuan komunikasiini bukan hanya tujuan dari belajar matematika, tetapi juga merupakan alat utama untukmelatih individu menyelesaikan berbagai persoalan di kehidupan. Kusumah (2008:17)mengemukakan bahwa melalui komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalamberbagai persfektif; cara berpikir mahasiswa dapat dipertajam; pertumbuhanpemahaman dapat diukur; pemikiran mahasiswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir;pengetahuan matematika dan pengembangan masalah mahasiswa dapat dikonstruksi;penalaran mahasiswa dapat ditingkatkan; dan komunitas mahasiswa dapat dibentuk.Melihat pentingnya peranan matematika dalam menghadapai persaingan globalsehingga setiap individu mampu menjadi pemecah masalah yang baik dan juga mampumengkomunikasikan gagasan atau ide hasil dari pemecahan masalahnya, maka perluinovasi dalam pengembangan (model) pembelajaran matematika yang dapat14

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanamengakomodasi kemampuan komunikasi matematis bagi mahasiswa, khususnyamahasiswa calon guru matematika.Permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran di kelas menuntut guruuntuk selalu berpikir, memberi perhatian serius, pertimbangan mendalam tentangkejadian atau keputusan yang diambil. Dalam membuat justifikasi tentang keputusan,guru tidak boleh bergantung kepada naluri atau teknik yang telah ditetapkan, sebaliknyaguru perlu berpikir apakah yang sedang berlaku; apakah pilihan yang ada; dan lain-lainpertanyaan yang berkaitan secara kritis dan analitis (Norlander-Case dalam Hussin &Saleh, 2009). Keadaan ini bersesuaian dengan definisi pemikiran reflektif menurutDewey (Hussin & Saleh, 2009) yaitu “turning a subject over in the mind and giving itserious and consecutive consideration” Dalam konteks kajian ini, reflektif berartiberpikir dan meninjau kembali ide, perlakuan, dan situasi yang ada dalam proses belajarmengajar sebelum tindakan seterusnya diambil.Romberg & Carpenter (Senger, 1999) meletakkan tanggungjawab keberhasilanreformasi dalam pendidikan matematika di pundak guru. Reformasi yang dimaksudsalah satunya adalah menyangkut pendekatan atau model pembelajaran yang dilakukandalam pembelajaran matematika. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalammemilih pendekatan atau model pembelajaran yang tepat, diantaranya adalah: (1) modelpembelajaran harus sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, (2) modelpembelajaran memiliki fungsi sebagai instrumen yang membantu atau memudahkanpebelajar dalam memperoleh pengalaman belajar, (3) pengembangan modelpembelajaran dalam konteks peningkatan mutu perolehan hasil belajar perlu diupayakansecara terus menerus dan bersifat komprehensif karena proses pembelajaran merupakanfaktor penentu terhadap mutu hasil belajar (Hulukati, 2005). Selain itu, Bell (1978: 121)menyatakan bahwa pemilihan strategi mengajar yang tepat dan pengaturan lingkunganbelajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan pembelajaranmatematika.Menyadari pentingnya suatu pembelajaran yang berpotensi mengembangkankemampuan berpikir mahasiswa calon guru, peneliti memandang bahwa pembelajaranreflektif (Reflective Learning) memiliki banyak kelebihan jika digunakan sebagaialternatif pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan komunikasimatematis. Reflective Learning merupakan pembelajaran dengan melibatkan kegiatanberpikir reflektif pada prosesnya. Refleksi dalam konteks pembelajaran dirumuskanBoud, et al (dalam Sirajuddin, 2009; Kurnia, 2006) merupakan kegiatan intelektual dan15

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanaafektif yang melibatkan pebelajar dalam upaya mengekplorasi pengalaman merekauntuk mencapai pemahaman dan apresiasi-apresiasi baru. Pada saat berpikir reflektifberlangsung pada seorang pebelajar, ia mempelajari apa yang sedang dihadapinya,berasumsi, menilai, bersikap, dan mengaplikasikan pemahamannya. Hal ini sangat baiksekali karena jika ini berlangsung secara terus menerus maka pada akhirnya kegiatanberpikir ini akan sampai pada pemahaman yang lebih mendalam, perubahan pemikiran,dan pada akhirnya menyelesaikan permasalahan. Hmelo & Ferrari (Song, Koszalka, danGrabowski, 2005) menyimpulkan lebih jauh bahwa refleksi membantu siswa/mahasiswauntuk membangun keterampilan berpikir tingkat tingginya.Menurut Insuasty dan Castillo (2010), refleksi harus menjadi bagian yangmendasar bagi pengembangan guru karena guru memiliki kewajiban untuk mampumengevaluasi dan menata kembali kemampuan mengajar agar dapat mengoptimalkanproses belajar-mengajar. Seorang guru reflektif juga diharuskan mampu untuk bersikapkritis terhadap kemampuan mengajarnya sendiri agar siswa bisa mendapatkanpengalaman belajar yang dinamis, yang berharga dan bermakna bagi kehidupan mereka.Lebih jauh Zeichner dan Liston dalam Radulescu (2013) menyatakan bahwa konseppembelajaran reflektif sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan profesionalguru. Hal tersebut dikarenakan konsep pembelajaran reflektif terdiri dari beberapaproses yang pada umumnya bertujuan menumbuhkan sikap eksplorasi dan penyelidikansehingga mampu membangkitkan kesadaran calon guru serta menjadi faktor yangmempengaruhi proses pembelajaran calon guru.Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain yang juga dapat diduga berkontribusiterhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru. Faktortersebut adalah kemampuan awal matematis mahasiswa (rendah, sedang, dan tinggi).Galton (Ruseffendi, 2006) mengatakan bahwa dari sekelompok pebelajar yang tidakdipilih secara khusus (sebarang), akan selalu kita jumpai pebelajar yang kemampuannyarendah, sedang, dan tinggi, karena kemampuan pebelajar (termasuk kemampuan dalammatematika) menyebar secara distribusi normal. Perbedaan kemampuan yang dimilikipebelajar tidak semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga bisa karenapengaruh lingkungan (Ruseffendi, 2006). Dengan demikian, pemilihan pendekatanmodel atau pembelajaran harus diarahkan agar dapat mengakomodasi kemampuanpebelajar yang pada umumnya adalah heterogen. Ada kemungkinan pebelajar yangkemampuannya sedang atau rendah, namun apabila pendekatan atau model16

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanapembelajaran yang digunakan sesuai dengan mereka, maka gap atau kesenjangandengan mahasiswa yang berkemampuan tinggi tidak signifikan secara statistik.Berpedoman pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: ”Apakah pembelajaran reflektif iswacalonguru?”.Permasalahan umum tersebut diuraikan menjadi pertanyaan penelitian yaitu: ”Apakahpeningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapatpembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapatpembelajaran konvensional?”Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengkaji secarakomprehensif: Peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon gurusetelah mendapat model pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional ditinjaudari: (a) keseluruhan mahasiswa; dan (b) KAM (tinggi, sedang, dan rendah).METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan tipe Quasi-Experimental(Ruseffendi, 2005; Sugiyono, 2009; Sukmadinata, 2008). Desain eksperimen yangdigunakan adalah desain kelompok kontrol pretes dan postes nonekuivalen atauNonequivalent Pre-Test and Post-Test Control- Group Design (Creswell, 2012;Sugiyono, 2009). Secara singkat, desain eksperimen tersebut, dapat digambarkansebagai berikut.OXOOOGambar 1 . Desain eksperimen Nonequivalent Pre-Test and Post-TestControl- Group DesignKeterangan:O: pretes/postes KKMX: Pembelajaran Reflektif(Reflective Learning)Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester genap tahun akademik2015/2016 di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan tingkat strata 1, pada salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) kotaPalembang. Subjek penelitian berjumlah 64 orang mahasiswa yang terdiri dari 2 kelas17

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanaparalel. Satu kelas sebagai kelas eksperimen (34 orang), sedangkan kelas lainnya sebagaikelas kontrol (30 orang). Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu diujikesetaraannya. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak kelas.Instrumen tes KKM yang digunakan sudah diuji validitas, reliabilitas, dayapembeda dan tingkat kesukarannya. Soal tes dinyatakan telah memenuhi karakteristikyang memadai untuk digunakan dalam penelitian.HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi Data KAMKemampuan awal mahasiswa (KAM) menggambarkan pengetahuan danketerampilan mahasiswa tentang matematika sebelum dilibatkan sebagai subjek dalampenelitian. Tes KAM selain digunakan untuk mengetahui kesetaraan subjek sampelpenelitian, juga digunakan untuk mengelompokkan mahasiswa menurut kemampuanmatematis yang dimiliki mahasiswa sebelum proses pembelajaran dalam penelitian inidilakukan. Untuk memperoleh gambaran kualitas KAM mahasiswa tersebut, datadianalisis secara deskriptif agar dapat diketahui rata-rata, simpangan baku, nilaiminimum, dan nilai maksimum untuk setiap kelompok KAM , yaitu tinggi (T), sedang(S), dan rendah (R). Rangkuman hasil analisis deskriptif data KAM, Pretes, dan Postesberdasarkan pembelajaran disajikan pada Tabel berikut ini.Tabel 1. Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal MahasiswaKelompok : Skor Maksimal Ideal 2418

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaTabel 2.KelompokRingkasan Uji Statistik Data Kemampuan Awal MahasiswaPembelajarannUji NormalitasKAMKeseluruhanUji PerbedaanRata-rataPRPK3430BerdistribusiTidak erdistribusiTidak 1BerdistribusiTidak erdistribusiTidak adanormalperbedaanBerdistribusinormalTabel 2. menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai probabilitas (sig.) dataKAM pada PR dan PK lebih besar dari 0,05, berarti hipotesis nol diterima. Artinyasecara keseluruhan data KAM pada PR dan PK berdistribusi normal. Ditinjau darikelompok KAM tinggi, sedang dan rendah, nilai probabilitas (sig.) data KAM pada PRmaupun PK lebih besar dari 0,05, yang berarti hipotesis nol diterima. Artinya datakelompok KAM tinggi, sedang dan rendah berdistribusi normal. Dengan demikian,berdasarkan data KAM secara keseluruhan maupun kelompok KAM (tinggi, sedang,rendah) untuk setiap pembelajaran (PR dan PK) menunjukkan bahwa sampel berasal daripopulasi yang berdistribusi normal. Analisis statistik yang digunakan selanjutnya adalahstatistik parametrik, yaitu uji t.Selain itu hasil uji perbedaan rata-rata menunjukkan bahwa data KAM secarakeseluruhan maupun kelompok KAM (tinggi, sedang dan rendah) antara kelas PR dan PK19

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanatidak ada perbedaan. Dengan demikian penelitian ini diawali dengan kondisi KAM yangrelatif sama baik ditinjau dari keseluruhan maupun kelompok.Deskripsi data KKMUntuk memperoleh gambaran kualitas KKM mahasiswa, data dianalisis secaradeskriptif untuk mengetahui rerata dan simpangan baku skor pretes, postes, dan n-gainKKM mahasiswa berdasarkan pembelajaran, KAM, dan secara keseluruhan. Statistikdeskriptif data KKM mahasiswa selengkapnya disajikan pada Tabel 3.Tabel 3.KelompokStatistik Deskriptif Data Kemampuan Komunikasi MatematisPembelajaran Reflektif (PR)Pembelajaran KonvensionalKAM(PK)nKeseluruhanStat. Pretes Postes g 34sTinggi6sSedang20sRendah8s4,9715,09 0,531,322,505,8317,00 0,621,172,974,714,35 0,501,342,390,12515,50,551,311,930,11nStat. Pretes Postes g 306,17 12,63 0,360,12s50,141,782,620,146,00 14,20 0,46s211,222,170,116,29 12,33 0,34s42,002,740,145,75 12,25 0,35s1,262,220,13Skor Maksimal Ideal 24Pada Tabel 3 terlihat bahwa secara keseluruhan mahasiswa yang mendapatkanpembelajaran reflektif menunjukkan peningkatan KKM yang lebih tinggi daripadamahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hasil tersebut didukung pulaoleh rerata postesnya. Pada tabel tersebut nampak bahwa mahasiswa yang mendapatkanpembelajaran reflektif menunjukkan rerata postes yang lebih besar daripadamahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Rerata postes keseluruhanmahasiswa yang mendapatkan pembelajaran reflektif sebesar 15,09 sedangkanmahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional sebesar 12,63. Berdasarkanstatistik deskriptif data KKM pada Tabel 3 secara umum menunjukkan bahwa:a. Secara keseluruhan rerata peningkatan KKM mahasiswa yang mendapat pembelajaranreflektif lebih besar daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional.20

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanab. Rerata peningkatan KKM mahasiswa kelompok KAM tinggi yang mendapatpembelajaran reflektif lebih besar daripada mahasiswa kelompok KAM tinggi yangmendapat pembelajaran konvensional.c. Rerata peningkatan KKM mahasiswa kelompok KAM sedang yang mendapatpembelajaran reflektif lebih besar daripada mahasiswa kelompok KAM sedang yangmendapat pembelajaran konvensional.d. Rerata peningkatan KKM mahasiswa kelompok KAM rendah yang mendapatpembelajaran reflektif lebih besar daripada mahasiswa kelompok KAM rendah yangmendapat pembelajaran konvensional.Analisis Data Peningkatan KKMUntuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan KKM mahasiswa yangmendapatkan pembelajaran reflektif dan mahasiswa yang mendapatkan pembelajarankonvensional, baik ditinjau secara keseluruhan maupun berdasarkan pembelajarandan KAM diajukan hipotesis berikut:Hipotesis 1:Secara keseluruhan, mahasiswa yang mendapat pembelajaran reflektif memperolehpeningkatan KKM lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajarankonvensional.Hipotesis 2:Mahasiswa yang mendapat pembelajaran reflektif memperoleh peningkatan KKMlebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjaudari KAM tinggi.Hipotesis 3:Mahasiswa yang mendapat pembelajaran reflektif memperoleh peningkatan KKMlebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjaudari KAM sedang.Hipotesis 4:Mahasiswa yang mendapat pembelajaran reflektif memperoleh peningkatan KKMlebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjaudari KAM rendah.Analisis statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan peningkatan KKMmahasiswa adalah uji-t. Namun demikian, sebelum melalukan uji tersebut terlebihdahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitasvarians. Rangkuman hasil uji statistik disajikan pada Tabel 4 berikut ini:21

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaTabel 4. Rangkuman Uji StatistikKomunikasi ji dahPR340,53 0,13NormalPK310,36 0,14NormalPR60,62 0,14NormalPK50,46 0,08NormalPR200,50 0,12NormalPK210,34 0,14NormalPR80,55 0,11NormalPK40,36 apatperbedaan 0,05Berdasarkan Tabel 4 di atas diperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yangsignifikan antara rerata peningkatan KKM mahasiswa yang mendapatkan pembelajaranreflektif dengan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Selain itudengan memperhatikan nilai rerata peningkatan KKMmahasiswa yang mendapatkanpembelajaran reflektif dan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional,dapat disimpulkan bahwa peningkatan KKMmahasiswa yang mendapatkanpembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajarankonvensional, baik ditinjau dari keseluruhan, KAM tinggi, KAM sedang, maupun KAMreandah.Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan KemampuanKomunikasi MatematisUntuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (PR dan PK)dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan KKM, diajukan hipotesissebagai berikut: Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara faktorpembelajaran (PR dan PK) dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatanKKM mahasiswa.22

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaPengujian ANOVA dua jalur digunakan jika persyaratannya dipenuhi, khususnyatentang normalitas data.Data yang digunakan untuk uji ini adalah skor n-gainmahasiswa pada pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional. Jika terdapatpaling sedikit satu data tidak berdistribusi normal maka pengujian menggunakanANOVA dua jalur tidak dapat dilakukan dan analisis data hanya dilakukan secaradeskriptif.Pengujian ini diawali dengan uji normalitas data peningkatan KKM yangdisajikan pada Tabel 5 berikut.Tabel 5. Uji Normalitas Data Peningkatan angRendahSecara keseluruhan, pada Tabel 5 diperoleh nilai signifikansinya masing-masingpembelajaran dan kelompok KAM yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05,sehingga menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian,pengujian ANOVA dua arah dapat dilakukan. Hasil uji ANOVA dua arah disajikandalam Tabel 6.23

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaTabel 6.Uji ANOVA Dua Jalur Data Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis berdasarkan Pembelajaran dan KAMSourceType III SumdfMeanof 4320.759.000KAM.1192.0593.597.034Pembelajaran * 54663Corrected ModelInterceptCorrected Total.1177.108.00010.025 606.667.000a. R Squared ,380 (Adjusted R Squared ,326)Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai signifikansi untuk interaksi faktorpembelajaran (PR dan PK) dan kelompok KAM (T, S, R) terhadap peningkatankemampuan komunikasi matematis mahasiswa adalah 0,879, nilai ini lebih besar daritaraf signifikansi yaitu 0,05. Dengan demikian Ho diterima artinya tidak ada pengaruhinteraksi antara pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasimatematis mahasiswa. Hal ini juga terlihat dari plot pada Gambar 2 berikut ini.Gambar 2 . Plot Interaksi Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan KKM24

Peningkatan Kemampuan Komunikasi RohanaBerdasarkan Gambar 2 tampak bahwa mahasiswa pada semua kelompok KAM(tinggi, sedang, rendah) yang mendapat pembelajaran reflektif (kelas eksperimen)memperoleh rerata peningkatan KKM lebih tinggi dari pada mahasiswa yang mendapatpembelajaran konvensional (kelas kontrol). Di pembelajaran reflektif, jika peningkatanKKM diurutkan dari terbesar hingga terkecil maka urutannya adalah peningkatan KKMKAM tinggi, rendah, dan sedang. Untuk pembelajaran konvensional, urutanpeningkatan KKM dari terbesar hingga terkecil adalah peningkatan KKM untuk KAMtinggi, rendah dan sedang. Tidak adanya perbedaan urutan peningkatan KKMberdasarkan KAM antara pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensionalmengindikasikan tidak adanya pengaruh interaksi antara pembelajaran dan KAMterhadap peningkatan KKM.PembahasanHasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran reflektif secara signifikanlebih baik dalammeningkatkan KKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapembelajarn reflektifdengan segala komponenpendukungnyamemberikankontribusi terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa.Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Nainggolan (2011)yang menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswayang mendapatkan model pembelajaran reflektif lebih baik dari pada siswa yangmendapat pembelajaran konvensional.Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini dapat dinyatakan bahwa faktorpembelajaran memberikan pengaruh terhadap peningkatan KKM mahasiswa. Temuanini didukung oleh hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaranberlangsung. Pembelajaran reflektif memfasilitasi mahasiswa agar terlibat aktif dalamproses pembelajaran. Penyajian masalah matematis yang dikemas dalam kegiatandiskusi baik pada kelompok-kelompok kecil maupun diskusi kelas mampu mendorongmahasiswa untuk berinteraksi melalui kegiatan saling bertanya, menyampaikan ide-ideatau pendapat, menanggapi pemikiran teman lain, bekerja sama,dan melakukan refleksi.Interaksi ini tentunya akan mempermudah mahasiswa dalam belajar. Seperti yangdinyatakan Vygotsky (dalam Slavin, 1995) bahwa fungsi mental yang lebih tinggiumumnya akan muncul melalui percakapan atau kerjasama antar individu sebelumfungsi mental yang lebih tinggi terserap ke dalam individu tersebut. Pernyataan iniberarti bahwa konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam matematika akan mudah25

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanadipahami oleh peserta didik jika mereka terlibat aktif dalam belajar, bekerja sama, danberdiskusi dengan teman-temannya. Aktivitas seperti ini sekaligus memicu kemampuankomunikasi matematis mahasiswa, sebagaimana yang diungkapkan Clark et al (2005)bahwa pengajuan masalah yang memicu terjadinya diskusi merupakan salah satustrategi mengembangkan komunikasi matematis. Saat terjadinya diskusi dan ngdihadapi,mahasiswamenggunakan komunikasi sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah. Hal senadajuga dikemukakan Carpenter dan Gorg (2000) bahwa ketika peserta didik berpikir,merespon, berdiskusi, mengelaborasi, menulis, membaca, mendengar, dan menemukankonsep-konsep matematis, mereka telah menemukan dua buah kegiatan berkaitandengan komunikasi yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajarkomunikasi matematis.Dalam pembelajaran reflektif, interaksi ini tidak hanya terjadi antar mahasiswatetapi juga antar mahasiswa dan dosen. Dosen berperan sebagai fasilitator, mediator danmotivator yang mendorong mahasiswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, sertamemberikan bantuan jika ada kelompok mahasiswa yang mengalami kesulitan dalammenyelesaikan masalah. Melalui scaffolding berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif,dosen membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah, mengemukakan ide-ide,dan menjelaskan ide-ide tersebut kepada teman-temannya. Interaksi ini mengakibatkanproses pembelajaran, sebagaimana dikemukakan Oakley (2004:41),”The child is not a scientist trying out solutions but is an active learner guided byexperienced others. These others can help the child’s development and enhance theirachievements”.Interaksi dengan sesama mahasiswa ataupun dengan dosen, tentunya akanmempengaruhi keterampilan komunikasi dalam pembelajaran. Hal ini tidak hanyamendorong perkembangan kognitif mahasiswa tetapi juga berpotensi meningkatkanketerampilan komunikasi mahasiswa.Salah satu karakteristik pembelajaran reflektif adalah adanya pertanyaanpertanyaan reflektif yang mengarahkan mahasiswa untuk membuat hubungan-hubunganantara pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dengan pengetahuan barunya. Beberapacontoh pertanyaan reflektif yang diajukan dosen misalkan: ”mengapa menggunakancara ini?”, ”mengapa kamu berpikir demikian?”, ”bagaimana bila .”, ”adakah caralain?”, ”menurut kamu apa yang salah dengan pendapatnya?”, dan sebagainya. Selainitu, Wahyudin (2008) mengemukakan bahwa pengajar memiliki peran yang penting26

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Rohanadalam membantu pemberdayaan perkembangan kebiasaan-kebiasaan berpikir reflektifdengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti : ”sebelum kita melanjutkan, apakahkita yakin sudah memahami ini?”, ”apa sajakah pilihan- pilihan kita?”, ”apakah kitapunya rencana?”, apakah kita mendapat kemajuan atau kita musti mempertimbangkankembali apa yang sedang kita lakukan?”, ”kenapa kita pikir ini benar?”. Pertanyaanpertanyaan ini membuat mahasiswa cenderung belajar bertanggung jawab untukmerefleksikan pekerjaan mereka sendiri dan membuat penyesuaian-penyesuaian yangperlu saat memecahkan masalah. Inti dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah agarinformasi/pengetahuan itu mengendap dibenak mahasiswa, dan mahasiswa mencatatapa saja yang pernah dipelajari serta merasakan ide-ide baru. Pertanyaan-pertanyanreflektif ini merupakan bagian dari aktivitas refleksi. Menurut Hmelo & Ferrari (Song,Koszalka,dan Grabowski, 2005) refleksi membantu peserta didik untuk membangunketerampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan komunikasi matematis merupakansalah satu dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Jadi scaffolding yang diberikandosen melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif berpotensi membangun kemampuankomunikasi matematis mahasiswa.Karakteristik lainnya dalam pembelajaran reflektif adalah penulisan jurnalreflektif. Penulisan jurnal reflektif dapat membantu mahasiswa merefleksi prosespembelajarannya. Meskipun menurut Coughlan (2007)jurnal reflektifdigunakanuntuk mencatat kemajuan studi peserta didik agar menemukan strategi belajarnyasekaligus sebagai evaluasi kinerjanya. Ada dampak pengiring dari penulisan jurnal ini,yaitu melatih peserta didik (mahasiswa) mengkomunikasikan gagasan, harapan, ataupunpermasalahannya secara tertulis terkait pembelajarannya.SIMPULANBerdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yangtelah dikemukakan sebelumnya, diperoleh simpulan bahwa: (1) peningkatankemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendap

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru. Faktor tersebut adalah kemampuan awal matematis mahasiswa (rendah, sedang, dan tinggi). Galton (Ruseffendi, 2006) mengatakan bahwa dari sekelompok pebelajar yang tidak dipilih secara khusus (sebarang), akan selalu kita jumpai pebelajar yang kemampuannya

Related Documents:

Kemampuan matematis terdiri dari kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan koneksi matematis, dan kemampuan representasi matematis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan matematis siswa dalam memahami materi eksponen dan logaritma.

terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis mahasiswa; (3) pencapaian dan peningkatan kemampuan koneksi matematis mahasiswa yang memperoleh model project-based learning berbantuan Geogebra lebih baik daripada mahasiswa yang memperoleh model project-based learning; (4) tidak terdapat pengaruh interaksi model

komunikasi matematika tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui model pembelajaran Contextual

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN . REACT. DITINJAU DARI . ADVERSITY QUOTIENT. SKRIPSI . . REACT Terhadap Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD Tentang . 50 . Koneksi Matematis. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA. Universitas . Negeri Malang.

“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Hasil belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Probing Prompting (PTK di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta kelas VII Tahun Pelajaran 2017/2018)” dengan lancar sesuia dengan harapan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan

Dikarenakan koneksi matematis merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki siswa dalam menjalani proses pembelajaran matematika, maka aspek koneksi matematis harus ditanamkan pada siswa sebagai kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika. 2.1.1 Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis . Koneksi berasal dari kata . connection

Silabus : Komunikasi Bisnis (Praktek) Kode : KEU2012 SKS : 2 NO Pertemuan Bahan Kajian 1 I MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS a. Pengertian Komunikasi Bisnis b. Bentuk Dasar Komunikasi c. Proses Komunikasi d. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi e. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi 2 II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI a.

h,’by’ using’clues’foundwithinthe’story ’ Icanusevariousstrategiestodeterminethe’ meaning’of’words’and’phrases’ Icanrecognizewordsinatextthatallude’ and’ mine’ meaning’ Allude’’ ’ Fourth’Grade’