BIOFERTILIZER FUNGI - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

1y ago
4 Views
1 Downloads
5.93 MB
80 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kaydence Vann
Transcription

BIOFERTILIZER FUNGITrichoderma & MikorizaSUTARMAN

BIOFERTILIZER FUNGITrichoderma & MikorizaOlehSutarmanDiterbitkan olehUMSIDA PRESSJl. Mojopahit 666 B SidoarjoISBN: 9789793401478Copyright 2016.SutarmanAll rights reservedii

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya buku dengan judul:“Biofetrilizer Fungi: Trichoderma & Mikoriza” yang merupakan salah satu luaranpenelitian yang didanai oleh Dirjen Dikti Kementrian Ristekdikti dalam skema PenelitianUnggulan Perguruan Tinggi (PUPT) Tahun 2016.Buku ini disusun berdasarkan hasil kajian terkait Trichoderma dan Mikoriza olehpara pakar Internasional yang dituangkan dalam bentuk jurnal ilmiah di samping hasilpengolahan dan analisis terhadap data penelitian yang dilakukan oleh penulis.Buku ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa dan penelitidalam mengembangkan bioteknologi pupuk hayati khususnya yang memanfaatkan fungiTrichoderma dan fungi mikoriza. Buku ini juga dapat dimanfaatkan oleh dosen pengampumata kuliah Kesuburan dan Mikrobiologi Tanah, Pupuk dan Pemupukan, BioteknologiPertanian, Bioteknologi Pupuk Organik, dan mata kuliah lain yang relevan dalam rangkamengembangkan materi perkuliahan dan Rencana Pembelajaran.Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Dirjen DiktiKemenristekdikti atas dukungan hibah penelitian PUPT, Rektor UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Dekan, Ketua Program Studi Agroteknologi sertaKepala Laboratorium Agrokompleks Fakultas Pertanian UMSIDA atas dukungan morildan fasilitas yang disediakan bagi kelancaran penelitian dan penyusunan buku ini.Menyadari akan segala kekurangan, penulis sangat berharap kritik dan saran bagipenyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Terima kasih.Sidoarjo, Oktober 2016Penulisiii

DAFTAR ISIHalamanBAB 1. PERSPEKTIF PEMANFAATAN FUNGI TANAH1A.Definisi dan Lingkup1B.Fungi Agent Biofertilizer4C.Biofertilizer dan Biokontrol Aktif4D.Prospek Biofertilizer Berbasis Fungi5BAB 2. EKOLOFI FUNGI TANAH8A.Strategi Hidup Fungi Tanah8B.Bahan Oraganik dan Dekomposisinya12C.Evolusi Karbon dalam Dekomposisi Bahan Organik13D.Peran Fungi dalam Pembentukan Bahan Organik16BAB 3 FUNGI TRICHODERMA19A. Morfologi dan Identifikasi19B. Bioekologi Fungi31C. Fisiologi Fungi34D. Peran dan Pemanfaatan Fungi Trichoderma38BAB 4. FUNGI MIKORIZA40A. Biologi dan Pengelompokanya40B. Bioekologi Fungi Mikoriza43C. Fisiologi Fungi Mikoriza. 46D. Peran dan Pemanfaatan Fungi Mikoriza52BAB 5. METODE RISET DAN APLIKASI BIOFERTILIZER54A. Metode Penentuan Aktivitas Fungi Tanah54B. Metode Riset Pengembangan Biofertilizer56C. Formulasi Biofertilizer. 62DAFTAR PUSTAKA.iv67

DAFTAR TABEL3.1 Bobot umbi kentang dan karakeristik kultivar Sarpo Mira pada perlakuaninokulasi, pemberian cover crop dan kombinasi keduanya333.2 Dampak formula Trichoderma sp. Tri-1, bahanpanen kimia pestisida, dankombinasinya terhadap kejadian penyakit dan hasil panen kanola dalampercobaan lapangan dengan rotasi tanam kedele-kanola394.1 Karaketeristik tanah-tanaman-fungi mikoriza ericoid, ektomikoriza, danendomikoriza414.2 Enzim ekstra seluler yang diproduksi oleh fungi mikoriza erocoid, yangdiperkirakan akan memberikan kemampuan fungi untuk mendegradasikomponen struktural bahan organik atau sisa tanaman sehingga berkontribusiuntuk proses dekomposisi dan penyediaan nutrisi P474.3 Karakteristik tanah dari lokasi penelitian di seluruh gradien elevasi yangdiamati495.1 Parameter tanaman, parameter mikroba, dan paremeter tanah untuk masingmasing jenis tanaman uji di rumah kaca dengan pemberian dan tanpa N padaumur 90 hari695.2 Penentuan urut-rutan nilai kinerja isolat Trichoderma64v

DAFTAR GAMBAR1.1Kecenderungan pertanian selama 1940-200032.1Model konseptual yang menunjukkan cycle life macroaggregate danpembentukan microaggregates173.1Analisis spesifisitas primer dengan menggunakan elektroforesis gel203.2Trichoderma dari bagian Trichoderma263.3Trichoderma dari bagian Pachybasium273.4Trichoderma dari bagian Pachybasium283.5Trichoderma dari bagian Pachybasium293.6Trichoderma dari bagian Longibrachiatum303.7Trichoderma harzianum yang diisolasi dari tanah di bawah tegakan Pinusmerkusii313.8Pertumbuhan kegiatan Trichoderma spp. secara tidak langsung323.9Struktu of harzianone, (9R,10R)-dihydro-harzianone dan harzianelactone353.10 Pengaruh pH dan suhu terhadap aktiviyas enzim yang mendegradasidinsing sel oleh Trichoderma363.11 Struktur senyawa yang dihasilkan isolat Trichoderma KK19L1363.12 Tiga aminolipopeptida dari trichoderin373.13 Senyawa aminolipopeptida yang dihaslkan Trichoderma374.1Penampilan akar bibit cengkeh tanpa mikoriza dan terinfeksi fungiektomikoriza424.2Spora fungi endomikoriza Glomus coronatum dan Glomus sp.434.3Hubungan antara distribusi bioma sepanjang gradien lingkungan di lintangutara bumi dan peran asosiasi mikoriza dalam pengambilan N dan P454.4Model keterlibatan mikorizaa dalam pengambilan N dan P484.5Suhu harian Rerata suhu udara harian pada 20 cm dan curah hujan; reratasuhu tanah harian (oC) pada kedalaman 5 cm515.1Berbagai metode untuk menentukan aktivitas biomassa dan keragamanmikroba55vi

DAFTAR GAMBAR5.2Diagram sistem kultur outrotof bagi inokulasi mikoriza secara in vitro padaplantet kentang575.3Akar kentang (Solanum tuberosum cv. Rosa) yang dikolonisasi oleh G.intraradices dalam sistem kultur ototrofik585.4Skema diagram core system (diameter dalam 90 dan ketebalan 10 mm,tinggi 180 mm) dengan empat jendela (panjang 100 mm, lebar 35 mm)untuk uji tumbuh tanaman jeruk sebagai inang yang dikolonisasi oleh fungimikoriza Funneliformis mosseae595.5Skema diagram pot silang dengan dua bahu samping61vii

1BAB 1PERSPEKTIF PEMANFAATAN FUNGI TANAHA. Definisi dan LingkupFungi tanah adalah salah satu komponen utama biota tanah dan sangat menentukanstatus kesuburan dan kesehatan tanah. Fungi tanah masuk di dalam kajian MikrobiologiTanah (Soil Microbiology) yaitu ilmu yang mempelajari mikroorganisme tanah danberbagai proses di dalamnya.Banyak komponen biota tanah yang dipelajari dalam ilmu mikrobiologi tanah yaitumeliput: bakteri, fungi, protozoa, serta mikroflora dan mikrofauna lainnya dengan propagulmandiri terbesar memiliki ukuran di sekitar 10-4 m atau tidak lebih dari 100 µm(milimikron). Dengan ukuran kurang dari 0,1 mm, maka sulit mata manusia dapat melihatbentuk dan keberadaan jasad mikro ini. Propagul mandiri dimaksud yaitu individu tunggalbisa dalam bentuk spora satu sel misalnya fungi Aspergillus atau bentuk spora berselbanyak misalnya fungi Fusarium sp. bersel 3-4; sementara itu untuk potongan hifa fungi(sebagai propagul mandiri) berukuran diameter sekitar 2-4 µm. Penggunaan mikroskopsebagai alat bantu dapat memperbesar ukuran obyek yang tampak di lensa okuler hingga1.000 kali; sementara itu bagi pemula untuk melihat jasad nematoda Meloidogyne betinacukup dengan menggunakan lup pada perbesaran 10 kali. Struktur propagul berukuranbesar bisa dilihat dengan mata yaitu terlihat seperti potongan benang kain, namun kitatidak bisa melihat komponen penyusun sesungguhnya yang merupakan miselium yangmenyatu membentuk kumpulan atau agregat. Fungi mikoriza Scleroderma columnareyang bersiombiosis dengan akar Pinus merkusii akan tampak sebagai benang-benang putihdi perakaran pinus sesungguhnya merupakan untaian hifa eksternal yang tumbuh dari akarsecara masifmembentuk kumpulan miselium di dalam tanah.Pada pertumbuhansimbiosis yang sempurna pada tanaman pinus tingkat tiang hingga pohon sering kalimenghasilkan struktur seperti mushroom dan disebut tubuh buah (mengandung spora) yangmuncul di permukaan tanah sekitar perakaran pohon pinus.Dari sekian banyak jenis mikrob tanah ada dua jenis yang paling banyak dikaji dandikembangkan teknologi aplikasinya sebagai bioferilizer oleh para ilmuwan dan sudahmulai diterapkan oleh petani meskipun dalam skala terbatas.Kedua jenis mikroba

2tersebut adalah fungi Trichoderma dan fungi mikoriza. Potensi spesis Trichoderma sebagaiagent biokontrol penyakit tanaman pertama kali ditemukan pada awal 1930an (Howell,2003), dan saat ini lebih banyak dikenal dan diaplikasikan oleh petani dibandingkandengan pemanfaatannya sebagai biofertilezer. Fungi mikoriza adalah fungi yang mampubersimbiosis mutualistis dengan tumbuhan (terutama pada lahan kering). Fungi mikorizaarbuskula berkontribusi penting dalam menjaga kualitasdan produktivitas tanamansekaligus menjamin terpenuhinya daya dukung lahan bagi pertanian berkelanjutan(Gianinazzi et al., 2010). Perannya membantu tanaman dalam penyerapan air dan nutrisidari sumbernya yang seringkali tidak terjangkau bulu-bulu akar, membuatnya layakdisebut sebagai agent bioferilizer.Dua sarana penting yang digunakan dalam usaha tani yaitu pupk dan pestisida tidakbisa dilepaskan dari keberhasilan produksi tanaman. Peningkatan produksi serelaia daritahun 1960-2000 misalnya diikuti oleh peningkatan pemupukan N dan P serta peningkatanproduksi dan import pestisida pada negara-negara penghasilnya (Gambar 1.1). Praktekpertanian dapat mengurangi kemampuan ekosistem untuk menyediakan barang dan jasa.Aplikasi pupuk dan pestisida yang tinggi (Gbr. 1b, c) dapat meningkatkan nutrisi dan racundalam air tanah dan badan air, menimbulkan biaya kesehatan dan pemurnian air, danmenurunkan hasil perikanan dan produktivitas tempat wisata, menurunkan kualitas tanahberkontribusi eutrofikasi habitat perairan, mengubah komposisi dan mengurangikeanekaragaman hayati dalam sistem non-pertanian, juga menurunkan kemampuanekosistem untuk menyediakan beberapa layanan kepada kehidupan atau menurunkan dayadukungnya bagi kehidupan (Tilman et al., 2002).

3Gambar 1.1 Kecenderungan pertanian selama 1940-2000. a, Total produksi global serealia;b, total penggunaan pupuk nitrogen and phosphorus fertrigasi ilizer (tidak termasuk UniSoviet) and lahan beririgasi secara global; dan c, total penggunaan dan impor pestisidasecara global (Tilman et al., 2002)

4B. Fungi Agent BiofertilizerFungi Trichoderma dan mikoriza sudah dipahami sebagai kelompok utama fungiyangberperan besar di dalam upaya manusia untuk memperbaiki atau memulihkankesuburan tanah dan daya dukung lahan bagi kegiatan budidaya. Meskipun sejak tahun1990-an pemanfaatan fungi Trichoderma dan fungi Mikoriza sebagai bioferttilizer sudahdimulai, namun bioteknologi berbasis pemanfaatan kedua fungi ini masih terusberkembang secara progresif. Di luar aspek rekayasa genetika dalam pemanfaatan keduafungi ini, kiranya berbagai riset yang bersifat menginventarisir, menyeleksi, dan mengujiperannya sebagai bioferilizer serta penciptaan formulasi bagi kepentingan aplikasi yangkompatibel secara bioekologi dan pengembangan teknologi konservasinya masihmerupakan ladang yang sangat luas untuk digarap baik oleh para peneliti (dosen danmahasiswa) maupun para praktisi tidak saja di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.Salah satu kata kunci dalam pemanfaatan fungi Trichoderma dan Mikoriza adalahbiofertlizer yang didefinisikan sebagai pupuk hayati. Bagi para ilmuwan bidang proteksitanaman, berbagai riset yang dilakukan terhadap kemanfaatan kedua fungi ini adalahuntuk mendapatkan isolat Trichoderma sebagai agen biokontrol aktif yang efektif danmendapatkan isolat fungi mikoriza yang mampu meningkatkan ketahanan tanaman danmelindungi tanaman, atau sebagai agen biokontrol pasif, terhadap gangguan patogenperakaran.Kedua macam fungi ini sebagai agen biokontrol pasif terhadap patogen sesungguhnyamemiliki definisi peran yang tidak jauh berbeda dengan sebagai agen biofertilizer (pupukhayati). Namun demikian dalam buku ini pembahasan lebih dititik beratkan pada peranfungi sebagai agent pupuk hayati dan peran fungi agen biokontrol namun yang bersifatpasif dalam arti efek aplikasi fungi ini menciptakan kondisi yang sehat bagi tanah dantanaman.C. Bioferilizer dan Biokontrol fungiendofityangkeberadaannya cenderung sebagai “penjaga” luka atau infeksi jaringan yang diakibatkanoleh berbagai penyebab baik biotik maupun abiotik. Pada bagian luar jaringan luka akandihasilkan biomassa sel mati yang akan menjadi subtrat bagi Trichoderma. Eksistensi

5fungi ini pada jaringan luka dapat menghambat patogen seperti ditunjukkan pada hasilpenelitian Nurudin dan Sutarman (2014) Trichoderma yang diposisikan sebagai fungiendofit melalui inokulasi mendahului dan bersamaan dengan Phytopthora palmivora padadaun bibit kako yang sudah dilukai ternyata mampu menghambat perkembangan infeksipatogen. Pada keadaan demikian Trichoderma berperan sebagai agen biokontrol pasif.Hasil penelitian Achmad et al. (1999) juga menunjukkan inokulasi mikoriza mampumeningkatkan ketahanan tanaman yang ditunjukkan dengan intensitas serangan dampingoff yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Sejauh ini fungi mikoriza tidakpernah dianggap sebagai agen biokontrol atau agen biopsetisida, tetapi diyakini dapatmeningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kasus yang sering dijumpai padaaplikasi fungi mikoriza ini menunjukkan bahwa fungi mikoriza berperan sebagai agenbiokontrol pasif dan layak sebagai bioferilizer.D. Prospek Bioferilizer Berbasis FungiLaporan tentang menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia dibuktikan denganmakin tergantungnya lahan pada input bahan kimia yang mengancam daya dukunglingkungan bagi kelestarian produksi tanaman dan produktivitas lahan.MenurutSuriadikarta dan Simanungkalit (2006) sebagian besar lahan pertanian telah mengalamidegradasi tingkat kesuburannya yang ditandai dengan kandungan C organik rata-rata didalam tanah yang relative sangat rendah yaitu kurang dari 2 %. Penyebabnya adalahpencemaran oleh bahan kimia pupuk dan pestisida yang digunakan secara masif dalamrangka untuk memenuhi target produksi dan mencegah kegagalan panen akibat gangguanhama dan patogen serta gulma.Ketergantungan pada pestisida dan pupuk kimiamendorong peningkatan laju degradasi dari waktu ke waktu dengan konsekwensiterancamnya eksistensi mikroorganisme tanah sebagai agen pendukung kesuburan tanahdan kesehatan tanaman.Berbagai penelitian di perguruan tinggi dan lemabaga penelitian yang fokus padakesuburan tanah banyak diarahkan pada inventarisasi, isolasi, pengujian efektivitas dalammeningkatkan dan memulihkan kesuburan tanah, serta perbanyakan dan produksi masaal.Banyak hasil penelitian yang menunjukkan trend positif membantu memulihkan kesuburantanah, namun banyak pula yang efektivitasnya diragukan ketika diaplikasikan ke lapangan.Balum bisa dipastikan sejauhmana pestisida dan pupuk kimia mempengaruhi potensi

6keragaan fungi soil borne dalam merehabilitasi kesuburan tanah. Namun berbagai upayaharus terus ditumbuh-kembangkan termasuk mengembangkan pencarian sumberplasmanutfah mikroba tanah efektif misalnya dengan menginventarisasi dan mengujiisolat-solat miroba tanah termasuk dari kelompok Trichoderma dan Mikoriza yang berasaldari lahan yang bukan diusahakan secara intensif bagi tanaman pertanian misalnya lahanhutan tanaman dan/atau lahan koservasi.Keberhasilan pemulihan kesuburan tanah dan lahan pertanian berarti mengandungindikasi meningkatnya aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan; hal ini pastilahsejalan dan/atau berbanding lurus dengan peningkatan rata-rata hasil dekomposisi bahanorganik yang merupakan subtrat bagi berbagai biota tanah, dengan asumsi input bahanorganik ke dalam tanah menjamin kebutuhan rata-rata mikroba tanah.Peningkatankesuburan tanah secara biologi sudah tentu akan meningkatkan kesuburan secara kimia danfisika tanah. Aktivitas mikroba yang optimal akan saling terkait dengan peningkatan totalhasil dekomposisi bahan organik dan pada gilirannya akan meningkatkan status nutrisi didalam tanah baik unsur-unsur makro, mikroa, dan trace element.Level optimal kesuburuan tanah yang pulih atau meningkat dari kondisi yang miskinakan menjamin kualitas lahan secara keseluruhan, mengingat tiap tanaman dan/atautumbuhan yang hidup di lahan yang diusahakan akan memberikan kontribusi bagi jaminankeberlangsungan hidup yang optimal bagi biota tanah. Dalam kondisi ini siklus hara yangbaik akan terjaga dan rantai makanan dalam ekosistem di lahan tersebut akan terpeliharadengan baik pula. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan jaminan bagi kelestarian dayadukung lahan bagi upaya membangun ketahanan pangan masyarakat.Berbagai upaya pemerintah dan segenap pemangku kepentingan yang bertanggungjawab terhadap penciptaan swasembada pangan di Indonesia yang selama ini senantiasamengandalkan pembangunan infrastruktur, seperti penggairan/irigasi, pencetakan lahanpertanian, pembuatan waduk dan sarana penyimpan air lainnya, penyediaan benoh dansrana produsksi lainnya, sudah saatnya lebih meningkatkan perhatiannya pada eksplorasikekayaan hayati lahan dan pemanfaatan potensi kerja biota tanah khususnya mikrobatanah.Semua infratruktur yang dibangun dan diadakan tidak ada manfaatnya ketikapembangunan kesuburan tanah secara biologi terabaikan.Karena hal itu hanya akanmelanggengkan siklus yang seperti “lingkaran setan” dengan senantiasa bertumpu pada

7introduksi bahan instant bagi menjaga produktivitas pertanaman. Jika hal ini tetap terjadimaka sampai kapanpun tanah pertanian akan menjadi bagaian dari lahan marjinal.Marjinalisasi lahan sebagai akibat mismanagement dalam penerapan agroteknologisudah tentu akan memarjinalkan masyarakat yang tinggal di desa pertanian dan/atau didesapinggiran hutan yang sebagian besar sesungguhnya sangat tergantung padakesuburan tanah. Kemiskinan terstruktur yang terjadi dalam masyarakat pedesaan initentunya akan semakin menggeserkemampuankita dalam pencapai peningkatankesejahteraan, maka jika berlangsung lama bukan saja akan menimbukkan krisis pangandan krisis ekonomi, tapi juga berakibat terjadinya krisis sosial dan krisis kepercayaankepada pemerintah dan kaum elit termasuk para ilmuwan di perguruan tinggi.Untuk mencegah sumber ancaman ketahaan pangan yang dapat dipersempit mencegahdegradasi lahan, maka pengembangan riset dan implementasi teknologi biofertilizer mutlakdilakukan.Penelitian dan pengembangan potensi agent pupuk hayati bagi beberapamikroba tanah, terutama dan konteks ini adalah fungi Trichoderma dan fungi Mikorizasangat mulak diperlukan.

8BAB 2EKOLOGI FUNGI TANAHEkologi fungi tanah adalah kajian tentang kehidupan fungi di dalam tanah yangsangat dipengaruhi oleh lingkungan baik biotik maupun abiotik. Dengan lingkungan biotikfungi dapat berinteraksi dengan berbagai kelompok makhluk hidup baik yang bersifatheterotrof maupun autotrof. Dengan tumbuhan fungi berinteraksi secara erat misalnyapada simbiosis tanaman dengan fungi mikoriza atau berinteraksi secara tidak erat misalnyaTrichoderma dengan tumbuhan dan mikroorganisme lainnya. Sesama mikroba baik fungimikoriza maupun Trichoderma yang bisa dianggap sebagai agen biofertilizer dalamperspektif keagronomian bisa saling mempengaruhi dalam konteks membentuk simbiosisdi mana interaksi keduanya akan menghasilkan kondisi condusive soil yang memberikeuntungan bagi tanaman yang dibudidayakan, mikroba lain yang menguntungkan, disamping bagi kedua fungi ini secara tidak langsung. Dengan lingkungan abiotik, eksistensiTrichoderma dan fungi mikoriza sering dianggap berhubunagn dengan dekomposisi bahanorganik tanah yang pada akhirnya memberikan peningkaan kualitas lahan.A. Strategi Hidup Fungi TanahPada dasarnya fungi mengembangkan strategi hidupnya di dalam tanah dalam rangkamelangsungkan kehidupannya di antara berbagai bentuk interaksinya baik denganlingkungan biotik maupun abiotik yang di satu pihak dapat menekan kehidupannya tapi dilain pihak dapat mendukung kehidupannya.Dinamika lingkungan dapat menimbulkan stress bagi fungi misalnya terjadi perubahanlingkungan abiotik yang cenderung membatasi ketersediaan sumberdaya bagi keperluanproduksi biomassanya,Berbagai kondisi seperti perubahan suhu tanah, pH, danketersediaan oksigen dan air yang berada di bawah daya dukung lingkungan yang optimlbagi kehidupan fungi dapat menimbulkan stress bagi fungi. Kondisi ini dapat terjadimisalnya pada tanah-tanah yang terpapar lumpur perut bumi (kasus luapan lumpurSidoarjo), debu dan lahar panas letusan gunung berapi, hujan asam, aibapi dan debukebakaran hutan dan lahan, penggerusan top soil akibat erosi lahan, dan limbah pabrik(baik yang sengaja dibuang atau dianggap sebagai pupuk).mendapatkan gangguan yang bersifat merusak.Dalam kondisi ini fungiNamun di lain pihak fungi juga bisa

9mendapatkan gangguan dalam bentuk pengkayaan sumberdaya secara tiba-tiba misalnyaadanya penebangan atau pengambilan kayu di hutan namun meninggalkan biomassaberjumlah besar dalam bentuk tajuk-dedaunan dan ranting-cabang pohon. Peningkatanbiomassa di permukaan tanah itu bukan saja meningkatkan bahan baku nutrisi bagi satujenis fungi tertentu, tapi juga bagi berbagai mikroba lain yang mungkin akan mengganggu,mengingat kemampuan berbagai mikroba menghasilkan senyawa ekstraselular yang dapatmempengaruhi aktivitas mikroba lainnya.Terkait bagaimana fungi menghadapi berbagai kondisi lingkungan biotik dan abiotikyang dapat menghasilkan cekaman dan menimbulkan stress, MacArthur dan Wilson (1967dalam Dix dan Webster, 1995) mengenalkan istilah strategi seleksi K (K-selection) danstrategi seleksi r (r-selection); pada strategi seleksi K, fungi tumbuh pada populasi sesuaidaya dukung lingkungannya saja, sedangkan pada seleksi r, fungi tumbuh denganpeningkatan populasi atau biomassanya sesuai laju intrinsiknya. Pada strategi seleksi r,yaitu ketika sumberdaya melimpah, maka fungi akan meningkatkan laju pertumbuhanbiomassa hingga mencapai laju intinsiknya. Pada kondisi yang berbeda misalnya bahanorganik di tanah kurang tersedia, maka fungi mengembangkan strategi seleksi K yaitutumbuh hanya sebatas daya dukung bahan organik yang tersedia; pada kondisi ini bisa jadifungi lebih banyak menghasilkan klamidospora dan pertumbuhan hifa terhenti. Secarasederhana misalnya dapat kita lihat pada pertumbuhan Trichoderma yang ditumbuhkan dimedia PDA. Mulai hari kedua tampak pertumbuha hifa berwarna putih dengan laju yangtinggi, namun pada hari ke-6 petumbuhan melambat di mana miselium sudah hampirmengisi seluruh permukaan media di cawan petri. Ketika laju pertumbuhan melewatimaksimal, maka tampak koloni mulai berwarna hijau yang menandakan spora dihasilkan.Pada kasus di mana media tumbuh diberi gangguan misalnya pH yang di luar optimal,maka fungi bisa mempercepat periode sporulasi.Gambaran tersebut dapat dijadikanpendekatan dalam memahami bagaimana fungi mengembangan strategi dalam menghadapidinamika lingkungan.Berdasarkan strategi hidup sebagai respons fungi dalam menghadapi proseskehidupannya bersama-sama dengan tanaman dan lingkungan biotik lainnya sertalingkungan abiotik, Dix dan Webster (1995), mengelompokkan fungi dan/atau strategihidupnya sebagai berikut:

10(i)Fungi seleksi-R (fungi ruderal): strategi yang dikembangkan oleh fungi iniadalah pertumbuhan miselium yang cepat agar mampu dengan cepatmengkolonisasi sumber makanan baru, atau mempercepat reproduksi aseksual;contoh jenis fungi tanah yang mengembangakna strategi seleksi R adalahgenus Mucor dan Rhizophus;(ii)Fungi seleksi-S (fungi toleran stress): strategi yang dkembangkan oleh fungiuntuk mengatasi atau beradaptasi terhadap cekaman/stress yang disebabkanoleh adanya satu faktor atau kombinasi faktor-faktor seperti: keterbatasan air,keterbatasan nutrisi, adanya kondisi anaerob, dan suhu tinggi di tanah.Trichoderma harzianum misalnya membentuk lapisan tipis pada hifa(gossamer) yang kemudian menjadi ngimemiliki/mengembangkankemampuan untuk mengambil sumberdaya sekunder dan untuk melindungidomain pengambilan sumberdaya misalnya dengan mengambil-alih domainpengambilanm sumberdaya mikroba lain. Berbagai fungi pelapuk kayu dariklas Basidiomycetes memiliki strategi seleksi C. Tingkatan penerapan seleksiC ini juga bervariasiada yang sangat kombatif (most combative) sepertiHypholoma fasciculatus, Lenzites betulina, dan Sistotrema brinkmannii hinggayang kadang-kadang bersifat kombatif (least combative) seperti: Armillariabulbosa, Lopadostoma turgidum, dan Xylaria hypoxylon sehingga domainpengambilan sumberdaya/nutrisi bisa diambil-alih oleh spesies lain;(iv)Strategi sekunder: satu jenis fungi dapat mengembangkan salah satu ataulebih dari ketiga stretegi tersebut (Seleksi-R,-S, dan –C) sesuai dengandinamika perubahan lingkungan. Trichoderma misalnya di dalam tanah ataupada kayu di atas tanah akan tumbuh cepat dengan menghasilkan spora danenzim selulosa untuk mempercepat proses dekomposisi (seleksi R). Pada saatyang sama fungi ini juga mengembangkan strategi seleksi C atau bersifatsebagai fungi kombatif mengambil alih domain pengambilan sumberdayamikroba lain. T. harzianum mengembangkan strategi seleksi-S dengan mampuhidup atau toleran terhadap kondisi lingkungan yang sangat miskin nutrisi. T.viridae dan T. polysporum pada daun cemara dengan suhu tinggi diambil-alih

11oleh T. hamatum dan T. koningii; hal sebaliknya terjadi ketika suhu rendahyaitu . T. viridae dan T. polysporum mengambil alih penguasaan sumberdaya.Implementasi strategi penentuan seleksi dalam kehidupan fungi agent biofertilizersering diuji bagi berbagai kepentingan pemanfaatannya.Berbagai riset dilakukan untukmengetahui sejauh mana tipe seleksi fungi dapat dimanipulasi untuk kepentinganagronomis dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan mikrobamenguntungkan termasuk terkait fungi Trichoderma dan fungi mikoriza.Dari kajiantentang strategi fungi dalam mengembangkan tipe seleksi-nya, maka lahir berbagaipenelitian dengan tema ekologi fungi. Bagaimana fungi merespons pengaruh lingkungandalam bentuk perubahan fisik dan kimia tanah serta pertumbuhan dan produktivitasvegetasi yang ditumbuhkan di atasnya akan memberikan informasi penting bagi penelitidan praktisi budidaya tanaman.Berbagai contoh hasil riset implementattif terkait respons fungi terhadaplingkungannya telah dipublikasikan oleh para peneliti dan telah banyak memberikaninspirasi bagi penelitian lebih lanjut dan implementasinya.Aktivitas fungi mikorizaarbuskula misalnya mempengaruhi keanekaragaman tanaman dan produktivitas ekosistemdengan memainkan peran kunci dalam padang rumput yaitu dengan meningkatkan nutrisitanaman dan struktur tanah yang sudah tentu akan mempengaruhi komunitas tumbuhan(van der Heijden et al.,2006). Penggunaan mikroba agen biokontrolbukan sajamengendalikan patogen dan mencegah infeksi akar oleh patogen tetapi dapatmeningkatkan resistensi dan pertumbuhan tanaman tanpa mengganggu keanekaragamanhayati mikroflora di rizosfer (Gerbore et al., 2014). Respons fungi Trichoderma terhadapvariasi pengaruh lingkungan biotik berkaitan dengan kelimpahan populasinya Kelimpahanpopulasi mikroba tanah akan mempengaruhi kemampaunnya dalam melangsungkanperannya di rhizosfer. Makin tinggi kepadatan populasi Trichoderma sampai pada bataskepadatan populasi rata-rata tertentu akan semakin efektif mengendalikan Meloidogynespp. (Jindapunnapat et al., 2013; Sahebani and Hadavi, 2008). Kepadatan populasi suatuspesies akan menunjukkan kinerja yang mungkin tidak sama dengan spesies yang lainmeski dari genus yang sama. Hasil penelitian Al-Hazmi dan TariqJaveed (2016) yangmenggunakan empat kepadatan (104, 106, 108 dan 1010 spora/g tanah) inokulum dua spesiesTrichoderma menunjukkan peningkatan populasi makin meningkatkan pertumbuhantanaman tomat sejalan dengan kemampaun menekan nematode Meloidogyne dan

12menurunkan keparahan puru akar; sementara itu T. harzianum memberikan efek yang lebihbaik dibandingkan dengan T. viride pada kepadatan inokulum tertinggi (1010 spora/gtanah).B. Bahan Organik dan DekomposisinyaKehidupan mikroba tanah senantiasa berasosiasi dengan status bahan organiktanah. Pada kebanyakan lahan peranian yang pada umumnya memiliki bahan orgnaikdengan kadar yang rendah, maka dapat dipastikan keragaman jenis dan kelimpahanbiomassa mikorba tanah juga rendah; bahkan banyak jenis-jeins fungi yangmenguntungkan tereliminasi dari agroekosistem yang rusak.Secara umum rata-rata 5 % dari bobot tanah adalah bahan organik yang berperanpenting dalam terciptanya kesuburan tanah. Bahan organik bukan saja sebagai komponentanah yang menentukan pertumbuhan tanaman, tetapi bahan organik merupakan subtratbagi pertumbuhan berbagai jenis biota tanah terutama mikrobatanah yang bersifatheterotrof. Bahan organik berasal dari jasad makhluk hidup yang mati bisa berasal daritumbuhan dan/atau seluruh biota tanah yang kemudian mengalami proses pembusukan(dekomposisi) mulai dari humifikasi hingga mineralisasi yang dihasilkan berbagai mineral.Akhir proses dekomposisi bahan organik adalah aneka nutrisi yang diperlukan bagitumbuhan. Secara biokimia, biomassa jasad tumbuhan terdiri atas: air 25 %, gula dan pati1-5%, hemiselulosa 10-30%, selulosa 20-50%, 10-30% liginin, 10% protein, lemak danlain-lain 1-8%.Dekompisisi jasad mahkhluk hidup yang mati dan/atau bahan organik adalahbagian dari siklus nutrisi yang dimulai dari proses pembusukan hingga proses mineralisasiuntuk kemudian nutrisi yang dihasilkan diserap oleh tumbuhan menjadi penyusunbiomassa tumbuhan hingga mengalami kematian; selanjutnya siklus dekomposisiberlangsung kembali. Proses dekompisis bahan organik atau biomassa jasad makhlukhidup yang mati merupakan proses yang berulang-ulang.Kecepatan proses dan hasil akhir dekomposisi bahan organik sangat ditentukanoleh jenis jaringan sisa tumbuhan dan jenis jasad hidup lainnya serta jenis mikrobapendegradasi bagaham organik. Banyak jenis fungi tanah yang berperan penting dalampendegradasian bahan organik sehingga oleh karenanya aktivitas mikroba ini akanmenghasil peran sebagai pemberi nutrisi tanaman, misalnya berbagai jenis Trichoderma.

13Sementara itu ada jenis fungi lain yang berperan memfasilitasi pengalokasian air dannutrisi dari suatu lokasi di dalam tanah yang tidak dapat dijangkau oleh akar tanaman,misalnya fungi mikoriza.Kombinasi fungi tertentu yang berperan sebagai pendekomposisi bahan organikdengan jenis bahan organiknya akan san

produksi dan import pestisida pada negara-negara penghasilnya (Gambar 1.1). Praktek pertanian dapat mengurangi kemampuan ekosistem untuk menyediakan barang dan jasa. Aplikasi pupuk dan pestisida yang tinggi (Gbr. 1b, c) dapat meningkatkan nutrisi dan racun dalam air tanah dan badan air, menimbulkan biaya kesehatan dan pemurnian air, dan

Related Documents:

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 2018 . SUHU DAN PEMUAIAN ii . Jurnal TEKPEN, Jilid 1, Terbitan 2, 929-930. 3 Nurdyansyah, Pandi Rais, Qorirotul Aini. (2017). The Role of Education Technology in Mathematic of Third . Untuk mengembalikan raksa ke dalam tandon, termometer harus diguncang-guncangkan .

by pencak silat trainers at the Sidoarjo Sports State High School showed a significant increase of 6.05%. Keywords: Exercise Program, Agility and Power, Pencak Silat, Sidoarjo State High School. CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Jurnal Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

The Fungi Kingdom 2. Basidiomycota (Club fungi - ) have a club-shaped part which produces the spores 3. Ascomycota (Sac Fungi) - produce spores in sac-like structures EX: yeasts, cup fungi, powdery mildews, & lichens Lichens - 4 Types of Fungi a fungus and an organism with .

Soil fungi on a plate Fungi and animals are sister kingdoms (this is part of Fig. 28.4) Origin and evolution of of the fungi Common ancestor of animals and fungi lived ca. 1.5 BYA Fungal ancestor was – Unicellular – Aquatic – Produced flagellated cells Fungi moved to land with plants, many as symbionts with plants.

Universitas Muhammadiyah Surabaya pada awalnya terdiri atas beberapa lembaga pendidikan tinggi muhammadiyah, diantaranya Fakultas Ilmu Agama Jurusan Da'wah (FIAD) yang berdiri sejak 15 September 1964, Fakultas Tarbiyah Surabaya berdiri pada 1975, IKIP Muhammadiyah

lt 0t Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh Ilmu Hukum 322 B t2 0l Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh Kesehatan Masyarakat 315 B l3 0l Universitas Setia Budi Mandiri, Meclan Teknik Informatika 2tt C t4 0t Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Agroteknologi 368 A l5 02 Sekolah Tin

85 l3 Universitas Iskandar Muda, Bandr Aceh Ilmu Adminislrasi Negarr 313 B E6 l3 Universitas Jabal Ghafur, Pidie Agroteknologi 292 c 87 l3 Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 316 B 88 l4 Universitas Muhammadiyah Sorong, Sorong Ieknik Sipil 264 c 89 l4 Universi

February 2019 State Current ASME A17.1 and A17.7 Code Versions Summary and Background Current Rule Development Status Upcoming Action Contact Agency Name Citation Regulatory ID AL ASME A17.1 (2016) ASME A17.7 (2007) Alabama auto-adopts the latest version of ASME codes six months after its publication date without the need for additional rulemaking. ASME A17.1 (2016) became effective 7/31/2017 .