KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN WILAYAH LAUT MALUKU

3y ago
53 Views
5 Downloads
287.04 KB
7 Pages
Last View : 14d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Lucca Devoe
Transcription

KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN WILAYAHLAUT MALUKUMiftahussalam ( C24100061)Departemen Manajemen Sumberdaya PerairanFakultas Perikanan dan Ilmu KelautanInstitut Pertanian Bogor2013AbstrakProvinsi Maluku memiliki wilayah laut dengan total luas adalah sekitar658.294,69 Km2, dengan panjang garis pantainya 8.287 Km. Sedangkan luaswilayah kelola laut (12 mil) adalah sebesar 152.570 Km2, dengan kondisidominan wilayahnya adalah perairan yaitu sekitar 92,4%. Kondisi demikiansangat berpeluang untuk pengembangan usaha perikanan tangkap yang cukupbesar dan potensi budidaya laut yang cukup berarti. Provinsi Maluku memilikipotensi sumberdaya perikanan sebesar 1.627.500 ton/tahun dengan jumlahtangkapan yang diperbolehkan sebesar 1.301.800 ton/tahun, sesuai dengan SKMentan No:995/KPTS/Ik.210/9/99, tanggal 27 September 1999. Potensisumberdaya perikanan dimaksud terdiri dari Ikan Pelagis, Demersal dan Biota lautlainnya yang bernilai ekonomi tinggi. Selain potensi komoditas perikanan yangdiuraikan tersebut, di wilayah Maluku terdapat 969 jenis kerang-kerangan yaitu665 jenis siput dengan 13 jenis yang bernilai ekonomis dan 274 jenis kerangdengan 21 jenis yang bernilai ekonomis (DPKP Maluku, 2008).Kata kunci : Laut Maluku, multispecies, multigear, CPUE, fully-exploited, overexploited.AbstractMaluku province has a sea area with a total area is approximately658,294.69 km2, with a length of 8,287 km coastline. While the marinemanagement area (12 miles) is equal to 152 570 km2, with the condition that thedominant region is about 92.4% water. These conditions are very likely to developthe business of fishing is quite large and the potential significant mariculture.Maluku province has the potential fishery resources of 1.6275 million tonnes /year by the allowable catch of 1.3018 million tonnes / year, according to Ministerof Agriculture Decree No: 995/KPTS/Ik.210/9/99, dated 27 September 1999.Fishery resource potential is composed of Pelagic Fish, Demersal and othermarine biota of high economic value. In addition to the potential of fisherycommodities which are described, in the Maluku region there are 969 species ofshellfish are 665 types of snails with 13 economically valuable species and 274types of shells with 21 species of economically valuable (DPKP Maluku 2008).Keywords : Maluku sea, multispecies, multigear, CPUE, fully-exploited, overexploited.

PENDAHULUANWilayah lautan merupakankawasan terluas dan memiliki anekaragam hayati laut serta kekhasannyayang berbeda dengan wilayah lain diIndonesia. Dengan luasnya lautan,banyaknya pulau-pulau besar dankecil menjadikannya sebagai wilayahberpotensi di sektor perikanan,namun potensi tersebut belum dapatmenjadikan penduduknya menjadikan sektor ini sebagai harapanpenghidupan dimasa depan.Beberapa hasil penelitianyang telah dilakukan memperlihatkan bahwa potensi dari ProvinsiMaluku di sektor perikanan sangatbesar, bukan saja untuk komoditasikan tetapi juga komoditas non ikanyang belum dikelola secara baik danbenar. Potensi wilayah laut yangterdapat di Provinsi Maluku memilikiberbagai komoditas seperti, IkanPelagis Kecil, Ikan Tuna, IkanCakalang, Ikan Dasar, Ikan Karang,Udang, Rumput Laut, Cumi-cumi,Lobster.Komoditas-komoditas di atasmerupakan komoditas potensial yangtersebar dihampir semua perairanlaut Provinsi Maluku. Denganmemiliki potensi sekitar 682.000ton/Tahun dan merupakan komoditasyangsangatekonomissertaberpengaruh besar terhadap matapencaharian masyarakat di Provinsiini. Oleh sebab itu potensi laut yangada di kawasan ini, berpeluang untukdikelola secara intesif namunaksesibilitas pasar dan teknologipasca panen belum tersedia ataudikelola secara high technology.METODOLOGIKajian pengelolaan perikanandi wilayah laut Maluku dilakukandengancarastudiliteraturberdasarkan hasil penelitian.HASIL DAN PEMBAHASANProvinsi Maluku merupakansalah satu wilayah kepulauan diIndonesia. Karakteristik wilayahyang heterogen dengan ratusan buahpulau menjadikan provinsi iniberbeda (unik) dari wilayah-wilayahlain. Kondisi alam yang di dominasilautanseharusnyamerupakankekuatan atau potensi lokal (localspesific) bagi pengembangan wilayahyangberbasispadakearifanlokalnya. Berikut merupakan petalokasi provinsi Maluku;Gambar1. Peta Provinsi MalukuSumber: Bappeda Provinsi MalukuTahun 2008Posisi koordinat wilayahProvinsi Maluku terletak pada: 20 30’– 90 Lintang Selatan 1240 - 1350Bujur Timur, berbatasan dengan lautSeram pada bagian Utara, lautIndonesia dan laut Arafuru padabagian Selatan, bagian Timurberbatasan dengan Provinsi PapuaBarat dan bagian Barat berbatasandengan pulau Sulawesi (Sularso,2005). Secara keseluruhan luaswilayahnya adalah seluas 581.376km2, dengan luas wilayahnya 90persen merupakan lautan seluas527.191 km2 dan 10 persen daratan54.185 km2.

Potensisumberdayaperikanan di perairan Malukudiestimasi sekitar 1,22 juta ton, yangterdistribusi pada WPP Laut Banda,WPP Laut Arafura dan WPP LautSeram dan sekitarnya (DKP RI2006). Potensi ini didominasi olehikan pelagis kecil sebesar 558.306ton per tahun dan pelagis besar261.490 ton per tahun. Sedangkanpotensi ikan demersal diestimasisekitar 300.500 ton pertahun, udangpanaeid 44.000 ton per tahun, ikankarang konsumsi 47.700 ton pertahun, lobster 800 ton per tahun dancumi-cumi 10.570 ton pertahun.Selain itu, Data statistik perikananMaluku menunjukan bahwa totalproduksi perikanan laut pada tahun2004 mencapai 424.735 ton dantahun 2005 tercatat 484.747 ton,dengan kenaikan rata-rata 14,12%.Angka-angka potensi sumberdayadan produksi perikanan tersebutmengindikasikan bahwa perikananlaut masih dapat dikatakan memilikiprospek pengembangan ke depan.Berdasarkandatayangdiperoleh diketahui bahwa sebagianbesar potensi perikanan didominasioleh kelompok ikan pelagis kecil,berikut merupakan data produksi dannilai produksi dari ikan di LautMaluku.Tabel 1. Produksi dan Nilai ProduksiIkanJenis IkanProduksi(Ton)Nilai(ribuan 91550,72540266,6Sumber: Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Maluku, Tahun2008Berdasarkan data tersebutdiketahui bahwa hasil tangkapanyang paling banyak diperoleh adalahikan layang (Decapterus sp) dan ikankembung (Rastrelliger sp), padaperairan laut Maluku alat tangkapyang digunakan bersifat multispeciesdan multigear sehingga perlunyastandarisasi alat tangkap yangdigunakan. Ikan pelagis yangumumnya tertangkap di perairanLaut Maluku umumnya ditangkapdengan menggunakan alat tangkappukat cincin, jaring insang, bagan,dan pukat pantai. Berikut merupakankarakteristik dari dua jenis ikan yangpada umumnya tertangkap padaperairan Laut Maluku.1.IkanLayang(Decapterusmacrosoma)Berikut merupakan klasifikasiikan layang menurut Bleeker 1851 ;Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataKelas: PiscesOrdo: PerciformesSubordo : CarangidaeFamili: CaranginaeGenus: DecapterusSpesies : Decapterus macrosomaGambar 2. Ikan LayangDecapterus macrosomaSumber : www.fishbase.org

Ikan layang merupakan ikanyang berkelompok, kadang-kadangterlihat dalam kelompok-kelompokkecil di sepanjang lereng karangyang berdekatan dengan air yanguntuk memangsa zooplankton. Padaikan dewasa pakan terutama ikan iniadalahinvertebratakecil.Berdasarkan penelitian pada perairanLaut Maluku hubungan panjang danbobotikaniniadalahW 0,0076L3,005 dengan nilai R2adalah 0,867 dengan panjangberkisar antara 7,5-31,5 cm.2.Ikan Kembung(Rastrelliger kanagurta )Berikut merupakan klasifikasi ikanKembung menurut Cuvier 1816 ;Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataKelas: PiscesOrdo: PerciformesSubordo : ScombridaeFamili: ScombrinaeGenus: RastrelligerSpesies : Rastrelliger kanagurtaMaluku diketahui hubungan panjangdanbobotikanKembung(Rastrelliger kanagurta ) memilikipersamaan W 0,00610L3,174 dengannilai R2 sebesar 0,990 dan panjangberkisar antara 5,0-26,5 cm.Kondisi aktual sumberdayaperikanan di laut Maluku saat inihampir semua jenis ikan mengalamikondisieksploitasitangkapmaksimum (fully-exploited) dantangkap lebih (over-exploited). Datadari Komisi Nasional PengkajianSumberdaya Ikan tahun 2010 jugamemperlihatkan hal yang sama. PadaWPP 714, status tingkat eksploitasisumberdaya perikanan menunjukkanhanya jenis ikan cakalang dan cumicumi yang berada dalam kondisimoderate,sehinggadapatdieksploitasi tanpa mengganggukelestarian walaupun Catch Per UnitEffort (CPUE) mungkin mulaimenurun, sedangkan ikan demersal,pelagis kecil dan madidihang dalamkondisifully-exploited.Statusmoderate pada WPP 715 hanyaditunjukkan oleh jenis ikan cakalangdan ikan demersal, sementara padaWPP 718 hampir semua jenis ikandalam kondisi over-exploited danfully-exploited, hanya jenis ikanpelagiskecildalamkondisimoderate.Gambar 3. Ikan KembungRastrelliger kanagurtaSumber : www.fishbase.orgIkan ini merupakan ikan yangmengkonsumsi plankton, sehinggapada umumnya berada pada wilayahpermukaan sehingga mudah untuktertangkap oleh pukat cincin, untukikan kembung yang berukuran besarumumnya mengkonsumsi makroplankton seperti udang dan lainnya.Berdasarkanpenelitianyangdilakukan terhadap perairan lautTabel 2. Kondisi Aktual SumberdayaPerikanan di Laut ensiLestari/tahun (ton)JTB/Tahun disiEksploitasiTangkaplebihMaksimumTangkaplebih

600Ikan HiasCumi-cumi10.600MaksimumMaksimum8.500-Sumber: Soselisa dalam Watloly (2010).Dalam kondisi seperti ini,dibutuhkan suatu strategi dalammemanfaatkandanmengelolasumberdaya tersebut.Strategi PengelolaanTangkap di MalukuPerikananBerdasarkan data tekananpenangkapan di WPP yang ada diMaluku sangat menghawatirkan. Disisi lain salah satu indikator kinerjautama perikanan tangkap adalahmeningkatnya armada perikanantangkap skala menengah dan besar.Hal ini perlu dipertimbangkankembali, jika melihat kondisiperikanan di provinsi Maluku.Kondisi seperti ini nansecaraberkelanjutan dengan memperhatikanaspek payapenangkapanyangdiizinkanmerupakan salah satu strategipengelolaan yang dapat dilakukan, disamping strategi pengelolaan lainnyaseperti regulasi selektivitas alattangkap dan pembatasan waktupenangkapan (Purbayanto et al.2010). Lebih lanjut Widodo danSuadi (2005) menyatakan bahwa,prinsip pengaturan perikanan dapatdidekati dengan dua metode yaitupengaturan input berupa pembatasanupaya melalui perijinan, pembatasanukuran kapal, pembatasan ukuranalat tangkap dan pembatasan unitwaktu, sedangkan pengaturan gdiperbolehkan, pembagian kuotaindividumenurutarmada,perusahaan dan nelayan.Pembatasan usaha secaradefinitifakanmenyebabkanpenurunan total hasil tangkap dalamjangkapendek,sehinggamenyebabkan gagalnya peluang(dalam jangka sangat pendek)memberikan kontribusi terhadapsasaran KKP secara keseluruhan.Kerugian jangka pendek yangdiakibatkandaripengelolaanrestriktif (bidang penangkapan)hampir tidak mungkin bisa ditutupimelalui perluasan budidaya ikanyang memerlukan investasi modal,atau eksplorasi sumberdaya yangmasih belum terjamah yang mungkinpada kenyataannya tidak ada,ataupun kalau ada, tidak akanmenguntungkan secara ekonomis(Wiadnya et al. 2005).Salah satu jalan untukmemecahkan kebuntuan ini adalahdengan membangun pemahamankepada seluruh masyarakat Maluku,bahwa pengembangan perikanantangkap seharusnya tidak diukur darigambaran peningkatan produksi yangmasih bisa dilakukan, tetapi padajumlahusahaindustriyangmenguntungkan secara ekonomi,yang dapat dipertanggungjawabkansecara sosial dan tidak merusaklingkungan,sehinggadapatmenopang penghidupan masyarakatpantai, baik untuk generasi sekarangmaupun yang akan datang.

KESIMPULANPada dasarnya permasalahanpengelolaan yang terjadi di LautMalukuadalahpemahamanmasyarakat yang melakukan usahapenangkapan ikan bahwa sumberdaya perikanan laut Maluku masihdapat di eksploitasi lebih sedangkankondisiaktualsumberdayaperikanan di laut Maluku saat inihampir semua jenis ikan mengalamikondisieksploitasitangkapmaksimum (fully-exploited) ngembangan perikanan tangkapseharusnya tidak diukur darigambaran peningkatan produksi yangmasih bisa dilakukan, tetapi padajumlahusahaindustriyangmenguntungkan secara ekonomi,yang dapat dipertanggungjawabkansecara sosial dan tidak merusaklingkungan,sehinggadapatmenopang penghidupan masyarakatpantai, baik untuk generasi sekarangmaupun yang akan datang.DAFTAR PUSTAKADepartemen Kelautan dan PerikananProvinsi Maluku. 2008. BukuTahunan Statistik PerikananProvinsi Maluku.Dirjen Perikanan TangkapKementerian Kelautan danPerikanan 2010. RoadmapPembangunan PerikananTangkap Tahun 2010-2014Provinsi Maluku.Purbayanto A, Riyanto M. Fitri ADP.2010. Fisiologi dan TingkahLaku Ikan Pada PerikananTangkap. Bogor: IPB Pr.SularsoA.2005.AlternatifPengelolaan Perikanan Udangdi Laut Arafura. (Disertasi).Sekolah Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor. 130 hal.Watloly A. 2010. Filofosi LumbungIkan: Implikasi bagi MalukudanIndonesia.MateriCeramah Seminar Nasional:Maluku Sebagai LumbungIkan Nasional. 2 Juni 2010.Wiadnya DGR, Djohani R, ErdmannMV, Halim A, Knight M,Mous PJ, Pet J, Pet-Soede iIndonesiaMenujuPembentukanKawasan Perlindungan LautWidodo J dan Suadi. 2006.PengelolaanSumberdayaPerikanan Laut. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pr.

Lampiran

KAJIAN PENGELOLAAN PERIKANAN WILAYAH LAUT MALUKU Miftahussalam ( C24100061) Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor 2013 Abstrak Provinsi Maluku memiliki wilayah laut dengan total luas adalah sekitar 658.294,69 Km2, dengan panjang garis pantainya 8.287 Km. Sedangkan luas

Related Documents:

NAUTIKA 2015 PERIKANAN LAUT PUSAT PENDIDIKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015 NAUTIKA PERIKANAN LAUT MODUL MEL AKUKAN PEN AN G AN AN IKAN PEL A GIS KECIL DIKAP Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan AL A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.A-PDF.com to .

SUPM Teknika Perikanan Laut/SUPM Mesin Perikanan/SMK Teknika/ SMK Teknika Kapal Penangkap Ikan/ D-lll Mesin Dan Peralatan Perikanan/ Teknika SUPM Nautika Perikanan Laut/ SUPM Penangkapan Ikan/ SMK Nautika/ SMK Nautika Kapal Penangkap Ikan/ D-lll Teknologi Penangkapan Ikan/ Nautika S-2 Pariwisata/Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan/Kajian .

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.06/MEN/2010 TENTANG ALAT PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 7 ayat (1) huruf f Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan .

16. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 , sebagaimana telah diubah de ngan Keputusan Presiden Nomor 61 /P Tahun 201 2 ; 17. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia; 18. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

menteri kelautan dan perikanan republik indonesia keputusan menteri kelautan dan perikanan nomor : kep. 26 /sj-kkp/kp.430/vii/2016 tentang pemberhentian dan pengangkatan dari dan dalam jabata pengawas setara eselon iv dan eselon v di lingkungan direktorat jenderal perikanan tangkap kementerian kelautan dan perikanan

Dr. Simon Masengi (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KP) Dr. Chandra Nainggolan (Sekolah Tinggi Perikanan) Dr. Priyanto Raharjo (Sekolah Tinggi Perikanan) Yuliati H. Sipahutar S.Pi, MM (Sekolah Tinggi Perikanan) Staff Editor : Maria Goreti, M.MPi Ir Asriani Mardiono, MM Rahmad Surya Hadi Saputra S.St.Pi, M.Sc

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 /KEPMEN -KP/2013 TENTANG PETA JALAN ( ROAD MAP ) INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN . dan Laut Lepas 600 2. Nilai tambah tuna, tongkol, cakalang . Pembinaan sertifikasi keahlian teknik/ nautika awak kapal perikanan 300 g. Pembinaan sertifikasi keterampilan penggunaan alat .

Ballet music for piano This collection, the third of a trilogy (the others being A Night at the Opera and The Piano at the Carnival ) owes its inception to a welcome commission from pianophile and ex-ballet dancer Geoffrey Walters to make piano transcriptions of four pas de deux from Russian ballets. In classical ballet the pas de deux is typically a four-part set piece involving two .