ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS RUMPUT LAUT DI

2y ago
44 Views
2 Downloads
319.47 KB
14 Pages
Last View : 7d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Audrey Hope
Transcription

111Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS RUMPUT LAUTDI KABUPATEN LOMBOK TIMURFadli1, Rachmat Pambudy2, dan Harianto31)MagisterSains Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor2,3)Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogore-mail : 1)fadli abbas89@yahoo.comABSTRACTSeaweed is a potential commodity to be cultivated in improving people's welfare. Seaweed development isthe right step in increasing competitive advantage to the comparative advantage owned by east lombokregency. Increasing the competitiveness of seaweed is not only focused on improving the competitivenessof its products, but the most important is the effort in improving the competitiveness of seaweed farmers inthe village of Seriwe East Lombok regency. The purpose of this reseach are (1) to analyze and measure thecompetitiveness of seaweed in East Lombok Regency; (2) to analyze the impact government policy onimproving seaweed competitiveness in East Lombok Regency; and (3) to analyze the sensitivity pricechange of the input and output on seaweed competitiveness in East Lombok Regency. The study wasdesigned as a descriptive survey which includes qualitative and quantitative data. Analisis tools in thisstudy is Policy Analysis Matrix (PAM). Based on the results of PAM analysis, seaweed havecompetitiveness when cultivate seaweed through raft systems, basic offshore systems, and longline systems.Keywords: seaweed, competitiveness, and Policy Analysis Matrix (PAM).PENDAHULUANKementerian Kelautan dan Perikanan(KKP) telah menetapkan tiga kebijakan pokokpembangunan kelautan dan perikanan tahun2015-2019 sebagai kerangka dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia,satu diantaranya adalah menerapkan prinsipprinsip pengelolaan sumberdaya kelautandan perikanan yang bertanggung jawab,berdaya saing, dan berkelanjutan (KKP 2015).Salah satu langkah operasional yang perludilakukan sehubungan dengan membangunkemandirian dalam budidaya perikananadalah mengembangkan budidaya rumputlaut (Radiarta et al. 2016).Berdasarkan data KKP (2015), potensiluas areal budidaya rumput laut tercatat 1,1juta ha atau 9% dari seluruh luas kawasanpotensial budidaya laut yang sebesar12.123.383 ha dan tingkat pemanfaatannyasekitar 25%. Jenis rumput laut yang banyakdikembangkan antara lain Eucheuma spinosum,Eucheuma cottoni, dan Eucheuma gracilaria.Produksi rumput laut di Indonesiamemberikan kontribusi yang paling besarFadli, Rachmat Pambudy, dan Hariantoterhadap total produksi perikanan budidaya,secara nasional mampu memberikan sharesebesar 70,47% dari total produksi perikananIndonesia. Data BPS (2015) dan KKP (2016)menunjukkan adanya trend positif produksirumput laut dari tahun 2011-2015 dengankenaikan rata-rata setiap tahun sebesar19,14%. Pada sisi permintaan, pasar internasional untuk rumput laut kering sangattinggi dan juga cenderung meningkat.Negara importir utama rumput lautIndonesia adalah China dengan pangsa pasarsebesar 72,06%, Filipina 5,82%, Korea 4,39%,dan Vietnam 4,39% (Dit P2C DJPEN 2016).Jumlah ekspor rumput laut Indonesia padatahun 2011 sampai tahun 2015 mengalamipeningkatan rata-rata setiap tahun sebesar11.807,5 ton (BPS 2016). Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan dunia terhadapkomoditas rumput laut Indonesia sangattinggi. Namun, Indonesia masih mengimporrumput laut dari negara lain yang menjadiprodusen rumput laut. Berdasarkan data UNComtrade (2016) menunjukkan bahwavolume impor komoditas rumput laut tahunAnalisis Daya Saing Agribisnis Rumput Laut

112Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-35942014 sebesar 239 601 kg. Masih adanya imporpada komoditas rumput laut mengindikasikan bahwa kebutuhan domestik pada jenisrumput laut tertentu belum mampu dipenuhioleh produksi domestik. Catatan penting darikegiatan impor dan ekspor rumput laut iniadalah secara komparatif Indonesia mampumenghasilkan rumput laut dalam memenuhipermintaan konsumen domestik dan luarnegeri, sedang kan secara kompetitifkomoditas rumput laut yang dihasilkanIndonesia bisa bersaing dengan komoditasrumput laut dari negara produsen lainnyayang terlihat dengan tingginya tingkatpermintaan ekspor.Rumput laut dikembangkan secaramerata di seluruh wilayah Indonesia. Salahsatuwilayahyangmenjadisentrapengembangan rumput laut adalah NusaTenggara Barat (NTB). Data DKP NTB (2016)menunjukkan produksi rumput laut padatahun 2015 meningkat sekitar 19,6% daritahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi karena budidaya rumput laut diNTB tersebar merata di seluruh kabupatenyang ada, termasuk Kabupaten LombokTimur. Berdasarkan data DKP Lombok Timur(2016), Kabupaten Lombok Timur memilikiluas wilayah perairan laut sekitar 1.074,33 km2dengan potensi areal budidaya rumput lautseluas 2.000 ha pada tahun 2014, namun arealyang baru dimanfaatkan seluas 529,78 hadengan produksi sebesar 147.557 ton danmengalami peningkatan sebesar 42,93% daritahun sebelumnya.Pada dasarnya tujuan dari sebuahkebijakan adalah efisiensi, pemerataan danketahanan. Berkaitan dengan hal tersebut,kebijakan pemerintah Nusa Tenggara Baratdalam upaya mengentaskan kemiskinanmelalui penetapan kawasan minapolitanrumput laut yang dituangkan dalam bentukprogram PIJAR (peningkatan daya saing sapi,jagung dan rumput laut). Pengembanganagribisnis rumput laut di NTB dalam upayapenanggulangan kemiskinan masuk dalamRencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah atau RPJMD 2013-2018.Analisis Daya Saing Agribisnis Rumput Laut Upaya pemerintah NTB dalam mendorong target peningkatan produksi rumputlaut di NTB, pemerintah provinsi mendorongpara pembudidaya menggunakan bibitunggul yang tahan terhadap serangan hamadan penyakit serta memiliki volume produksiyang lebih bagus. Oleh karena itu, untuk mendukung tercapainya peningkatan produksirumput laut secara berkelanjutan pemerintahprovinsi bekerjasama dengan Balai PerikananBudidaya Laut (BPBL) Lombok dalammenyediakan laboratorium dan green housebibit rumput laut.KebijakanpemerintahKabupatenLombok Timur dalam mendukung pengembangan agribisnis rumput laut yaitumenjadikan Teluk Seriwe sebagai kawasanminapolitan dalam pengembangan agribisnisrumput laut. Selain itu, pemerintah daerahmenyalurkan bantuan dari pemerintah pusatberupa subsidi input usahatani rumput laut,seperti alat dan bahan budidaya, sertafasilitas-fasilitas penanganan pasca panenrumput laut.Kendala Agribisnis rumput laut diKabupaten Lombok Timur sering diantaranyaharga rumput laut di tingkat petani rendah,mutu rumput laut yang dihasilkan petanitidak sesuai permintaan pasar ekspor,fluktuasi produktivitas rumput laut, petanisering mengalami gagal panen pada tingkatonfarm, dan harga input budidaya yang tinggi.Selain itu, sarana dan prasaran yang tidakmendukung pada saat budidaya dan pascapanen, serta kelembagaan petani dan kebijakan pemerintah yang belum mendukung.Berdasarkan penjelasan diatas, penelitiandaya saing agribisnis rumput laut diKabupaten Lombok Timur penting dilakukan.Selain itu, terkait dengan adanya kebijakanpemerintah Provinsi NTB yang menjadikanrumput laut sebagai salah satu bagian darikomoditas unggulan yang ingin ditingkatkandaya saingnya sebagai upaya meningkatkandaya saing daerah dan menuntaskankemiskinan.Pengembangan rumput laut menjadilangkah yang tepat dalam meningkatkankeunggulan kompetitif ditengah keunggulanFadli, Rachmat Pambudy, dan Harianto

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594komparatif yang dimiliki Kabupaten LombokTimur. Peningkatan daya saing rumput lauttidak hanya terfokus pada peningkatan dayasaing produknya, tetapi yang paling pentingadalah upaya dalam meningkatkan dayasaing petani rumput laut yang ada diKabupaten Lombok Timur. Faktor-faktorpemicu daya saing terdiri dari teknologi,produktivitas, harga biaya input, strukturindustri, kuantitas permintaan domestik daneksporPenelitian terkait dengan daya saingrumput laut sudah dilakukan oleh beberapapeneliti sebelumnya, diantaranya Mahatamadan Farid (2013) dan Luhur et al. (2012).Namun, penelitian mereka lebih melihatmengenai daya saing terbatas hanya padausaha rumput laut, tanpa melihat daya saingdari setiap sistem budidaya rumput lautterhadap peningkatan pendapatan petani.Penelitian daya saing agribisnis rumputlaut di Kabupaten Lombok Timur ini lebihmelihat mengenai daya saing dari setiapsistem budidaya rumput laut terhadappeningkatan pendapatan petani, melihatbentuk dan dampak kebijakan pemerintahterhadap pengembangan usaha budidayarumput laut di Kabupaten Lombok Timur.Dengan demikian, tujuan penelitian iniadalah (1) Menganalisis daya saing agribisnisrumput laut di Kabupaten Lombok Timur ditingkat petani, (2) Menganalisis dampakkebijakan input dan output terhadap dayasaing rumput laut di Kabupaten LombokTimur, dan (3) Melihat besarnya perubahandaya saing agribisnis rumput laut akibatadanya perubahan kebijakan pemerintahmelalui analisis sensitivitas.KERANGKA PEMIKIRANTEORITISKerangka pemikiran teoritis terdiri daribeberapa teori yang digunakan dalampenelitian ini adalah konsep daya saing,konsep keunggulan komparatif dan kompetitif serta konsep Kebijakan. Konsep-konsepini akan dikaitkan dengan penelitian yangFadli, Rachmat Pambudy, dan Harianto113berkaitan dengan daya saing agribisnisrumput laut di Kabupaten Lombok Timur.Melalui analisis PAM akan bisa mengetahuimengenai keunggulan komparatif dan kompetitif, keuntungan privat dan sosial, sertadampak kebijakan pemerintah terhadap dayasaing agribisnis rumput laut. Penjelasan yanglebih rinci secara teori mengenai konsep dayasaing, keunggulan kompetitif dan komperatif,serta kebijakan dapat dijelaskan padapemaparan berikut.Kajian mengenai daya saing berawal daripemikiran Adam Smith mengenai konseppenting tentang “spesialisasi” dan “perdagangan bebas” melalui teori keunggulanabsolut (absolute advantage). Teori keunggulanabsolut menyatakan bahwa sebuah negaradapat melakukan perdagangan jika relatiflebih efisien (memiliki keunggulan absolut)dibanding negara lain, keuntungan akandiperoleh jika negara tersebut melakukanspesialisasi dalam memproduksi komoditiyang memiliki keunggulan absolut tersebut.Selanjutnya pada tahun 1817 David Ricardomelalui bukunya yang berjudul “Principles ofPolitical Economy and Taxation” memperluasteori keunggulan absolut Adam Smithmenjadi teori keunggulan komparatif(Sallvator, 1994).Menurut Asian Development Bank (1992)keunggulan komparatif adalah kemampuansuatu wilayah atau negara dalam memproduksi satu unit dari beberapa komoditasdengan biaya yang relatif lebih rendah daribiaya imbangan sosialnya dari alternatiflainnya. Keunggulan komparatif merupakansuatu konsep yang diterapkan suatu negarauntuk membandingkan beragam aktivitasproduksi dan perdagangan di dalam negeriterhadap perdagangan dunia. Lebih lanjut,Kadariah (2001) menyebutkan bahwa analisiskeunggulan komparatif adalah analisisekonomi (social) dan bukan analisis finansial(private).Kondisi suatu komoditas hanya memilikikeunggulan komparatif, tetapi tidak memilikikeunggulan kompetitif akan terjadi apabilapemerintah memberikan proteksi terhadapkomoditas. Porter dalam bukunya TheAnalisis Daya Saing Agribisnis Rumput Laut

114Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594Competitive Advantage of Nation, 1990mengemukakan tentang tidak adanya korelasi langsung antar dua faktor produksi(sumber daya alam yang melimpah dansumber daya manusia yang murah) yangdimiliki suatu negara, yang dimanfaatkansebagai keunggulan daya saing dalamperdagangan internasional. Banyak negara didunia yang jumlah tenaga kerjanya sangatbesar yang proporsional dengan luas negerinya, tetapi terbelakang dalam daya saingperdagangan internasional. Begitu jugadengan tingkat upah relatif murah dari padanegara lain, justru berkorelasi erat denganrendahnya motivasi bekerja keras danberprestasi. Porter menyebutkan bahwa peranpemerintah sangat penting dalam peningkatan daya saing selain faktor produksi.Sudaryanto dan Simatupang (1993)menyebutkan secara operasional keunggulankompetitif dapat didefinisikan sebagaikemampuan untuk memasok barang dan jasapada waktu, tempat dan bentuk yangdiinginkan konsumen baik dipasar domestikmaupun di pasar internasional, pada hargayang sama atau lebih baik dari yangditawarkan pesaing, seraya memperoleh labapaling tidak sebesar ongkos penggunaan(opportunity cost) sumberdaya. Berdasarkankondisi tersebut untuk mengantisipasikeadaan pasar, Sukirno (1998) menegaskanuntuk usaha produksi komoditi pertanianpada saat ini harus lebih berorientasi padakonsumen atau lebih berwawasan menjual.Kondisi ini menyebabkan keunggulan kompetitif tidak saja ditentukan oleh keunggulankomparatif (menghasilkan barang lebihmurah dari pesaing), tetapi juga ditentukanoleh kemampuan untuk memasok produkdengan atribut (karakter) yang sesuai olehdengan keinginan konsumen.Pearson et al (1989), menyebutkan bahwakeunggulan kompetitive pada sistem pertanian sangat didukung oleh teknologi danharga yang berlaku. Kebijakan pemerintahterhadap harga yang lebih prospektif padahasil pertanian akan meningkatkan tingkatkeuntungan karena selisih nilai outputterhadap biaya input akan yang lebih besar.Analisis Daya Saing Agribisnis Rumput Laut Sistem pertanian akan memiliki kemampuanbersaing atau keunggulan kompetitive ketikatidak ada distorsi kebijakan pemerintah yangmenyebabkan kondisi ekonomi tidak efisien.Sedangkan, keunggulan komparatif mengacupada suatu daya saing sistem pertanian yangberkaitan dengan perubahan pada tigakategori parameter ekonomi yaitu hargadunia yang sudah berlaku pada output yangdiperdagangkan (tradable), biaya sosial darifaktor domestik produksi (tenaga kerja, modal, dan lahan), dan input berupa teknologiproduksi yang digunakan dalam sistempertanian atau pemasaran. Ketiga parameterekonomi ini menetukan tingkat keuntungansosial dan keunggulan komparatifnya.Policy Analysis Matrix (PAM) pertamakali diperkenalkan oleh Eric. A. Monke danScott Pearson pada tahun 1989. Hasil analisisPAM ini dapat digunakan untuk melihatdampak kebijakan pemerintah pada suatusystem komoditi. Terdapat tiga tujuan utamadari metode PAM pada hakekatnya ialahmemberikan informasi dan analisis untukmembantu pengambil kebijakan pertanianterkait dengan isu-isu penting bidangpertanian, menghitung tingkat keuntungansosial sebuah usahatani, serta menghitungtransfer effects. Matriks PAM terdiri dari duaidentitas yaitu identitas tingkat keuntunganatau profitability identity dan identitaspenyimpangan atau divergences identity(Pearson et al., 2005).METODEPenelitian ini dilaksanakan di DesaSeriwe Kecamatan Jerowaru KabupatenLombok Timur Nusa Tenggara Barat selamalima bulan mulai bulan Agustus sampaiDesember 2016. Penelitian ini meliputi 3wilayah budidaya meliputi Teluk Seriwe,Semerang, dan Kaliantan.Berdasarkan sumber datanya, datadalam penelitian ini menggunakan datasekunder dan data primer. Data sekunderdiperoleh dari berbagai sumber yangmendukung penelitian ini, seperti data BPS,KKP, dan Kemendag. Data primer diperolehFadli, Rachmat Pambudy, dan Harianto

115Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594melalui survey dan wawancara kepada petaniatau pembudidaya rumput laut. Data primeryang digunakan terkait usaha budidayarumput laut meliputi jumlah produksi, hargajual rumput laut, biaya variabel, biaya tetap,investasi usaha, pola pemasaran rumput lautdi tingkat petani, luas areal penguasaanpetani, dan lain-lain. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagaipanduan dalam menggali informasi dariresponden.Pemilihan responden dilakukan secarasnow ball yang terdiri dari penyuluh UnitPerikanan Kecamatan Jerowaru, penyuluhswadaya, ketua Gapoktan, dan petani. Jumlahresponden yang diambil sebanyak 35 orang.Metode analisis data dalam penelitian inimenggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Menurut Juanda (2009) menyatakanbahwa data kualitatif merupakan data yangtidak berbentuk angka, sedangkan datakuantitatif adalah data yang berupa angkahasil pengukuran atau penghitungan.Penelitian ini menggunakan alat analisisPolicy Analysis Matrix (PAM). Melaluipendekatan ini dapat dilihat bagaimanakeunggulan kompetitif dan komparatif yangdimiliki Agribisnis Rumput Laut diKabupaten Lombok Timur. Langkah-langkahdalam analisis PAM adalah menentukaninput dan output, mengalokasikan biaya kedalam komponen biaya tradable dan nontradable, kemudian menentukan harga sosialatau bayangan. Menurut Monke dan Pearson(1989) kontruksi model policy analysis matrix(PAM) seperti pada Tabel 1.Indikator dari daya saing adalahkeunggulan kompetitif dan keunggulankomparatif. Sallvatore (1994) menyebutkankeunggulan kompetitif (competitive advantage)merupakan alat untuk mengukur daya saingsuatu aktivitas berdasarkan pada kondisiperekonomian aktual. Konsep keunggulankompetitif didasarkan pada asumsi bahwaperekonomian yang tidak mengalami distorsisama sekali yang sulit ditemukan didunianyata dan keunggulan komparatif suatuaktivitas ekonomi dari sudut pandang atauindividu yang berkepentingan langsung.Analisis keunggulan kompetitif dankeunggulan komparatif usaha rumput lautmenggunakan Privat Cost Ratio (PCR) danDomestic Resource Cost Ratio (DRC). Indikatordalam penelitian ini dikatakan memiliki dayasaing jika PCR 1 dan DCR 1. Sedangkan,dampak kebijakan pemerintah terhadap inputdapat dianalisis menggunakan analisis InputTransfer (IT) dan Nominal Protection Coeficienton Tradable Input (NPCI). Sedangkan, dampakkebijakan pemerintah terhadap output dapatdianalisis menggunakan analisis OutputTransfer (OT) dan Nominal Protection Coeficienton Tradable Output (NPCO). Langkahlanjutannya untuk mengetahui akibat dariperubahan parameter-parameter produksiterhadap perubahan kinerja sistem produksidalam menghasilkan keuntungan dilakukananalisis sensitivitas. Sedangkan, perbandingan tingkat efisiensi usahatani rumput lautantara sistem rakit, sistem lepas dasar, dansistem longline dapat diketahui denganmenggunakan R/C ratio.HASIL DAN PEMBAHASANPERKEMBANGAN PRODUKSI RUMPUTLAUT DI KABUPATEN LOMBOK TIMURPemanfaatan perairan untuk budidayarumput laut di Kabupaten Lombok Timurmasih dapat ditingkatkan sesuai denganTabel 1. Kontruksi Model Policy Analysis MatrixUraianPenerimaanHarga Privat (Private prices)Harga Social (Social prices)Pengaruh Divergensi (Effects divergences)AEI3Biaya (Cost)InputNonTradable TradableBCFGJ4K5KeuntunganD1H2L6Sumber : Monke and Pearson (1989)Fadli, Rachmat Pambudy, dan HariantoAnalisis Daya Saing Agribisnis Rumput Laut

116Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 5 No 2, Desember 2017); halaman 111-124ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594Tabel 2. Matrix PAM Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Seriwe Kecamatan JerowaruKabupaten Lombok TimurBiayaPenerimaanKeuntungan(Rp/Unit)Input TradableFaktor DomestikRakitPrivatSosialDivergensiLepas DasarRp 2.576.345Rp 3.182.759(Rp 606.414)Rp 142.500Rp 248.643(Rp 106.143)Rp 200.000Rp 285.714(Rp 85.714)Rp 2.233.845Rp 2.648.402(Rp 414.557)PrivatSosialDivergensiLonglineRp 6.260.695Rp 7.608.111(Rp 1.347.416)Rp 142.500Rp 241.786(Rp 99.286)Rp 200.000Rp 262.500(Rp 62.500)Rp 5.918.195Rp 7.103.825(Rp 1.185.630)PrivatSosialDivergensiRp 14.424.300Rp 17.930.154(Rp 3.505.854)Rp 142.500Rp 557.214(Rp 414.714)Rp 2.150.000Rp 2.464.286(Rp 314.286)Rp 12.131.800Rp 14.908.654(Rp 2.776.854)Ket : tanda ( ) menunjukkan nilai negatif dalam rupiahpotensi luas perairan untuk budidaya rumputlaut. Berdasarkan data dari DKP LombokTimur (2016), pemanfaatan lahan untukbudidaya rumput laut tahun 2014 sekitar26,31% dari jumlah potensi luas lahanbudidaya rumput laut di Kabupaten LombokTimur. Berdasarkan hal tersebut, sekitar73,69% dari luas lahan perairan potensialbelum termanfaatkan untuk budidayarumput laut di Kabupaten Lombok Timur.Peningkatan produktivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lainkondisi alam yang mend

rumput laut sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya Mahatama dan Farid (2013) dan Luhur et al. (2012). Namun, penelitian mereka lebih melihat mengenai daya saing terbatas hanya pada usaha rumput laut, tanpa melihat daya saing dari setiap sistem budidaya rum

Related Documents:

“Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia dan Strategi Peningkatannya”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan . Luas potensi budidaya rumput

Buku Ajar “MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN”, oleh: Zainal Abidin, S.Pi, MP, M.BA Program Studi Agribisnis Perikanan, FPIK, Universitas Brawijaya BAB I. KONSEP AGRIBISNIS PERIKANAN 1.1 Konsep Agribisnis Di Indonesia, kegiatan agribisnis sudah dilakukan sejak zaman dahulu, namun demikian popularitas

2. Agribisnis Sebagai Suatu Usaha Agribisnis juga mengedepankan aspek bisnis dan pelaku bisnisnya. Dipandang dari sudut ini, agribisnis dapat diartikan sebagai kegiatan yang terkait dengan pertanian (dalam arti luas sebagai sistem agribisnis) yang pengelolaan organisasinya dilakukan sec

profil petani rumput laut, tingkat produktivitas petani rumput laut, kelayakan usaha budidaya rumput laut di pesisir Kabupaten Jepara. Metode pengumpulan datanya meliputi dokumentasi, wawancara, observasi, dan kuesioner. Metode analisis dat

6.7. Lembaga Profesi Terhadap Teknologi Pengelasan 244 6.8. Lembaga Profesi Terhadap Daya Saing Tenaga Kerja indonesia 246 6.9. Lembaga Profesi Terhadap Daya Saing Tenaga Kerja Melalui Teknologi Pengelasan 248 6.10. Teknologi Pengelasan Terhadap Daya Saing Tenaga Kerja 250 BA

Aspek Sosial Usaha Budidaya Rumput Laut VIII. Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut IX. Pencatatan Kegiatan Budidaya X. Daftar Pustaka Daftar Isi ii Better Management Practices BUDIDAYA RUMPUT LAUT -

Pengembangan usaha budidaya rumput laut yang terencana diharapkan mampu percepatan usaha budidaya rumput laut. Akan tetapi, perlu dilakukan kajian dan evaluasi mengenai pengembangan usaha budidaya rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbes

At the Animal Nutrition Group (ANU), a student can conduct research for a thesis with a workload of 18, 21, 24, 27, 30, 33 (Minor thesis), 36 or 39 ECTS (Major thesis). The aim of this thesis research is to train the students’ academic skills by means of an in-depth, scientific study on a subject of interest. With completion of the thesis, you have demonstrated that you can conduct a .