Wabi-sabi 侘寂

2y ago
116 Views
5 Downloads
1.25 MB
10 Pages
Last View : 13d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jamie Paz
Transcription

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahJepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memberikankontribusi besar kepada dunia, baik dalam hal teknologi maupun ilmupengetahuan sehingga maju pesat. Bukan hanya tentang kemajuan teknologi danilmu pengetahuan yang pesat yang menjadi ketertarikan beberapa negara didunia, tetapi tentang sejarah dan kebudayaan Jepang pun menjadi daya tariktersendiri bagi beberapa negara di dunia, di antaranya karena Jepang memilikikebudayaan yang menarik, serta merupakan salah satu negara yang sangatmenghargai kebudayaannya. Kebudayaan berasal dari kata budaya yang artinyaadalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuahkelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentukdari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, bahasa,perkakas, pakaian, bangunan, karya seni dan adat istiadat.Kebudayaan Jepang terdiri dari budaya tradisional dan budaya modern.Budaya modern di Jepang seiring dengan kemoderenan yang dimiliki Jepang,sedangkan budaya tradisional adalah sesuatu yang sudah ada sejak berdirinyanegara Jepang yang diperikirakan pada 660 SM, dan menjadi tradisi suatukelompok masyarakat. Budaya yang sangat luas dan memiliki filosofi sertakonsep yang mendalam. Salah satu contoh konsep tersebut adalah ajaran Zen.Zen menggunakan tulisan Cina yang berarti menunjukkan kesederhanaan.Seperti yang tercermin dalam huruf atau karakter tersebut, Zen adalah ajaranyang sangat jelas dan singkat (Harada, 2003:15). Didalam ajaran Zen terdapatsebuah estetika yang disebut wabi-sabi(侘寂).Wabi-sabi merupakan salah satu estetika Jepang yang menunjukkankeadaan tenang dan bersahaja. Meskipun kedua kata ini sering diungkapkan

2sebagai sebuah istilah, sebenarnya wabi dan sabi masing-masing memilikikonsep yang berbeda. Wabi merupakan kesadaran untuk berusaha menemukankepuasan jiwa dari keadaan miskin dan kekurangan. Sabi berarti keindahanyang terasa dalam dan kaya dari kemunduran nan senyap. Pada dasarnya, sabiberarti keindahan yang kaya dan beragam dari perubahan yang ditemukan darisesuatu yang menjadi retak, kotor, atau cacat, atau dari sesuatu yang berubahkarena berlalunya waktu. Salah satu contoh dariwabi-sabi adalah kintsugi (金継ぎ) atau kintsukuroi.Kintsugi berasal dari Kin (金) berarti emas, sedangkan tsugi(継ぎ)berarti menyambung. Kintsugi merupakan metode perbaikan keramik ataubenda pecah belah dengan pernis khusus yang dicampur dengan emas, perak,atau platina. Metode ini didasarkan pada apresiasi riwayat objek, penerimaancela, ketidaksempurnaan, dan proses penuaan.Sejarah kintsugi dimulai ketika Shogun Ashikasa Yoshimasamemecahkan mangkuk teh dan mengirimnya kembali ke Cina untuk diperbaiki,tetapi ternyata mangkuk tersebut hanya distaples dengan logam dan AshikasaYoshimasa merasa tidak puas. Ia pun meminta pengrajin Jepang untukmemperbaiki dengan cara yang lebih elegan dan estetik dengan leburan bubukemas yang disatukan pada setiap retakannya. Akhirnya, mangkuk teh itu jadilebih cantik dibanding aslinya, sebelum pecah.Kesenian keramik Jepang sudah dimulai sejak tahun 600 SM. KeramikJepang dikenal dengan banyaknya warna atau polikrom dengan hiasan flora,suluran, dan geometris dalam bidang-bidang. Biasanya teknik pembuatankeramik Jepang lebih halus dibandingkan dengan keramik buatan Asia lainnya.Keramik dalam konteks ini memiliki arti sebagai tubuh dan jiwa manusi, makadari itu, memperbaiki keramik dengan metode kintsugi berarti tidak menutupiluka tersebut melainkan membuat bangkit dari kesalahan dan menjadi lebihcantik dan elegan.Bangsa Jepang memiliki pandang yang berbeda tentang estetika jikadilihat dari sudut pandang dunia Barat mengenai kehampaan. Salah satu dasarpemikiran Barat adalah bahwa apa yang kosong (hampa) dianggap tidakUniversitas Darma Persada

3menarik Namun. bangsa Jepang menganggap bahwa keahampaan itu memilikiarti, memiliki sesuatu yang menarik untuk diperhatikan. Kekosongan itudianggap “menampilkan" sesuatu. Kehampaan dapat menjadi positif dan selalubersifat dinamis (Sutrisno, 1993:116-117)Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menelaah lebihdalam mengenai nilai-nilai estetika Jepang yang terdapat pada kintsugi.1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasimasalah bahwa kintsugi mengajak penulis dan pembaca untuk menghargaisesuatu yang telah rusak tetapi bila dirawat dengan baik akan menjadi sesuatuyang indah dan bersahaja.1.3 Pembatasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, penulismembatasi permasalahan pada ajaran Zen pada kintsugi. Ajaran Zenmengandung konsep wabi-sabi serta nilai-nilai estetika dan filosofi kintsugidilihat dari konsep wabi-sabi.1.4 Rumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah:1.Bagaimana kintsugi terbentuk?2.Bagaimana kintsugi memiliki hubungan erat dengan filosofiJepang?3.Bagaimana hubungan kintsugi dengan wabi sabi?4.Bagaimana hubungan ajaran Zen dengan kintsugi?Universitas Darma Persada

41.5 Tujuan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian iniuntuk mengetahui:1. Terbentuknya kintsugi.2. Hubungan erat kintsugi dengan filosofi di Jepang.3. Hubungan kintsugi dengan wabi sabi.4. Hubungan ajaran Zen dengan kintsugi1.6 Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan. Sumberinformasi dan data akan didapat dari buku, artikel, dan beberapa informasi dariinternet.1.7 Landasan Teori1. Wabi-sabiWabi-sabi merupakan salah satu estetika Jepang yang menunjukkankeadaan tenang dan bersahaja. Meskipun kedua kata ini sering diungkapkansebagai sebuah istilah, sebenarnya wabi dan sabi masing-masing memilikikonsep yang berbeda. Wabi merupakan kesadaran untuk berusahamenemukan kepuasan jiwa dari keadaan miskin dan kekurangan. Sabi berartikeindahan yang terasa dalam dan kaya dari kemunduran nan senyap. Padadasarnya, sabi berarti keindahan yang kaya dan beragam dari perubahanyang ditemukan dari sesuatu yang menjadi retak, kotor, atau cacat, atau darisesuatu yang berubah karena berlalunya waktu. Wabi dan sabi mengacu padapendekatan kesadaran terhadap kehidupan sehari-hari. Seiring waktu, maknamereka tumpang tindih dan terkonvergensi sampai mereka bersatu denganWabi-sabi, estetika yang didefinisikan sebagai keindahan benda "tidaksempurna, tidak kekal, dan tidak lengkap". Seiring berjalannya waktu,mereka menunjukkan tanda-tanda kedatangan atau kemunculan mereka, dantanda-tanda iniUniversitas Darma Persada

5dianggap indah. Dalam hal ini, keindahan adalah keadaan kesadaran yangberubah dan dapat dilihat dalam hal biasa dan sederhana. Wabi-sabiberkembang dari ajaran Zen Buddhisme yang berprinsip pada tiga hal yaitu,kesederhanaan, ketenangan dan kealamiahan. Adapun prinsip-prinsip wabisabi sebagai berikut:1) Fukinzei(不均斉)Mempunyai pengertian ketidakaturan (untuk menampilkan kesandinamis) dan merupakan salah satu karakteristik dari ajaranZen.Ketidakaturan yang dimaksudadalah proporsi alami yang terjadi dialam,selalu muncul ketika terjadi harmoni geometris ,keseimbanganyang simetri dan keteraturan yang ditampilkan kesan statis ataumonoton,lain halnya dengan asimetri yang berarti tidak sama atau tidakseimbang dan ketidakseimbangan itu terjadi karena adanya ritme atauirama yang dinamis. Maknanya membuang nafsu duniawi ataukehidupanbukan saja berorientasi pada kesempurnaan tetapi juga padaketidak sempurnaan, karena suatu kesempurnaan yang sempurna adalahsesuatu yang tidak sempurna atau sebaliknya.2) Kanso(簡素)Mempunyai pengertian sederhana melainkan kesederhanaan konteksyang ada. Nilai tertinggi dari sutau kesederhanaan itu yaitu sesuatu yangdapat mewakili atau mencerminkan sifat dari suatu benda yangditampilkan secara utuh yang diekspresikan melalui garis,warna atauunsur-unsur seni yang lain. Selanjutnya warna yang sederhana adalahwarna yang tidak menyolok, monokromatik dan tidak mempunyai nilairendah sedangkan bentuk yang sederhana adalah bentuk yang tidakbervariasi, bersifat naif, polos dan mempunyai unsur kesengajaan.3) Kokou(枯高)Mempunyai pengertian esensi atau hakikat dari suatu benda yangtercermin melalui karakteristiknya, untuk memeproleh kehakikian ituperlu melakukan pemahaman.Universitas Darma Persada

64) Shizen(自然)Merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya,secara wajar dan apaadanya,tanpa pamrih atau tanpa diawali dengan pemikiran dan tujuantertentu melainkan bersifat asli,alami,wajar dan bukan sesuatu yangdibuat-buat.5) Yuugen(幽玄)Mempunyai pengertian interprestasi,kesan atau makna yang ditangkapoleh manusia terhadap keadaan alam yang ada di luar penalaranya yangditentukan oleh latar masing-masing.Akan tetapi di dalam pengertianZen itu sendiri makna dari yuugen ini adalah konsentrasi danmenciptakan suasana hening.6) Detsuzoku(脱俗)Mempunyai pengertian tentang kebebasan yang tidak terikat pada polapola,patokan ataupun rumus.Bagi Zen hal-hal ini dapat menghambataktivitas dan kreativitas seseorang.Sehingg kebebebasan di sini bukanberarti bebas secara rasio tetapi bebas di bawah aturan dan aturan itumerupakan suatu kebebasan yang tak terbatas.Digunakan sebagai dasaruntuk memperoleh kebebasan manusia dalam berimajinasi dan berkreasidalam menuangkan ide-idenya kedalam suatu karya seni.7) Seijaku(静寂)Mempunyai pengertian ketenangan yang bersifat dinamis,dalam konsepZen ketenangan itu diekspresikan dalam keadaan diam tetapimempunyai bentuk yang bergerak.2. KintsugiKintsugi berasal dari Kin (金) berarti emas, sedangkan tsugi(継ぎ)berarti menyambung,merupakan metode perbaikan keramik atau bendapecah belah dengan pernis khusus yang dicampur dengan emas, perak, atauUniversitas Darma Persada

7platina. Metode ini didasarkan pada apresiasi riwayat objek, penerimaan cela,ketidaksempurnaan, dan proses penuaan.Sejarah kintsugi dimulai ketika Shogun Ashikasa Yoshimasamemecahkan mangkuk teh dan mengirimnya kembali ke Cina untukdiperbaiki. Tapi ternyata mangkuk tersebut hanya distaples dengan logamdan Ashikasa Yoshimasa merasa tidak puas. Ia pun meminta pengrajinJepang untuk memperbaiki dengan cara yang lebih elegan dan estetik denganleburan bubuk emas yang disatukan pada setiap retakannya. Akhirnya,mangkuk teh itu jadi lebih cantik dibanding aslinya, sebelum pecah.Penggunaan lem bertujuan selain untuk merekatkan juga karena lem takmeninggalkan bekas dan menyamarkan retakan. Berbeda dengan kintsugi,teknik merekatkan benda pecah belah satu ini malah menggunakan bahanemas yang jelas dan mempertegas letak retakan. Filosofi kintsugidigambarkan sebagai konsep yang bertolak belakang dengan pemikiranBarat yang mengejar simetri dan kesempurnaan. Kintsugi merupakan metoderekonsiliasi terhadap peristiwa yang terjadi di luar kendali manusia.Seseorang dapat dikatakan memiliki emosi yang sehat ketika mampumenerima luka psikologis, bangkit, dan menghadapi kenyataan yang baru.Peningkatan nilai membutuhkan transformasi. Agar menjadi sesuatu yanglebih indah, keramik tersebut harus melalui proses jatuh, retak, pecah, barukemudian makin berharga setelah diperbaiki dengan emas.Dengan kata lain, retakan pada keramik tidak menjadi akhir darikegunaan dan nilainya, melainkan bagian dari riwayat benda tersebut.Sedarikecil, sebagian besar orang dikondisikan untuk berlomba meraih pencapaian,pengakuan, dan penghormatan dari orang lain. Hal inilah yang membuatkelemahan dan pengalaman menyakitkan terasa sulit untuk ditolerir.Kintsugimengajarkan konsep penerimaan terhadap takdir dan perubahan sebagaibagian dari hidup manusia.Universitas Darma Persada

83. Estetika dan FilosofJika berbicara mengenai estetika berarti berbicara mengenai nilai-nilai yangterkandung di dalamnya. Dalam seni, nilai adalah kualitas yang membangkitkanapresiasi. Nilai berbeda dengan fiakta, sering semata-mata bersifat khayali. Nilaidiungkapkan dalam seni dengan tujuan untuk menghadirkan estetika. Estetikasecara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana iaterbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Disamping itu terdapatfaktor khas yang membentuk estetika Jepang. Faktor yang membentuk nilaiestetika yang khas pada masyarakat Jepang adalah faktor agana, yaitu ZenBuddhisme.Dalam ajaran Zen ditekankan nilai-nilai kesederhanaan dan juga kealamianyang mengikuti garis alam serta tidak adanya unsur buatan. Pengaruh Zen dalamkehidupan bangsa Jepang sangat kuat karena kesederhanaan ajarannya.Pandangan Zen dalam memandang keindahan pun demikian, yaitu setiap orangharus masuk ke objek" itu sendiri, ke inti realitas dan kemudian melihat danmerasakan estetika itu sendiri dari dalam. Pendekatan ini menunjukkan bahwaZen Buddhisme memberikan pengaruh spiritual yang sangat besar dalammemahami estetika. Salah satu seni di Jepang yang sangat dipengaruhi olehajaran Zen Buddhisme adalah seni keramik.Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yangmempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaianterhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekatdengan filosof seni. Dapat disimpulkan bahwa nilai estetika merupakan hal-halabstrak yang dapat membangkitkan apresiasi terhadap karya seni. Keindahanmerupakan hal abstrak yang terkandung di dalam karya seni tersebut. Dengankata lain, keindahan merupakan salah satu dari nilai estetika yang terkandungdalam suatu karya seni. Pandangan mengenai nilai estetika oleh suatumasyarakat berbeda dengan masyarakat yang lain, Perbedaan ini pada umumnyadipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor agama, struktur sosial,perekonomian dan budaya. Faktor-faktor tersebut juga mendukung terbentuknyanilai estetika yang bersifat khas pada suatu masyarakat. SalahUniversitas Darma Persada

9satu nilai estetika yang bersifat khas dapat dilihat pada masyarakat Jepang (Astuti,1997:1-6)1.8 Manfaat PeneltianPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacayang berminat memperdalam pengetahuan mengenai sejarah dan nilai-nilaipositif dalam kehidupan Jepang. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagairefrensi bagi peneliti selanjutnya.1.9 Sistematika PenulisanBab I, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,landasan teori, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.Bab II, berisi pemaparan tentang seni keramik dan tata cara kintsugi.Bab III, berisi telaah tentang nilai-nilai estetika dan fitosofi tentang kintsugi.Bab IV, kesimpulan.Universitas Darma Persada

3. Estetika dan Filosof Jika berbicara mengenai estetika berarti berbicara mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam seni, nilai adalah kualitas yang membangkitkan apresiasi. Nilai berbeda dengan fiakta, sering semata-mata bersifat khayali. Nilai diungkapkan dalam seni dengan tujuan untuk menghadi

Related Documents:

wabi-sabi moe Japan 2016 by Monica Dengo The deepest memory I carry with me from this first Wabi-Sabi Moe workshop in South Japan, is the sound of the waves while we worked in the classroom. Large windows stretching from one end to the other of the front wall, offered us great light thro

DAY ITINERARY ACCOMMODATION MEALS March 1 Johannesburg City Lodge Hotel OR Tambo International Airport - Standard Room March 2 Sabi Sand Game Reserve Sabi Sabi Little Bush Camp - Luxury Suite B,L,D March 3 - 4 Sabi Sand Game Reserve Sabi Sabi Little Bush Camp -

wabi-sabi wisdom Alcohol ink leaves a strong color. If you decide to paint over an area where you have used alcohol ink, use a dark color if you want to obscure the ink. If you paint . river” in Wabi Sabi Art Workshop, on p

A wabi‐sabi approach to doing and writing ‘research’ Abstract Our research journeys often begin in ways that connect with the concept of wabi‐sabi: “the art of imperfection” (Lawrence, 2001). This

Serena Barton, Wabi-Sabi Art Workshop Great book for inspiration and innovation! “Find inspiration and beauty in the imperfect, impermanent and humble nature of everyday objects.wabi-sabi's abstract aesthetic, a forgiving approach that celebrates so-called mistakes and fo

the case of Wabi-Sabi, and it is hopeful that being aware of the following elements of Japanese aesthetics will be of benefit. There are 7 elements of Japanese Art and Culture, all developing out of the Wabi-Sabi con

Serena Barton’s Wabi-Sabi Art Workshop —Full of good ideas for mixed media work, including lots of collage. Best inspira3on I got was to use collage over parts of old artworks, crea3ng a piece of new artwork. “Pared down to its barest essence, wabi-sabi is the Japanese art

Wabi-Sabi is a founding concept in Japanese aesthetics; “a beauty of things imperfect, impermanent and incomplete. It is a beauty of things modest and humble. It is a beauty of things unconventional. Wabi-Sabi could even be called the Zen of things.“ (Leonard Koren) Mar