Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis .

1y ago
17 Views
2 Downloads
700.10 KB
155 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Casen Newsome
Transcription

POLTEKKES KEMENKES PADANGASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANPENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONISDI RUANG PARU RSUP Dr. M. DJAMILPADANGKARYA TULIS ILMIAHSINTYA TINELA PUTRINIM : 143110268JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANGTAHUN 2017

POLTEKKES KEMENKES RI PADANGASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANPENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONISDI RUANG PARU RSUP Dr. M. DJAMILPADANGKARYA TULIS ILMIAHDiajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik KesehatanKemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Ahli Madya KeperawatanSINTYA TINELA PUTRINIM : 143110268JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANGTAHUN 2017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANGPROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANGKaryaTulis Ilmiah, 8 Juni 2017Sintya Tinela Putri“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis diRSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”Isi: xiv 67 halaman 13 lampiranABSTRAKMorbiditas dan mortalitas penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di Indonesiasangat tinggi dimana prevalensi PPOK di Indonesia didapati 3,7 % per mil denganfrekuensi yang lebih tinggi pada laki-laki dari seluruh populasi daerah. Tujuanpenelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien denganpenyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padangtahun 2017.Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif.Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan di RSUP Dr. M.Djamil Padang. Proses penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2017dengan waktu pengambilan data selama enam hari. Populasi dari penelitian iniadalah seluruh pasien dengan diagnosa PPOK di ruang paru RSUP Dr. M. DjamilPadang. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposivesampling 2 pasien dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama pada kedua partisipan yaitu sesaknafas yang meningkat dengan aktifitas ringan dan batuk bedahak yang sulit untukdikeluarkan. Diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas,ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan perfusijaringan perifer, intoleransi aktifitas dan ketidakseimbangan nutrisi. Rencanakeperawatan sesuai NANDA NIC-NOC sebagian besar rencana tindakankeperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasikeperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat teratasi.Diharapkan bagi perawat ruangan agar dapat lebih giat lagi dalam melakukanimplementasi dan pendokumentasian untuk lebih meningkatkan kualitaspemberian asuhan keperawatan kepada pasien.Kata kunci : Asuhan Keperawatan, PPOKDaftar Pustaka : 27 (2005-2017)

KATA PENGANTARPuji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat danrahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan karya tulisilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperolehgelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang PoltekkesKemenkes Padang. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihaksangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Netti, S.Kep, M.Pd selakupembimbing I dan ibu Ns. Sila Dewi Anggreni, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selakupembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untukmengarahkan peneliti dalam penyusunan proposal ini. Selanjutnya ucapanterimakasih kepada :1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.2. Bapak dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.BA.MARS selaku Direktur Umum RSUP Dr.M. Djamil Padang.3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua JurusanKeperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program StudiKeperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.5. Ibu Ns. Nova Yanti, S.Kep, M.Kep, Sp. KMB selaku Pembimbing Akademik.6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang PoltekkesKemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian.7. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat dandukungan serta doa yang di berikan sehingga peneliti dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.8. Rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yangtelah membantu peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagipeneliti sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakansemoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari AllahSWT. Semoga dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatannantinya. Amin.Padang, Juni 2017Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUPNama: Sintya Tinela PutriTempat / Tanggal Lahir: Air Kijang / 29 Januari 1996Agama: IslamStatus: Belum MenikahAlamat: Jaruang, Kenagarian Gadut Kecamatan TilatangKamang Kabupaten AgamNama Orang TuaAyah: Eltianson, S.PdIbu: Titin Yenni, S.PdRiwayat Pendidikan1. TK RA Mengkudu KedapTahun Lulus 20022. SD Negeri 11 SipisangTahun Lulus 20083. MTsN 1 BukittinggiTahun Lulus 20114. SMA Negeri 1 BukittinggiTahun Lulus 20145. Poltekkes Kemenkes PadangTahun Lulus 2017

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL. iABSTRAK . iiPERNYATAAN PERSETUJUAN . iiiHALAMAN PENGESAHAN . ivHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS . vKATA PENGANTAR . viDAFTAR ISI . xDAFTAR BAGAN . xiiDAFTAR TABEL . xiiiDAFTAR LAMPIRAN . xivBAB I PENDAHULUAN . 1A. Latar Belakang .B. Rumusan Masalah .C. Tujuan Penelitian .D. Manfaat Penelitian .1335BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 6A. Konsep Penyakit Paru Obstruktif Kronis1. Pengertian .2. Klasifikasi .3. Etiologi .4. Patofisiologi .5. WOC .6. Manifestasi Klinis .7. Dampak Masalah .8. Penatalaksanaan .B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis1. Pengkajian .2. Diagnosa Keperawatan .3. Rencana Keperawatan .667914151517192324BAB III METODE PENELITIAN . 30A. Desain Penelitian .B. Tempat dan Waktu Penelitian.C. Subjek Penelitian .D. Alat atau Imstrumen Pengumpulan Data .E. Cara Pengumpulan Data .F. Jenis-Jenis Data .303030313334

G. Rencana Analisis . 35BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . 36A. Deskripsi Lokasi Penelitian .B. Hasil .1. Pengkajian.2. Diagnosa Keperawatan .3. Intervensi Keperawatan .4. Implementasi.5. Evaluasi Keperawatan .C. Pembahasan .1. Pengkajian.2. Diagnosa Keperawatan .3. Intervensi Keperawatan .4. Implementasi Keperawatan .5. Evaluasi Keperawatan .36363742434446494954565961BAB V PENUTUP . 65A. Kesimpulan . 65B. Saran . 66DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGANBagan 2.1 WOC PPOK . 14

DAFTAR TABELTabel 2.1 Intervensi Keperawatan Untuk Pasien PPOK . 24Tabel 4.1 Pengkajian . 37Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan . 42Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan. 43Tabel 4.4 Implementasi . 44Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan . 46

DAFTAR LAMPIRANLampiran: Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1Lampiran: Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2Lampiran: Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1Lampiran: Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2Lampiran: Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1Lampiran: Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2Lampiran: Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Partisipan 1Lampiran: Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Partisipan 2Lampiran: Daftar Hadir PenelitianLampiran: Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes PadangLampiran: Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil PadangLampiran: Surat Keterangan Selesai PenelitianLampiran: Ganchart

1BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan istilah yang seringdigunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama danditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaranpatofisiologi utamanya (Somantri, 2009). Menurut Gleadle (2007) , PPOKmerupakanpenyakit yang ditandai oleh keterbatasan jalan nafas progresifyang disebabkan oleh reaksi peradangan abnormal. Ketiga penyakit yangmembentuk satu kesatuan yang membentuk PPOK yaitu bronchitis kronis,emfisema paru-paru dan asma ( Manurung, 2016).PPOK lebih banyakditemukanpadapria perokok berat. Merokokmerupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko 30 kali lebihbesar pada perokok dibanding dengan bukan perokok dan merupakanpenyebab dari 85-90 % kasus PPOK. Kurang lebih 15-20 % perokok akanmengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokokyang dihisap, umur mulai merokok dan status merokok yang terakhir saatPPOK berkembang. Namun demikian tidak semua penderita PPOK adalahperokok. Kurang lebih 10 % orang yang tidak merokok juga mungkinmenderita PPOK. Perokok pasif (tidak merokok tetapi sering terkena asaprokok) juga beresiko menderita PPOK (Ikawati, 2016). Berdasarkan GlobalYouth Tobacco Survey, prevalensi merokok di kalangan orang Indonesiaberusia 15 tahun ke atas meningkat dari 34,2% di 2007 ke 34,7% pada tahun2010, dan menjadi 36,3% pada tahun 2013 (GYTS, 2014).Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 lebih dari 3 jutaorang meninggal karena PPOK pada tahun 2015 yang setara dengan 5% darisemua kematian secara global (WHO, 2015). Berdasarkan data dari AmericanLung Association2013 PPOK merupakan penyebab kematian ketiga diAmerika Serikat dan lebih dari 11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK( ALA, 2013). Data dari United Kingdom sebanyak 10.853 pasien menderita

2PPOK dengan komplikasi gagal jantung tahun 2015 (Brian Lpworth, dkk2016). Di Asia Tenggara tahun 2013 diperkirakan prevalensi PPOK sebesar6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%) (Ratih,2013).Prevalensi PPOK berdasakan wawancara di Indonesia didapati 3,7 % per mildengan frekuensi yang lebih tinggi pada laki-laki, dari seluruh populasidaerah yang terbanyak yaitu di Nusa Tenggara Timur (10,0%) (Rikesdas,2013). Kunjungan pasien PPOK di rumah sakit Persahabatan Jakartasebanyak 1.735 pada tahun2007 hingga tahun 2013 jumlah kunjungantercatat sebanyak 1.702 . Jumlah tersebut terus meningkat dan pada tahun2014 mencapai 1.905 pasien. ( Ghofar, 2014).Propinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlahpenderita PPOK di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 3,0% (Riskesdas,2013). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil merupakan rumahsakit rujukan Sumatera Bagian Tengah meliputi Provinsi Sumatera Barat,Riau dan Kepulauan Riau. Berdasarkan data yang didapat dari InstalasiRekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang di Instalasi Rawat Inap NonBedah (Penyakit Paru) terjadi peningkatan kasus PPOK yang dirawat inapdari 111 pada tahun 2010 menjadi 150 pada tahun 2011. Pada tahun 2013terjadi penurunan kasus PPOK yang dirawat inap menjadi 116 kasus, padatahun 2015 kejadian PPOK meningkat menjadi 143 kasus dan pada tahun2016 didapatkan jumlah kasus PPOK pada 1 Januari sampai 31 Desember2016 sebanyak 127 orang. Data terakhir pada bulan Desember 2016 jumlahpenderita PPOK sebanyak 11 orang ( Rekam Medik RSUP Dr. M. DjamilPadang) .Pasien dengan PPOK mengalami penurunan kapasitas kualitas hidup,peningkatan biaya hidup serta ketidakmampuan fisik. Pelayanan keperawatanyang optimal merupakan tugas dan tanggung jawab perawat yang bertujuanuntuk perbaikan dan memaksimalkan kemampuan pasien PPOK dalammemenuhi kebutuhan dan aktivitas yang mampu dilakukan.Perawatberperan dalam memberikan layanan asuhan keperawatan baik secara

3langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Perawat memperhatikankebutuhan dasar pasien melalui pemberian asuhan keperawatan denganmenggunakan proses keperawatan. Dimulai dari pengkajian lalu menentukandiagnosa keperawatan. Kemudian diimplementasikan sesuai dengan tindakanatau intervensi dengan tujuan yang tepat sehingga dapat di evaluasi(Anggriani, 2013)Keluhan pasien dengan PPOK pada umumnya adalah batuk dan sesak nafasyangsemakin berat seiring dengan adanya aktifitas. Dalam kondisi iniperawat sangat dibutuhkan oleh pasien dalam memenuhi kebutuhan oksigendan kenyamanan. Intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasienpenyakit paru obstruksi kronis bertujuan meningkatkan dan mempertahankanoksigenasi tercakup dalam domain keperawatan, yaitu pemberian danpemantauan intervensi serta program yang terapeutik. Tindakan keperawatanmandiri yang dimaksud seperti perilaku peningkatan kesehatan dan upayapencegahan, pengaturan posisi fowler atau semifowler, teknik batuk efektif,dan intervensi tidak mandiri, seperti pengisapan lendir (suction), fisioterapidada, hidrasi, dan inhalasi serta terapi oksigen (Potter dan Perry, 2005).Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti tanggal 02 Februari2017, terdapat 2 (dua) orang pasien dengan diagnosa PPOK dan kedua pasienberjenis kelamin laki-laki. Pasien pertama berusia 47 tahun dan pasien kedua54 tahun. Keluhan yang dirasakan pasien adalah sesak nafas yang semakinberat seiring dengan adanya aktifitas dan adanya batuk yang disertai dahak,pada pasien pertama didapatkan tanda-tanda vital dengan tekanan darah130/60 mmHg, frekuensi nafas 25x/i, suhu 36,8 C dan nadi 98x/i, padapasien kedua didapatkan tanda-tanda vital dengan tekanan darah 150/100mmHg, frekuensi nafas 27x/i , suhu 36,6 C dan nadi 120x/i, kedua pasienterpasang oksigen binasal dengan kecepatan aliran 3L/menit, pasien jugaterlihat terpasang infus dengan cairan NaCl 0,9% dan terpasang kateter urin.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang paru,perawat megatakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada pasienPPOK di ruangan adalah mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif karenakeluhan yang dirasakan pasien dengan PPOK adalah sesak nafas dan batuk

4yang disertai dahak, tindakan ini dilakukan setelah perawat melakukanpengukuran tanda-tanda vital. Tindakan keperawatan mandiri yang belummaksimal dilakukan di ruangan adalah clapping back karena tindakan inimembutuhkan waktu yang lebih lama sehinga asuhan keperawatan yangdiberikan tidak maksimal untuk semua pasien dimana tindakan ini bertujuanuntuk melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronchus.Berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan asuhankeperawatan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis di RSUPDr.M.Djamil Padang.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusanmasalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasienpenyakit paru obstruktif kronis di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 ?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan padapasien dengan penyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun 2017.2. Tujuan khususBerdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit paruobstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang 2017.b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengankasus penyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang 2017.c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien denganpenyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M. DjamilPadang 2017.d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasuspenyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M. DjamilPadang 2017.

5e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasuspenyakit paru obstruktif kronis di ruangan Paru RSUP Dr. M. DjamilPadang 2017.D. Manfaat PenelitianHasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk :1. Bagi PenelitiHasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambahpengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasiendengan penyakit paru obstruktif kronis.2. Bagi Rumah SakitDiharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawatruangan dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan rumahsakit pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis .3. Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran diProdi Keperawatan Padang dalam penerapan asuhan keperawatan padapasien penyakit paru obstruktif kronis.4. Bagi Penelitian Selanjutnya.Hasil penelitian yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam asuhankeperawatan pada pasien penyakit paru obstruktif kronis.

6BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Penyakit Paru Obstruktif Kronis1. PengertianPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau disebut juga dengan COPD(Cronic Obstruktif Pulmonary Disease) adalah suatu penyakit yang bisadi cegah dan diatasi yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yangmenetap,biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya prosesinflamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikelberbahaya (Ikawati, 2016). Kumar, dkk tahun 2007 menjelaskan bahwapenyakit paru obstruktif kronis adalah penyakit yang ditandai denganberdasarkan uji fungsi paru terdapat bukti objektif hambatan aliran udarayang menetap dan ireversibel.PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompokpenyakit paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatanretensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Manurung, 2016).2.Klasifikasi PPOKBerdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease(GOLD) 2014, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :a. Derajat 0 (berisiko)Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksisputum, dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko. Spirometri: Normalb. Derajat I (PPOK ringan)Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksisputum. Sesak napas derajat sesak 0 (tidak terganggu oleh sesak saatberjalan cepat atau sedikit mendaki) sampai derajat sesak 1

(terganggu oleh sesak saat berjalan cepat atau sedikit mendaki) .Spirometri : FEV1/FVC 70%, FEV1 80%.c. Derajat II (PPOK sedang)Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksisputum, sesak napas derajat sesak 2 (jalan lebih lambat di bandingorang seumuran karna sesak saat berjalan biasa). Spirometri :FEV1/FVC 70%; 50% FEV1 80%.d. Derajat III (PPOK berat)Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 (berhenti untuk bernafassetelah berjalan 100 meter/setelah berjalan beberapa menit padaketinggian tetap) dan 4 (sesak saat aktifitas ringan seperti berjalankeluar rumah dan berpakaian) Eksaserbasi lebih sering terjadi.Spirometri : FEV1/FVC 70%; 30% FEV1 50%.e. Derajat IV (PPOK sangat berat)Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik disertaikomplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. SpirometriFEV1/FVC 70%; FEV1 30% atau 50% (GOLD 2014).3.EtiologiKetiga penyakit yang menjadi penyebab PPOK yaitu asma, emfisemaparu-paru dan bronchitis. Faktor-faktor yang dapat menimbulkanserangan asma bronchial atau sering disebut faktor pencetus adalah :a. AlergenAlergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapatmenimbulkan serangan asma misalnya debu, spora, jamur, bulubinatang, makanan laut dan sebagainyab. Infeksi saluran nafasInfeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virusinfluenza merupakan salah satu factor pencetus yang palingmenimbulkan asma bronchial. Diperkirakan dua pertiga penderitaasma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluranpernafasanPoltekkes Kemenkes Padang

8c. Olahraga atau kegiatan jasmani yang beratSebagian penderita asma akan mendapakan serangan asma bilamelakukan olahraga atau aktifitas fisk yang berlebihan.d. Obat-obatanBeberapa klien dengan asma bronchial sensitif atau alergi terhadapobat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein dansebagainya.e. Polusi pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasilpembakaran.f. Lingkungan kerjaLingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yangmenyumbang 2-15 % klien dengan asma (Muttaqin, 2012).Penyebab bronchitis kronis adalah sebagai berikut :a. Infeksi seperti Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus,Haemophilus influenza.b. Alergic. Rangsangan, seperti asap yang berasal dari pabrik, kendaraanbermotor, merokok dan lain-lain (somantri, 2009).Penyebab dari emfisema adalah sebagai berikut :a. MerokokMerokok merupakan penyebab utama emfisema. Terdapat hubunganerat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa (FEV).b. KeturunanBelum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidakpada emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1antitripsin.c. InfeksiInfeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehinggagejala-gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi saluran pernafasanatas pada seseorang penderita bronchitis kronis hampir selaluPoltekkes Kemenkes Padang

9menyebabkan infeksi paru bagian bawah dan menyebabkankerusakan paru bertambah.d. Hipotesis Elastase-AntielastaseDidalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitikelastase dan antielastase agar tidak tejadi kerusakan pada jaringan.Perubahan keseimbangan antara keduanya akan menimbulkankerusakan pada jaringan elastis paru. Struktur paru akan berubah danterjadilah emfisema.Pada bronchitis kronis terjadi penumpukan lendir, sekresi yang banyaksehingga terjadi sumbatan jalan nafas, pada emfisema obstruksi padapertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dindingalveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru danpada asma jalan nafas bronchial menyempit dan membatasi jumlah udarayang mengalir kedalam paru sehingga ketiga penyebab ini akanmenyebabkan PPOK ( Muttaqin, 2012).4.PatofisiologiKetiga penyakit yang membentuk satu kesatuan PPOK yaitu asma,emfisema paru-paru dan bronchitis. Asma akibat alergi bergantungkepada respons IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B sertadiaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yangberikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskanasma bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas,alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktutertentu.Antagonist β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafaspada klien asma, sama dengan klien lain dapat menyebabkan peningkatanreaktifitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindarkan . Pencetuspencetus asma mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibody.Reaksi antigen antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergiyang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapiPoltekkes Kemenkes Padang

10serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin dananafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala yaituberkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler danpeningatan sekret mukus (Somantri, 2009) .Bronchitis timbul akibat dari adanya paparan terhadap agen infeksimaupun non infeksi (terutama rokok tembakau). Iritan akan memicutimbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi,kongesti, edema dan bronkospasme. Bronchitis lebih memengaruhi jalannafas kecil dan besar dibandingkan dengan alveoli. Oleh n,makameningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi, ketika infeksitimbul kelenjer mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia, sehinggaproduksi mukus akan meningkat. Dinding bronkial meradang danmenebal (sampai dua kali ketebalan normal ) dan mengganggu aliranudara. Mucus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yangbanyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempitsaluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanyapada bronkus besar dan pada khirnya saluran-saluran nafas akan terkena.Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan menyebabkanobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalamikolaps dan udara terperangkap pada bagian distal paru-paru. Obstruksiini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hipoksia dan asidosis.Klien akan mengalami kekurangan oksigen jaringan dan timbul rasioventilasi perfusi abnormal, dimana terjadi penurunan PaCO2, klienterlihat sianosis ketika mengalami kondisi ini (Somantri, 2009) .Pada emfisema penyebab utama penyakit ini adalah merokok dan jugainfeksi, beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas pada emfisemayaitu : inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lendir yangberlebihan, kehilangan recoil elastik jalan nafas dan kolaps bronkiolusPoltekkes Kemenkes Padang

11serta redistribusi udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveolimengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang kontak langsungdengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan peningkatanruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat usioksigenmengakibatkan hipoksemia. Ada tahap akhir penyakit, eliminasikarbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkanasidosis respiratorius.Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapilerpulmona berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikelkanan dipaksa untuk mempertahanakan tekanan darah yang tinggi dalamarteri pulmonal. Dengan demikian gagal jantung sebelah kanan (korpulmonal) adalah salah satu komplikasi emfisema karena cor pulmonalmenyebabkan vaskuler bed / luasnya permukaan pembuluh darah akibatsemakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang mengembang/kerusakan paru, darah menjadi asam dan kandungan CO2 dalam darahmeningkat dan oksigen di alveoli menurun lalu terjadilah penyempitanpembuluh darah dan jumlah sel darah merah meningkat danmenyebabkan pengentalan darah, lama kelamaan hal i

keperawatan sesuai NANDA NIC-NOC sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat teratasi. Diharapkan bagi perawat ruangan agar dapat lebih giat lagi dalam melakukan implementasi dan pendokumentasian untuk lebih meningkatkan .

Related Documents:

kali 1 sesi dilakukan pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan tujuan untuk mengontrol marah pasien. Pengkajian Keperawatan, pengkajian keperawatan yang dilakukan pada selasa, 18 Februari 2020 didapatkan hasil identitas pasien merupakan seorang perempuan bernama Ny. S pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Alasan pasien

asuhan keperawatan pada pasien karsinoma mamae . 2. Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pada pasien dengan karsinoma mamae 3. Masyarakat (keluarga/pasien) Di

dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru. 1.4.2 Secara Praktis a. Bagi Puskesmas Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman pelaksanaan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru sehingga penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran

Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien dengan Halusinasi. Dengan adanya tugas ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami materi Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien dengan Halusinasi dengan baik. Dalam proses pembuatan tugas ini, banyak pihak yang telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini

Menganalisa asuhan keperawatan pada pasien Ny. M.G dengan Diagnosa Medis CHF (congestive hearth failure) 1.4. Manfaat Studi Kasus 1.4.1. Manfaat teoritis Memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta dapat menerapkan Asuhan Keperawatan yang didapatkan dari akademik sebagai upaya dalam penanganan pada pasien dengan CHF(Congestive Hearth Failure).

keperawatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan standar praktek asuhan keperawatan klinis kesehatan jiwa yaitu asuhan keperawatan jiwa. Tujuan : Untuk memahami bagaimana respon klien setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kek

3. Menerapkan paradogma keperawatan jiwa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa 4. Menerapkam model konsep keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa.

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan m edikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, atau keperawatan komunitas . pada pasien Stroke 3. P enyuluhan dan konseling pada pasein hipertensi 4. Penanga