TEMPO EDISI KHUSUS - WordPress

3y ago
117 Views
14 Downloads
2.21 MB
142 Pages
Last View : 11d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Matteo Vollmer
Transcription

TEMPO EDISI KHUSUSSOEHARTODaftar isi1. Setelah Dia Pergi . 12. Legasi Tak Berujung . 33. Dari Istana ke Astana . 64. Rumah Soeharto yang Akan Datang. 105. Tanpa Muara di Jalan Hukum . 136. Catatan Kelam dari Gedung Putih . 167. Habis Manis Sepah Dibuang . 188. Madu dan Racun, Sepuluh Tahun Lalu . 229. Kelompok 14 dari Taman Surapati . 2810. Di Ujung Kekuasaan Soeharto . 3211. Tak Roboh Diterpa Badai . 3512. Kisah Dua Prajurit . 3913. Enam dari Generasi Ketiga . 4114. Soeharto dan Rezim Anti-Partai . 4515. Para Saksi Bercerita . 4916. Tentang Pasar dan Ekonomi Soeharto . 5617. Bakti Sepanjang Jalan . 6118. Petualang yang Kini Menyendiri . 6319. Bagai Menunggu Jam Pasir. 6520. Balik ke Kancah Bisnis . 6721. Tetap Mumpuni Walau di Bui . 6922. Si Bungsu yang Enggan Tampil . 7123. Tragedi 1965, Menggantung Pertanyaan . 7324. Lari dari Malari . 7525. Para Penembak dalam Gelap . 7726. Subuh Berdarah di Talangsari. 7927. Tragedi Membara di Sindang Raya . 8128. 27 Juli Pada Suatu Pagi . 8329. Jejak Sepatu Lars Sang Jenderal . 8530. Orang Hilang Dibawa Sampai Mati . 8731. Di Kuil Penyiksaan Orde Baru. 89

32. Catatan Hitam Kedungombo. 9233. Trisakti Jadi Saksi . 9434. Matinya Masyarakat Madani . 9635. Memandang ke Barat, Terperosok di Timur . 9936. Soedjono dan 'Orde Dhawuh' . 10337. Dari Gua Semar, Wangsit itu Berasal . 11038. Setelah Mencapai Gondelan Kayon. 11239. Misteri Anak Desa Kemusuk . 11440. Setelah Sang Ibu Berpulang. 11841. Warisan Politik Jenderal itu. 12142. Setia sampai Akhir . 12343. Di Mata Para Seteru. 12744. Pustaka Setelah Lengser . 13145. Lelaki dan Kancah Itu . 13546. Jenderal Besar Terakhir . 136

Tempo Edisi Khusus SoehartoSetelah Dia PergiDENGAN tujuh hari berkabung nasional, perintah pengibaran bendera setengahtiang-lain soal Anda patuh atau keberatan-Soeharto yang berpulang Ahad duapekan lalu sudah menjadi "pahlawan". Suka atau tidak, sejak ia masuk Rumah SakitPertamina hingga wafat, tiga pekan kemudian, ia masih seorang master dengan kuasapenuh.Pejabat tinggi keluar-masuk membesuknya. Turun-naik fungsi jantungnya menelanberita kematian pedagang "gorengan" Slamet, yang putus asa lalu bunuh diri akibat hargakedelai ekstra tinggi. Semua stasiun televisi-beberapa memang milik anak-anaknyamengarahkan moncong kamera ke rumah sakit, seraya mengulang-ulang sejarahperjalanannya ketika mengemudikan negeri. Tentu saja, untuk menghormati dia yang sakitkeras, sengaja dipilih berita-berita bagus saja.Di rumah sakit, keluarga menetapkan "protokoler" ketat: hanya mereka yangmendapat perkenan boleh menghampiri. Tidak semua bekas anggota lingkaran dekat lolosseleksi. Harmoko, yang selama menjadi menteri tidak pernah lupa minta petunjuk sang bos,entah kenapa tak masuk hitungan. Juga Habibie, bekas presiden yang pernah menyebutSoeharto sebagai profesornya itu. Di tengah paduan suara politikus merapal permintaanmaaf untuknya, rupanya belum tersedia maaf untuk dua bekas setiawan itu.Ketika ia akhirnya wafat, penyiar televisi dengan mata sembap semakin bersemangatmenyiarkan kebaikan dan kisah sukses. Jam tayang ditambah, rating meningkatmengalahkan sinetron mana pun-artinya iklan pasti datang berduyun-duyun. Usaha"menggoreng" perasaan rakyat lewat TV harus dikatakan berhasil.Tiba-tiba di layar kaca orang menyaksikan sosok yang hanya boleh diberi simpati dandikirimi doa. Mereka yang bicara lain, apalagi menyinggung dosa dan salahnya, seakankeliru, jahil, nyinyir, atau menyimpan dendam. Mungkin Asep Purnama Bahtiar benar.Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu merasa yang diberitakan media massabukan lagi sebagaimana adanya, melainkan hasil konstruksi tentang sebuah "dunia" yangdiciptakan media massa dan pihak-pihak yang terlibat.Sebentar lagi, setelah Astana Giribangun, makam keluarga yang megah itu, tidak lagimenjadi berita, yang tersisa adalah kasus perdata yayasan Soeharto, dan debat tentangstatus hukum ahli waris. Pemerintah jangan sampai habis waktu mengurus soal ahli warisini. Semua aturan sudah jelas. Bila anak-anak almarhum tidak meminta penetapan menolakwaris ke pengadilan, artinya hak waris jatuh ke tangan enam anaknya. Setelah apa yangdiberikan Soeharto, mestinya tidak masuk akal bila ada di antara anak-anaknya yang berpikiruntuk menolak waris itu. Selanjutnya, kejaksaan bisa berurusan dengan anak-anaknya dalamperkara perdata.http://Semaraks.blogspot.com1

Tempo Edisi Khusus SoehartoKasus pidana Soeharto memang otomatis gugur dengan kematiannya, tapi para kroniyang masih hidup perlu terus dipersoalkan. Pemerintah tinggal menyatakan kebijakanzaman Soeharto yang dianggap menyalahgunakan kekuasaan, melawan hukum, ataumembelokkan kebijakan publik untuk keuntungan diri dan kelompok sendiri. Siapa pun yangmenikmati manfaat dari kebijakan semacam itu bisa langsung ditetapkan sebagai obyekpengusutan. Dan para penikmat tak bisa menghindar. Selama ini mereka tidak melakukanusaha apa pun untuk menolak "madu" privilese yang mereka isap dengan riang.Ada banyak cara kalau pemerintah memang mau dan punya niat. Audit semuakekayaan para kroni hanya salah satu metode itu. Harta yang bersumber dari privilese, atauyang tak bisa dijelaskan asal-usulnya, bisa dibawa ke pengadilan. Secara prinsip, menikmatikeuntungan dari kebijakan yang melawan hukum termasuk perbuatan melawan hukumjuga.Bukti-bukti sudah sedemikian gamblang. Dokumen rahasia dari Departemen LuarNegeri Amerika Serikat dan Gedung Putih bisa dipakai sebagai bukti tambahan untukmengusut korupsi di zaman Orde Baru itu.Publik tinggal menunggu, apakah di pengadilan para kroni akan buang badan denganmenimpakan semua kesalahan kepada Soeharto, tokoh yang kini mereka puja dan sudahbegitu banyak memberikan "gula-gula" kepada mereka. Hanya pengecut tulen yang sanggup"menusuk" sang tuan yang sudah di alam baka.Mengusut para kroni merupakan keharusan, kalau pemerintah memang inginmenegakkan keadilan ekonomi dan melaksanakan pesan konstitusi untuk menjaminpersamaan kesempatan berusaha bagi warga negara. Tanpa tindakan apa-apa, fasilitasistimewa dan kenikmatan yang selama ini diduga diperoleh secara curang tidak akan pernahberakhir. Hanya kerajaan boneka yang membiarkan keadaan buruk ini terus berlangsung.Sebaiknya pemerintah memberi prioritas mengusut para kroni-tindakan yangdiamanatkan MPR itu. Menyelesaikan kasus ini lebih penting ketimbang sibukmempertimbangkan gelar pahlawan untuk Soeharto-usul yang dipekikkan lantang Priyo BudiSantoso, orang Golkar yang pernah tidak memenuhi panggilan Komisi PemberantasanKorupsi itu.http://Semaraks.blogspot.com2

Tempo Edisi Khusus SoehartoLegasi Tak BerujungJakarta, 1966. Soekarno yang memerintah enam tahun dengan Demokrasi Terpimpinyang gegap-gempita itu digantikan seorang tentara pendiam. Ia tampan, di tangannyaada selembar surat mandat berkuasa: Supersemar.Sejak itu, bahkan berpuluh-puluh tahun berselang, setelah jenazahnya dikebumikandi Astana Giribangun, Karanganyar, Senin pekan lalu, jenderal pendiam itu terus mengharubiru bangsa ini. Ya, Soeharto (1921-2008) tak berhenti di situ.Ada nostalgia yang selalu membuat orang rindu akan stabilitas yang dibangunnyadulu, manakala demokrasi menimbulkan riak-riak ketidakpastian: munculnya raja-raja kecildi daerah, kebebasan berekspresi yang berisik, dan para oportunis mendominasi panggungpanggung kekuasaan. Dan sikapnya yang tak pernah beringsut dari doktrin NKRI dan tidaktoleran terhadap aspirasi daerah itu sekonyong-konyong jadi alternatif ketika separatismemulai menggejala di Sumatera, Maluku, Papua, dan belahan lain di negeri ini.Bagaimana ia bisa begitu merasuk ke dalam aliran darah bangsa ini?Tiga puluh dua tahun berkuasa, Soeharto tentu saja mempunyai banyak kesempatanuntuk berbuat baik maupun buruk-ia melakukannya, silih berganti. Namun ada proses yangseakan terus-menerus berlangsung di masa pemerintahan yang panjangnya hanya bisadikalahkan oleh pemimpin Kuba Fidel Castro itu, yaitu sentralisasi, bahkan kemudianpersonalisasi, dengan sosok Soeharto sebagai nukleus sentral seluruh negeri.Tak aneh, para pengamat budaya sering membandingkan pemerintah Orde Barudengan kerajaan Jawa Mataram-sistem politik dengan konsep yang menempatkan rajasebagai pusat kekuasaan yang menghimpun segenap kekuatan kosmis. Raja adalah sosoksakti, sangat sakti. Dalam tradisi Jawa, demikian Benedict Anderson dalam bukunya yangklasik The Idea of Power in Javanese Culture, legitimasi tidak datang dari manusia. Dengankesaktiannya sang ratu bisa menaklukkan manusia lain di sekitarnya. Dan Soeharto, sadaratau tidak, tampaknya yakin dialah titik pusat itu.Proses sentralisasi mungkin bisa tercium sejak dini. Tepatnya tatkala iamenyederhanakan partai-partai-kantong-kantong kekuasaan di luar pemerintahpeninggalan demokrasi liberal yang dibikin lumpuh Demokrasi Terpimpin-nya Soekarno.Pada Pemilu 1971, seperti ditulis Herbert Feith dalam The Decline of ConstitutionalDemocracy in Indonesia, partai yang jumlahnya puluhan itu menjadi hanya sepuluh partai.Dan segenap aturan pemilu digiring ke satu tujuan: kemenangan Golkar.Waktu itu, para demokrat pendukungnya, termasuk para mahasiswa Angkatan 66yang menurunkan Soekarno sebelumnya, sama sekali tidak menaruh curiga. "Kami tahu diatentara yang tidak senang politik," kata Arief Budiman, salah seorang aktivis.http://Semaraks.blogspot.com3

Tempo Edisi Khusus SoehartoPara pencinta demokrasi memang terpikat, menggantungkan banyak harapan padapundaknya. Soeharto membebaskan tahanan politik dan mengizinkan surat kabar yangdibredel Soekarno terbit kembali. Orde Baru dengan cepat "menjelma" menjadi koreksiterhadap Orde Lama; dan Soeharto sendiri merupakan koreksi terhadap Soekarno. Iaterbukti mengucapkan selamat tinggal kepada model pemerintah yang gemarmengutarakan slogan-slogan, pemerintah yang sibuk berseru ganyang Malaysia danmembiarkan ekonomi negeri ini tercampak dengan inflasi sampai 600 persen. Sebuahprogram pembangunan direntangkan, inflasi dikendalikan, dan Indonesia mulai memasukipertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Modal asing berdatangan.Tapi pengikisan kekuasaan di luar nukleus pemerintahan Orde Baru ternyata tidakberhenti. Sebuah kejadian pada pertengahan 1970-an lantas mengantar pengikisanselanjutnya: sepuluh partai diringkas menjadi dua partai dan satu golongan. Peristiwa Malari(1974) menghadang pemerintah yang berencana mewujudkan gagasan Tien Soeharto,Taman Mini Indonesia Indah, dan mulai diroyan korupsi. Tantangan para mahasiswa kali inidihadapi dengan tangan besi. Wajah pemerintah yang dulu toleran dan terbuka itu pundigantikan wajah galak dan represif. Beberapa tahun kemudian, 1978-1979, tantangan yangfrontal dari mahasiswa dijawab dengan NKK/BKK-larangan berpolitik bagi para mahasiswa dikampus.Pada 1980-an, sentralisasi kekuasaan yang berjalan selama satu periode itu punmencapai tahap yang cukup mencengangkan: nukleus itu melebar. Putra-putri PresidenSoeharto yang sudah mulai besar itu menjadi bagian dari inti sel dan terjun ke dunia bisnisberbekal "hak-hak istimewa" sebagai anak presiden. Sebuah edisi majalah Forbesmemberitakan, setelah krisis moneter 1997, kekayaan Soeharto dan keluarganya mencapaiUS 16 miliar.Dalam memoarnya yang tebal, From Third World to First, mantan Perdana MenteriSingapura Lee Kuan Yew menyebut, "Saya tidak mengerti mengapa anak-anaknya perlumenjadi begitu kaya." Dalam buku yang sama, Lee menyayangkan Soeharto telahmengabaikan nasihat mantan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Benny Moerdani padaakhir 1980-an agar ia mengekang gairah anak-anaknya untuk mendapatkan aneka privilesebisnis.Menurut Kuntowijoyo, seperti dikutip Eriyanto dalam buku Kekuasaan Otoriter,Soeharto adalah tipe manusia yang mendasarkan diri pada an act of faith-perbuatanberdasarkan keyakinan-dan bukan tipe jenis an act of reason, perbuatan berdasarkan akal.Karena itu, banyak ucapan dan tindakan Soeharto yang mengejutkan, tapi ia tidak pernahragu-ragu dalam memutuskan sesuatu. Ia tidak perlu pertimbangan rasional ketikamembubarkan PKI, tapi karena keyakinannya sendiri. Dalam biografi yang disusun O.G.Roeder, ditunjukkan betapa yakin Soeharto ketika mengisi kekosongan pimpinan AngkatanDarat. "Saya bertindak atas keyakinan saya sendiri."http://Semaraks.blogspot.com4

Tempo Edisi Khusus SoehartoDan agaknya dengan keyakinan yang sama pulalah ia memutuskan untukmelancarkan operasi "petrus" alias penembakan misterius untuk membasmi preman. Sikapkeras yang sama boleh jadi mendasari keputusan untuk melakukan tindakan drastis yangmelahirkan banyak korban di Aceh, Tanjung Priok, Lampung, Papua, dan sejumlah tempatlain. Catatan hitam pelanggaran hak asasi manusia ini sungguh tak mudah dihapuskanbegitu saja.Puncak sentralisasi yang sangat nepotistis itu akhirnya tampil dalam bentuk yangbegitu transparan pada 1997: ia terpilih untuk ketujuh kalinya, dan itu berarti hampirseparuh dari usianya dihabiskan sebagai presiden negeri ini. Dalam Kabinet PembangunanVII, Siti Hardijanti Rukmana, putri sulungnya, diangkat menjadi Menteri Sosial. Danmanakala jangkauan wewenang yang diberikan kepada seorang Menteri Sosial kemudianterlihat begitu luas, orang pun mulai membayangkan sebuah suksesi yang tidak berbedadengan peristiwa keluarga: sang putri sulung mengambil alih peran ayahnya.Gaya Soeharto memang sentralistis, nepotistis, dan kerap kali represif. Tapi dari caraitu lahir pula program kesejahteraan yang berhasil-dan ujung-ujungnya menampilkancitranya yang populis. Indonesia in the Soeharto Years: Issues, Incidents and Images, bukuyang berisi kumpulan tulisan yang membahas periode itu, menyebut keberhasilan KeluargaBerencana, program yang bermula pada 1970 dan bertumpu pada pertimbangan nilai-nilaiekonomi semata. Soeharto percaya setiap anak membutuhkan sandang, pangan,pendidikan; dan segenap kebutuhan itu tak mungkin terpenuhi jika negeri ini mengalamiledakan pertumbuhan penduduk.Pelaksanaan program Keluarga Berencana bersifat top-down dan sama sekali tidakberasal dari aspirasi masyarakat. Dengan Tien Soeharto pada puncak organisasi, dandidukung istri pemimpin tertinggi di daerah-daerah, mesin birokrasi menggerakkan programKeluarga Berencana sampai ke desa-desa terpencil. Di dalamnya ada represi yang berbuahsejumlah kisah pedih, walau dunia melihatnya sebagai prestasi.Kelewat lama berkuasa, Soeharto dan lingkaran kecil sahabat serta keluarga dekattumbuh menjadi satu-satunya kalangan yang bertanggung jawab atas aneka gejala sosialekonomi di negeri ini: represi, keberhasilan model kesejahteraan, korupsi yang demikianmengerikan, juga kehancuran ekonomi akibat krisis moneter 1997-1998.Ahad dua pekan lalu, hidupnya yang panjang berakhir sudah, tapi lakon danlegasinya-baik yang lama maupun yang belum lagi terungkap-terus menghantui negeri ini.http://Semaraks.blogspot.com5

Tempo Edisi Khusus SoehartoDari Istana ke AstanaSEJUMLAH petinggi negara yang tadinya asyik bersenda-gurau tiba-tiba terdiam.Suasana senyap. Jenazah Soeharto diusung masuk ke pemakaman Astana Giribangun.Setelah diletakkan, peti dibuka. Tidak cuma dilapisi kain kafan, jenazah itu jugadiselimuti kain tebal warna putih.Suwardi, pengurus pemakaman Desa Karang Bangun, cukup kesulitan membuka kainitu, pada saat jenazah hendak dimasukkan ke liang lahat. Membuka kain itu sajamemerlukan waktu sekitar tiga menit.Keluarga memutuskan Soeharto dikubur bersama peti yang dikalungi untaian melati.Tapi tubuhnya diganjal tanah. Dimiringkan ke arah kiblat. Enam pengurus makamberpakaian sorjan perlahan memasukkan jenazah diiringi jeritan terompet militer.Setelah itu, jasad dihujani kembang aneka rupa. Ditutup tanah. Sebiji kelapa yangsudah dibelah tengkurap di atas kubur. Menghabiskan usia 87 tahun-32 tahun di antaranyamemerintah dengan penuh kontroversi-Soeharto selesai sudah.Di perhentian terakhir itu, jasadnya dimakamkan di antara sang istri, Siti Hartinah,yang wafat pada 28 April 1996, dan sang mertua, KRA Soemoharjono. Liang lahat itu sudahdigali beberapa tahun lalu tapi selama ini hanya ditimbuni pasir. Dindingnya kukuh. Dilapisibeton marmer kasar.Makam Astana Giribangun itu didirikan pada 1974 oleh yayasan Mangadeg yangdipimpin Siti Hartinah. Cara membangunnya cukup unik. Sebuah bukit setinggi 17 meterdipotong, lalu di atasnya dibangun kompleks pemakaman setinggi buk

Tempo Edisi Khusus Soeharto 3 Legasi Tak Berujung akarta, 1966. Soekarno yang memerintah enam tahun dengan Demokrasi Terpimpin yang gegap-gempita itu digantikan seorang tentara pendiam. Ia tampan, di tangannya ada selembar surat mandat berkuasa: Supersemar. Sejak itu, bahkan berpuluh-puluh tahun berselang, setelah jenazahnya dikebumikan

Related Documents:

kedua teks edisi khusus majalah Tempo dan Gatra berkelindan dalam dua kutub yakni antara gagasan modernisme dan tradisionalisme. Gagasan tentang modernisme tertuang baik dalam teks edisi khusus majalah Tempo maupun Gatra. Sementara itu gagasan tentang tradisionalisme secara khusus tertuang dalam teks edisi khusus majalah Gatra melalui narasi-narasi sejarah perjuangan kemerdekaan yang termuat .

(Edisi Khusus Majalah Tempo Oktober 2009) (Edisi Khusus Majalah Tempo Oktober 2009) IA berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu ” pro-rakyat” dan menggelorakan ”semangat perjuangan”.

Double-press the bottom-right footswitch to engage the Tap Tempo feature. Keep pressing to modify the tempo value. Preset Scene Global TYPE 110 TEMPO [BPM] The Tempo BPM is saved when the preset is saved. Each preset can have its own tempo BPM. Preset tempo Tap Tempo Done 110 Tuner Done-50 0 50 Ab A Bb 0 INPUT Input 1 440 FREQ [Hz] Tap Tempo

Dua berita pada edisi ini merupakan liputan khusus yang fokus utamanya mengedepankan liputan berita investigasi. Secara lebih rinci, berita-berita yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: No. Majalah Judul Berita 1. Tempo Edisi 30 November – 6 Desember 2015 Gerilya Setya Menjaga Singgasana 2. Tempo Edisi 7 Desember – 13 Desember 2015 Balik Kanan Pendukung Komandan 3 .

Kegiatan Belajar 1 akan dikemukakan mengenai apa pengertian dari tindak pidana khusus. Lalu, dalam Kegiatan Belajar 2 akan dikemukakan mengenai ruang lingkup tindak pidana khusus yang terdiri mulai dari macam-macam tindak pidana khusus, subjeknya, serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana khusus tersebut.

majalah Tempo edisi Juni-Juli 2014, di mana terdapat 9 edisi majalah yang diterbitkan. Kemudian dari 9 edisi itu diambil 7 sampel berita yang isinya lebih terfokus pada kedua pasangan capres-cawapres. Hasil dari penelitian ini, majalah Tempo mengonstruksi berita-berita Pilpres 2014 dengan lebih banyak mengulas dua tema besar, yaitu; pertama, tentang calon presiden Prabowo Subianto, koalisi .

Edisi 'Biografi' Muhammad Hatta Majalah TempoEdisi 'Biografi' Muhammad Hatta Majalah Tempo Seabad Bung Hatta PADA saat orang sibuk membicarakan amandemen UUD 1945 dan pro- kontra tentang Komisi Konstitusi, kami sibuk menyiapkan laporan panjang tentang Bung Hatta. Bukannya amandemen UUD itu tidak penting, tapi Bung Hatta tidak boleh dilupakan begitu saja oleh generasi masa kini. Hari-hari ini .

2.1 ASTM Standards: 2 E 178 Practice for Dealing with Outlying Observations E 867 Terminology Relating to Vehicle-Pavement Systems E 1364 Test Method for Measuring Road Roughness by Static Level Method F 457 Test Method for Speed and Distance Calibration of a Fifth Wheel Equipped with Either Analog or Digital Instrumentation 3. Terminology 3.1 Definitions: 3.1.1 aliasing—in the context of .