BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1 .

1y ago
29 Views
2 Downloads
518.76 KB
28 Pages
Last View : 7d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mara Blakely
Transcription

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini1. Pengertian Perkembangan anperkembangankecerdasan. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensipada anak. Pada anak usia dini, pengetahuan masih bersifat subjektif, dan akanberkembang menjadi objektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja dandewasa. Hal tersebut senada dengan observasi yang telah dilakukan oleh Piaget,seorang ahli bilogi dan psikologi berkebangsaan Swiss yang mengemukakan bahwa“Anak mampu mendemonstrasikan berbagai pengaruh mengenai relativitas duniasejak lahir hingga dewasa”.1Kemampuan kognitif seseorang berkaitan dengan bagaimana individu dapatmempelajari, memperhatikan, memgamati, membayangkan, memperkirakan, menilaidan memikirkan lingkungannya. “Perkembangan kognitif adalah salah satu aspekperkembangan manusia yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari danmemikirkan lingkungannya”.21Yudha dan Rudyanto, Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan AnakTK, (Bandung: Depdiknas) 2004, h. 1992Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2005, h. 10310

Perkembangan kognitif menurut Piaget terjadi melalui suatu proses yangdisebut dengan adaptasi.3 Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutanlingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasimerupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman barunya yangdidasarkan pada interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi terjadidimana anak berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur pikiran dengansejumlah pengalaman baru.Menurut Piaget, anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri.4Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan berperan aktif di alam menyusunpengetahuannya mengenai realitas. Jika anak ingin mengetahui sesuatu, mereka harusmembangung(construct)pengetahuan tersebutsendiri.Pembelajaranyangdiharapkannya adalah pembelajaran yang aktif dimana peran guru sebagai penyediabahan-bahan yang sesuai seperti ruangan serta petunjuk-petunjuk yang mendoronganak untuk menemukan sendiri.Vygotsky memandang perkembangan kognitif anak dari segi sosiokultural,bahwa budaya berperan penting di dalamnya. Menurutnya kognisi manusiameskipun seseorang dalam isolasi, sifatnya tetap sosiokultural karenadipengaruhi oleh kepercayaan, nilai-nilai dan perlengkapan adaptasiintelektual yang diberikan kepada individu oleh budayanya.5Perkembangan kognitif muncul dari konteks kerjasama atau kolaborasi ataudialog antara orang yang lebih ahli dengan mencontohkan kegiatan dan3Siti Aisyah, dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,(Jakarta: Universitas Terbuka), 2008, h. 64Desminta. Log cit5Siti Aisyah, dkk. Op cit, h. 2211

menyampaikan pelajaran secara verbal. Pembelajaran diterapkan dengan partisipasiterbimbing dari guru atau orang yang lebih ahli.Vygotsky juga mengemukakan konsep ZPD (Zona of Proximal Development)yaitu perbedaan antara apa yang dapat dicapai pembelajar secara mandiri dan apayang dicapainya dengan panduan dan dorongan dari orang yang lebih ahli.6Pembelajaran yang diberi dorongan dari orang yang lebih ahli cenderungmenghasilkan pemahaman yang lebih. Pemberian dorongan atau bantuan harusdilakukan dengan hati-hati, disesuaikan dengan situasi pembelajar agar meningkatkanpemahaman tentang suatu masalah.Uraian di atas membedakan pendapat Piaget dan Vygotsky peranangurudalampembelajaran. menurut Piaget, peran guru hanya menyediakan bahan-bahan yangsesuai untuk pembelajaran. anak harus banyak waktu belajar sendiri dan melakukankegiatan berdasarkan penemuan. Sedangkan menurutu Vygotsky, guru ikut gananakuntukmendorong/membantu anak dalam pembelajaran. perkembangan konseptual anakmenjadi lebih siap melalui pembelajaran siswa terbimbing.Persamaan dari pendapat Piaget dan Vygotsky yaitu pembelajaran aktif yangsangat ditekankan oleh ke dua ahli tersebut dengan memberi perhatian yang besarkepada apa yang telah diketahui pembelajar sehingga dapat memperkirakan apa yangtelah dipelajarinya untuk memudahkan penerimaan pembelajaran yang baru.6Ibid, . 2312

Pengetahuan tentang perkembangan kognitif anak usia dini dapat membantuperan guru sebagai pembimbing pembelajaran yaitu dengan menyusun kegiatanpembelajaran yang menyajikan materi kegiatan anak agar dapat menemukan sendirikonsep atau pemahaman, memberikan pelajaran atau saran yang dapat membantuanak dengan cara hati-hati yang disesuaikan dengan kemampuan anak saat itu,memonitor kemampuan belajar anak, dan melatih anak untuk belajar berkolaborasidimana anak didorong untuk saling membantu satu sama lain.2. Tahap-tahap Perkembangan muskanolehPiagetberhubungan dengan pertumbuhan otak anak. Terdapat empat tahapan perkembangankognitif menurut Piaget yang terdiri dari “Tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahappraoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (8-11 tahun) dan tahapoperasional formal (11 tahun ke atas)”.7 Adapun penjelasan dari tahapan-tahapantersebut yaitu:a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun). Menggambarkan seseorang berpikir melaluigerak tubuh, maksudnya kemampuan untuk belajar dan meningkatkankemampuan intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari perlaku gerakdan konsekuensinya.b. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada tahap ini Piaget memberikanpenekanan berupa batasan. Pada tahap ini anak masih belum memiliki7Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT RemajaRosdakarya), 2002, h. 513

kemampuan untuk berpikir logis atau operasional. Anak mulai menggunakansimbol-simbol untuk merepresentasikan lingkungan secara kognitif. Piagetmembagi menjadi dua sub bagian, yaitu prakonseptual (2-4 tahun) dan intuitif(4-7 tahun).c. Tahap operasional (8-11 tahun). Karakteristik umum dari tahapan ini adalahbertambahnya kemampuan dari variabel dalam situasi memecahkan masalah(problem solving). Pada masa ini anak sudah memasuki masa kanak-kanakdan memasuki dunia Sekolah Dasar.d. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini ditandai dengankemampuan individu untuk berpikir secara hipotesisi dan berbeda denganfakata, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinancakupan yang luas dari perkara yang sempit.Menurut Piaget, tahapan-tahapan di atas selalu dialami oleh anak, dan tidakakan pernah ada yang dilewatkan meskipun tingkat kemampuan anak berbeda-beda.Tahapan-tahapan ini akan meningkat lebih kompleks daripada pada masa awal dankemampuan kognitif anak pun bertambah.Melihat tahapan perkembangan di atas, maka anak usia dini berada padatahapan praoperasional-intuitif. Anak sudah mengenal kegiatan mengelompokkan,mengukur dan menghubungkan objek-objek, namun mereka belum mengetahui dasarmengenai prinsip-prinsip yang melandasinya. Karakteristik anak pada tahap ini yaitupemusatan perhatian pada satu dimensi dan mengesampingkan dimensi lainnya.Perkembangan fisik anak pun sudah mulai melakukan berbagai bentuk gerak dasar14

yang dibutuhkannya seperti berjalan, berlari, melempar, dan menendang. Hal tersebutdiperhatikan oleh guru agar memberikan pembelajaran yang dapat memfasilitasiperkembangan kognitif anak secara optimal.3. Karakterisik Perkembangan Kognitif Anak Usia DiniPerkembangan kognitif pada setiap tahapannya memiliki karakteristiktersendiri yang membedakan dengan tahapan yang lainnya. Adapun cara berpikiranak usia dini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:a. Transductive reasoning, artinya anak berpikir yang bukan induktif ataudeduktif tetapi tidak logis.b. Ketidakjelasan hubungan sebab akibat, artinya anak mengenal hubungansebab akibat secara tidak logis.c. Animism, artinya anak menganggap bahwa semua benda itu hidup sepertidirinya.d. Artificial, artinya anak mempercayai bahwa segala sesuatu di lingkungan itumempunyai jiwa seperti manusia.e. Perceptually bound, artinya anak mencoba melakukan sesuatu untukmenemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya.f. Mental experiments, artinya anak mencoba melakukan sesuatu untukmenemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya.g. Centration, artinya anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yangpaling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya.h. Egocentrism, artinya anak melihat dunia di lingkungannya menurut kehendakdirinya sendiri.8Melihat karakteristik cara berpikir anak pada tahapan ini dapat disimpulkanbahwa anak dalam tahap operasional telah menunjukkan aktivitas kognitif dalammenghadapi berbagai hal di luar dirinya. Aktivitas berpikirnya belum mempunyaisistem yang terorganisasi tetapi anak sudah dapat memahami realitas di8Yudha dan Rudyanto, Op cit, h. 20115

lingkungannya dengan menggunakan benda-benda dan simbol-simbol. Caraberpikirnya masih bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.4. Implikasi Perkembangan Kognitif bagi PembelajaranSetelah mengetahui definisi dari perkembangan kognitif, tahap-tahapperkembangan kognitif, dan karakteristik perkembangan kognitif anak usia duasampai tujuh tahun (tahap operasional), diharapkan bagi guru dapat menyajikanpembelajaran bagi anak didiknya sesuai dengan tahapan perkembangan dankarakteristik perkembangan anak usia dini. Tujuannya yaitu agar perkembangan anakdapat terfasilitasi dengan baik sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat tercapaisecara optimal dan anak pun merasa senang dalam mengikuti pembelajaran karenaguru menyajikannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan anak. Sehingga tidakakan ada pembelajaran yang dipaksanakan serta pembelajaran yang berpusat padaguru.Komponen tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaranharus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Hal tersebut dapatdilihat dalam rumusan tingkat pencapaian perkembangan yang telah ditetapkan olehKementerian Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNo 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Tingkat pencapaianperkembangan disusun berdasarkan kelompok usia anak.Pengelompokkan usia anaka. Tahap usia 0 - 2 tahun, terdiri atas kelompok usia:1) 3 bulan2) 3 - 6 bulan16

3) 6 - 9 bilan4) 9 - 12 bulan5) 12 - 18 bulan6) 18 - 24 bulanb. Tahap usia 2 - 4 tahun, terdiri atas kelompok usia:1) 2 - 3 tahun2) 3 - 4 tahunc. Tahap usia 4 - 6 tahun, terdiri atas kelompok usia:1) 4 - 5 tahun2) 4 - 6 tahun9Melalui tahapan usia yang telah ditetapkan tersebut berarti guru sudahmemiliki acuan yang jelas dalam menyusun tujuan pembelajaran yang akan diberikankepada anak sesuai dengan tingkatan tnyayangharusdiperhatikan guru. Materi pembelajaran yang terlalu tinggi akan menyulitkan anakdalam menerimanya sedangkan materi yang terlalu rendah akan membuat anak jenuh.Pendidikan Anak Usia Dini menyajikan materi pembelajaran yang mencakup lingkupperkembangan nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa serta sosialemosional. Materi pembelajaran dikaitkan dengan tema yang memiliki kedekatandengan anak. Sesuai dengan pendapat Desmita bahwa perkembanagan kognitifberkaitan dengan bagaimana anak mempelajari dan memikirkan lingkungannya.10Agar lebih bermakna tent saja dimulai dari mempelajari dan memikirkan tentang dirianak dan lingkungan terdekatnya.9Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia, (Jakarta: Depdiknas), 2009, h. 410Desmita, Op cit, h. 21017

Strategi pembelajaran bagi anak usia dini tidak kalah penting dengankomponen yang lain karena melalui strategi yang tepat maka anak akan tertarik danmerasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dan materipembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru harus memperhatikan tingkatperkembangan anak dalam mencari dan menerapkan strategi pembelajarannya denganmempertimbangkan tingkat kemampuan anak dalam mengikutinya.Komponen evaluasi atau penilaian pembelajaran merupakan komponen yangdapat melihat sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan dan materi pembelajaran dapattercapai melalui penggunaan media, metode dan strategi pembelajaran yang telahdilakukan. Evaluasi dilakukan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yangtelah ditetapkan sesuai dengan tingkat pencapaian penilaian anak usia 4 - 6 tahun.B. Pengenalan Konsep Bilagan untuk Anak Usia Dini1. Hakikat Pemahaman BilanganBilangan merupakan interpretasi manusia dalam menyatakan anggotahimpunan. Bilangan adalah suatu ide yang sifatnya abstrak atau lambang namunmemberikan keterangan mengetahui banyaknya anggota himpunan.11 MenurutUntoro, bilangan adalah satuan dalam sistem matematika yang abstrak dan dapatdiunitkan, ditambah atau dikalikan.12 Bilangan adalah suatu alat pembantu yangmengandung suatu pengertian. Bilangan-bilangan ini mewakili suatu jumlah yangdiwujudkan dalam lambang bilangan.1112St. Negoro dan Harahap, Ensiklopedia Matematika, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 1998, h. 81J. Untoro , Buku Pintar Matematika SD, (Jakarta: Wahyu Media), 2006, h. 3918

Menurut Coopley, bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakansuatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulisdengan 2 buah (double digits) yaitu angka 1 dan angka 0.13Dalam pengenalan konsep bilangan ini tidak terlepas dari pengenalan konseptentang angka-angka. Pengenalan konsep angka, melibatkan pemikiran tentangbeberapa jumlah suatu benda atau beberapa banyak benda. Pengenalan konsep angkaini pada akhirnya akan memberikan bekal awal kepada anak untuk mempelajariberhitung dan operasi penjumlahan.Pada dasarnya anak sudah mempunyai kemampuan dasar matematika sebelumanak memperoleh pelajaran matematika secara formal. Hal ini ditunjukkan denganminat anak untuk mengetahui sesuatu yang bari di sekitar lingkuangan anak. Sedikitsulit untuk mengenalkan konsep bilangan/angka kepada anak karena sifatnya abstrakdan pada saat itu anak mengalami masa transisi yaitu proses berpikir yang merupakanmasa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak.Orang tua dan guru tidak hanya terpaku dengan angka saja untukmemperkenalkan konsep matematika terhadap anak. Menurut penjelasan dari Trister,konsep bilangan dapat dibangun melalui pemanfaatan lingkungan sekitar yang dapatmenunjang pembelajaran matematika bagi anak.14 Dengan memanfaaatkan bendabenda yang ada di sekitar anak, anak dapat memanipulasi, mengeksplor dan1314J. Coopley, The Young Child and Matemathics, (Washington, D.C: NAEYC), 2000, h. 76Trister, et al, The Creative Curriculum For Pre School, (USA: Paperback), 2002, h. 13419

adapatmengkomunikasikannya dengan orang tua, guru dan teman sebayanya.Bilangan tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dalaminteraksi kehidupan manusia, bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.Namun demikian, banyak anak tidak menyadari bahwa bilangan yang mereka lihatmemiliki arti yang berbeda-beda. Anak-anak akan belajar membedakan arti bilanganberdasarkan penggunaan, yaitu:a. Bilangan kardinal menunjukkan kuantitas atau besaran benda dalam sebuahkelompok, kuantitas terbagi dua, yaitu (1) kuantitas diskret untuk menjawabpertanyaan berapa banyak bensa, diakhiri dengan suatu benda (buah, butir,ekor dan lain-lain); dan (2) kuantitas kontinou untuk menjawab pertanyaantentang pengukuran benda, diakhiri dengan satuan ukuran (meter, kilogram,jam, dan lain-lain).b. Bilangan ordinal, digunakan untuk memberi nama benda, contoh: juarakesatu, dering telepon kelima kalinya, hari kartini ke 21 di bulan April, danlain-lain.c. Bilangan nominal, digunakan untuk memberi nama pada benda, contoh:nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang gedung, jam, uang, dan lainlain.15Bilangan memiliki beberapa bentuk/tampilan (representasi) yang salingberkaitan, diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan dan simbol (angka ataukata). Mengerti atau paham dalam pembelajaran pengenalan konsep bilangan bagianak usia dini datang dari membangun dan menggali hubungan, diantaranya antaratampilan bilangan yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya. Memahamihubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setelah anakmendengarkan soal (tampilan bahasa lisan) anak dapat menunjukkan dengan media15F. Mosley, dan M. Susan, Membantu Putra Anda Mempelajari Bilangan, (Jakarta:Periplus), 2004, h. 920

balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), laluanak menuliskan jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata).Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentuk lambang (numeralnya)sebenarnya merupakan konsep abstrak. Oleh karena itu dalam mengenal konsepbilangan bagi anak, tidak hanya menggunakan tampilan bahasa lisan saja tetapi harusdiiringi dengan tampilan model/benda mainan ataupun tampilan.Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwakonsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anakusia dini. Konsep abstrak ini merupakan hal yang sulit bagi anak usia dini untukmemahaminya secara langsung, dimana pemikiran anak usia dini masih berada padatahap berpikir konkrit. Sehingga anak untuk dapat mengembangkan pengenalankonsep bilangan pada anak usia dini harus dilakukan secara bertahap dalam jangkawaktu yang lama, serta dibutuhkan media yang konkrit untuk membantu prosespengenalan konsep bilangan.2. Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Usia DiniMengenal konsep bilangan menurut Coopley terdapat beberapa pembelajaranmatematika yang diterapkan dalam NCTM salah satunya adalah bilangan dan operasibilangan.16 Coopley mengungkapkan bahwa terdapat kemampuan-kemampuan yangdikemukakan dalam bilangan dan operasi bilangan, diantaranya dalah (a) counting16J. Coopley, Op cit, h. 4721

(berhitung), (b) one-to-one cerrespondance (koresnponden satu-satu), (c) quantity (kuantitas) dan (d) recognizing and writing (mengenal dan menulis angka).17Counting (berhitung) merupakan kemampuan untuk menyebutkan angkaangka secara urut dari satu, dua, tiga, dan seterusnya sampai anak mengingatnya.Berdasarkan penelitian sebelumnya, Payne et al mengungkapkan bahwa anak usiadini sudah dapat menghitung sampai sepuluh, dua belas atau -satu)merupakankemampuan yang dimiliki anak untuk menghubungkan satu benda dengan bendayang lain. Misalnya anak dapat mencari pasangan gambar yang tepat seperti gambarikan dengan gambar kucing, gambar sikat gigi dengan pasta gigi, dan lain sebagainya.Quantity (kuantitas) merupakan kemampuan yang dimiliki anak untukmengetahui jumlah benda yang ada dihadapannya dengan cara menghitung secaraurut benda tersebut. Misalnya anak menghitung banyaknya cangkir “1, 2, 3, 4, 5, 6jadi anak menyebutkan ada 6 cangkir.Recognizing and writing (mengenal dan menulis angka) merupakankemampuan anak dalam memahami 10 simbol dasar (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10) danmengingat dari masing-masing simbol tersebut. Pada mulanya untuk mengenalangka, anak diperkanalkan dahulu dengan simbol untuk angka yang angka yangkemudian dihubungkan dengan menulis angka. Dapat dilakukan dengan guru atau1718Ibid, h. 55Ibid, h. 5622

orang tua, caranya yaitu dengan memperlihatkan beberapa gambar topi, kemudiananak diminta untuk menulis jumlah gambar tersebut dengan angka.3. Tahapan Kemampuan Membilang Anak Usia DiniAnak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatansehari-hari yang mereka lakukan. Pertama kali anak mencoba membilang denganmengingat dan meniru dari orang tua atau anak yang lebih tua darinya. Seringterdengan anak kecil membilang seperti “satu”, “dua”, “empat”, “Sembilan”,“sepuluh”. Kedengarannya asing, tapi hal seperti ini suatu yang biasa. Anak berusahamengingat nama bilangan dan urutannya namun belum benar. Dalam menyampaikanmateri pembelajaran mengenal bilangan untuk anak usia dini memerlukan tahapantahapan dalam penyampaiannya dan dilakukan secara bertahap.Berdasarkan teori perkembangan berpikir yang dikemukakan Piaget,mengemukakan tiga tahapan pemahaman anak terhadap konsep matematika, yaitu (1)pemahaman konsep (intuitive concept level), (2) masa transisi (concept level), dan (3)tingkat lambang bilangan (symbolic level).19Tahap pemahaman konsep (intuitive concept level) anak memahami berbagaikonsep matematika melalui pengalaman kerja dan bermain dengan benda-bendakonkrit. Setelah anak memahami konsep, guru mengenalkan lambang konsep.Kejelasan bilangan antara konsep konkrit dan lambang bilangan hendaknya19Nining Sriningsih, Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini, (Bandung:Pustaka Sebelas), 2009, h. 3423

dikenalkan dengan tidak tergesa-gesa. Pada tingkat lambang bilangan (symboliclevel), guru dapat mengenalkan berbagai lambang yang ada dalam matematika.Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Piaget, Bruner mengungkapkanbahwa perkembangan pemahaman konsep matematika dilakukan anak melalui tigatahapan yaitu, (1) tahap enaktif, (2) tahap ikonok, dan (3) tahap simbolik.20Tahap enaktif, anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi objek. Padatahap ikonik, kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yangmerupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsungmemanipulasi objek seperti pada tahap pertama (masa peralihan dari konkrit keabstrak). Pada tahap simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambanglambang tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya.Pendapat lain dikemukakan oleh Herman, keterampilan membilang teridiridari beberapa tahapan perkembangan. Berikut ini adalah beberapa tahap cara anakmembilang yang umumnya ditemukan pada anak usia empat sampai lima tahun adasebagai berikut:21a. Menyebutkan urutan bilangan (rore cunting). Pada tahap ini anak dapatmembilang karena ia sudah hapal. Ia melakukannya tanpa pemikitan ataupemahaman tentang bilangan. Pada tahap ini anak belum bisa memasangkanbanyaknya objek yang dibilang dengan bilangan tersebut.b. Membilang dengan menunjuk (point counting). Anak pada tahap ini dapatmelakukan membilang dengan menunjuk objek yang dihitung danmenyebutkan bilangan yang benar setelah menunjuk objeknya, namunpenunjukkan yang dilakukan keliru karena lebih dari satu objek. Pada tahapini anak sudah bisa membilang dengan benar, tetapi masih belum tahu berapa20Ibid, h. 35E. Suherman, at al, Strategi Pembelajaran Matenatika Kontemporer, (Bandung: JurusanPendidikan Matematika UPI), 2003, h. 142124

banyak benda yang telah dihitungnya. Misalnya ketika ditanya “Berapabanyak mainanmu dalam dus?” Anak bisa membilangnya dengan benar,seperti “satu, dua, tigaa, empat, lima, enam”, namun tidak bisa menjawabpertanyaan. Anak melum menyadari bahwa bilangan terakhir yangdisebutkannya menunjukkan jumlah mainan miliknya.c. Membilang secara rasional (rational counting). Pada tahap ini anak sudahmampu membilang dengan benar. Anak sudah bisa menyebutkan jumlahbilangan sesuai dengan hasil membilang yang dilakukannya. Kemampuanmembilang secara rasional merupakan keterampilan yang sangat pentinguntuk anak usia masuk sekolah dasar. Pada awal masuk kelas satu, umumnyasiswa telah dapat membilang sampai 10, 20 atau bahkan lebih.d. Membilang dengan melanjutkan (counting on). Anak yang memasuki tahapini sudah bisa membilang dari berapa pun awalnya. Misalnya anak sudah bisameneruskan membilang mulai dari tujuh dan meneruskannya, delapan,sembilan, sepuluh, san seterusnya.e. Membilang mundur (counting back). Pada tahap ini anak sudah mampumelakukan membilang mundur dari berapa pun awalnya. Misalnya, anaksudah bisa menyelesaikan persoalan “Ali memiliki 19 cokelat, kemudian 3cokelat diberikan kepada Budi”, dengan cara membilang mundur sepertidelapanbelas, tujuhbelas, enambelas, dan menyimpulkan bahwa sisanyaadalah 16. Jadi keterampilan membilang mundur ini sangat membantu dalammemahami konsep pengurangan.Sejalan dengan paparan di atas, menurut Sujiono, dkk menyatakan bahwaterdapat beberapa tahap dalam pemahamana bilangan yaitu (1) konsep jumlah, (2)tahap conservation, dan (3) tahap equivalence atau persamaan.22Konsep jumlah merupakan awal bagi anak untuk memahami konsep bilangansecara lengkap. Sekitar usai tiga tahun sampai tiga setengah tahun biasanya anak telahdapat menunjukkan mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil. Kemudiantahap conservation yaitu kemampuan untuk memahami bahwa jumlah benda tetapsama sekalipun disusun dengann bentuk yang berbeda. Tahap equivalence ataupersamaan merupakan tahap terakhir perkembangan konsep bilangan pada anak.22Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengemangan Kogniti, (Jakarta: UniversitasTerbuka), 2005, h. 1525

Tahap ini akan muncul setelah anak tahu bahwa dua baris benda yanag disusun dalambentuk berbeda dihadapannya akan tetap memiliki jumlah yang sama tanpa perludihitung lagi.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep bilangantidak dapat dilakukan secara melompat-lompat, tetapi harus tahap demi tahap.Dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke jenjang yanglebih kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelumia mennguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Hal tersebutmengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang sukar. Sehinggadalam memberikan contoh, guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukarandari materi yang disampaikan.C. Penggunaan Media Kartu Angka dalam Pembelajaran Konsep Bilangan1. Pengertian Media Pembelajaran Kartu AngkaMedia pembelajaran sangat diperlukan dalam rangka peningkatan hasil secaramaksimal. Media sangat perlu dalam peningkatan kegiatan belajar mengajar. Secaraharfiah, media berasal dari bahasa Latin yaitu bentuk jamak dari medium yang berartiperantara yang membawa atau menyalurkan informasi sumber dan penerima.Menurut pendapat Oemar Hamalik, mengatakan bahwa “Media pembelajaranadalah metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi daninteraksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.”2323Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000, h. 1226

Menurut Association for Children Communication Technology (AECT) yangdikutip oleh Azhar Arsyad menyatakan bahwa media pendidikan adalah segalabentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.24Sementara menurut Gagne mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponendalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.25Di Taman Kanak-kanak, dalam usaha mengembangkan kemampuan yangdimiliki anak selalu berdasarkan pada unsur bermain. Bermain sebagai bentukkegiatan belajar di Taman Kanak-kanak haruslah bermain yang kreatif danmenyenangkan. Untuk itu seorang guru dituntut selalu menyediakann sarana berupaalat bermain yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa mediapendidikan adalah alat atau sarana fisik yang dapat menimbulkan minat untuk belajar,konsentrasi, pemusatan perhatian anak didik sehingga mereka dapat meningkatkankemampuannya dan dapat sekaligus timbul kerjasama dengan teman lainnya di kelas.Peningkatan pengertian anak didik inilah yang diharapkan dengan adanya media.Media sebagai alat atau sarana dalam mencapai suatu keberhasilan dalamsuatu tujuan yang ditetapkan oleh seorang guru atau pendidik dapat dibedakan atasberbagai bentuk, rupa dan warna. Hal ini semua diharapkan dapat membuat anakdidik menjadi lebih tenang. Arsyad mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi24Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2002, h. 3A. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,(Jakarta: Pustekkon Dikbud dan PT Raja Grafindo Persada dalam rangka ECD Project (USAID), 2007,h. 62527

empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu media hasil teknologi cetak, mediahasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan mediahasil gabungan teknologi cetak dan komputer.26Senada dengan hal tersebut, Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyadmengemukakan tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk penggunaan mediapembelajaran untik mengantisipasi kondisi pembelajaran di mana guru tidak mampuatau kurang efektif dapat melakukannya. Ketiga karakteristik atau ciri mediapembelajaran tersebut adalah:1) Ciri fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media untuk merekam,menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.2) Ciri manipulatif, yaitu kemampuan media untuk mentransformasikan suatuobjek kejadian atau proses dalam mengatasi masalah ruang dan waktu.Sebagai contoh, misalnya proses larva menjadi kepompong dan kemudianmenjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu yang lebih singkat (ataudipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau sebaliknya, suatukejadian atau peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar diperoleh uruturutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut.3) Ciri distributif, yang menggambarkan kemampuan media mentransportasikanobjek atau kejadian melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian itudisajikan kepada sejumlah besar anak, di berbagai tempat, dengan stimuluspengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.27Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, bahwammedia pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyampaikan materi ajar dari sumber belajar kepada anak. Baik secara individu,kelompok maupun klasikal, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan2627Azhar Arsyad, Op cit, h. 12Ibid, h. 1128

minat anak sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar di dalam atau di luarkelas menjadi lebih efektif.Penulis menyimpulkan berdasarkan pendapat di atas bahwa media pendidikanmerupakan sarana dalam proses pembelajaran antara sumber dan penerima agar dapatmerangsang anak untuk belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajarpada diri anak.Pengertian secara umum menurut Sadiman kartu (card) adalah kertas tebalyang tidak seberapa besar, berbentuk persegi panjang a

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif sering diidentikkan dengan perkembangan kecerdasan. Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Pada anak usia dini, pengetahuan masih bersifat subjektif, dan akan berkembang menjadi objektif apabila sudah .

Related Documents:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Gaya Hidup 2.1.1.1 Definisi Gaya Hidup Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016:187) "A lifestyle is a person pattern of life as expressed in activities, interests, and opinions. It portrays the whole person interacting with his or her environment." .

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORETIK Bab ini membahas kajian teori yang bisa memotret fenomena penelitian, meliputi kajian tentang Komunikasi sebagai Interaksi Sosial, Komunikasi sebagai . penyandang autism dalam keran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran SBDP . etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhada

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan Karakter 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter Secara etimotologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlah (Agus

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL. PENELITIAN . 2.1 Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka adalah kajian mengenai penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi permasalahan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian terhadap penelitiapenelitian sebelumnya diharapkan memberikan wawasan agar n-

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

1.2 Permasalah Kajian 4 1.3 Kajian Terdahulu 8 1.4 Skop Kajian 21 1.5 Objektif Kajian 21 1.6 Kepentingan Kajian 22 1.7 Metodologi Kajian 26 1.7.1 Sumber-Sumber Primer 27 1.7.2 Sumber-Sumber Sekunder 28 1.7.3 Metode Analisis Data 28 1.8 Huraian Istilah Tajuk Kajian 29 .